Re: Christianto Wibisono sang rasist
hei... setuju banget kalau penduduk negara kita ini relijius yang tidak membumi... korupsi segala... cuma masalah bakar-bakar bendera bagiklu tidak prolblem itu hanya salah satu cara praktris untuk menunjukkan bahwa kita kurang senang dengan arogansinya australia. itu saja, trimakasih, salam kompak >From: Sri T Arundhati <[EMAIL PROTECTED]> >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject: Re: Christianto Wibisono sang rasist >Date: Wed, 29 Sep 1999 11:09:10 -0400 > >Lah koq jadi rame begini sih.. >Saya mungkin terlalu naif atau gimana yah...tapi terus terang saya sih >cuman lihat inti permasalahannya aja yang ingin disampaikan CW, masalah >menggunakan nama malaikat atau nama siapa mah.itu mungkin cuman cara >nulis aja supaya bisa lebih komunikatif dan menarik. Saya pikir sih CW >mungkin lupa atau kurang sensitif bahwa bangsa kita itu orang-orangnya >sangat religius sekali sehingga sangat peka kalau nama-nama religius itu >dicantumkan dalam tulisan. CW lupa kalau kita ini kan bangsa yang sangat >religius dan saking religiusnya dan memikirkan hal-hal yang seperti ini, >simbol dsb... lupa.kalau korupsi dan teman-temannya di >negara kita telah merajalela dan berurat akar dimana-mana (ironis ya). >Ritual dijalankan tapi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari >mahtanda tanya. Seakan-akan tidak ada hubungan antara >Habluminallah;hubungan manusia dengan Tuhan, dan dengan >Habluminannas;hubungan manusia dengan manusia (mohon maaf kalau >tulisannya salah, mohon dikoreksi). Padahal ini sangat erat dan >berhubungan timbal balik. >Tapi. saya masih tetap optimis koq dengan Indonesia. >Untuk jalan tengahnya ..bagaimana kalu kita usul aja ya ke bung CW >lain kali kalau nulis janganlah menggunakan nama-nama >religiusini sangat sensitif buat bangsa kita yang sangat religius. >Gimana menurut Jeffrey? > >Kalau mengenai bakar-bakaran bendera.dengan tidak mengurangi rasa >hormat saya terhadap rasa kebangsaan yang tinggi dari teman-teman >pendemo..maaf saya terus terang ngga setuju kalau kita membalasnya >dengan ikut bakar bendera.Koq ini jadi mengingatkan saya waktu >tawuran sekolah SMP saya sih. Sekolah dilemparin botol...dibales dengan >lemparin botol juga...ealah...bala atuh kasihan yang ngebersihin. >Kalau menurut saya... ini mah cara yang ngga dewasa deh (sekali lagi >maaf). Apa ngga ada cara lain yang bisa memberikan kesan kepada mereka >bahwa kita ini bangsa yang lebih terhormat, lebih berbudaya dan lebih >matang jiwanya dari mereka. Lah kalau dibales dengan cara yang sama apa >bukan berarti kita punya tabiat yang sama dengan mereka? gimana menurut >Jeffrey? > >Iya deh gitu aja dulu sekedar tanggapan dari saya, >Salam kompak selalu. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
saya setuju dengan pendapat ini..saya tunggu banget bukunya
Re: Christianto Wibisono sang rasist
:))
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Halo Mas Jupri (maaf, saya nih orang Jawa yang nggak bisa basa Inggris), Kalau Anda mau melakukan wawancara imajiner kayak itu adalah hak Anda. Anda adalah bukan yang pertama. Anda juga bisa menulis surat resmi (bukan surat kaleng) kepada gereja untuk mengkritik habis gereja. Gereja akan menerima segala kritik Anda dengan tangan terbuka tanpa harus menaruh dendam seperti dengan membakar rumah Anda. Menyoal fasis memang dari sisi lain hal-hal yang Anda sebutkan juga bisa disebut fasis. George Washington? Saya kok nggak melihat itu. Malah ia memberi contoh yang baik kepada militer agar tak tamak untuk berkuasa. Brawijaya? Yang jelas Prabu Brawijaya alias Eyang Troy itu salah satu anggota milis ini. Terus terang saya lupa siapa Prabu Brawijaya yang Anda maksudkan. Yang beken zaman itu yang saya ingat Kertanegara, RW, Hayam Wuruk/Gadjah Mada, dan tentu yang paling beken adalah Arya Kamandanu :-) dengan pedang nagapuspa-nya. Saya kok nggak pernah berpikir kalau RI itu cikal-bakalnya adalah Sriwijaya-Majapahit. Setahu saya RI itu ya bekas India-Belanda (karena ada India-Inggris). Mengingat kebesaran masa lampu membuktikan bahwa kita terlena dan mabuk. Bukti terakhir saat SEAG lalu di Brunei. Memang sedikit banyak pola kehidupan kita ada kemiripan dengan Sriwijaya-Majapahit. Setidaknya cara menguasai Indonesia. Wassalam, Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 29 September, 1999 21:46 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist >From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> >Mas Jupri, >Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama >malaikat >Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain >mengapa mesti >pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini >saya mau berdiskusi >dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo >Tuhan itu satu dan sama). Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan? Let's see bagaimana reaksi orang-orang. >Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau >menulis >seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW >menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih >paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan. >Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai >daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang >seperti halnya Timtim. Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris, Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger nih >Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau >universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah >Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh. Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana? Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga menjadi jelas. >Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah >"Indonesia" saat itu belum terdengar je. Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji) kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di Sumsel. >Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya >lupa >tolong berikan arsi
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Ini saya paste-kan komentar langsung dari CW. === Terima kasih kepada semua yang berpolemik dan bahkan yang "menobatkan saya jadi "Salman Rushdie". Dialog kemarin itu belum apa apa, tunggu buku saya yang akan terbit tahun 2000 itu untuk mengikuti jejak Prof Abdus Salam yang Muslim tapi hebat dan canggih. Beliau berkata bahwa Muslim sejati itu hanya ada di Barat, Demokrasi dan Keadilan sosial, HAM dan keterbukaan, itulah Muslim sejati Sedang di Timur Tengah itu diktatur setan mengaku Muslim tapi tingkah lakunya setan jahiliyah membunuhi ummat dan bangsanya sendiri. Ini yang ngomong bukan CW yang Kristen tapi Prof Abdus Salam pemenang hadiah Nobel Fisika (jadi pakai otak, bukan pakai dengkul atau politik seperti Ramos Horta). Profesor yang benar benar berotak, sekaligus tetap Muslim, tapi ogah tinggal dinegara nya sendiri yang biadab menggantung Ali Bhutto jadi dia memilih dan dipilih sebagai Direktur International Center for Theoretical Physic di Italia. Ini adalah kutipan otentik dari buku Prof Abdus Salam. jadi bagi CW tidak peduli Kristen atau Islam, kalau salah ya harus dihukum. Termasuk LB Moerdani, Sudomo semua harus bertanggung jawab terhadap pembantaian dimanapun, dan tentunya oknum jendral Islam juga harus dihukum tidak boleh berlindung dibalik agama Islam. Ini saja statemen saya terhadap polemik Malaikat Jibrail. Sekali lagi terima kasih. Kalau anda pikir ini bisa melampaui "rasio" para netters yang saya anggap tidak perlu turun pangkat jadi preman, ya boleh anda edarkan kepada yang mengritik saya. Terserah anda, thanks. CW = Wassalam, Efron
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Lah koq jadi rame begini sih.. Saya mungkin terlalu naif atau gimana yah...tapi terus terang saya sih cuman lihat inti permasalahannya aja yang ingin disampaikan CW, masalah menggunakan nama malaikat atau nama siapa mah.itu mungkin cuman cara nulis aja supaya bisa lebih komunikatif dan menarik. Saya pikir sih CW mungkin lupa atau kurang sensitif bahwa bangsa kita itu orang-orangnya sangat religius sekali sehingga sangat peka kalau nama-nama religius itu dicantumkan dalam tulisan. CW lupa kalau kita ini kan bangsa yang sangat religius dan saking religiusnya dan memikirkan hal-hal yang seperti ini, simbol dsb... lupa.kalau korupsi dan teman-temannya di negara kita telah merajalela dan berurat akar dimana-mana (ironis ya). Ritual dijalankan tapi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari mahtanda tanya. Seakan-akan tidak ada hubungan antara Habluminallah;hubungan manusia dengan Tuhan, dan dengan Habluminannas;hubungan manusia dengan manusia (mohon maaf kalau tulisannya salah, mohon dikoreksi). Padahal ini sangat erat dan berhubungan timbal balik. Tapi. saya masih tetap optimis koq dengan Indonesia. Untuk jalan tengahnya ..bagaimana kalu kita usul aja ya ke bung CW lain kali kalau nulis janganlah menggunakan nama-nama religiusini sangat sensitif buat bangsa kita yang sangat religius. Gimana menurut Jeffrey? Kalau mengenai bakar-bakaran bendera.dengan tidak mengurangi rasa hormat saya terhadap rasa kebangsaan yang tinggi dari teman-teman pendemo..maaf saya terus terang ngga setuju kalau kita membalasnya dengan ikut bakar bendera.Koq ini jadi mengingatkan saya waktu tawuran sekolah SMP saya sih. Sekolah dilemparin botol...dibales dengan lemparin botol juga...ealah...bala atuh kasihan yang ngebersihin. Kalau menurut saya... ini mah cara yang ngga dewasa deh (sekali lagi maaf). Apa ngga ada cara lain yang bisa memberikan kesan kepada mereka bahwa kita ini bangsa yang lebih terhormat, lebih berbudaya dan lebih matang jiwanya dari mereka. Lah kalau dibales dengan cara yang sama apa bukan berarti kita punya tabiat yang sama dengan mereka? gimana menurut Jeffrey? Iya deh gitu aja dulu sekedar tanggapan dari saya, Salam kompak selalu.
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Hehehehe... "monopoli" kayak dagangan aja... Diskusinya bagus.. lebih enak lagi kalo CW nya sendiri yang langsung menanggapi. Bila dilihat dari semua sudut/sisi yah semuanya bener .. semuanya salah.. mending denger langsung dari CW nya aja.. maksudnya apa .. kalo begini terus mah bakal gede2 tuh jarinya.. ngetik 2 halaman lebih.. Faran -- On Tue, 28 Sep 1999 23:02:21 Irwan Ariston Napitupulu wrote: Saya hanya ingin meluruskan bahwa malaikat >Jibril itu tidak hanya monopoli agama Islam seperti yg sempat >diindikasikan oleh bung Anjasmara karena memang di agama >Kristen pun mengenal malaikat yg sama. >Bagi saya biarlah hal tersebut menjadi urusan pribadi CW >dengan Tuhannya karena memang bagi saya pribadi >Tuhan itu terlalu hebat untuk kita bela karena memang Tuhan >tidak butuh pembelaan saya sebagai manusia ciptaanNya. > > >jabat erat, >Irwan Ariston Napitupulu > DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
>From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> >Mas Jupri, >Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama >malaikat >Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain >mengapa mesti >pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini >saya mau berdiskusi >dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo >Tuhan itu satu dan sama). Okay, sebelum kita terjebak diskusi agama di milis ini mending saya berhenti. Tapi next time saya akan meniru gaya CW dengan melakukan wawancara imajiner dengan Yesus. Toh subjeknya sendiri diakui di ajaran Islam kan? Let's see bagaimana reaksi orang-orang. >Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau >menulis >seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW >menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih >paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan. >Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai >daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang >seperti halnya Timtim. Okay tapi ingat...kebebasan cara memandang bukan berarti menohok cara pandang umum. Bila para pemersatu wilayah disebut fasis, lalu bagaimana sejarah dunia ini mau dipelajari? Bagaimana Alexander The Great, bagaimana George Washington? bagaimana dengan kaisar-kaisar yg mampu menyatukan Jepang yg sebelumnya wilayah yg berdiri sendiri-sendiri? Bagaimana dengan Inggris, Perancis, dlsb yang menyebarkan kekuasaan ke seluruh dunia? Apakah mereka fasis? Hmmm, sungguh aneh kalau Inggris, perancis, portugis tidak dibilang fasis, sementara orang seperti R. Wijaya adalah fasis. Bagaimana pula dengan AS yg menanamkan pengaruh ke seluruh dunia? Bener-bener paham keblinger nih >Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau >universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah >Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh. Mas-mas Kodam Brawijaya sama universitas Brawijaya diambil dari mana? Masak nama Kodam diambil dari nama raja-raja terakhir Majapahit yg nggak beken? Memang buku sejarah kita menyatakan bahwa nama tersebut merupakan raja terakhir. Sebetulnya diambil dari kata bra-wijaya. Wijaya merefer ke pendiri kerajaan Majapahit ini, sedangkan 'bra' berarti agung. Semoga menjadi jelas. >Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah >"Indonesia" saat itu belum terdengar je. Hehehe jangan suka memungkiri bahwa keberadaan RI juga diinspirasi oleh keberadaan kerajaan-kerajaan masa lalu sejak Sriwijaya, Mataram, Majapahit dlsb. Bendera Merah Putih juga diinspirasikan oleh bendera (panji-panji) kerajaan-kerajaan itu. Memang Majapahit bukan satu-satunya kerajaan yg mempunyai bendera merah-putih (gula kelapa), masih ada beberapa kerajaan besar di Indonesia yg punya bendera semacam. Tapi jangan dipungkiri bahwa arti merah=berani, dan putih=suci diambil dari kerajaan-kerajaan itu. Ingat mas, bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya sendiri. Bukan memburuk-burukan seperti CW itu. Asal tahu saja, Thailand juga ikut mengklaim bahwa Sriwijaya sebetulnya berada di wilayah mereka, bukan di Sumsel. >Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya >lupa >tolong berikan arsipnya. Ah gitu ya? Yah, sudahlah saya ngalah. Ngapain saya simpen. Bisa bengkak harddisk saya. >-Original Message- >From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] >Sent: Wednesday, 29 September, 1999 8:52 AM >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist > >Lho mas, kalau umat Kristen mau mengadili para pendeta sih masa bodo amat. >Lagipula siapa yang ngomongin pendeta? Masak malaikat disamakan dengan >pendeta;) > >Kalau Umat Kristen mau mencatut nama seorang malaikat ya silakan asal >dilakukan di dalam gereja. Itu kalau malaikatnya kebetulan sama dengan >malaikat dari umat yang lain. Kalau punya malaikat sendiri lalu dicatut >sendiri sih silakan saja. Yang lain sih bakalan cuek bebek dong. Jadi >pembelaan anda nggak ada sangkut pautnya dengan statemen saya bahwa CW >nggak >peka dengan umat lain. > >Coba, kenapa mesti wawancara imajinernya dengan malaikat jibril yang >mendapat tempat khusus di dalam ajaran lain? Kenapa nggak bikin wawancara >dengan Yesus saja? Atau dengan Nabi Samuel? Habis ini mau bikin wawancara >imajiner dengan siapa lagi? Mau dengan Muhammad SAW? Dengan Budha Gautama? > >CW nggak bisa melakukan hal ini di depan publik! Biarpun koran SP membawa >bendera kristenpun, bila dijual ke publik harus dipertanyakan apa >tujuannya. >Kecuali bisa juga diberi label, tidak ditujukan untuk umat X, dilanjutkan >dengan keterangan blah-blah... Nilai-nilai yang ditanamkan berbeda. Mungkin
Re: Christianto Wibisono sang rasist
In a message dated 9/28/99 8:56:19 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: > Sebagai penganut agama Non-Islam si Christianto Wibisono juga tidak sensitif > dengan para penganut Islam di Indonesia. Malaikat Jibril, sebagaimana > malaikat yg lain di dalam Islam tidak boleh dimain-mainkan hanya untuk > sekedar mencari sesuap nasi dari gaji sebagai kolumnis. Kedurhakaan CW > melebihi si Arswendo Atmowiloto yg berani-beraninya mendudukkan Nabi > Muhammad SAW dengan Suharto, Ainstein, dlsb. Irwan: Sebelum anda membawa masalah ini lebih jauh lagi sebaiknya anda tahu lebih dulu bahwa malaikat Jibril itu bukan monopoli agama Islam. Dalam agama Kristen juga dikenal malaikat Jibril yg biasa ditulis dengan Gabriel. Jadi, bung CW itu menulis malaikat Jibril konteksnya adalah dalam agama Kristen. Sama seperti kalau kita lihat di kalender2 dimana hari2 raya umat Kristen yg berkaitan dengan Yesus ditulis dengan nama Isa Almasih seperti "Kelahiran Isa Almasih", "Kematian Isa Almasih, "Kebangkitan Isa Almasih", "Kenaikan Isa Almasih". Walau ditulis dengan gaya Islam tapi yg dimaksud adalah dalam agama Kristen. Demikian juga dengan malaikat Jibril nya CW, karena CW adalah Kristen maka dalam menulis hal tersebut tentu konteksnya dia adalah malaikatnya orang Kristen. catatan: Saya tidak sedang membenarkan atau pun menyalahkan CW menggunakan malaikat Jibril (Gabriel) dalam wawancara imajener tersebut karena bukan dalam kapasitas saya untuk menghakimi CW. Saya hanya ingin meluruskan bahwa malaikat Jibril itu tidak hanya monopoli agama Islam seperti yg sempat diindikasikan oleh bung Anjasmara karena memang di agama Kristen pun mengenal malaikat yg sama. Bagi saya biarlah hal tersebut menjadi urusan pribadi CW dengan Tuhannya karena memang bagi saya pribadi Tuhan itu terlalu hebat untuk kita bela karena memang Tuhan tidak butuh pembelaan saya sebagai manusia ciptaanNya. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Mas Jupri, Adalah hak orang Kristen (termasuk CW) menggunakan/mencatut nama malaikat Jibril. Kalaupun ada kesamaan nama dengan agama orang lain mengapa mesti pusing. Toh Tuhan-nya juga sama (kalo soal yang ini saya mau berdiskusi dengan Anda secara terpisah dari subjek di atas. Akan saya buktikan kalo Tuhan itu satu dan sama). Gaya menulis orang berbeda-beda. Jadi jangan salahkan CW kalau menulis seperti itu. Kalau bosan...yach jangan dibaca. Gampang 'kan? CW menganalogikan irama kehidupan sekarang dengan masa lampau bagi saya masih paut (relevant). Bagi banyak orang Raden Wijaya (RW) dkk adalah pahlawan. Namun dari satu sisi mereka (RW dkk) adalah fasis yang ingin menguasai daerah orang lain. Apakah ini salah? Bergantung pada cara pandang orang seperti halnya Timtim. Anda juga keliru kalau nama RW/Majapahit dijadikan nama Kodam atau universitas. Saya kok belum mendengar info ini. Kalau Gadjah Mada memang iya tempat saya ngangsu kawruh. Lagi pula sejak kapan RW mengukir kejayaan Indonesia? Lha wong istilah "Indonesia" saat itu belum terdengar je. Juga, kapan saya menentang orang yang menyoal pribadi MSP? Kalau saya lupa tolong berikan arsipnya. Wassalam, Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 29 September, 1999 8:52 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Christianto Wibisono sang rasist Lho mas, kalau umat Kristen mau mengadili para pendeta sih masa bodo amat. Lagipula siapa yang ngomongin pendeta? Masak malaikat disamakan dengan pendeta;) Kalau Umat Kristen mau mencatut nama seorang malaikat ya silakan asal dilakukan di dalam gereja. Itu kalau malaikatnya kebetulan sama dengan malaikat dari umat yang lain. Kalau punya malaikat sendiri lalu dicatut sendiri sih silakan saja. Yang lain sih bakalan cuek bebek dong. Jadi pembelaan anda nggak ada sangkut pautnya dengan statemen saya bahwa CW nggak peka dengan umat lain. Coba, kenapa mesti wawancara imajinernya dengan malaikat jibril yang mendapat tempat khusus di dalam ajaran lain? Kenapa nggak bikin wawancara dengan Yesus saja? Atau dengan Nabi Samuel? Habis ini mau bikin wawancara imajiner dengan siapa lagi? Mau dengan Muhammad SAW? Dengan Budha Gautama? CW nggak bisa melakukan hal ini di depan publik! Biarpun koran SP membawa bendera kristenpun, bila dijual ke publik harus dipertanyakan apa tujuannya. Kecuali bisa juga diberi label, tidak ditujukan untuk umat X, dilanjutkan dengan keterangan blah-blah... Nilai-nilai yang ditanamkan berbeda. Mungkin parodi di tempat lain aman-aman saja, tapi tentunya jangan disama-ratakan untuk memparodikan milik yg lain dong (bilapun milik bersama). Saya sih tidak anti CW, nyatanya saya juga baca. Cuman bosan saja dengan istilah Ken Arokisme dan Brutusisme. Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang megah. Masa lalunya yg buruk mungkin dapat diterima deh. Tidak demikian dengan R. Wijaya. Dia adalah pendiri kerajaan Majapahit yg jauh lebih berjaya daripada RI. Namanya sampai sekarang dinobatkan menjadi nama Kodam, universitas, dll. Masak tokoh sejarah yg mengukir kejayaan Indonesia di masa lampau ini dihujat-hujat? Dalam artikel terakhir CW memberi contoh bagaimana strategi R. Wijaya yg menggunakan tangan tentara Kubelei Khan untuk mengalahkan musuh sebagai tindak pengkianat. Kita tidak dapat men-judge bahwa hal ini adalah trade mark pribumi (silakan baca lagi di bagian terakhir artikelnya). Itulah politik. Baik dan buruknya jangan disangkut- pautkan dengan kelompok tertentu. Itu sih belum apa-apa bila dibandingkan teori perangnya SUn Tzu mas. Kalau R. Wijaya dibilang pengkianat, lalu SUn Tzu tuhannya pengkianat? Kan tidak tho? Yang saya kritik tak kalah kerasnya adalah pernyataan CW bahwa maraknya demo anti Australia adalah sisa akibat doktrin Suharto. Lho, orang para pendemo hanya merespon apa yg dilakukan oleh orang Australia kok yg dikritik malah mereka. Sekali lagi saya tanya siapa yg memulai bakar-bakaran bendera, siapa yg memboikot dagang, siapa yg merusak gedung konsulat duluan, siapa yg tidak mampu menjaga keamanan KBRI sehingga mesti tutup? Kok pendemo dalam negeri lagi yg disalahi. Lagi pula apa urusannya dengan Suharto? Orang Indonesia sudah dari sononya nggak suka sama 'londo'. Begitu mereka pecicilan melakukan 'jingoism' lagi jelas secara natural orang akan naik darah dong. Kok chauvinis. Baru segitu dibilang chauvinis. Artinya yg ngomong yg nggak punya rasa kebangsaan. Nah, berhubung katanya menghargai perbedaan pendapat, hormatilah yg mendemo itu. Masak disangkutkan sama Suharto. Orang pada jijay lagi;) Semua hal di atas tentu saja bukan penilaian akhir atas CW. Mungkin saja CW introspeksi diri, dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan ini. Bila memang CW mampu memperbaiki statemenya, tentu saja saya akan berubah pikiran lagi, dan mengubah pandangan bahwa CW adalah rasist. Tambahan: Nah, sekarang anda ikut-ikutan bilang Amien machiavelis. Kemarin ada yg bilang anda tida
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Lho mas, kalau umat Kristen mau mengadili para pendeta sih masa bodo amat. Lagipula siapa yang ngomongin pendeta? Masak malaikat disamakan dengan pendeta;) Kalau Umat Kristen mau mencatut nama seorang malaikat ya silakan asal dilakukan di dalam gereja. Itu kalau malaikatnya kebetulan sama dengan malaikat dari umat yang lain. Kalau punya malaikat sendiri lalu dicatut sendiri sih silakan saja. Yang lain sih bakalan cuek bebek dong. Jadi pembelaan anda nggak ada sangkut pautnya dengan statemen saya bahwa CW nggak peka dengan umat lain. Coba, kenapa mesti wawancara imajinernya dengan malaikat jibril yang mendapat tempat khusus di dalam ajaran lain? Kenapa nggak bikin wawancara dengan Yesus saja? Atau dengan Nabi Samuel? Habis ini mau bikin wawancara imajiner dengan siapa lagi? Mau dengan Muhammad SAW? Dengan Budha Gautama? CW nggak bisa melakukan hal ini di depan publik! Biarpun koran SP membawa bendera kristenpun, bila dijual ke publik harus dipertanyakan apa tujuannya. Kecuali bisa juga diberi label, tidak ditujukan untuk umat X, dilanjutkan dengan keterangan blah-blah... Nilai-nilai yang ditanamkan berbeda. Mungkin parodi di tempat lain aman-aman saja, tapi tentunya jangan disama-ratakan untuk memparodikan milik yg lain dong (bilapun milik bersama). Saya sih tidak anti CW, nyatanya saya juga baca. Cuman bosan saja dengan istilah Ken Arokisme dan Brutusisme. Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang megah. Masa lalunya yg buruk mungkin dapat diterima deh. Tidak demikian dengan R. Wijaya. Dia adalah pendiri kerajaan Majapahit yg jauh lebih berjaya daripada RI. Namanya sampai sekarang dinobatkan menjadi nama Kodam, universitas, dll. Masak tokoh sejarah yg mengukir kejayaan Indonesia di masa lampau ini dihujat-hujat? Dalam artikel terakhir CW memberi contoh bagaimana strategi R. Wijaya yg menggunakan tangan tentara Kubelei Khan untuk mengalahkan musuh sebagai tindak pengkianat. Kita tidak dapat men-judge bahwa hal ini adalah trade mark pribumi (silakan baca lagi di bagian terakhir artikelnya). Itulah politik. Baik dan buruknya jangan disangkut- pautkan dengan kelompok tertentu. Itu sih belum apa-apa bila dibandingkan teori perangnya SUn Tzu mas. Kalau R. Wijaya dibilang pengkianat, lalu SUn Tzu tuhannya pengkianat? Kan tidak tho? Yang saya kritik tak kalah kerasnya adalah pernyataan CW bahwa maraknya demo anti Australia adalah sisa akibat doktrin Suharto. Lho, orang para pendemo hanya merespon apa yg dilakukan oleh orang Australia kok yg dikritik malah mereka. Sekali lagi saya tanya siapa yg memulai bakar-bakaran bendera, siapa yg memboikot dagang, siapa yg merusak gedung konsulat duluan, siapa yg tidak mampu menjaga keamanan KBRI sehingga mesti tutup? Kok pendemo dalam negeri lagi yg disalahi. Lagi pula apa urusannya dengan Suharto? Orang Indonesia sudah dari sononya nggak suka sama 'londo'. Begitu mereka pecicilan melakukan 'jingoism' lagi jelas secara natural orang akan naik darah dong. Kok chauvinis. Baru segitu dibilang chauvinis. Artinya yg ngomong yg nggak punya rasa kebangsaan. Nah, berhubung katanya menghargai perbedaan pendapat, hormatilah yg mendemo itu. Masak disangkutkan sama Suharto. Orang pada jijay lagi;) Semua hal di atas tentu saja bukan penilaian akhir atas CW. Mungkin saja CW introspeksi diri, dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan ini. Bila memang CW mampu memperbaiki statemenya, tentu saja saya akan berubah pikiran lagi, dan mengubah pandangan bahwa CW adalah rasist. Tambahan: Nah, sekarang anda ikut-ikutan bilang Amien machiavelis. Kemarin ada yg bilang anda tidak senang karena ada masalah pribadi. Padahal waktu seorang peserta milis melakukan hal senada kepada Megawati anda juga ikut protes. Katanya jangan bawa urusan pribadi...Bagaimana tho mas;) Berhubung anda yg memulai men-cc, saya juga men-cc ke CW deh. +anjas - >From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject: Re: Christianto Wibisono sang rasist >Date: Wed, 29 Sep 1999 07:29:47 +0700 > >Ha...ha...hakasihan Mas Jupri ini. > >Jemaat Kristen diperkenankan "mengadili" pendetanya bahkan memecat sang >pendeta kalo si pendeta memang geblek. Orang juga bebas mengkritik dan >membuat parodi soal gereja. Anda bisa lihat dalam Mr. Bean misalnya, yang >ia >dengan lugunya mengacaukan gereja untuk dibikin lelucon. Coba kalau itu >terjadi pada agama lain? > >Kalau Anda rajin mengikuti "Analisis" (sebenarnya tak tepat disebut dengan >analisis) CW setiap Selasa di SP, Anda akan tahu gaya tulisan CW. Saya >termasuk penggemarnya. Tidak itu saja, saya juga memberikan kritikan >terhadap tulisannya langsung kepadanya. Bahkan posting inipun saya bcc-kan >kepada CW. Bagi saya CW masih tetap konsisten dengan keintelektualannya, >walau dulu pernah saya kecam habis-
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Ha...ha...hakasihan Mas Jupri ini. Jemaat Kristen diperkenankan "mengadili" pendetanya bahkan memecat sang pendeta kalo si pendeta memang geblek. Orang juga bebas mengkritik dan membuat parodi soal gereja. Anda bisa lihat dalam Mr. Bean misalnya, yang ia dengan lugunya mengacaukan gereja untuk dibikin lelucon. Coba kalau itu terjadi pada agama lain? Kalau Anda rajin mengikuti "Analisis" (sebenarnya tak tepat disebut dengan analisis) CW setiap Selasa di SP, Anda akan tahu gaya tulisan CW. Saya termasuk penggemarnya. Tidak itu saja, saya juga memberikan kritikan terhadap tulisannya langsung kepadanya. Bahkan posting inipun saya bcc-kan kepada CW. Bagi saya CW masih tetap konsisten dengan keintelektualannya, walau dulu pernah saya kecam habis-habisan saat CW bergabung dengan Amien "Machiavelis" Rais dalam PAN. Wassalam, Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 28 September, 1999 19:56 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Christianto Wibisono sang rasist Dalam artikel terbaru di Suara Pembaruan Christianto Wibisono menghembuskan lagi nafas SARA, justru dengan dasar anti SARA. CW yang sejak awal saya curigai kebangsaannya menyatakan bahwa terjadi gelombang nasionalisme chauvinis picik di Indonesia dengan saling bakar bendera antara Indonesia dan Australia. Si 'Picek' Christianto Wibisono hanya menuding orang Indonesia saja tanpa melihat bahwa hal ini merupakan respon warga Indonesia yg masih punya rasa kebangsaan terhadap pembakaran bendera Merah Putih di Australia. CW telah berat sebelah dalam menuding aksi bakar membakar ini. Dalam satu bagian yaitu : Sekarang setelah Soeharto lengser dan Habibie ingin memerdekakan, malah timbul gelombang nasionalisme Kumbokarno, chauvinisme model Hitler yang tidak berperikemanusiaan untuk tetap ingin menjajah Timtim. Ini adalah penyakit kriminal dan fasis yang dipelihara rezim KKN Soeharto, yang telanjur jadi kanker genetik, penyakit turunan. Rasialis baik terhadap Cina, bule, maupun keturunan hitam Melanesia. Oknum-oknum penguasa arogan di Jakarta sudah terlalu sering mengeksploitasi soal etnis dan SARA untuk melestarikan kekuasaan biadab mereka secara keji. menunjukkan bahwa CW selalu aktif meniupkan masalah SARA untuk segala macam permasalahan dengan tujuan-tujuan tertentu. Sungguh mengherankan bila kita berbicara tentang Timtim tiba-tiba berbelok ke masalah SARA. Rupanya kapabilitas CW sebagai penulis benar-benar tersumbat sebagaimana yang dia klaim sendiri. Sebagai penganut agama Non-Islam si Christianto Wibisono juga tidak sensitif dengan para penganut Islam di Indonesia. Malaikat Jibril, sebagaimana malaikat yg lain di dalam Islam tidak boleh dimain-mainkan hanya untuk sekedar mencari sesuap nasi dari gaji sebagai kolumnis. Kedurhakaan CW melebihi si Arswendo Atmowiloto yg berani-beraninya mendudukkan Nabi Muhammad SAW dengan Suharto, Ainstein, dlsb. Dalam bagian: Jadi setan itu memang bisa gentayangan. Jadi setan seperti busa napas Dasamuka menurut legenda wayang bisa masuk ke orang siapa saja di seluruh muka bumi. Dasamuka bisa muncul di tubuh Li Peng waktu memerintahkan tank menggilas mahasiswa di Tiananmen, juga bisa muncul di EGP menyedot duit Bank Bali, lalu di kalangan pribumi penuh dengan praktik KKN dan Hitler, Nero, Pol Pot, saling tikam, saling fitnah, saling jegal, saling bunuh seperti Ken Arok. CW telah keluar dari garis batas dalam membakari sentimen SARA, dan menunjuk langsung kelompok pribumi yang mempunyai sifat Hitler, Nero, Polpot, dan lain-lain. Sungguh memalukan orang yg selalu menyuarakan anti SARA akhirnya termakan sendiri untuk melakukan tindakan-tindakan rasist. http://www.suarapembaruan.com/News/1999/09/280999/index.html __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Satu hal yg patut anda renungi: - Berbeda pandangan adalah wajar, nyatanya CW memberi cap nasionalis sempit chauvinis kepada orang-orang yg membakar bendera Australia. Di lain pihak, si CW tidak mau melihat apa latar belakang orang-orang ini membakari bendera dan merusak Konsulat di Surabaya. Pandangan seperti ini tidak pantas diucapkan oleh CW yang mengaku memperjuangkan HAM, tetapi menutup mata bahwa yg pertama membakari bendera RI adalah orang-orang Australia. Yang merusak gedung dan mobil konsulat di Perth dan Darwin adalah orang-orang Australia. Yang memblokir Kedubes RI di Canberra sehingga satu minggu tidak dapat digunakan adalah orang Australia. Yang tidak mampu menjaga KBRI di Canberra supaya kegiatan di sana tetap exist adalah petugas keamanan Australia. Semua yang muncul di tanah air adalah response dari apa yg mereka lakukan di sana. Tidak ada dasar sama sekali bagi CW untuk memberikan predikat chauvinis kepada para demonstran di tanah air. Tidak... saya tidak picak. Yang picak adalah Christianto Wibisono yang selalu memihak AS, Australia tanpa reserve. Bila tidak picak maka dia tidak akan bicara seperti itu. Dia tidak mau menghargai pandangan para pendemo yg menolak segala penghinaan Australia. Nah, siapa yg tidak menghargai pandangan orang lain? Christianto Wibisono atau para pendemo atau saya? Kalau mau diusut mestinya si CW yang harus pertama melihat borok sendiri dong. - Hal lain adalah penyalahgunaan Malaikat Jibril untuk jualan abab. Tidak ada alasan satupun yg dapat membenarkan tindakan seperti ini. Coba bila orang lain membuat artikel berisi wawancara imajiner dengan Yesus tentang hal-hal duniawi yg tidak pada tempatnya, apa orang pada mau? Mungkin di dalam ajaran Non-Islam tidak ada salahnya menggunakan Jibril untuk hal demikian. Tidak demikian dengan orang lain dong. Inilah yg saya juga sebut si CW tidak sensitif thd orang lain, dan bukan tidak mungkin terdapat kemungkinan usaha mempermainkan SARA untuk dagangannya. '-- >From: Sri T Arundhati <[EMAIL PROTECTED]> >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject: Re: Christianto Wibisono sang rasist >Date: Tue, 28 Sep 1999 10:21:14 -0400 > >Setelah baca kolom nya koq saya malah berpikir anda yang "picek" sih. >Tapi terimakasih sebelumnya anda memberikan website kolom yang anda >baca, kalau saya baca sepenggal-sepenggal seperti yang anda copy dalam >email anda mungkin saya akan berpikiran seperti anda tapi setelah saya >baca lengkap .koq ya saya jadi berpandangan lain. Tapi saya pikir >anda adalah jenis orang yang menghargai pendapat yang berbeda kan? >Sorry. >Tapi emang paling susah sih dan paling memalukan untuk mengakui dan >melihat kekurangan sendiri dan paling mudah untuk menyalahkan dan >menuduh orang lain sebagai penyebab kerusakan yang terjadi pada kita. >Manusiawi. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Christianto Wibisono sang rasist
Setelah baca kolom nya koq saya malah berpikir anda yang "picek" sih. Tapi terimakasih sebelumnya anda memberikan website kolom yang anda baca, kalau saya baca sepenggal-sepenggal seperti yang anda copy dalam email anda mungkin saya akan berpikiran seperti anda tapi setelah saya baca lengkap .koq ya saya jadi berpandangan lain. Tapi saya pikir anda adalah jenis orang yang menghargai pendapat yang berbeda kan? Sorry. Tapi emang paling susah sih dan paling memalukan untuk mengakui dan melihat kekurangan sendiri dan paling mudah untuk menyalahkan dan menuduh orang lain sebagai penyebab kerusakan yang terjadi pada kita. Manusiawi.
Christianto Wibisono sang rasist
Dalam artikel terbaru di Suara Pembaruan Christianto Wibisono menghembuskan lagi nafas SARA, justru dengan dasar anti SARA. CW yang sejak awal saya curigai kebangsaannya menyatakan bahwa terjadi gelombang nasionalisme chauvinis picik di Indonesia dengan saling bakar bendera antara Indonesia dan Australia. Si 'Picek' Christianto Wibisono hanya menuding orang Indonesia saja tanpa melihat bahwa hal ini merupakan respon warga Indonesia yg masih punya rasa kebangsaan terhadap pembakaran bendera Merah Putih di Australia. CW telah berat sebelah dalam menuding aksi bakar membakar ini. Dalam satu bagian yaitu : Sekarang setelah Soeharto lengser dan Habibie ingin memerdekakan, malah timbul gelombang nasionalisme Kumbokarno, chauvinisme model Hitler yang tidak berperikemanusiaan untuk tetap ingin menjajah Timtim. Ini adalah penyakit kriminal dan fasis yang dipelihara rezim KKN Soeharto, yang telanjur jadi kanker genetik, penyakit turunan. Rasialis baik terhadap Cina, bule, maupun keturunan hitam Melanesia. Oknum-oknum penguasa arogan di Jakarta sudah terlalu sering mengeksploitasi soal etnis dan SARA untuk melestarikan kekuasaan biadab mereka secara keji. menunjukkan bahwa CW selalu aktif meniupkan masalah SARA untuk segala macam permasalahan dengan tujuan-tujuan tertentu. Sungguh mengherankan bila kita berbicara tentang Timtim tiba-tiba berbelok ke masalah SARA. Rupanya kapabilitas CW sebagai penulis benar-benar tersumbat sebagaimana yang dia klaim sendiri. Sebagai penganut agama Non-Islam si Christianto Wibisono juga tidak sensitif dengan para penganut Islam di Indonesia. Malaikat Jibril, sebagaimana malaikat yg lain di dalam Islam tidak boleh dimain-mainkan hanya untuk sekedar mencari sesuap nasi dari gaji sebagai kolumnis. Kedurhakaan CW melebihi si Arswendo Atmowiloto yg berani-beraninya mendudukkan Nabi Muhammad SAW dengan Suharto, Ainstein, dlsb. Dalam bagian: Jadi setan itu memang bisa gentayangan. Jadi setan seperti busa napas Dasamuka menurut legenda wayang bisa masuk ke orang siapa saja di seluruh muka bumi. Dasamuka bisa muncul di tubuh Li Peng waktu memerintahkan tank menggilas mahasiswa di Tiananmen, juga bisa muncul di EGP menyedot duit Bank Bali, lalu di kalangan pribumi penuh dengan praktik KKN dan Hitler, Nero, Pol Pot, saling tikam, saling fitnah, saling jegal, saling bunuh seperti Ken Arok. CW telah keluar dari garis batas dalam membakari sentimen SARA, dan menunjuk langsung kelompok pribumi yang mempunyai sifat Hitler, Nero, Polpot, dan lain-lain. Sungguh memalukan orang yg selalu menyuarakan anti SARA akhirnya termakan sendiri untuk melakukan tindakan-tindakan rasist. http://www.suarapembaruan.com/News/1999/09/280999/index.html __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com