Re: [Re: [Re: Berduka kembali]]

1999-07-05 Terurut Topik Yuni Wilcox

Iya deh bung Efron yang serba pinter

"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mbak Yuni yang merasa serba-tahu,

Yang namanya peluru entah namanya peluru plastik entah peluru karet, kalau
ditembakkan dengan jarak dekat, apalagi kalau kena leher, ya bisa mati.
Waktu yang di Semanggi dulu para serdadu menggunakan peluru karet. Nyatanya
banyak yang tewas. Kecuali peluru yang digunakan adalah peluru dari
pistol-pitolan mainan anak-anak.

Pernah mendengar istilah bom plastik (dikenal dengan nama C4). Apakah itu
memang plastik? Bahasa Inggrisnya "plastic bomb" yang artinya bukan bom dari
plastik, tapi bom yang liat/alot. Bom ini bisa dicual-cuil dan dibentuk
sesuka pengguna. Kalau meledak ya sama saja, satu gedung bisa runtuh kalau
dipasang 10 kg.

Mbok ya banyak baca, gitu, biar nggak asal ngomentar.

Wassalam,
Efron

-Original Message-
From:   Yuni Wilcox [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, 02 July, 1999 22:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:    Re: [Re: Berduka kembali]

Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat kemanusiaan sebagian orang
Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta dibanding nyawa seseorang.
(mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil untuk angkut korban ke
RS).

Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata dan peluru karet jangan
peluru beneran digunakan terus menerus.

Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang Indonesia penduduknya
berjubel.

Yuni



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-04 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Mbak Yuni yang merasa serba-tahu,

Yang namanya peluru entah namanya peluru plastik entah peluru karet, kalau
ditembakkan dengan jarak dekat, apalagi kalau kena leher, ya bisa mati.
Waktu yang di Semanggi dulu para serdadu menggunakan peluru karet. Nyatanya
banyak yang tewas. Kecuali peluru yang digunakan adalah peluru dari
pistol-pitolan mainan anak-anak.

Pernah mendengar istilah bom plastik (dikenal dengan nama C4). Apakah itu
memang plastik? Bahasa Inggrisnya "plastic bomb" yang artinya bukan bom dari
plastik, tapi bom yang liat/alot. Bom ini bisa dicual-cuil dan dibentuk
sesuka pengguna. Kalau meledak ya sama saja, satu gedung bisa runtuh kalau
dipasang 10 kg.

Mbok ya banyak baca, gitu, biar nggak asal ngomentar.

Wassalam,
Efron

-Original Message-
From:   Yuni Wilcox [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, 02 July, 1999 22:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: [Re: Berduka kembali]

Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat kemanusiaan sebagian orang
Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta dibanding nyawa seseorang.
(mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil untuk angkut korban ke
RS).

Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata dan peluru karet jangan
peluru beneran digunakan terus menerus.

Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang Indonesia penduduknya
berjubel.

Yuni



Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-02 Terurut Topik Yuni Wilcox

Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat kemanusiaan sebagian orang
Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta dibanding nyawa seseorang. 
(mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil untuk angkut korban ke RS).

Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata dan peluru karet jangan
peluru beneran digunakan terus menerus.

Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang Indonesia penduduknya
berjubel.

Yuni


Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
At 10:41 PM 7/1/99 -0400, you wrote:
Ikut berduka cita juga.

Irwan Ariston Napitupulu wrote:

 Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
 di halaman KPU.
 http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm

 Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca bagian paragraf
 berikut ini dari artikel yg termuat di alamat atas:

...

Yw: Too bad. Kejadiannya memang bikin 'miris'. Saya lihat
langsung bagaimana gebuk-gebukannya di televisi (SCTV
kalau tidak salah). Hanya kalau saya perhatikan, mood
sementara kalangan, sekarang sudah lain.

Situasi dan mood yg 'lain' itu, terutama terjadi karena
rakyat banyak sudah punya gambaran hasil pemilu. Jadi
begitu mereka tahu PRD, siapa itu PRD, apakah partai itu
pilihan mereka? PRD itu mewakili berapa persen rakyat?
Orang jadi cenderung cuwek.

Saya sendiri terus terang miris. Sebagai orang yg
not so long time ago pernah di jalanan juga (ngeluyur
sana, ngeluyur sini), saya bisa gamblang mbayangin
gimana rasanya berada di tengah situasi chaotic begitu.
Apakah anda polisi, apakah anda di pihak lainnya, apakah
anda wartawan, apakah anda the wrong person at the wrong
place at the wrong time, apapun anda, segede apapun badan
anda, seprima apapun stamina anda, di jalanan anda tidak
ingin berada di tengah-tengah gebuk-gebukan massal.

Saya doain para netters permias semaunya baik-baik aja
dan gembira selalu. ;-)



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-02 Terurut Topik Mirza Raditya

Blm sudah selesai masalah Mei setaun silam,
ada lagi tambah permasalahan baru yg mengundang
perhatian internasional kepada indonesia
jgnkan di SCTV...di CNN 2 kali di putar...
dan ada close-up nya..disaat polisi 'beraksi'
menghajar para demonstran
mau membantah lagi soal ini btl tidaknya!?!?!

saya bingung dgn oknum2 polisi itu... nyali mereka
besar skali utk menghajar para mahasiswa yg sedang
mendemo... tapi giliran melihat pengendara mobil yg
sedang ditodong dilampu merah... para polisi itu yg
disebut salah satu alat pelindung rakyat... malah lari
pontang panting...
dan senang 'bermain lampu merah' agar supaya org dibil
melanggar lampu merah (didaerah senayan terutama)

apa ini yg bisa disebut pelindung rakyat?!..
perlu dipertanyakan kembali?!!!?!?!

Mirza Raditya



--- Yuni Wilcox [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat
 kemanusiaan sebagian orang
 Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta
 dibanding nyawa seseorang.
 (mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil
 untuk angkut korban ke RS).

 Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata
 dan peluru karet jangan
 peluru beneran digunakan terus menerus.

 Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang
 Indonesia penduduknya
 berjubel.

 Yuni


 Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 At 10:41 PM 7/1/99 -0400, you wrote:
 Ikut berduka cita juga.
 
 Irwan Ariston Napitupulu wrote:
 
  Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
  di halaman KPU.
 

http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm
 
  Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca
 bagian paragraf
  berikut ini dari artikel yg termuat di alamat
 atas:

 ...

 Yw: Too bad. Kejadiannya memang bikin 'miris'. Saya
 lihat
 langsung bagaimana gebuk-gebukannya di televisi
 (SCTV
 kalau tidak salah). Hanya kalau saya perhatikan,
 mood
 sementara kalangan, sekarang sudah lain.

 Situasi dan mood yg 'lain' itu, terutama terjadi
 karena
 rakyat banyak sudah punya gambaran hasil pemilu.
 Jadi
 begitu mereka tahu PRD, siapa itu PRD, apakah
 partai itu
 pilihan mereka? PRD itu mewakili berapa persen
 rakyat?
 Orang jadi cenderung cuwek.

 Saya sendiri terus terang miris. Sebagai orang
 yg
 not so long time ago pernah di jalanan juga
 (ngeluyur
 sana, ngeluyur sini), saya bisa gamblang
 mbayangin
 gimana rasanya berada di tengah situasi chaotic
 begitu.
 Apakah anda polisi, apakah anda di pihak
 lainnya, apakah
 anda wartawan, apakah anda the wrong person at
 the wrong
 place at the wrong time, apapun anda, segede
 apapun badan
 anda, seprima apapun stamina anda, di jalanan
 anda tidak
 ingin berada di tengah-tengah gebuk-gebukan
 massal.

 Saya doain para netters permias semaunya
 baik-baik aja
 dan gembira selalu. ;-)




 Get your own FREE, personal Netscape WebMail account
 today at http://webmail.netscape.com.


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-02 Terurut Topik Togu TML Tobing

Cuman peluru karet kok.ditambah sedikit tongkat karet atau rotan,
sepakan sepatu lars. Well, mereka memang dibayar untuk melakukan itu...
(salah satunya...). Ironisnya, duit yang dipakai untuk membayar mereka itu
duit anda, saya dan orang yang digebuk itu sendiri, yang ditarik melalui
pajak

T


Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat kemanusiaan sebagian orang
Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta dibanding nyawa seseorang.
(mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil untuk angkut korban ke RS).

Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata dan peluru karet jangan
peluru beneran digunakan terus menerus.

Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang Indonesia penduduknya
berjubel.

Yuni


X-WM-Posted-At: MailAndNews.com; Fri, 2 Jul 99 02:58:45 -0400
Date: Fri, 2 Jul 1999 02:58:45 -0400
Sender: NGSCOM [EMAIL PROTECTED]
From: NGSCOM [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
X-EXP32-SerialNo: 0001
Mailing-List: list [EMAIL PROTECTED]; contact
[EMAIL PROTECTED]
Delivered-To: mailing list [EMAIL PROTECTED]
Precedence: bulk
List-Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Reply-to: [EMAIL PROTECTED]
Mime-Version: 1.0
Subject: [WartaBerita] Dhyta, Wajahnya Bonyok, Giginya Rontok

From: NGSCOM [EMAIL PROTECTED]

KEMANISAN wajah Dhyta Caturrani (24), sedikit pun tidak tersisa kini. Wajah
mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan sosiologi angkatan 1994 ini
bonyok. Dahinya bengkak karena pukulan benda keras, batang hidungnya remuk,
bibirnya bengkak, dan satu gigi atasnya rontok. Derita Dhyta ditambah lagi
dengan sebuah lubang di pinggang belakang sebelah kanan di mana bersarang
sebutir peluru karet.
Oleh rekan-rekannya, Dhyta sebenarnya dilarang ikut demo karena kondisi
fisiknya kurang baik. Ia akhirnya memang benar-benar terpuruk. Di ranjang
perawatan di Unit Gawat Darurat RS St Carolus, sepanjang sore kemarin ia hanya
bisa melenguh keras, tersengal-sengal mencoba menghirup udara. Para suster
agak kerepotan saat memasang jarum infus.

Setelah jarum infus menancap, Dhyta agak tenang. Dr Gitorejo memerintahkan dua
suster membawanya ke lantai empat, untuk tindakan operasi atas luka-lukanya
itu. Sekitar satu jam, ia ditangani dr Joshep di meja bedah. Akhirnya pukul
20.35, ia keluar dari ruang operasi dalam keadaan masih terbius, untuk
menjalani rawat inap di ruang Fransiskus nomor 46.

Dhyta adalah aktivis PRD dan menjadi salah seorang dari puluhan korban bentrok
antara PRD dan polisi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Di ruang Fransiskus ada tiga orang teman Dhyta yang dirawat inap, tetapi
memang Dhyta merupakan korban paling parah. Sampai tengah malam, belum ada
sanak keluarganya yang tahu. Ayah Dhyta di Surabaya, sedangkan ibunya masih di
Amerika Serikat. Hanya rekan-rekannya dari PRD yang menemani. Juga beberapa
anggota Tim Relawan. Namun, ia barangkali tak sadar ketika Koordinator Tim
Relawan Romo Sandyawan datang ke ruang UGD RS St Carolus untuk menjenguknya.

Seluruh anggota dan simpatisan PRD korban insiden Imam Bonjol yang dilarikan
ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berjumlah 12 orang. Mereka adalah
Nurely Yudha Senaningrum (25), Rani (18), Yayan Ardianto (27), Rio Kristian
Utomo (19), Imansyah Cahyadi (22), Hubert (24), Kuncoro A (23), Anto Susianto
(26), Are Salendra (24), Rustianingsih (26), Iwan Nugroho (20), dan Ariyanto
(19).

Hubert, Are Salendra, dan Iwan Nugroho menderita luka tembak. Hubert, anggota
Komite Pimpinan Kota (KPK) Bandung, terkena tembakan di paha kanan, Are
Salendra, anggota Komite Pimpinan Pusat (KPP) tertembak di pangkal lengan
kanan, sementara Iwan Nugroho, anggota PRD dari Sukoharjo tertembak di kaki
kanan. Mereka yang juga menderita cidera berat antara lain Kuncoro (kaki kanan
bagian bawah patah) serta Imansyah yang terkena pukulan keras di bagian kepala
dan tak sadarkan diri saat dilarikan ke RSCM.

Semua korban yang dibawa ke RSCM, menurut Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSCM dr Akmal, kondisinya tidak ada yang bisa dikategorikan sebagai kritis.
Namun, ada yang patah kaki atau cidera berat.

Sementara di Unit Gawat Darurat (UGD) RS St Carolus hingga sekitar pukul 20.00
ada 22 korban. Mereka adalah Indah Lestari Ningsih (21), Eddy Rianto (21),
Dhyta Caturrani (24), Dimas (19), Adrian Budisantoso (21), Olis (21), Egy
(19), Moy (23), Roni Agustinus (19), Budi (33), Timbul Siregar (21), Suprito
(23), Irin Winachto (37), Elim (22), Aris Jefri (27), Maryadi (23), Nursutoro
(22), Ateng (19), Ardian (21), Boy (18), Bayu Rahmawan (19), dan Iwan Gunawan.

Enam di antara para korban itu menderita luka tembak. Mereka adalah Dhyta (KPP
PRD) yang tertembak di pinggang belakang sebelah kanannya, Kuncoro (PRD
Mampang Prapatan) terkena luka tembak di kakinya. Budi (KPK PRD Solo)
tertembak di dada bagian kanan. Elim dari Bekasi tertembak di kaki kanan.
Ardian dari Palembang terkena hantaman peluru di punggung sebelah kiri. Bayu
Rahmawan, anggota (PRD Boyolali) tertembak di bagian samping luar paha kiri.

Setelah mengeluarkan 

Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-02 Terurut Topik bRidWaN

Ini sangat menyinggung deh...
soalnya 'betul-sekali'.:)

At 08:55 AM 7/2/99 -0700, Mirza Raditya wrote:
Blm sudah selesai masalah Mei setaun silam,
ada lagi tambah permasalahan baru yg mengundang
perhatian internasional kepada indonesia
jgnkan di SCTV...di CNN 2 kali di putar...
dan ada close-up nya..disaat polisi 'beraksi'
menghajar para demonstran
mau membantah lagi soal ini btl tidaknya!?!?!

saya bingung dgn oknum2 polisi itu... nyali mereka
besar skali utk menghajar para mahasiswa yg sedang
mendemo... tapi giliran melihat pengendara mobil yg
sedang ditodong dilampu merah... para polisi itu yg
disebut salah satu alat pelindung rakyat... malah lari
pontang panting...
dan senang 'bermain lampu merah' agar supaya org dibil
melanggar lampu merah (didaerah senayan terutama)

apa ini yg bisa disebut pelindung rakyat?!..
perlu dipertanyakan kembali?!!!?!?!

Mirza Raditya



--- Yuni Wilcox [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Saya nggak habis pikir, hanya segitu tingkat
 kemanusiaan sebagian orang
 Indonesia. ada aja yang lebih memntingkan harta
 dibanding nyawa seseorang.
 (mengenai orang KPU yang nggak mau minjamin mobil
 untuk angkut korban ke RS).

 Satu hal lagi, suruh tuh polisi beli gas air mata
 dan peluru karet jangan
 peluru beneran digunakan terus menerus.

 Kayaknya nyawa orang murah amat, mentang mentang
 Indonesia penduduknya
 berjubel.

 Yuni


 Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 At 10:41 PM 7/1/99 -0400, you wrote:
 Ikut berduka cita juga.
 
 Irwan Ariston Napitupulu wrote:
 
  Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
  di halaman KPU.
 

http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm
 
  Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca
 bagian paragraf
  berikut ini dari artikel yg termuat di alamat
 atas:

 ...

 Yw: Too bad. Kejadiannya memang bikin 'miris'. Saya
 lihat
 langsung bagaimana gebuk-gebukannya di televisi
 (SCTV
 kalau tidak salah). Hanya kalau saya perhatikan,
 mood
 sementara kalangan, sekarang sudah lain.

 Situasi dan mood yg 'lain' itu, terutama terjadi
 karena
 rakyat banyak sudah punya gambaran hasil pemilu.
 Jadi
 begitu mereka tahu PRD, siapa itu PRD, apakah
 partai itu
 pilihan mereka? PRD itu mewakili berapa persen
 rakyat?
 Orang jadi cenderung cuwek.

 Saya sendiri terus terang miris. Sebagai orang
 yg
 not so long time ago pernah di jalanan juga
 (ngeluyur
 sana, ngeluyur sini), saya bisa gamblang
 mbayangin
 gimana rasanya berada di tengah situasi chaotic
 begitu.
 Apakah anda polisi, apakah anda di pihak
 lainnya, apakah
 anda wartawan, apakah anda the wrong person at
 the wrong
 place at the wrong time, apapun anda, segede
 apapun badan
 anda, seprima apapun stamina anda, di jalanan
 anda tidak
 ingin berada di tengah-tengah gebuk-gebukan
 massal.

 Saya doain para netters permias semaunya
 baik-baik aja
 dan gembira selalu. ;-)




 Get your own FREE, personal Netscape WebMail account
 today at http://webmail.netscape.com.


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com





Re: [Re: Berduka kembali]

1999-07-02 Terurut Topik Mardon Marpaung

Saya terharu akan kejadian sperti ini
*hiks*.*hiks*.*hiks*

---bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ini sangat menyinggung deh...
 soalnya 'betul-sekali'.:)

 At 08:55 AM 7/2/99 -0700, Mirza Raditya wrote:
 Blm sudah selesai masalah Mei setaun silam,
 ada lagi tambah permasalahan baru yg mengundang
 perhatian internasional kepada indonesia
 jgnkan di SCTV...di CNN 2 kali di putar...
 dan ada close-up nya..disaat polisi 'beraksi'
 menghajar para demonstran
 mau membantah lagi soal ini btl
tidaknya!?!?!
 
 saya bingung dgn oknum2 polisi itu... nyali mereka
 besar skali utk menghajar para mahasiswa yg sedang
 mendemo... tapi giliran melihat pengendara mobil yg
 sedang ditodong dilampu merah... para polisi itu yg
 disebut salah satu alat pelindung rakyat... malah
lari
 pontang panting...
 dan senang 'bermain lampu merah' agar supaya org
dibil
 melanggar lampu merah (didaerah senayan terutama)
 
 apa ini yg bisa disebut pelindung rakyat?!..
 perlu dipertanyakan kembali?!!!?!?!
 
 Mirza Raditya


_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Berduka kembali

1999-07-01 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Ikut berduka cita juga.

Irwan Ariston Napitupulu wrote:

 Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
 di halaman KPU.
 http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm

 Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca bagian paragraf
 berikut ini dari artikel yg termuat di alamat atas:

 ---kutipan
 Seorang korban perempuan bernama Dhyta Caturrani (24) yang
 mengalami luka serius. Wartawan yang menolong Dhyta minta agar
 korban dinaikkan ke mobil. Namun tidak seorang pun anggota KPU
 rela meminjamkan mobilnya.

 Akhirnya Dhyta diberi pertolongan sementara di Pusat Kebudayaan
 India yang berada di seberang gedung KPU, sementara empat
 korban dinaikkan ke dalam sedan dan dua korban lainnya di mobil
 terpisah untuk dibawa ke RS terdekat.
 akhir kutipan

 Sebegitu berhargakah arti sebuah jok mobil (kalau memang takut
 kena cipratan darah) dibanding nyawa seseorang yg bisa jadi
 sedang terancam???

 Aa..saya kehabisan kata2..:(

 Salam duka untuk para korban dari keduabelah pihak.

 jabat erat,
 Irwan Ariston Napitupulu



Re: Berduka kembali

1999-07-01 Terurut Topik arezdaps

Saya juga turut berduka cita.
rupaya berat nian.. langkah kita menuju demokrasi...

Blucer Rajagukguk wrote:

 Ikut berduka cita juga.

 Irwan Ariston Napitupulu wrote:

  Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
  di halaman KPU.
  http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm
 
  Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca bagian paragraf
  berikut ini dari artikel yg termuat di alamat atas:
 
  ---kutipan
  Seorang korban perempuan bernama Dhyta Caturrani (24) yang
  mengalami luka serius. Wartawan yang menolong Dhyta minta agar
  korban dinaikkan ke mobil. Namun tidak seorang pun anggota KPU
  rela meminjamkan mobilnya.
 
  Akhirnya Dhyta diberi pertolongan sementara di Pusat Kebudayaan
  India yang berada di seberang gedung KPU, sementara empat
  korban dinaikkan ke dalam sedan dan dua korban lainnya di mobil
  terpisah untuk dibawa ke RS terdekat.
  akhir kutipan
 
  Sebegitu berhargakah arti sebuah jok mobil (kalau memang takut
  kena cipratan darah) dibanding nyawa seseorang yg bisa jadi
  sedang terancam???
 
  Aa..saya kehabisan kata2..:(
 
  Salam duka untuk para korban dari keduabelah pihak.
 
  jabat erat,
  Irwan Ariston Napitupulu



Re: Berduka kembali

1999-07-01 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

At 10:41 PM 7/1/99 -0400, you wrote:
Ikut berduka cita juga.

Irwan Ariston Napitupulu wrote:

 Saya sedih membaca peristiwa demo berdarah
 di halaman KPU.
 http://www.kompas.com/kompas-cetak/9907/02/UTAMA/poli01.htm

 Yang tidak habis pikir lagi, ketika saya membaca bagian paragraf
 berikut ini dari artikel yg termuat di alamat atas:

...

Yw: Too bad. Kejadiannya memang bikin 'miris'. Saya lihat
langsung bagaimana gebuk-gebukannya di televisi (SCTV
kalau tidak salah). Hanya kalau saya perhatikan, mood
sementara kalangan, sekarang sudah lain.

Situasi dan mood yg 'lain' itu, terutama terjadi karena
rakyat banyak sudah punya gambaran hasil pemilu. Jadi
begitu mereka tahu PRD, siapa itu PRD, apakah partai itu
pilihan mereka? PRD itu mewakili berapa persen rakyat?
Orang jadi cenderung cuwek.

Saya sendiri terus terang miris. Sebagai orang yg
not so long time ago pernah di jalanan juga (ngeluyur
sana, ngeluyur sini), saya bisa gamblang mbayangin
gimana rasanya berada di tengah situasi chaotic begitu.
Apakah anda polisi, apakah anda di pihak lainnya, apakah
anda wartawan, apakah anda the wrong person at the wrong
place at the wrong time, apapun anda, segede apapun badan
anda, seprima apapun stamina anda, di jalanan anda tidak
ingin berada di tengah-tengah gebuk-gebukan massal.

Saya doain para netters permias semaunya baik-baik aja
dan gembira selalu. ;-)