[ppiindia] Rasa Sayang Seorang Suami

2009-06-18 Thread muhamad agus syafii
Rasa Sayang Seorang Suami

By: agussyafii

Rasa sayang seorang suami terhadap istri bagaikan rasa sayang terhadap belahan 
jiwanya sendiri. Ujung jari yang teriris, airmata mengalir tiada henti karena 
mata turut merasakan sakitnya jari yang teriris. Begitulah ungkapan rasa sayang 
seorang suami terhadap istrinya. Sungguh indahnya wujud sayang seorang suami, 
dengan ketulusan dan cinta kasih membangun mahligai rumah tangga yang juga 
dibalas cinta kasih oleh sang istri.

Begitulah yang dituturkan seorang suami dan juga teman dalam keseharian saya. 
Mas Budi yang saya kenal yang juga seorang ustadz muda rajin mengisi ceramah di 
majelis taklim, beliau sangat menyayangi istrinya. Beliau malam itu berkunjung 
ke Rumah Amalia. 'Mas Agus Syafii, mohon doanya anak-anak Amalia istri saya 
sedang sakit.' Begitu tuturnya. Malam itu Mas Budi bertutur bahwa istrinya 
tiba-tiba jatuh. Setelah didiagnosa istrinya mengidap penyakit jantung 
keturunan. 'Jadi saya mesti selalu menemaninya setiap saat.' tuturnya. Air 
matanya terus mengalir ketika Mas Budi menceritakan dirinya tidak sanggup 
melihat istrinya jika sedang sakit.

'Istri saya terlihat putus asa ketika serangan jantung itu datang. Saya tidak 
bisa meninggalkan dia sendirian.'lanjutnya. Mas Budi merasa dalam pilihan yang 
berat. Sebagai Dai dan sebagai suami. Namun dalam keadaan seperti itu malah 
justru memilih untuk merawat istrinya yang tercinta.

'Inilah ibadah yang terbaik buat saya. Merawat istri dengan baik.'ucapnya. Dua 
pekan berikutnya saya mendapatkan kabar dari Mas Budi melalui sms bahwa 
istrinya sudah boleh pulang. beliau mengucapkan terima kasih banyak atas doanya 
dan teriring salam untuk anak-anak Amalia. 

begitulah rasa sayang seorang suami terhadap istri, berbagai ujian yang datang 
semakin menambah ketaqwaannya kepada Alloh SWT dan bersabar dengan senantiasa 
menjaga dan merawat kala istri sedang sakit. Bersedia melewati suka dan duka 
bersama. Sanggupkah kita wahai para suami?' ^_^

--
Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu 
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram 
kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya 
demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21).


Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)'. Mari 
kirimkan dukungan anda pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui 
http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 
8777 12431






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Menerbitkan Buku Sendiri

2009-06-18 Thread Bu Catur




Menerbitkan Buku Sendiri

 

 

Pengetahuan
mengenai dunia penulisan dan perbukuan saat ini semakin terbuka. Banyak jalan
bagi siapapun yang ingin belajar menulis. Saat ini, cukup banyak tersedia
artikel gratis di internet mengenai tips dan triks menulis, dari menulis
cerpen, artikel, novel, dan buku. Begitu pula dengan pelatihan penulisan. Ada
beberapa orang/tim/badan yang sering/rutin mengadakan kegiatan tersebut. Bahkan
sekarang kita bisa belajar menulis secara online. Jadi, ketersediaan sarana
penunjang dalam hal menulis di atas sangat memungkinkan kita untuk bisa menjadi
seorang penulis.

 

Setali tiga
uang, kesempatan untuk menerbitkan buku hasil tulisan kita juga kian terbuka.
Pintu yang dulunya terkesan “jauh” untuk bisa menerbitkan buku, sekarang
berubah menjadi “akrab”. Hampir di setiap kesempatan ada tawaran dari penerbit
yang mencari naskah untuk dibukukan. Di milis-milis, misalnya, atau dari mulut
ke mulut seorang teman. Hal ini menandakan bahwa para penerbit sudah mulai 
berlomba
untuk menjemput/mendapatkan naskah dari para penulis. Sekarang ada kebutuhan
dua pihak, penulis dan penerbit, yang semakin berimbang.

 

Proses
penerbitan sebuah buku pun sudah banyak diketahui. Kita bisa mengeja satu per
satu tahapan dalam menerbitkan sampai memasarkan buku. Singkatnya yaitu
penyuntingan naskah, desain tata letak, ilustrasi isi (bila ada), desain cover,
pengurusan ISBN, cetak, dan pasarkan! Untuk cetak dan pemasaran biasanya
merupakan bagian  terpisah dari proses
penerbitan, walau sebenarnya penerbitan, percetakan, dan pemasaran adalah
sebuah kesatuan yang saling mendukung. Artinya, mereka bisa berdiri
sendiri-sendiri. Kecuali penerbit-penerbit besar yang sudah mempunyai lini
percetakan dan pemasaran sekaligus. 

 

Dengan
pengetahuan di atas, sebenarnya penulis bisa mengontrol, memberi saran, dll
berkaitan dengan penerbitan buku – apabila akan diterbitkan oleh penerbit. Baik
saran tentang ide cover, ukuran buku, ketebalan buku, dan lain-lain.

 

Nah, bagi Anda
yang mempunyai naskah yang menurut Anda layak dan bagus, segera tawarkanlah
kepada penerbit. Atau jika perlu, lakukanlah seolah-olah Anda sedang melelang
naskah. Caranya adalah dengan menawarkan secara terbuka di internet, misalnya
lewat milis penulisan/perbukuan. Sampaikan hal-hal yang berkaitan dengan naskah
Anda dengan menarik. Dengan “lelang” tersebut kemungkinan akan ada banyak pihak
yang membaca, termasuk juga para penerbit. Jika naskah Anda bagus, maka naskah
Anda akan menjadi rebutan.

 

Yang akan saya
garis bawahi pada kesempatan ini adalah: apabila ternyata naskah Anda tidak ada
satu pun penerbit yang berminat; ada penerbit yang berminat, tapi permintaan
penerbit mengenai naskah Anda bermacam-macam dan membuat Anda tidak nyaman;
Anda yakin naskah Anda bagus dan akan best seller sehingga Anda ingin
mendapatkan keuntungan ganda (kepuasan batin dan kepuasaan finansial), maka
terbitkanlah naskah Anda SENDIRI!

 

Mengapa saya
berani mengatakan itu? Bertolak pada keterangan di atas, bahwa dunia penerbitan
(baca: penulisan dan perbukuan) dewasa ini adalah dunia yang sudah begitu
terbuka. Informasi mengenai hal tersebut tidak lagi menjadi sebuah batasan yang
membuat Anda ragu-ragu. Anda bisa mendapatkannya di banyak tempat.

 

Dengan banyaknya
informasi tersebut, maka pekerjaan untuk menerbitkan buku sendiri menjadi
terasa lebih mudah. Menerbitkan buku bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan
bagi Anda yang sibuk.

 

Anda memang
tidak harus melakukan segalanya. Menyunting naskah, lay out naskah, membuat
cover, dan mengurus ISBN. Kita semua mempunyai keterbatasan. Untuk itu, 
sebaiknya
Anda menggunakan jasa penerbitan. 

 

Menggunakan jasa
penerbitan sangat berbeda dengan menggunakan penerbitan konvensional.  Bila di 
penerbitan konvensional, naskah Anda
akan disunting menurut kebijakan penerbit yang terkadang mengorbankan idealisme
Anda. Belum kalau misalnya penerbit meminta ini itu yang menyebabkan Anda
kurang nyaman. Dan tentunya, posisi Anda hanyalah sebagai penulis yang 
mendapatkan
royalti sekitar 10-15%, sedangkan sisanya sekitar 85-90% menjadi hak penerbit. 

 

Apabila Anda
menggunakan jasa penerbitan, maka penyuntingan, penentuan cover, ukuran buku,
jumlah cetak buku, dan lain-lain sepenuhnya ada di bawah arahan Anda. Di sini
posisi Anda bukan hanya sebagai penulis tetapi penulis sekaligus penerbit. 
Apabila
Anda menjual buku hasil karya Anda, maka Anda tidak perlu membagi keuntungan
dengan penerbit karena penerbitnya adalah Anda sendiri. Anda cukup membaginya
dengan pihak distributor yang telah memasarkan buku Anda. Selain belajar
membuat buku, Anda juga belajar untuk berwirausaha. Di samping kepuasan batin
dan finansial, akan ada banyak pelajaran yang bisa didapatkan.

 

Kerja sama
dengan jasa penerbitan jauh lebih fleksibel. Keinginan penulis bisa
terakomodasi dengan baik. Bukan hanya keinginan, tapi juga kemampuan. Berbeda
dengan penerbit konvensional yang mempunyai modal besar, yang bisa mencetak
dalam jumlah ribuan

[ppiindia] Five more swine flu cases detected in Kingdom

2009-06-18 Thread sunny
Refleksi : Swine flu cinta segala bangsa tanpa pandang agama maupun kebudayaan. 


http://www.arabnews.com/?page=1§ion=0&article=123788&d=18&m=6&y=2009

Thursday 18 June 2009 (24 Jumada al-Thani 1430)


  Five more swine flu cases detected in Kingdom
  Mohammed Rasooldeen & Samir Al-Saadi | Arab News
 

  RIYADH/JEDDAH: The Ministry of Health announced five more cases of swine 
flu yesterday raising the total number of confirmed cases to 22.

  The five new cases involve two Filipino nurses who were treating one of 
the patients infected with the H1N1 virus at Riyadh's King Abdul Aziz Medical 
City; a two-year-old boy of unreported nationality who had close contact with 
swine flu patients at Saudi Aramco Hospital in Dhahran; a nine-year-old 
Malaysian boy who arrived recently at King Abdul Aziz International Airport in 
Jeddah on Malaysian Airlines Flight 150 and who is being treated in Makkah; and 
yet another Filipino nurse who arrived on June 13 at Riyadh's King Khaled 
International Airport via Cathay Pacific Flight 733 on June 13 and who is being 
treated at King Fahd Medical City National Guard Hospital.

  Announcing the new swine flu cases, the Ministry of Health also notified 
the public that taking flu medication as a preventative treatment against H1N1 
is ineffective. Flu medication is only effective after a person contracts the 
virus. The ministry made its announcement after reports that customers are 
rushing to stock up on Tamiflu and similar medications. 

  "Tamiflu is not a preventive medicine, it is a curative tablet that is 
given when the patient shows symptoms of the disease," Health Ministry 
spokesman Dr. Khalid Al-Mirghalani told Arab news yesterday. 

  According to pharmacists in Jeddah, Tamiflu is flying off the shelves. 

  "Demand has gone up dramatically," said pharmacist Mohammed Farooq, the 
manager of Family Pharmacy in Jeddah. "More and more people are asking for the 
drug by name. I don't remember anyone asking for Tamiflu by name before the 
H1N1 first appeared."

  Farooq said the sale of the medicine that is often mentioned in the 
media, when it comes to H1N1-related cases, has risen in his store by about 700 
percent. 

  Farooq said even though he can currently obtain only older packages of 
Tamiflu that will expire in four months, he is confidently stocking his shelves 
with the medication, "something I usually would not do in normal cases."

  "(Tamiflu) was a slow moving product," said Mohammed Sayed, a pharmacist 
for Oxygen Super Pharmacy. "We made a new order last week, double the previous 
order."

  Sayed said he thinks consumers have been influenced by references to the 
drug in relation to the H1N1 virus. 

  "Most of consumers' awareness of the product has come from watching swine 
flu news reports on television," he said

  Omar, a 29-year-old businessman seen stocking up on the drug at a local 
pharmacy, said he's buying enough of the medication for his entire family now 
out of concern that the price will go up later, "and there is the fear it will 
soon be out of stock in the market."

  Al-Nahdi Pharmacy's Mohammed Hamdi said yesterday he has only a few boxes 
of Tamiflu remaining and that the pharmacy is ordering more. He says his 
suppliers have not indicated that they would run out of the product. 

  The Ministry of Health said the Kingdom is not at risk of running out of 
flu medicines. 

  Dr. Sami Abudawood of the Department of Health in Jeddah pointed out that 
the Ministry of Health would provide flu medication for free at public 
hospitals to anyone diagnosed with the flu as part of its measures to combat 
the H1N1 virus. 

  Meanwhile, Oman's Health Ministry yesterday reported the Gulf nation's 
first three cases of swine flu.

  Ministry adviser Jaafar bin Ali said yesterday the cases were diagnosed 
in three students who had been studying in the United States.

  He said their symptoms appeared after arriving in Oman on June 13. All 
have been sent home after treatment.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Saudization is not racist, says official

2009-06-18 Thread sunny
http://www.arabnews.com/?page=1§ion=0&article=123785&d=18&m=6&y=2009

Thursday 18 June 2009 (24 Jumada al-Thani 1430)


  Saudization is not racist, says official
  Galal Fakkar | Arab News
 



EXEMPLARY MOVE: Labor Minister Ghazi Al-Gosaibi honors Tariq Abdul 
Rahman Faqeeh, center, for his efforts to employ more Saudis in his restaurant 
chain, as JCCI Chairman Muhammad Al-Fadhl, right, looks on. (AN photo by Salman 
Marzouki)

  JEDDAH: Deputy Labor Minister Abdul Wahid Humaid has refuted accusations 
that Saudization of jobs is a racist program. 

  "It's our legitimate right to create employment for our citizens. 
Countries in the East and West give priority to their citizens in employment," 
he said.

  Humaid said the Saudization program was essential for creating jobs for 
the country's unemployed citizens. He said the Kingdom would continue to depend 
on foreign workers to do many jobs. 

  "Recruitment of foreigners to work in the private sector and for Saudi 
individuals will continue," he added. At present there are nearly seven million 
foreign workers in the Kingdom. 

  The Labor Ministry intends to Saudize more jobs in the hospitality 
sector. According to sources at the Jeddah Chamber of Commerce and Industry 
(JCCI), there are at least 30,000 jobs in the sector in Jeddah alone, and 
foreigners currently hold 99 percent of these jobs.

  Labor Minister Ghazi Al-Gosaibi spoke yesterday at a restaurant in Jeddah 
to encourage Saudis to take up more jobs in this vital sector, as part of 
efforts to reduce the unemployment rate among young Saudi men and women. The 
minister wore a waiter's uniform during the event.

  "We should be ready to take up any jobs in order to have a brighter 
future," Al-Gosaibi told the gathering.

  Khaled Fahd Al-Harithy, chairman of the hospitality committee at the 
chamber, said a study conducted by his committee showed that 97 percent of 
Saudis refused to work in hotels and restaurants because of their negative 
ideas about such jobs.

  Tarek Abdul Rahman Faqeeh, director general of Tazej restaurants, which 
has 112 branches inside the Kingdom and 12 foreign countries, disclosed his 
organization's plan to train Saudis to take up various jobs in the sector. 
"More than 215 Saudis currently work in our restaurants," Faqeeh said, adding 
that they represented 30 percent of the total number of his employees.

  Humaid said his ministry still faced many difficulties in Saudizing 
certain jobs, especially in the private sector. "Our ministry receives several 
applications daily from Saudis who want to recruit house servants. In many 
cases, the number of house servants exceeds the number of family members," he 
pointed out.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Making Honesty a Policy in Indonesia Cafes

2009-06-18 Thread sunny
http://www.nytimes.com/2009/06/16/world/asia/16indo.html?_r=1&ref=asia

Samarinda Journal 
Making Honesty a Policy in Indonesia Cafes 

 
Kemal Jufri for The New York Times
Students deposited money inside a box, on the honor system, at the honesty cafe 
at their high school on the island of Borneo. 

By NORIMITSU ONISHI
Published: June 15, 2009 
SAMARINDA, Indonesia - A country not known for its transparent practices in 
business, politics and many other areas, Indonesia is pressing ahead in its 
long-running anticorruption drive by opening up cashier-free "honesty cafes" 
across the archipelago.

Skip to next paragraph 
Multimedia
Map 
Related
Times Topics: Indonesia
During a break at a high school here one recent morning, Selica Erlindi, 15, a 
10th grader who wants to be a pediatrician, picked a drink and a bag of spicy 
cassava chips from the local honesty cafe's shelves. Then, in keeping with the 
cafe's goal of nurturing probity among its customers and society at large, she 
deposited, on the honor system, the equivalent of 60 cents inside a clear 
plastic box. 

"This motivates us to be honest," Selica said. "Especially since there is a lot 
of cheating in class, at least we're learning to be honest with money. I think 
it's also important for society because corruption is a big problem in 
Indonesia."

As part of a national campaign led by the attorney general's office, the 
provincial government here on the eastern shore of the island of Borneo opened 
a dozen honesty cafes last month alone in schools and government offices. By 
2010, the provincial government here plans to have more than 1,000 such cafes 
in operation, including in private establishments.

The attorney general's office says the honesty cafes will nip in the bud 
corrupt tendencies among the young and straighten out those known for indulging 
in corrupt practices, starting with civil servants. By shifting the 
responsibility of paying correctly to the patrons themselves, the cafes are 
meant to force people to think constantly about whether they are being honest 
and, presumably, make them feel guilty if they are not.

"We know there are many factors behind corruption, like the environment and 
economic needs, and honesty is just one factor," said Syakhrony, an official at 
the attorney general's office in Samarinda, the provincial capital of East 
Kalimantan, who, like many Indonesians, uses only one name. "But as law 
enforcement, we have repressive and preventive measures. These honesty cafes 
are a preventive measure in our fight against corruption."

The honesty cafes are just a part of the government's larger campaign begun in 
late 2007 to tackle endemic corruption in Indonesia, a country that ranked 
126th out of 180 nations last year in a corruption perception list compiled by 
Transparency International, a private organization that monitors corruption 
across the globe. The widely praised anticorruption campaign has removed 
Indonesia from the lowest rungs of the annual index and contributed to the 
popularity of Indonesia's president, Susilo Bambang Yudhoyono.

Recently, though, the campaign suffered a blow after the head of the Corruption 
Eradication Commission was arrested on suspicion of involvement in the murder 
of a prominent businessman over a love triangle involving a golf caddie. 
Indonesia's House of Representatives, which Transparency International calls 
the most corrupt institution in the country, tried unsuccessfully to use the 
arrest to stop any further commission inquiries into lawmakers.

Since the attorney general's office started the campaign, some 7,456 honesty 
cafes have opened in 23 provinces in Indonesia, according to the National Youth 
Group, which is working with the office. The group expects 10,000 honesty cafes 
to be operating in 26 provinces by the end of the year before eventually 
reaching all 33 provinces.

So far, the cafes have been running successfully, said the group's chairman, 
Dody Susanto. But he said about 5 percent had run into difficulties because of 
"poor management or dishonest behavior."

In Samarinda in East Kalimantan, a province as rich in natural resources as in 
potential graft, officials pushed ahead despite recent problems in Jakarta. 
High School No. 1 spearheaded the local campaign by opening its honesty cafe 
last October, offering snacks and drinks for the school's 1,050 students. 

Eni Purwanti, an English teacher who heads the cooperative responsible for the 
cafe, said the plastic cash box was left unguarded, though large bills were 
removed regularly "so as not to tempt the students."

One time, after a week's investigation, officials found that a school 
administrator had been taking snacks without paying. "She said she didn't know 
how to pay for the items," Ms. Purwanti said.

No students have been caught cheating, she said, adding that the cafe's monthly 
receipts showed a healthy profit.

"What's important is that it's had a positive effect on the st

[ppiindia] Debat Capres Membosankan

2009-06-18 Thread sunny
http://www.ambonekspres.com/index.php?act=news&newsid=26646


  Jumat, 19 Jun 2009, | 6 



  Debat Capres Membosankan 
 
 
   Jakarta,AE. - Debat capres yang pertama digelar di Trans TV terkesan 
masih kaku dan membosankan. Para capres yang diberi kesempatan 10 menit untuk 
memaparkan visi dan misinya masih belum mengungkap bagaimana cara mewujudkan 
tatakelola pemerintahan yang baik dan penegakan hukum. 
  Debat capres yang berlangsung di Studo Trans TV, Kamis (18/6) malam ini 
dimoderatori oleh Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina. Helmy Yahya, 
raja kuis, juga dipercaya menjadi MC. 

  Sejak acara dibuka, acara terkesan sangat serius. Anies Baswedan bersama 
para capres, yakni Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan M Jusuf Kalla 
(JK), juga memperlihatkan wajah-wajah yang tegang. Hanya JK yang terlihat agak 
santai, diiringi senyum saat memaparkan visi dan misinya. 

  Acara berjalan monoton. Acara tersebut juga terkesan bukan debat, tapi 
tanya jawab antara moderator dengan para capres. Suasana makin monoton, karena 
moderator menetapkan ketentuan tidak ada tepuk tangan dari para hadirin, 
sebelum capres selesai menyampaikan pendapatnya. 

  Saat menyampaikan visi dan misinya, para capres juga memaparkan dengan 
kurang detil dan masih mengambang. Megawati misalnya, masih menjelaskan tata 
kelola pemerintahan yang baik dengan visi-misi yang masih global. Mega masih 
menyinggung beberapa hal seperti gagalnya reformasi yang harus dituntaskan 
sampai dengan penegakan hukum oleh semua elemen masyarakat. 

  "Ada yang mengatakan reformasi gagal, tetapi saya katakan mari kita 
lanjutkan. Kami berharap Pemilihan Umum Presiden dapat berjalan dengan sukses," 
kata Mega. 
  Sementara SBY menilai bahwa pemerintahan yang bersih merupakan modal awal 
bagi terbentuknya budaya masyarakat bebas dari KKN. Karena itu semua pihak 
harus mendukung terciptanya pemerintahan bersih dan bebas dari KKN.

  "Mengapa good governance dan supremasi hukum penting, penghormatan pada 
HAM penting. Kalau pemerintahan tidak baik yang terjadi KKN. Akhirnya bisa ada 
kabinet malam hari, yang terjadi pungli, dari semua itu martabat dan citra 
bangsa akan terganggu," kata SBY.
  SBY juga berkali-kali menyinggung masalah HAM yang pernah terjadi di 
Indonesia. SBY menegaskan bahwa selama 5 tahun pemerintahannya tidak terjadi 
pelanggaran HAM. Dia pun berharap 5 tahun mendatang tidak terjadi lagi 
pelanggaran HAM.

  "Kita makin melindungi dan menghormati HAM karena melindungi HAM adalah 
amanat konstitusi. Di masa lalu barangkali ada kejadian, seolah-olah negara 
bisa apa saja yang sekarang dinamakan pelanggaran HAM berat. Untuk ke depan, 
lima tahun terakhir tidak terjadi pelanggaran HAM berat apakah itu genosida 
atau yang lainnya. Kalau kita bicara HAM, itu menjadi tugas kita semua, 
masyarakat dan semua komponen bangsa," papar SBY. 

  Sementara JK dalam menjelaskan visi misinya juga masih belum menjelaskan 
secara detil. JK mengungkap bagaimana cara memciptakan pemerintahan yang baik 
dan bebas dari KKN.
  "Satu pemerintahan yang amanah tentu akan efektif. Pemerintah yang 
efektif tentu mempunyai kemampuan yang bersih dan efektif. Yang mampu memimpin 
dan menggerakkan bangsa ini. Efektif dari atas ke bawah dan dari bawah ke 
atas," paparnya.

  JK menjanjikan terbentuknya negara yang adil dan makmur serta dihargai 
oleh bangsa-bangsa lain. "Kita akan mewujudkan itu. Kita akan menciptakan 
Bangsa yang aman dan bangsa yang damai sehingga dihargai oleh bangsa-bangsa 
lain," janji JK.

  Banyak Lihat Contekan 
  Sebelumnya dalam debat capres sesi 1 diisi dengan pemaparan visi-misi 
capres terkait tema debat, yakni tata kelola pemerintahan yang baik dan 
penegakan hukum. Dalam sesi ini, tampak SBY paling banyak 'nyontek'.

  Seperti ditulis detikcom, Kamis (18/6), SBY yang mengenakan batik merah 
lengan panjang ini berkali-kali melongok catatan. Di tangannya tergenggam 
setidaknya 2 lembar kertas. 
  Dalam pemaparan visi misinya SBY juga yang paling kerap mengucapkan 
'motto'-nya, yakni lanjutkan. Paling sedikit SBY menyebut kata lanjutkan, dan 
turunannya seperti melanjutkan, sebanyak 3 kali.

  Ini lain dengan 2 capres lainnya. JK juga tampak beberapa kali menatap 
meja sebelum bicara. Namun tidak tampak secara mencolok catatan di tangannya, 
entah dia bawa atau tidak. Yang jelas kalaupun menyontek pastilah tidak 
sesering SBY. JK yang berjas dan berpeci hitam ini juga sama sekali tidak 
mengucapkan kalimat khasnya, lebih cepat lebih baik.

  Sedangkan Megawati yang tampak kompak dengan SBY dalam berbusana lebih 
jarang lagi menyontek. Matanya tampak senantiasa tertuju ke depan. Seperti JK, 
tak tampak catatan di tangannya, entah dia bawa atau tidak. **  





[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Debat Capres atau Forum Silaturahim Capres?

2009-06-18 Thread Satrio Arismunandar
DEBAT CAPRES YANG LEBIH PAS DISEBUT FORUM SILATURAHIM CAPRES

Menonton acara Debat Capres, yang disiarkan langsung dari Studi Trans Corp, 
ternyata mengecewakan. Tidak ada greget, tidak ada kejutan, tidak ada jawaban 
yang betul-betul menyentak.

Umumnya ketiga Capres "saling menjaga perasaan" capres lain, jadi tidak ada 
kritik, tidak ada sanggahan. Semua saling mendukung pernyataan yang lain. 
Paling banter pernyataan itu bersifat komplementer. Ketika Megawati bicara soal 
TKW, misalnya, SBY bahkan berkomentar, ia mendukung pernyataan Megawati 200 
persen!

Tampaknya para Capres tidak siap berdebat, dan tidak siap berbeda pendapat. 
Atau mungkin juga takut, jika ia berani menyerang tajam Capres yang lain, ia 
juga akan diserang secara tajam. 

Suasananya mirip pertandingan sepakbola babak penyisihan, ketika dua 
kesebelasan sudah dipastikan lolos ke babak berikutnya dengan keduanya cukup 
bermain draw. Maka tidak ada yang serius agresif untuk menyerang gawang lawan, 
dan sudah ada semacam "understanding" diam-diam agar hasil akhir tetap 0-0. 
Tinggallah penonton yang melongo, melihat pertandingan yang sebetulnya bukan 
benar-benar pertandingan.

JK yang biasanya tangkas, malam itu agak teredam kelincahannya. Ia sedikit 
tertolong oleh celetukan kocak soal "lebih cepat." Di sisi lain, Mega gagal 
memanfaatkan pertanyaan dari Anies soal kasus lumpur Lapindo, yang sudah 3 
tahun tak kunjung selesai. Harusnya Mega bisa menghantam SBY dengan kasus 
lumpur itu. Sedangkan SBY sendiri tidak beranjak dari gaya retoris lamanya yang 
normatif dan selalu bermain di komentar-komentar aman. 

Ini contoh "kesantunan politik" yang keliru, karena rakyat disuguhi tayangan 
yang tidak memberi informasi apa-apa kecuali pernyataan-penyataa n normatif, 
yang memang sudah harus begitu dari sononya. Sampai akhir Acara, tidak tergali 
secara tegas, apa sih sebetulnya yang akan dilakukan para capres jika terpilih 
nanti. 

Ketiga Capres tidak memberikan jawaban yang betul-betul spesifik. Ini terlihat 
ketika ditanya soal apa yang akan mereka lakukan, menyangkut masalah alutsista 
TNI yang sudah kuno, yang menyebabkan banyak pesawat jatuh dan korban jiwa para 
prajurit TNI.

Kasihan Prof. Dr. Anies Baswedan, yang sudah repot-repot menyusun pertanyaan. 
Ia pastinya kecewa karena mengharapkan ada debat seru a'la Obama vs Hillary 
atau Obama vs McCain. Perbedaannya sangat jauh. 

Mungkin untuk Debat Capres mendatang tidak perlu menghadirkan moderator seorang 
profesor doktor. Kasihan moderatornya. Supaya debat capres lebih dinamis, 
mungkin lebih asyik menghadirkan seniman monolog, Butet Kertaradjasa. 

Di bawah ini ada jadwal Debat Capres berikutnya:

 =
18 Juni 2009
Debat Capres - Siaran langsung di Trans TV. Tema “Mewujudkan Tata Kelola 
Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum dan HAM” 
dengan moderator Prof Dr Anies Baswedan.

23 Juni 2009
Debat Cawapres - Siaran langusng SCTV Tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa” 
dipandu moderator Prof Dr Komaruddin Hidayat.

25 Juni 2009
Debat Capres - Siaran langsung Metro TV. Tema “Mengentaskan Kemiskinan dan 
Pengangguran” dengan moderator Aviliani, M Sc.

30 Juni 2009
Debat Cawapres - Siaran langsung TV One. Tema “Meningkatkan Kualitas Hidup 
Manusia Indonesia” dipandu oleh moderator Dr dr Fahmi Idris.

2 Juli 2009
Debat Capres - Siaran langsung RCTI. Tema “NKRI, Demokrasi dan Otonomi Daerah” 
dengan moderator Prof Dr Pratikno.

Satrio Arismunandar 




 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 
Verba volant scripta manent...
(yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)

--- On Fri, 6/19/09, ging ginanjar  wrote:


From: ging ginanjar 
Subject: [ajisaja] Suu Kyi 64 tahun bareng Ulin
To: "jurnalisme" , "ajisaja" 

Date: Friday, June 19, 2009, 12:49 AM








On Friday 19th June, it will be Aung San Suu Kyi’s 64th birthday. She will 
spend her birthday detained in the notorious Insein Prison. 

On May 18th Aung San Suu Kyi was put on trial, charged with breaching the terms 
of her house arrest after an American man, John Yettaw, swam to her house and 
refused to leave. The dictatorship are using the visit as an opportunity to 
extend her detention.

Her trial has now been adjourned until 26 June. Aung San Suu Kyi has already 
spent more than 13 years in detention and faces another 5 years in prison.

SEND HER A BIRTHDAY MESSAGE You can leave a message of support at 
http://www.64forsuu .org

[Non-text portions of this message have been removed]

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Inilah Iklan Mega-Prabowo yang Diboikot Televisi....!

2009-06-18 Thread Satrio Arismunandar
From: Alex Simanjuntak alsimanjun...@yahoo.ca
Date: Friday, June 19, 2009, 2:44 AM













 
 
Iklan Mega-Prabowo yang Diboikot Televisi
Kamis, 18 Juni 2009 | 15:41 WIB 
  

TEMPO Interaktif, Jakarta: Salah satu iklan Mega-Prabowo yang diboikot sejumlah 
stasiun televisi, berjudul "Harga", dimunculkan di situs video You Tube. Iklan 
ini menyatakan lima tahun terakhir ini harga barang semakin mahal sehingga 
harus ada perubahan dan memilih pemimpin baru. 
  
Iklan ini dibuka dengan cerita kehidupan yang makin berat selama lima tahun 
ini, dilanjutkan dengan narasi yang menyatakan pemerintah menganggap kondisi 
membaik. 

Pernyataan pemerintah ini, menurut iklan, membuat Indonesia harus berubah dan 
memilih pasangan Mega-Prabowo. Iklan ditutup dengan puji-pujian bagi pasangan 
dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan-Gerindra ini.

Iklan ini dibuat dan disunting dengan bagus. Adegan awal, yang menceritakan 
beratnya hidup rakyat Indonesia, dibuat dengan warna hitam putih yang muram. Di 
adegan berikutnya, ada adegan yang bukan hitam putih, tapi warnanya juga tetap 
pudar sehingga kesannya tetap muram.

Begitu adegan pindah ke bagian penutup, saat Megawati dan Prabowo dipuji, iklan 
menjadi berwarna cerah dan segar, tidak lagi hitam putih. 





 



Narasi: Tingginya harga sangat menyengsarakan kita semua. 
Gambar: Iklan dibuka dengan adegan lembaran uang di dompet yang jumlahnya 
berkurang. Gambar hitam putih yang muram. 


Narasi: Setiap pagi para pekerja tak mampu membeli bahan bakar minyak dan 
transportasi. 



 


Narasi: Uang mereka terus menipis. Setiap malam kekurangan pangan.


 

Narasi: Sementara pemerintah kita berkata, bahwa ekonomi kita kuat. 
Gambar: Istana Negara dimunculkan saat narasi menyebut pemerintah sekarang. 


 


Narasi: Bahan bakar dan pangan jauh lebih kuat. 

 




Narasi: Kenyataannya setelah lima tahun hanya janji kosong belaka. Harga 
sembako hampir 50 persen lebih tinggi dari 2004. 



 






Narasi: Dan ini berarti uang Anda hanya bisa membeli sedikit saja. 

 

Narasi: Kita tak bisa makan janji. Saatnya perubahan: Mega Prabowo. 
Gambar: Iklan yang tadinya muram, dengan warna hitam putih, menjadi riang dan 
cerah karena menjadi berwarna. Adegan ini menandai bagian puja-puji terhadap 
Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. 
Anda bisa melihat iklan "Harga" ini di situs You Tube. 

NURKHOIRI 
*  Kubu Mega-Prabowo Tuding Media Main Mata  
*  Pasangan SBY-Boediono Diuntungkan Surat Kabar  
*  Kampanye Capres Menjemukan dan Memuakkan  
*  Saling Klaim Paling Berjasa  
  

 


Be smarter than spam. See how smart SpamGuard is at giving junk email the boot 
with the All-new Yahoo! Mail 
















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Re: Debat Capres atau Forum Silaturahim Capres?

2009-06-18 Thread nneonlight


saya sependapat, yang disuguhkan bukan debat, tapi forum silaturahim, dan jaim, 
hahahahaha 

sebenarnya pertanyaan moderator cukup bagus, namun dalam pengajuannya dan 
penyampaiannya kurang fokus mengacu pada tindak wujud nyata, sehingga berkesan 
pertanyaan yang bersifat umum yang bisa dijawab secara pragmatis

sehingga hal itu memberikan kesempatan capres memberikan jawaban klise yang 
bersalut topeng, yang mematahkan kesempatan untuk menyajikan debat, yang 
sungguh disayangkan, karena sebenarnya dari debat itu bisa memicu penglihatan 
atas karakter sebenarnya dari masing2 capres

kalau yang sementara ini dilihat dari penampilan capres2 tersebut, cara metode 
kepemimpinan di indo diprediksikan tidak akan ada perubahan yang mencerahkan, 
tidak ada semangat yang jelas dan membara untuk menggambarkan kemana masing2 
mereka akan membawa negara ini, masing2 menyembunyikan agenda sebenarnya dan 
memberikan jawaban serba klise 

mudah2an di debat berikut, moderator dapat menjentik emosi capres sehingga 
terpancing keluar semangat dan karakternya dalam memimpin


  



--- In ppiindia@yahoogroups.com, Satrio Arismunandar  
wrote:
>
> DEBAT CAPRES YANG LEBIH PAS DISEBUT FORUM SILATURAHIM CAPRES
> 
> Menonton acara Debat Capres, yang disiarkan langsung dari Studi Trans Corp, 
> ternyata mengecewakan. Tidak ada greget, tidak ada kejutan, tidak ada jawaban 
> yang betul-betul menyentak.
> 
> Umumnya ketiga Capres "saling menjaga perasaan" capres lain, jadi tidak ada 
> kritik, tidak ada sanggahan. Semua saling mendukung pernyataan yang lain. 
> Paling banter pernyataan itu bersifat komplementer. Ketika Megawati bicara 
> soal TKW, misalnya, SBY bahkan berkomentar, ia mendukung pernyataan Megawati 
> 200 persen!
> 
> Tampaknya para Capres tidak siap berdebat, dan tidak siap berbeda pendapat. 
> Atau mungkin juga takut, jika ia berani menyerang tajam Capres yang lain, ia 
> juga akan diserang secara tajam. 
> 
> Suasananya mirip pertandingan sepakbola babak penyisihan, ketika dua 
> kesebelasan sudah dipastikan lolos ke babak berikutnya dengan keduanya cukup 
> bermain draw. Maka tidak ada yang serius agresif untuk menyerang gawang 
> lawan, dan sudah ada semacam "understanding" diam-diam agar hasil akhir tetap 
> 0-0. Tinggallah penonton yang melongo, melihat pertandingan yang sebetulnya 
> bukan benar-benar pertandingan.
> 
> JK yang biasanya tangkas, malam itu agak teredam kelincahannya. Ia sedikit 
> tertolong oleh celetukan kocak soal "lebih cepat." Di sisi lain, Mega gagal 
> memanfaatkan pertanyaan dari Anies soal kasus lumpur Lapindo, yang sudah 3 
> tahun tak kunjung selesai. Harusnya Mega bisa menghantam SBY dengan kasus 
> lumpur itu. Sedangkan SBY sendiri tidak beranjak dari gaya retoris lamanya 
> yang normatif dan selalu bermain di komentar-komentar aman. 
> 
> Ini contoh "kesantunan politik" yang keliru, karena rakyat disuguhi tayangan 
> yang tidak memberi informasi apa-apa kecuali pernyataan-penyataa n normatif, 
> yang memang sudah harus begitu dari sononya. Sampai akhir Acara, tidak 
> tergali secara tegas, apa sih sebetulnya yang akan dilakukan para capres jika 
> terpilih nanti. 
> 
> Ketiga Capres tidak memberikan jawaban yang betul-betul spesifik. Ini 
> terlihat ketika ditanya soal apa yang akan mereka lakukan, menyangkut masalah 
> alutsista TNI yang sudah kuno, yang menyebabkan banyak pesawat jatuh dan 
> korban jiwa para prajurit TNI.
> 
> Kasihan Prof. Dr. Anies Baswedan, yang sudah repot-repot menyusun pertanyaan. 
> Ia pastinya kecewa karena mengharapkan ada debat seru a'la Obama vs Hillary 
> atau Obama vs McCain. Perbedaannya sangat jauh. 
> 
> Mungkin untuk Debat Capres mendatang tidak perlu menghadirkan moderator 
> seorang profesor doktor. Kasihan moderatornya. Supaya debat capres lebih 
> dinamis, mungkin lebih asyik menghadirkan seniman monolog, Butet 
> Kertaradjasa. 
> 
> Di bawah ini ada jadwal Debat Capres berikutnya:
> 
>  =
> 18 Juni 2009
> Debat Capres - Siaran langsung di Trans TV. Tema “Mewujudkan Tata Kelola 
> Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum dan HAM” 
> dengan moderator Prof Dr Anies Baswedan.
> 
> 23 Juni 2009
> Debat Cawapres - Siaran langusng SCTV Tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa” 
> dipandu moderator Prof Dr Komaruddin Hidayat.
> 
> 25 Juni 2009
> Debat Capres - Siaran langsung Metro TV. Tema “Mengentaskan Kemiskinan dan 
> Pengangguran” dengan moderator Aviliani, M Sc.
> 
> 30 Juni 2009
> Debat Cawapres - Siaran langsung TV One. Tema “Meningkatkan Kualitas Hidup 
> Manusia Indonesia” dipandu oleh moderator Dr dr Fahmi Idris.
> 
> 2 Juli 2009
> Debat Capres - Siaran langsung RCTI. Tema “NKRI, Demokrasi dan Otonomi 
> Daerah” dengan moderator Prof Dr Pratikno.
> 
> Satrio Arismunandar 
> 
> 
> 
> 
>  
> http://satrioarismunandar6.blogspot.com
> http://satrioarismunandar.multiply.com  
>  
> Verba volant scripta manent...
> (yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)
> 
> --

[ppiindia] OOT: Kabar guuumbira malam pertama GDD the movie!

2009-06-18 Thread Ikranagara
Dear all.
 
Pagi ini kami para insan film penggarap "Garuda Di Dadaku - the movie" bagun 
pagi hari dengan hati yang sungguh guuumbira setelah tadi malam mengecek jumlah 
penonton di bioskop malam pertama di kota-kota seantero Indonesia yang memutar 
film GDD the movie, termasuk bioskop-bioskop di Jakarta dan seputarnya tentu 
saja, maka kami mendapatkan betapa karcis sudah habis terjual habis! Bahkan ada 
bioskop yang minta tambahan copy film, sehingga seluruh film yang sudah dicetak 
tadi malam terpakai habis! Luar biasa! Sutradaranya sampai-sampai sempoyongan 
tak mampu memanggul kegembiraan ini! Luar biasa! Saya harus menahan airmata 
gmbira ini! Dahsyat!
 
Kepada yang sudah datang menonton saya mengucapkan terimakasih! Sebarkan kabar 
guuumbira ini ke handai tolan kenalan Anda, bahwa sebuah film bagus untuk 
tontonan seantero anggota keluarga sudah siap hidang di bioskop-bioskop 
terdekat!
 
Kepada yang tempat tinggalnya tidak ada biokop, oleh produser sedang 
direncanakan pemutaran susulannya nanti dengan tekhnologi layar tancap ataupun 
di gedung-gedung balai desa, balai kota, balai masyarakat, sekolah-sekolah, dll.
 
Dari yang bermukim di AS, sudah ada kontak antara yang menyatakan siap 
menyelenggarakan pemutaran GDD di berbagai negara bagian dan kota dan kampus, 
dan ini pun barulah bisa diselenggarakan setelah peredaran GDD di Indonesia 
rampung. Demikian juga dengan negeri-negeri lain di LN. Copy film GDD dengan 
teks bahasa Inggeris sudah ada.
 
Ikra.-

 
 
 


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Presidential Debate: What Debate?

2009-06-18 Thread sunny
http://thejakartaglobe.com/home/presidential-debate-what-debate/313127

June 19, 2009 
Nivell Rayda & Camelia Pasandaran

 
Incumbent President Susilo Bambang Yudhoyono making a point during the 
presidential debate on Thursday with his election rivals Megawati Sukarnoputri 
and Jusuf Kalla. Two more presidential debates are scheduled before July's 
poll. (Photo: Adi Weda, EPA)



Presidential Debate: What Debate?

There was little real discussion or argument on Thursday night as candidates 
for the presidential election spent most of the time agreeing with each other 
during the country's first open debate.

"I hope this debate will enable the candidates to better present their visions 
to the electorate," General Elections Commission (KPU) chairman Abdul Hafiz 
Anshary said in his opening remarks.

But most analysts present thought that the lack of clear differences between 
the candidates would only serve to make voters' jobs more difficult come July 8.

"They all appeared with the same performance," said Sri Budhi Eko Wardani, a 
political analyst from the University of Indonesia. "The candidates' failure to 
show different qualities will not really help voters in deciding, as they 
mostly said that they agreed with each other."

Another analyst, Andrinof Chaniago, said the debate, which tackled good 
governance, stood in stark contrast to the vigorous campaigning in the field, 
where candidates have been throwing barbs at each other.

Moderator Anies Baswedan, the head of Paramadina University, pointed out that 
former President Megawati Sukarnoputri's emphasis on people's welfare, Vice 
President Jusuf Kalla's "the faster, the better" mantra and President Susilo 
Bambang Yudhoyono's anticorruption platform were all issues the other 
candidates were also promoting.

Yudhoyono, the analysts agreed, appeared to be the most confident and best 
prepared in presenting his vision, making effective use of his allotted time to 
stress important issues and what his policies would be.

"Corruption is the source of our problems, which hampers productivity and 
public service, and causes conflict of interest, friction and economic 
problems," Yudhoyono said. "There must be supervision and accountability in all 
government institutions."

Megawati focused on criticizing the current government, which spent much of its 
time reinforcing her people's welfare program. She also took a shot at the KPU 
over the voters list issue, straying far from the topic of the debate.

Kalla's vision for good governance is through building an effective government.

"All government institutions must have a target and performance indicator," he 
said. "A good government must be effective, transparent and accountable."

Kalla also stressed the importance of encouraging better performances from 
officials.

Megawati appeared unconcerned over the slow pace of deliberations on the 
Anti-Corruption Court bill, only saying that the House should enact the law 
before the end of their tenure in September. Kalla was stronger, saying the 
government must commit itself to passing the bill before the end of its term.

Commenting on the defense budget issue, Megawati said the government should 
substantially increase it. "It's not about how much it costs, but this is about 
our national security and nation's integrity," she said.

The candidates all agreed that the way to address past human rights issues was 
to look to the future, but to also learn from the mistakes of the past.




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Dangdut Queen Inul Sues Lawyer

2009-06-18 Thread sunny
http://thejakartaglobe.com/home/dangdut-queen-inul-sues-lawyer/313087


June 18, 2009 
Farouk Arnaz

Dangdut Queen Inul Sues Lawyer

Dangdut diva Inul Daratista has filed a criminal complaint against a lawyer who 
circulated a letter claiming that the popular singer had used her karaoke 
outlets and private home to manufacture bombs to disrupt the upcoming 
presidential election. 

Speaking to reporters at the National Police headquarters on Thursday, Inul, 
whose overtly sexual hip-grinding antics have turned her into a national icon 
of sorts, said she had filed defamation charges against Andang Situmorang for 
what she called baseless claims. 

The letter in question, dated April 26, was sent to the Central Jakarta 
District Court, various journalists and a lawyer. In it, Andang alleged that 
the singer's Inul Vizta karaoke outlets and her house in the exclusive suburb 
of Pondok Indah, which is near the home of National Police Chief Gen. Bambang 
Hendarso Danuri, had been used to manufacture bombs to disrupt the upcoming 
presidential election. 

Inul, 30, whose career has been a lightning rod of controversy, especially 
among some Muslim groups who have denounced her "drill" dancing as 
pornographic, asked that police take her complaint seriously. 

"It's a serious crime," said Inul, accompanied by her lawyer, Herman Kamal. "He 
sent his open letter to several places, including to the court, to my house and 
my karaoke outlets, stating that [these places] have been used to manufacture 
bombs." 

Asked what might have motivated Andang to send the letter, Inul said he had 
previously sued her unsuccessfully in the Central Jakarta District Court for 
alleged copyright violations. Andang could not be reached for comment on 
Thursday evening.


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Indonesia Di Bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Agama!

2009-06-18 Thread andre andreas
 Bagi saya artikel
Herry Priyono Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja
adalah ajakan  untuk  merenungkan kembali sedalam-dalamnya,
sekuat-kuatnya, sedasyat-dasyatnya makna menjadi Indonesia, bangsa, ‘nation’. 

Membaca kembali proses penemuan Indonesia sebagai sebuah bangsa, Indonesia
sebagai sebuah negara oleh pendiri republik ini. Membaca kembali proses terus
menerus  menjadi Indonesia hingga zaman
ini ketika kita diperhadapkan  dua faktor
besar yang menandai cuaca sejarah dewasa ini, dua ancaman besar,
fundamentalisme agama dan fundamentalisme pasar (neoliberalisme yang menjijikan
itu). 

Terpenting bagi saya kemudian adalah bertindak sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya,
sedasyat-dasyatnya melawan fundamentalisme pasar  dan
fundamentalisme agama sebagai ancaman terbesar bangsa yang plural ini,
rumah Indonesia. Patut dicatat kedua fundamentalisme ini mungkin saja
bersekutu secara terbuka atau di bawah tangan. Dan kedua
fundamentalisme ini untuk memaksakan absolutisme kebenaran yang
diklaimnya, tidak saja bertumpu pada strategi hegemoni, tetapi juga
dominasi. Menggunakan sarana kekerasan dan militer-paramiliter sebagai
aparatusnya. 

salam pembebasan
 


 andreas iswinarto
Peace, Justice and Love.   

Artikel B.
Herry-Priyono** Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan
Sengaja  ini disampaikan saat  Kongres Pancasila 2009, yang diselenggarakan
oleh Universitas Gadjah Mada dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, di
Jogjakarta tanggal 30 Mei – 1 Juni 2009.  

   

** Pengajar pada
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, untuk
matakuliah Filsafat Ekonomi, Ekonomi-Politik, Filsafat Ilmu-ilmu Sosial, Teori
Sosial, dan masalah Globalisasi; PhD London School of Economics (LSE). 

   

Untuk link
artikel Herry Priyono dan 30 serial artikel Neoliberalisme (Fundamentalisme
Pasar) Sungguh Menjijikan, silah kunjung 

   

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Flight lands safely in New Jersey after pilot dies

2009-06-18 Thread sunny
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,25658909-2703,00.html

Flight lands safely in New Jersey after pilot dies
June 19, 2009 


Pilot dies mid-flight
Passengers aboard Continental Airlines Flight 61 say they had no idea the pilot 
had died, until...

The Boeing 777 flight, carrying 247 passengers, was guided down by two 
co-pilots around midday local time at the New Jersey airport, one of three main 
airports serving New York City. 

"The captain of Continental Flight 61, which was en route from Brussels to New 
York, died on flight apparently of natural causes," the airline said in a 
statement. 

"The flight continued safely with two pilots at the controls." 

Other planes were taken out of the landing queue so the Continental aircraft 
would have a clear descent into Newark, Federal Aviation Authority spokesman 
Jim Peters said. 

One of the passengers said they knew nothing about the emergency until after 
they had landed, arriving in Newark at the time the flight had been due. 

"We were not aware of that. They called a doctor saying that there was a 
medical emergency," one passenger Chris Balchuas told NY1 Television shortly 
after the landing. 

A cardiologist who was on board, Julien Struyven, told CNN that he went to help 
when he heard the announcement and found the pilot was "clinically dead". 

Asked if passengers had been alerted to the emergency, Mr Peters said: "The 
attention of the flight crew was on maintaining control of the aircraft." 

The pilot, aged 61, had worked for the airline for 21 years, Continental said 
in a statement. 

Another pilot, who was on board but not on duty, had helped the flight's 
co-pilot land the plane at the city's second largest airport after John F. 
Kennedy. New York is also served by La Guardia airport. 

Although it is rare, airlines have lost pilots in flight before. 

In January 2007, a Continental flight from Texas to a Mexican vacation spot 
made an emergency landing after the pilot fell ill. The co-pilot safely landed 
the plane carrying 210 passengers and the pilot died on the ground. 

In May 2000, Taiwanese airline China Airlines was forced to turn back shortly 
after take off when the pilot suffered a heart attack. The co-pilot returned 
the plane to the airport and the pilot died soon after arriving at a hospital. 

In March 1997, a Gulf Air Airbus A-320 skidded at Abu Dhabi airport after a 
pilot had a heart attack right at take-off. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Michael Axworthy: The Islamic Republic may need Mousavi to survive

2009-06-18 Thread sunny
http://www.independent.co.uk/opinion/commentators/michael-axworthy-the-islamic-republic-may-need-mousavi-to-survive-1708972.html

Michael Axworthy: The Islamic Republic may need Mousavi to survive


Friday, 19 June 2009



It has been a week of dramatic developments in Tehran. Since Monday, we have 
seen a series of demonstrations larger than any since the revolution of 1978-79.


Related articles

  a.. Robert Fisk: The dead of Iran are mourned - but the fight goes on 
  b.. History suggests the coup will fail 

The question now is where the popular anger will lead. If the demonstrations 
continue, and especially if there are more injuries and deaths, the hardline 
leadership will come under even more intense pressure. They have already made 
concessions such as the Supreme Leader's announcement of an investigation into 
the conduct of the election and the announcement of the Guardian Council that 
they are ready to recount at least some of the disputed votes. But many of the 
demonstrators say that these are simply delaying tactics.

After the announcement of the outcome of the election, Mousavi had a dilemma 
about how to handle the result; now it is Khamenei who has a dilemma about how 
to handle the demonstrations. More deaths will in all probability only sharpen 
the anger of the demonstrators and sap his own support within the ruling elite. 

There are rumours already that some senior clerics (not just long-term 
opponents like Ayatollah Montazeri, but also less obvious critics like 
Ayatollahs Samei and Golpayegami) are calling for the election to be annulled. 
There are also rumours of a split within the security forces - that some Basiji 
militia have refused to act against the demonstrators, and that elements within 
the Revolutionary Guard are also unhappy at the regime's behaviour.

These are only rumours. It is possible that Khamenei and his leadership circle 
may yet succeed in upholding the results. But if the momentum of events 
continues to swing in favour of Mousavi, they may need to reassess where their 
true interest lies. Last weekend Ahmadinejad described the opposition as 
"layers of dust", or flotsam and jetsam. But it may turn out that he is the 
flotsam and jetsam, and that the ruling group may come to see Mousavi as the 
only lifebelt that can save the Islamic Republic from sinking.

The writer is director of the Centre for Persian and Iranian studies at Exeter 
University and author of Iran: Empire of the Mind


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Couple's Capital Ties Said to Veil Spying for Cuba

2009-06-18 Thread sunny
http://www.nytimes.com/2009/06/19/world/19spies.html?_r=1&ref=global-home


Couple's Capital Ties Said to Veil Spying for Cuba 


 
A family photo of Kendall and Gwendolyn Myers in 1997. 

By GINGER THOMPSON
Published: June 18, 2009 
WASHINGTON - She was twice divorced and fresh out of South Dakota when she fell 
for his worldly sophistication. He came from one of this city's most privileged 
families, and admired her work helping ordinary people.

Enlarge This Image
 
A. Rea, via Reuters
Kendall Myers and his wife, Gwendolyn Myers, in Washington in February. They 
have been charged with spying for Cuba. 

Together, Gwendolyn and Kendall Myers set out to give the second half of their 
lives new meaning. At first, disillusioned with the pace of change in 
Washington, the great-grandson of Alexander Graham Bell, who at the time was a 
State Department contract employee, and the housewife turned political activist 
moved to South Dakota, where they embraced a counterculture lifestyle, even 
growing marijuana in the basement. They marched for legalized abortion, 
promoted solar energy, and repaired relations with six children from previous 
marriages. 

When the wide-open spaces of the West quickly grew too small, the couple 
returned to Washington a year later, renewing their ties to the establishment 
that they had rejected.

But the government says the real reason for the Myerses' 1980 return was to spy 
for Cuba. In a complaint that reads in parts like a novel, federal prosecutors 
allege that Mr. Myers, now 72, used his top-secret clearance as a State 
Department analyst to steal classified information from government files for 
nearly three decades, and that Ms. Myers, 71, who worked as a bank clerk, 
helped pass the information to Cuban handlers. They were arrested earlier this 
month and are being held without bail.

The strongest argument in support of the government's case may have been made 
by the Myerses themselves. In the 40-page complaint they are quoted telling an 
undercover F.B.I. agent how much they admired Fidel Castro, how they sent 
secret dispatches to Havana over short-wave radio, dropped packages to handlers 
in shopping carts at local grocery stores, traveled across Latin America to 
meet with Cuban agents and used false documents to travel to Havana for an 
evening with Mr. Castro. 

American officials say they are still trying to determine what secrets were 
stolen and the consequences for the nation's security. 

It appears that the Myerses were not motivated by money. The authorities said 
that other than being reimbursed for equipment, the couple were not paid for 
spying. On the contrary, according to the statements cited in the complaint, 
which one federal magistrate said made the case against the couple 
"insuperable," the couple felt disdain for America's foreign policy - Mr. 
Myers's diary described watching the television news as a "radicalizing 
experience" - and a romanticized view of Cuba's Communist government.

And, just months after Mr. Myers's retirement supposedly ended the scheme, they 
hinted that spying provided adventure to what seemed to have otherwise been a 
relatively mundane life. "We really have missed you," Mr. Myers said in April 
to the undercover F.B.I. agent who was posing as a Cuban intelligence official. 
"You, speaking collectively, have been a really important part of our lives, 
and we have felt incomplete."

The arrests of Mr. and Ms. Myers, who have been held without bail since their 
arrests earlier this month, made headlines around the world and ignited a 
flurry of messages between Miami and Havana. Prosecutors have refused to speak 
about the continuing investigation. 

Meanwhile, the couple's friends and relatives from Washington to South Dakota 
are still in shock over the allegations. 

"When the F.B.I. came to the door and told me my mother had been arrested, I 
kept thinking they must have the wrong house," said Ms. Myers's daughter, Jill 
Liebler, 52. 

"The media has painted a picture of him as a loner, a zealot, a man with an 
agenda," said Michael Myers, referring to his father. "That's not who he is."

But others acknowledged that there were glimpses of the couple they knew in the 
portrait painted by the government.

Jay Davis, a public defender in South Dakota, remembered a weekend years ago at 
a mineral bath resort, where Cuba was about all that Mr. Myers talked about. 
"He made it sound so wonderful, I started thinking seriously about going," Mr. 
Davis recalled. 

Court documents say that Mr. Myers, an expert on European history, became 
interested in Cuba in 1978. Divorced, he immersed himself in world affairs as 
an adjunct professor at the Johns Hopkins University School of Advanced 
International Studies and a contract instructor at the State Department's 
Foreign Service Institute.

According to the complaint, Mr. Myers was invited to Havana by an unnamed Cuban 
official who had made a presentation at the institute. Th

[ppiindia] JK dan SBY Minta Ember, Handuk dan Gigi Palsu

2009-06-18 Thread sunny
Harian Komentar
19 Juni 2009

  Debat capres lebih mirip tanya-jawab
  JK dan SBY Minta Ember, Handuk dan Gigi Palsu 
 



Jakarta, KOMENTAR
Debat calon presiden (capres) yang ditayangkan Trans TV tadi malam (18/06), 
jauh dari eks-pektasi masyarakat yang meng-harapkan adanya adu argumen di 
antara ketiga capres (Me-gawati, SBY dan Jusuf Kalla), layaknya debat capres di 
Ame-rika Serikat. Acara yang dipan-du Helmy Yahya dan dimode-ratori Anis 
Baswedan, lebih mirip tanya jawab dibanding debat sesuai tajuknya. 
Para capres juga tampil sa-ngat formalitas dan kurang menghibur. Capres Jusuf 
Kalla (JK) yang biasanya menge-luarkan banyolan-banyolannya, juga tampak serius 
dan agak kaku dalam acara "debat'' ter-sebut. Tidak ada guyonan dari pria yang 
kini menjabat sebagai wakil presiden itu.


Suasana lebih rileks malah hanya terjadi saat jeda iklan. Di sini JK 'berani' 
berkelakar. Itu terjadi saat suara tanda iklan berbunyi 'teng'. "Coach, tolong 
sediakan ember dan handuk," kata JK sambil tertawa meng-ibaratkan berakhirnya 
per-tandingan tinju. Hadirin pun terbahak-bahak mendengar kata-kata JK itu.


Terlebih saat SBY menyahuti kelakaran JK. "Pasang gigi palsu," kata SBY 
spontan. Hadirin yang hadir di studio pun kembali terbahak. Sedangkan Mega 
turut tersenyum. Saat jeda iklan, para capres diberi tempat duduk dan segelas 
mi-num. Suasana santai terlihat saat jeda iklan selama kurang lebih 5 menit 
itu. Setelah acara on air, para capres kembali terlihat serius.  Momen menarik 
lainnya, terjadi sebelum acara dimulai. Tidak seperti biasanya, Mega-wati 
tampak akrab dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat tiba di lokasi debat 
capres, Mega tampak meng-hampiri SBY yang datang lebih dulu di Trans TV, Jalan 
Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Kamis (18/06).


SBY pun tampak menyam-but uluran tangan Mega de-ngan tersenyum. Namun jabat 
tangan itu tetap berlangsung sangat singkat. Setelah berja-batan, Mega langsung 
duduk di kursi yang telah disediakan. Kebetulan, meski berjarak sekitar 50 cm, 
kursi tersebut bersebelahan dengan kursi SBY. SBY yang mengenakan baju batik 
merah pun tampak tersenyum kepada Mega. Mega yang mengenakan baju merah 
membalas senyuman itu. 


DEBAT 


Sementara debat capres yang pertama digelar di Trans TV tadi malam, terkesan 
masih kaku dan membosankan. Para capres yang diberi kesempatan 10 menit untuk 
memaparkan visi dan misinya, masih belum mengungkap bagaimana cara mewujudkan 
tata kelola peme-rintahan yang baik dan pene-gakan hukum secara detail.


Sejak acara dibuka, acara terkesan sangat serius. Anies Baswedan bersama para 
ca-pres, yakni Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan M Jusuf Kalla 
(JK), juga memperlihatkan wajah-wajah yang tegang. Hanya JK yang terlihat agak 
santai sedikit saat memaparkan visi dan misinya. Tapi mimiknya tetap lebih 
banyak seriusnya.


Acara berjalan monoton. Suasana makin monoton, karena moderator menetapkan 
ketentuan tidak ada tepuk tangan dari para hadirin, sebelum capres selesai 
me-nyampaikan pendapatnya. Saat menyampaikan visi dan misinya, para capres juga 
me-maparkan dengan kurang detil dan masih mengambang. Megawati misalnya, masih 
menjelaskan tata kelola pemerintahan yang baik dengan visi-misi yang masih 
global. Mega masih menyinggung beberapa hal seperti gagalnya reformasi yang 
harus ditun-taskan sampai dengan pene-gakan hukum oleh semua elemen masyarakat.


"Ada yang mengatakan refor-masi gagal, tetapi saya kata-kan mari kita 
lanjutkan. Kami berharap pemilihan umum presiden dapat berjalan de-ngan 
sukses," kata Mega. Sementara SBY menilai bahwa pemerintahan yang bersih 
merupakan modal awal bagi terbentuknya budaya masyarakat bebas dari KKN. Karena 
itu semua pihak harus mendukung terciptanya pe-merintahan bersih dan bebas dari 
KKN. "Mengapa good governance dan supremasi hukum pen-ting, penghormatan pada 
HAM penting. Kalau pemerintahan tidak baik yang terjadi KKN. Akhirnya bisa ada 
kabinet malam hari, yang terjadi pung-li, dari semua itu martabat dan citra 
bangsa akan terganggu," kata SBY.


SBY juga berkali-kali me-nyinggung masalah HAM yang pernah terjadi di 
Indonesia. SBY menegaskan bahwa sela-ma 5 tahun pemerintahannya tidak terjadi 
pelanggaran HAM. Dia pun berharap 5 tahun mendatang tidak terjadi lagi 
pelanggaran HAM. "Kita makin melindungi dan meng-hormati HAM karena melindungi 
HAM adalah amanat konstitusi. Di masa lalu barang kali ada kejadian, 
seolah-olah negara bisa apa saja yang sekarang dinamakan pelang-garan HAM 
berat. Untuk ke depan, lima tahun terakhir tidak terjadi pelanggaran HAM berat 
apakah itu genosida atau yang lainnya. Kalau kita bicara HAM, itu menjadi tugas 
kita semua, masyarakat dan se-mua komponen bangsa," papar SBY.


Sementara JK dalam menjelaskan visi misinya juga masih belum menjelaskan secara 
detail. JK mengungkap bagaimana cara menciptakan pemerintahan yang baik dan 
bebas dari KKN. "Satu pemerintahan yang amanah tentu akan efektif. Pemerintah 
yang efektif tentu mempunya

[ppiindia] FINAL WPNCL STATEMENT 18609

2009-06-18 Thread sunny
 

 WPNCL
[WEST PAPUA NATIONAL COALITION FOR LIBERATION] 
Secretariat, c/o: WPPRO, P.O. Box 1571, Port Vila, Republic of Vanuatu, 
Ph.: + 678 40808 or 60651, E-mail: rexr...@hotmail.com; 
awulkew...@yahoo.com; mornings...@vanuatu.com.vu  


Date: 18 June 2009  
PR-No.7 /2009.

PRESS STATEMENT
 
West Papuan leaders call for dialogue with Indonesia

Leaders of the West Papua National Coalition for Liberation [WPNCL] call on 
Indonesia for peaceful dialogue as the only viable conflict resolution to the 
West Papuan issue. They made this call after a major Workshop held by the 
Coalition in Vanimo, Sandaun Province, Papua New Guinea. This meeting is a 
follow up from the Leaders Summit held in Vanuatu in April 2008. The Workshop 
was hosted by the former Governor of Sandaun Province, Mr. John Tekwie and his 
Community. Representatives from member organizations who took part in the 
workshop held between 4 and 8 June 2009 have returned home very much encouraged 
and hopeful about the results. The Secretary General of the Coalition, Mr. Rex 
Rumakiek has acknowledged the success to the overwhelming support by the 
hosting community and the determination of the members of the Coalition. The 
workshop had achieved the objectives whilst it was designed to achieve Mr. 
Rumakiek said.

Mr. Rumakiek summed up the achievements as being, the finalization of Bylaws to 
strengthen unity in the struggle and to govern activities, control actions and 
the direction of the coalition. This is important because the Coalition is a 
forum for cooperation between West Papuan resistance organizations. Secondly, 
the design and endorsement of a Program or Road Map to, achieve West Papuan 
peoples aspiration. Short term and medium action plans would be designed and 
acted upon accordingly. The Coalition also renewed its call on the leaders of 
the Melanesian Spearhead Group (MSD) and the Pacific Islands Forum (PIF) that 
would have their meetings soon to grant West Papua observer status. On 
Indonesia the coalition is waiting for a response from the President on its 
earlier request for negotiation. This off course will depend on who will become 
the next President of the Republic of Indonesia Mr. Rumakiek said.

Mr. Rex Rumakiek further appeal to the International community to approach the 
complex issues in West Papua with objectivity and understanding. Please do not 
divide our people. As a people and a nation we very much valued our unity 
within which we could resolve our problems. It is because of this we will 
continue to consult and where necessary reconcile within our communities to 
take pride by being part of this national coalition. We have chosen the word 
liberation for this coalition because it is relevant to the nature of our 
struggle. Because, by liberation we are not only freeing ourselves from 
Colonial occupation, but also from dehumanizing Colonial values. We are 
absolutely determined to use peaceful means and every available avenue to 
achieve our People's aspiration 
Mr. Rumakiek said.

For more information please direct your queries to Mr. Rex Rumakiek on +61 
414247468 or the Vice Chairman, Dr. John Ondowame on +61 439759026 or the 
Vanuatu Mission, Mr. Andy Ayamiseba on +678 7740808. Electronic addresses are 
as given above.




  --


  --


  --



[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Imbauan PGI terkait pilpres

2009-06-18 Thread sunny
Harian Komentar
19 Juni 2009

  Imbauan PGI terkait pilpres 
  "Telusuri Jejak Setiap Kandidat''
 



Manado, KOMENTAR
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengeluar-kan surat penggembalaan 
terkait pelaksanaan pemili-han presiden (pilpres), 8 Juli mendatang. Dalam 
surat yang ditandatangani Ketua Umum Pdt Dr AA Yewangoe dan Se-kum Pdt Dr 
Richard M Daulay MA yang diterima koran ini, intinya PGI mengajak gereja dan 
warganya untuk dapat memilih pemimpin yang ca-kap, yakni mempunyai kemam-puan 
dan keterampilan untuk mengatasi persoalan bangsa Indonesia, terutama cakap dan 
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang masih dihimpit oleh belenggu 
kemiskinan. 


Kemudian, pemimpin yang dipilih adalah takut akan Tuhan, pemimpin yang 
men-jalankan tugasnya dengan mengandalkan kekuatan mo-ral, menjauhkan diri dari 
kebohongan dan segala ben-tuk manipulasi politik. Dalam surat penggembalaan 
itu, PGI juga mengimbau agar memilih pemimpin yang dapat diper-caya yaitu yang 
terbukti melakukan apa yang dia ucapkan. "Telusurilah rekam jejak se-tiap 
kandidat, sehingga sau-dara dapat mengetahui siapa dari antara mereka yang 
dapat dipercaya dan siapa yang tidak," ajak Yewangoe dan Daulay. Selanjutnya, 
pemimpin yang dibutuhkan yakni benci kepada penge-jaran suap yaitu yang jujur 
dan tidak korupsi, juga harus bertekad untuk memberantas korupsi yang 
menghancurkan perekonomian negara ini. "Tetap mempertahankan Pancasila dan 
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya se-bagai acuan kehidupan 
ber-masyarakat, berbangsa dan bernegara. Haruslah sung-guh-sungguh mempunyai 
komitmen teguh kepada Pan-casila, UUD 1945, Negara Republik Indonesia, Bhinneka 
Tunggal Ika (masyarakat majemuk, setara dan ber-satu), dan cita-cita 
pro-klamasi kemerdekaan Indonesia," kata keduanya meng-ingatkan.


Apalagi, dampak Pilpres 2009 ini tidak hanya untuk periode 2009-2014 saja, 
me-lainkan berdurasi sangat panjang yang ikut menen-tukan nasib bangsa kita di 
masa depan. "Salah memilih berarti membawa bangsa ini kepada penyimpangan yang 
berakibat fatal bagi keles-tarian bangsa."  Selain memilih presiden dan wakil 
presiden, juga melihat koalisi yang ada di bela-kangnya. Kita pun Harus melihat 
dengan jeli manakah dari pasangan koalisi itu yang tidak secara jelas 
menjadikan Pancasila sebagai solusi da-lam kehidupan berbangsa dan bernegara, 
melainkan ideologi yang lain. "Perhatikanlah sikap partai-partai politik selama 
ini yang tidak tegas menolak undang-undang yang cenderung diskriminatif, 
seperti UU Pornografi dan perdaperda yang diskriminatif di berbagai daerah," 
imbuhnya keduanya seraya meminta supaya jeli juga untuk melihat bagai-mana 
sikap partai-partai politik terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di 
Indonesia selama 4-5 tahun terakhir ini. 


Seperti kita umat Kristen misalnya, apakah di beberapa tempat mempunyai 
kebebasan untuk mendirikan ge-dung-gedung ibadah atau malah sering dihambat. 
Se-dangkan tindakan konkret pemerintah hampir tidak terlihat. "Pada akhirnya 
kami ingin menyatakan bahwa visi pembangunan bangsa kita bukan hanya untuk lima 
tahun mendatang, melainkan jauh melampauinya. Maka yang terutama adalah 
bagai-mana membangun sistem demokrasi yang sehat, bukan sekadar kalah/menang 
dalam pilpres," tulis keduanya dalam surat penggembalaan itu.  Ditambahkan 
juga, bahwa Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan gereja-gereja 
anggotanya, bukanlah partai politik atau organisasi yang menjalankan politik 
praktis, yaitu politik yang be-rusaha merebut kekuasaan dalam negara. Politik 
gereja (baca: PGI) adalah politik moral atau yang bertujuan menyam-paikan 
pesan-pesan moral atau suara kenabian di tengah zaman. 


"Dalam kaitan itu PGI dan gereja-gereja ikut bertang-gung jawab dalam kehidupan 
bersama di dalam polis (negara) Indonesia. Orang Kristen Indonesia sebagai 
bagian integral bangsa harus mampu hidup bersama secara proaktif di dalam 
masyarakat Indonesia yang majemuk," pesan keduanya.(*mly


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Dipidana Korupsi tanpa Menikmati!

2009-06-18 Thread sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009061815073015

  Kamis, 18 Juni 2009 
 
  BURAS 
 
 
 
Dipidana Korupsi tanpa Menikmati! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya



  "EMPAT mantan deputi gubernur Bank Indonesia (BI), Aulia Pohan, Maman 
Soemantri, Bunbunan Hutapea, dan Aslim Tajudin dipidana penjara masing-masing 
empat tahun lebih dalam kasus korupsi dana yayasan di BI," ujar Umar. "Menurut 
hakim, hukuman itu dijatuhkan dengan berbagai hal yang meringankan, salah 
satunya, mereka tak menikmati hasil perbuatan korupsi tersebut!"

  "Sedang sejumlah anggota DPR yang menikmati aliran dana BI itu malah tak 
tersentuh hukum!" timpal Amir. "Itu sesuai keterangan Hamka Yandu di sidang 
pengadilan! Hanya Yandu dan Anthony Zeidra Abidin anggota DPR yang terkena 
pidana korupsi ini, teman-teman sekomisinya lolos!"

  "Soal sejumlah anggota DPR yang belum terjerat mungkin hanya soal waktu!" 
tegas Umar. "Sebab korupsi itu kejahatan luar biasa--extraordinary crime, jadi 
kasusnya tak mengenal kedaluwarsa!"

  "Dengan korupsi sebagai kejahatan luar biasa itulah, bukan yang menikmati 
saja dijerat!" timpal Amir. "Siapa pun terkait tindak korupsi, seperti lewat 
menyalahgunakan kekuasaan memperkaya orang lain atau sejenisnya dengan 
merugikan keuangan negara, digolongkan sebagai koruptor!"

  "Tergolong koruptor seharusnya yang menikmati hasilnya! Sedang mereka 
tidak sama sekali!" tukas Umar. "Apa melabeli mereka koruptor tak keliru?"

  "Korupsi berasal dari kata Inggris corrupt--juga dipakai pada disket yang 
kena virus atau rusak! Akibat corrupt di satu sektor disket, rekaman lagu di 
dalamnya juga rusak! Seperti syair lagu 'biarlah kutanggung semua derita', 
ketika disketnya rusak jika diputar berbunyi 'biarlah kutang ... kutang ... 
kutang...!' Konon lagi BI bukan sekadar disket, tapi sebuah server induk 
jaringan keuangan nasional! Jika server induknya rusak, bisa berantakan semua 
jaringan sistemnya!"

  "Kalau begitu ngapain para deputi gubernur BI itu susah payah 
mengalokasikan dana ke DPR sampai menanggung akibat seberat itu?" entak Umar.

  "Terdorong oleh 'idealisme'--dalam tanda petik!" jawab Amir. "Yaitu, 
untuk mewariskan sebuah UU Bank Sentral yang murni independen dari campur 
tangan presiden! Sukses itu menjadikan sistem bank sentral kita lebih maju dari 
AS--yang hingga kini masih terkait presiden!" (Lihat, Didik Rachbini, BI Menuju 
Independensi Bank Sentral, 2000)

  "Duileh, ngetop banget!" entak Umar. "Sistem AS saja liberal, sistem apa 
pula bank sentral kita?"

  "Jadi superliberal!" tegas Amir. "Dengan sistem baru itu, siapa pun jadi 
pimpinan BI kemudian akan mengenang mereka sebagai pahlawan! Sebab dengan 
sistem superliberal itu, pimpinan BI bebas menetapkan sendiri gaji, tak lagi 
mengikuti struktur gaji PNS! Maka itu, gaji pimpinan BI bisa lebih Rp100 
juta/bulan, melebihi gaji presiden!"

  "Ternyata, untuk jadi 'pahlawan' mereka juga seperti pahlawan 
kemerdekaan!" tukas Umar. "Harus siap masuk penjara!" **
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Debat Antar Capres Kurang Menarik

2009-06-18 Thread sunny
Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 

Debat Antar Capres Kurang Menarik 


JAKARTA - Untuk sebuah tontonan, debat para capres yang tadi malam ditayangkan 
langsung tiga televisi swasta nasional kurang menarik alias membosankan. Selain 
penjelasan setiap capres terasa normatif, acara tersebut kurang mencerminkan 
debat. Acara itu lebih tepat disebut tanya jawab antara moderator yang 
dipercayakan kepada Rektor Universitas Paramadina Dr Anies Baswedan dan para 
kandidat.

Ketiga capres tadi malam datang di studio Trans7, Jl Tendean, Jakarta Selatan. 
Sesuai nomor urut, mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang 
Yudhoyono (SBY), dan Jusuf Kalla (JK). Mereka datang bersama anggota tim 
kampanye. Satu topik yang diangkat untuk menjadi bahan debat yang berlangsung 
90 menit tersebut adalah: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan 
Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum dan HAM. 

Di bidang hukum, khususnya pemberantasan korupsi, debat itu tidak memunculkan 
optimisme. "Tidak terlihat harapan yang cerah dalam pemberantasan korupsi," 
kata Febri Diansyah, peneliti hukum Indonesian Corruption Watch (ICW). Hal itu 
tecermin dari tidak adanya terobosan jika pembahasan RUU Pengadilan Tipikor 
menemui jalan buntu. "Malah, ada calon yang mencampuradukkan UU Tipikor dengan 
UU Pengadilan Tipikor," sambungnya.

Dalam penilaian Febri, tidak ada satu capres pun yang menjelaskan adanya 
ancaman terhadap kinerja KPK jika pembahasan RUU Tipikor tidak kelar hingga 
Desember 2009. Begitu juga terkait masalah tindakan pencegahan, seperti pungli. 
"Mereka malah bicara masalah moral. Itu sangat mengambang," katanya.

Pendapat senada disampaikan Ketua Pusat Kajian Antikorupsi UGM Zainal Arifin 
Muchtar. "Semuanya tidak menawarkan hal baru sehingga menunjukkan mereka pantas 
dipilih," ujarnya. Kata dia, jawaban yang meluncur dari ketiga capres relatif 
sama dan normatif.

Pengamat politik Burhanudin Muhtadi menilai kualitas debat perdana yang 
dipertontonkan ketiga capres itu masih di bawah standar. Ketiganya, ungkap dia, 
lebih banyak bicara visi, tapi miskin agenda. ''Ketiga capres lebih banyak 
mengajukan list daftar keinginan. Tapi, kurang mengelaborasi aspek teknis dan 
langkah konkret untuk mencapai good governance,'' kata peneliti senior Lembaga 
Survei Indonesia (LSI) itu.

Burhan juga menyesalkan, pertanyaan mengenai anggaran TNI dan alutsista, serta 
lumpur Lapindo yang tidak optimal dijelaskan oleh Megawati. Padahal, kedua 
pertanyaan itu bisa menjadi pintu masuk bagi Megawati untuk menembak kelemahan 
pemerintahan SBY dalam menangani kasus-kasus tersebut.

''Sayang, Megawati gagal memanfaatkan kesempatan emas itu untuk menunjukkan 
dirinya punya solusi jitu,'' kata Burhan. JK juga hampir sama. Seharusnya, 
tambah Burhan, JK bisa lebih agresif menjelaskan posisinya untuk membedakan 
dengan SBY. ''Padahal, untuk pertanyaan soal alutsista dan Lapindo jelas posisi 
SBY sangat defensif dan normatif,'' kata lulusan The Australian National 
University (ANU) itu.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga Hariyadi punya penilaian berbeda. 
Menurut dia, di antara ketiga capres yang tampil, SBY memiliki konsep yang 
lebih baik. Misalnya, bagaimana dia menyampaikan perlunya reformasi birokrasi 
untuk menciptakan good governance. ''Ini poin tersendiri bagi SBY. Konsepnya 
lebih jelas, lebih komprehensif,'' katanya. 

Meski materinya lebih baik, Hariyadi mencatat, ada beberapa kekurangan dalam 
penampilan SBY. Di antaranya, bicaranya terlalu normatif sehingga pemaparan 
visi tidak begitu detail.

Berbeda halnya dengan Megawati, yang lebih menyentuh masalah-masalah di 
permukaan. Karena itu, konsep yang dia paparkan belum bisa diketahui secara 
jelas. ''Banyak yang artifisial atau semu. Misalnya, pengurusan KTP,'' ucapnya.

Begitu juga, Jusuf Kalla (JK). Dalam debat capres tersebut, posisi ketua umum 
Partai Golkar itu bisa dibilang paling sulit. Paparan vi­sinya kurang jelas. 
''Visinya tidak jelas. Bahkan, terkesan mbulet. Ha­nya, Pak JK lebih bagus pada 
pe­negakan HAM. Bagaimana dia berjanji akan menuntaskan permasalahan HAM,'' 
terang Hariyadi.

Menurut dia, dalam debat capres tadi malam seharusnya Mega dan JK tampil 
maksimal. Artinya, kedua­nya harus menyampaikan visi yang lebih baik daripada 
pemerintahan sekarang yang dikomando SBY. 

Namun, yang terjadi malah se­baliknya. Kedua capres itu justru lebih banyak 
bilang setuju de­ngan konsep yang dipaparkan SBY dalam debat tersebut.

Hariyadi menambahkan, jika harus memberikan nilai, dari pa­paran visi, SBY 
mendapatkan ni­lai terbaik dengan grade tiga. Sedangkan Megawati dan JK 
sama-sama mendapat nilai dua. ''Penilaian ini jika passing grade-nya 1 sampai 
3,'' ujar Hariyadi. (fal/pri/aga/fid/kum)


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Djoko Tjandra Kabur ke Papua Nugini

2009-06-18 Thread sunny
Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 


Djoko Tjandra Kabur ke Papua Nugini 
Kejagung Meminta Djoko Tjandra Menyerah 


JAKARTA - Aparat kejaksaan harus bekerja ekstra keras untuk mengeksekusi Djoko 
Sugiarto Tjandra, terpidana kasus korupsi dana hak tagih (cessie) Bank Bali Rp 
546 miliar. Bos Grup Mulia itu tidak lagi berada di Indonesia, namun 
bersembunyi di Papua Nugini. 

Djoko pergi ke Port Moresby, Papua Nugini, menggunakan pesawat carter dari 
operator Tag Avia dengan nomor penerbangan CL604. Dia berangkat 10 Juni atau 
sehari menjelang Mahkamah Agung (MA) memutus peninjauan kembali (PK) kasusnya. 
Pengusaha yang pernah disebut Artalyta Suryani alias Ayin dengan nama Joker itu 
terbang melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, bersama dua rekannya. 
Djoko pergi dengan menggunakan paspor bernomor P 806888.

''Dia (Djoko) pergi dua hari setelah putusan PK Syahril Sabirin dan sehari 
sebelum putusan PK atas nama Djoko Tjandra (keluar),'' kata Kapuspenkum 
Kejagung Jasman Pandjaitan menyampaikan informasi tentang Djoko Tjandra tadi 
malam. 

Putusan PK keduanya disampaikan Mahkamah Agung dalam keterangan pers pada Kamis 
(11/6). Namun, Jasman tak mau berspekulasi apakah Djoko telah mendapatkan 
informasi lebih awal tentang putusan PK Syahril. ''Langkah selanjutnya belum 
bisa dipastikan. Informasi baru kami terima,'' ujar mantan kepala Kejaksaan 
Negeri Jakarta Timur itu.

Djoko seharusnya sudah meringkuk di sel Lapas Cipinang bersama terpidana lain, 
yakni mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Syahril Sabirin. Syahril sendiri 
memilih kooperatif dengan memenuhi panggilan kejaksaan sekaligus bersedia 
dieksekusi pada 16 Juni lalu. 

Tim jaksa sebelumnya berusaha mengawasi gerak-gerik Djoko. Termasuk mendatangi 
rumah mewahnya di kawasan Simprug Golf, Jakarta Selatan, yang ternyata kosong.

Saat Djoko berada di Papua Nugini, kuasa hukumnya, O.C. Kaligis, meminta 
penundaan eksekusi. Permintaan itu terungkap dari surat yang dikirim melalui 
Kejari Jakarta Selatan. ''Tapi, tidak tahu sampai kapan (penundaannya),'' kata 
Jasman.

Djoko merupakan terpidana kasus Bank Bali yang diputus dua tahun penjara dalam 
putusan PK. Pemohon PK adalah kejaksaan. Dalam amar putusan, pemilik Hotel 
Mulia itu juga diharuskan untuk membayar denda Rp 15 juta subsider 3 bulan. 
Djoko tidak sendiri. MA sebelumnya juga memberikan hukuman yang sama kepada 
Syahril Sabirin.

Di tempat terpisah, Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus) Marwan Effendy 
mengatakan, berdasar informasi yang diperoleh sebelumnya, tidak ada di catatan 
Imigrasi bahwa Djoko bepergian ke luar negeri. Namun, Marwan berpendapat, Djoko 
belakangan berada di luar negeri. ''Dia menggunakan jalur-jalur tradisional,'' 
kata Marwan di gedung Kejagung kemarin.

Dia memperkirakan, Djoko menjadikan dua negara sebagai tujuan kepergiannya ke 
luar negeri. Yaitu, Papua Nugini dan Singapura. Alasan itu didasari adanya 
saudara Djoko yang tinggal di sana. Selain itu, alasan bisnis yang dilakukan 
Djoko di dua negara tetangga Indonesia itu menjadi pertimbangan. ''Kami tetap 
melacak di mana keluarganya,'' jelas mantan Kapusdiklat Kejagung itu.

Hingga kini, kejaksaan memberikan waktu bagi Djoko untuk memenuhi panggilan 
kedua yang dijadwalkan Senin (22/6). ''Kalau mentok usaha kami, (penanganannya) 
akan diserahkan ke tim pemburu koruptor,'' urai Marwan.

Hingga kini, kejaksaan memberikan waktu bagi Djoko untuk memenuhi panggilan 
kedua yang dijadwalkan Senin (22/6). ''Kalau mentok usaha kami, (penanganannya) 
akan diserahkan ke tim pemburu koruptor,'' urai Marwan.

Terkait dengan uang Rp 546 miliar, Marwan menegaskan, sesuai de­ngan putusan 
MA, uang tersebut dirampas untuk negara. Pihaknya sudah memerintah tim untuk 
me­lakukan penjajakan terhadap Bank Permata, tempat uang itu disimpan dalam 
rekening penampungan. "Kalau (Bank Permata) tidak mau, ada instrumen hukumnya. 
Bisa di­kenai pasal penggelapan karena statusnya titipan," tegas mantan kepala 
Kejaksaan Tinggi Jatim itu.

Terpisah, Direktur Penyidikan Direktorat Jenderal Imigrasi Muchdor mengakui 
bahwa Kejagung telah meminta pihaknya untuk mencegah keluarnya Djoko Tjandra di 
pintu pemeriksaan imigrasi. Namun, permintaan itu diajukan mulai 11 Juni 2009. 
"Sampai tanggal 18 tidak ada nama Djoko Tjandra yang ke luar negeri di data 
kami," ujarnya. 

Muchdor mengaku mencari da­ta Djoko Tjandra itu di 25 pin­tu pemeriksaan 
imigrasi yang ter­sebar di seluruh tanah air. "Ka­mi juga mengecek di lima 
pintu pemeriksaan yang besar. (Di sana) nama Djoko tidak tercatat," ungkapnya. 
Namun, apabila melalui pintu ilegal, imigrasi mengaku kesulitan mengawasi. 
"Karena wilayah negara kita amat luas," terangnya. 

Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana 
menduga, kaburnya Djoko pada 10/6 disebabkan dia sudah mendapatkan informasi 
soal keluarnya putusan peninjauan kembali (PK) dari Mahkamah Agung (MA). Waktu 
itu, Djoko masih bebas ke luar negeri karena statusnya belum terpidana. "Kalau 
per

[ppiindia] Sudi: SBY Andil Besar Damaikan Aceh

2009-06-18 Thread sunny
Refleksi : Siapa  saja yang punya andil "kecil" dalam  peperangan semasa DOM  
termasuk kasus-kasus perkosaan wanita di Aceh?

Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 


Sudi: SBY Andil Besar Damaikan Aceh 


JAKARTA - Klaim Capres Jusuf Kalla (JK) bahwa dirinya yang membuat keputusan 
soal perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) membuat kubu Soesilo Bambang 
Yudhoyono (SBY) meradang. Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi sampai harus 
memberikan keterangan khusus kepada wartawan terkait klaim wakil presiden itu.

Menurut Sudi, sebagai presiden, SBY tentu memiliki andil besar dalam proses 
perdamaian di provinsi berjuluk Negeri Serambi Makkah itu. ''Tidak hanya 
manggut-manggut saja,'' kata Sudi di Kantor Presiden kemarin. Dia lantas 
menjelaskan bahwa proses perdamaian Aceh digagas SBY sejak 2001. Itu semasa SBY 
menjadi Menkopolkam. Kerja keras SBY saat itu terlihat dengan keluarnya inpres 
yang berisi instruksi penyelesaian Aceh secara baik dan bermartabat. ''Saat itu 
dibentuk desk Aceh yang dipimpin sekretaris Menkopolkam, yang kebetulan saat 
itu saya jabat,'' kata Sudi.

Saat itu, menurut Sudi, memang belum berhasil. Sebab, unsur-unsur di 
pemerintahan dan DPR tidak cukup solid dalam penyikapan kasus Aceh. Tidak semua 
mendukung upaya penyelesaian Aceh secara damai dan bermartabat.

Pada waktu terpilih menjadi presiden, lanjut Sudi, SBY sangat 
bersungguh-sungguh berniat menyelesaikan masalah Aceh secara damai dan 
bermartabat. Dan, puncaknya ketika terjadi tsunami, SBY aktif mengimbau untuk 
dilakukan perdamaian. Dan, imbauan itu direspons secara positif oleh kelompok 
GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di dalam dan luar negeri. 

''Akhirnya dibentuklah suatu tim perunding, itu pun keluar dengan keppres, 
siapa saja juru runding itu, apa saja misinya, dan upaya-upaya perundingan itu 
adalah arahan dari presiden,'' kata Sudi. ''Sampai terjadi persetujuan damai 
ada MoU-nya, naskahnya pun dalam kontrol dan kendali Pak SBY. Saat perundingan 
alot, sampai titik koma naskah perjanjian, pr esiden ikut campur di dalamnya,'' 
sambung Sudi.

Apakah SBY terganggu oleh klaim JK tersebut? Sudi justru menjawab bahwa dirinya 
yang merasa terganggu karena ikut menjadi pelaku sejarah. ''Presiden hanya 
tanya ke saya, 'Lho, kok begitu? Mas Sudi kan tahu seperti apa dulu perjuangan 
kita dari 2001 untuk menyelesaikan Aceh secara damai dan bermartabat','' kata 
Sudi menirukan ucapan SBY. 

Meski demikian, kata Sudi, SBY tidak tersinggung. Sebab, SBY memang tidak 
pernah ingin menonjolkan pekerjaan yang dilakukannya. ''Tidak sampai terganggu. 
Sampai sekarang jalan terus dan pemerintah terus mengawal agar hasil yang telah 
dicapai bisa dijaga dan dipertahankan,'' katanya. (tom/agm

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Megawati-Prabowo Sepakat Tidak Terima Gaji bila Menang Pilpres

2009-06-18 Thread sunny
Refleksi : Tidak terima gaji bukan berarti tidak akan menerima tunjangan. 

Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 

Megawati-Prabowo Sepakat Tidak Terima Gaji bila Menang Pilpres 


JAKARTA - Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto terus bermanuver untuk 
menarik simpati publik. Salah satunya, capres-cawapres PDIP-Partai Gerindra itu 
berjanji tidak menikmati gaji plus tunjangan bulanan bila kelak memenangi 
pemilu presiden (pilpres).

Aksi pantang gajian itu akan terus dilaksanakan selama komitmen yang tertuang 
dalam kontrak politik belum terealisasi. ''Saya sudah bicara dengan Ibu 
Me­gawati. Bila terpilih, kami sepakat tidak akan memanfaatkan semua gaji dan 
tunjangan yang diberikan selama sasaran-sasaran kami di kontrak politik atau 
delapan program aksi untuk rakyat itu belum tercapai,'' tegas Prabowo di 
Jakarta Selatan, kemarin (18/6). 

Lantas, selama tidak gajian, diberikan kepada siapa penghasilan bulanan 
tersebut? ''Semua akan kami salurkan kepada pihak-pihak yang lebih memerlukan. 
Misalnya, yatim piatu, kaum duafa, dan mereka yang tertimpa bencana,'' ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Departemen SDM DPP Partai Demokrat Andi 
Mallarangeng menyatakan, persoalan di negara ini tidak sekadar menerima atau 
tidak menerima gaji. ''Yang penting adalah bagaimana menjalankan kekuasaan 
pemerintahan itu,'' katanya di Kantor Presiden.

Menerima atau tidak menerima gaji, jelas dia, tidak berkaitan dengan kinerja 
seorang pemimpin. Kalau ki­nerja pemimpin jelek, meski tidak menerima gaji, 
hasil yang dicapai tetap akan buruk.

Menurut dia, yang justru menjadi pertanyaan publik terhadap Mega bukan soal 
menerima gaji atau tidak. Tapi, yang perlu dijelaskan saat Mega menjalankan 
kekuasaan pemerintahan adalah apakah program-programnya untuk rakyat 
menguntungkan negara atau merugikan negara. (pri/tom/agm)


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Janji Perbanyak Menteri Perempuan

2009-06-18 Thread sunny
Refleksi :  Perbanyak  1 x 1 ?  Orang seberang lautan katakan: "Seeing is 
believing", jadi kita wait and see?


Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 


Janji Perbanyak Menteri Perempuan 


JAKARTA - Calon presiden Jusuf Kalla (JK) berjanji memberikan kursi yang lebih 
banyak bagi perempuan untuk duduk sebagai menteri di kabinetnya nanti. Menurut 
JK, peningkatan proporsi bagi perempuan sudah sewajarnya dilakukan. Sebab, 
secara demografi, jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

"Kualitas perempuan Indonesia sekarang tidak kalah dengan kualitas 
laki-lakinya. Karena itu, pasti akan mendapatkan proporsi yang lebih besar dari 
empat kursi di kabinet sekarang ini," ujar JK di depan sekitar seribu perempuan 
dalam dialog bertajuk "Pesta Demokrasi Perempuan Indonesia 2009" kemarin (18/6).

Menurut dia, banyak keuntungan bila jumlah perempuan dalam kabinet bertambah. 
"Setidaknya, rapat kabinet menjadi lebih tenang, tidak banyak yang merokok, dan 
lebih wangi," seloroh JK.

"Kalau justru ribut karena menggosip bagaimana?" pan­cing pembawa acara. "Nanti 
duduknya diselang-seling," sahut JK yang disambut tawa. (noe/tof)


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Cegah Pencurian, Jembatan Suramadu Dijaga 24 Jam

2009-06-18 Thread sunny
Refleksi : Diatas korupsi dan yang dibawah mencuri atau dalam peribahasa 
dikatakan: Guru kencing berdiri murid kencing berlari.  Beginilah negeri yang 
dalam cerita Karl May : "Ali Baba dan 40 penyamun". 


http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=8664

2009-06-18 
Cegah Pencurian, Jembatan Suramadu Dijaga 24 Jam



ANTARA/Eric Ireng

Penumpang berada di geladak salah satu kapal feri, sesaat sebelum berangkat 
dari Dermaga 1 Penyeberangan Ujung-Kamal, Tanjung Perak Surabaya, Rabu (17/6). 
Pelabuhan yang sebelumnya menjadi pintu utama lalu lintas laut Surabaya- Pulau 
Madura tersebut, mulai sepi menyusul dibukanya Jembatan Suramadu yang tiketnya 
lebih murah.

[SURABAYA] Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), Jawa Timur (Jatim) diamankan 
polisi dan petugas Jasa Marga 24 jam penuh, setelah tarif tol masuk jembatan 
resmi dilakukan sejak Rabu (17/6). Saat uji coba, 42 lampu, mur, dan baut 
dilaporkan hilang.

"Perhatian ekstra ketat kami lakukan untuk mengamankan Suramadu, baik di atas 
maupun di bawah jembatan," kata Kepala Cabang Jasa Marga Surabaya-Gempol Agus 
Purnomo, di Surabaya, Rabu (17/6).

Bentuk pengamanan di atas jembatan oleh Polisi Jalan Raya dan petugas Jasa 
Marga, sedangkan di bawah jembatan yang digunakan untuk lintasan kapal atau 
perahu dilakukan jajaran Kepolisian Surabaya dan Bangkalan, Madura. Pengamanan 
ketat dilakukan, agar jangan sampai ada laporan kehilangan atas perangkat 
Jembatan Suramadu. 

Pada hari pertama diberlakukan tarif tol masuk jembatan, pihaknya menargetkan 
4.000 kendaraan roda empat melewati jembatan ini, sedangkan untuk roda dua 
ditargetkan sebanyak 12.000 unit. Saat sekarang sedang dihitung berapa banyak 
kendaraan yang ke luar masuk.

Sejak tarif masuk diberlakukan, jumlah kendaraan yang melintas jembatan menurun 
drastis dibanding saat uji coba dilaksanakan mulai tanggal 13-16 Juni lalu. 
Ketika uji coba, puluhan ribu mobil dan sepeda motor melintas jembatan, karena 
uji coba dilakukan secara gratis.

Seperti diberitakan, tarif tol melintas Suramadu telah ditetapkan. Untuk 
kendaraan roda dua Rp 3.000, kendaraan golongan I mobil pribadi Rp 30.000, 
golongan II Rp 45.000, golongan III Rp 60.000, golongan IV Rp 75.000 dan 
golongan V ditetapkan sebesar Rp 90.000. 


Penurunan

Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) 
Jatim Bambang Harjo mengatakan, sejak masa uji coba sampai dioperasikannya 
Suramadu, terjadi penurunan penumpang kapal feri yang menghubungkan Ujung Baru 
Surabaya-Kamal Madura. 

Untuk kendaraan roda dua dari rata-rata 8.000, turun 55 persen. Untuk roda 
empat turun 85 persen dari rata-rata 4.000 unit yang melintas di Selat Madura 
ini. Dalam kondisi seperti ini, prospek angkutan kapal feri ke depan menjadi 
suram bahkan dalam waktu cepat akan mati. Jika angkutan ini mati, akan 
berdampak pada 1.800 pekerja dari 17 kapal feri yang dioperasikan sehari-hari. 
Bahkan nasib pedagang asongan, kaki lima pun kehilangan pendapatannya.

Pemerintah sebelumnya berjanji, feri di lintas penyeberangan Ujungbaru 
Surabaya-Kamal Madura, akan dipindahkan ke lintas penyeberangan yang lain 
seperti Ketapang Banyuwangi-Gilimanuk Bali. [080]



[Non-text portions of this message have been removed]