[ppiindia] Teladan Tiga Muslim Feminis (Resensi Majalah TEMPO buku Muslim Feminis)
Teladan Tiga Muslim Feminis Majalah TEMPO, 6-12 September 2010 Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam Penulis: Mohamad Guntur Romli Tebal: xlix + 250 halaman Penerbit: Freedom Institute, Juli 2010 ISBN: 978-979-19-4664-3 Muslim feminis dalam buku ini mengacu pada istilah male feminist yang dikenal dalam studi feminisme. Yang dituju adalah laki-laki yang memiliki perspektif feminisme dan aktif berjuang bagi terwujudnya kesetaraan dan ke adilan gender dalam tatanan masya rakat. Istilah muslim feminis pasti sangat asing di telinga sebagian besar umat Islam. Sebab, istilah feminis sudah telanjur mendapat pemaknaan negatif dan sering dianggap tidak islami sehingga tidak pantas disandingkan dengan kata muslim. Tidak sedikit umat Islam keliru memaknai feminisme; dianggap gerakan yang diciptakan demi merusak akidah; perlawanan perempuan terhadap kodrat; permusuhan terhadap laki-laki; pemberontakan perempuan terhadap kewajiban rumah tangga; bahkan dianggap penolakan terhadap syariah. Semua anggapan tersebut keliru dan, karena itu, harus diluruskan. Di sinilah keberanian Mohamad Guntur Ramli memilih judul Muslim Feminis patut di acungi jempol. Sebab, di samping memasyarakatkan istilah asing itu, ia sekaligus meluruskan anggapan keliru yang selama ini membelenggu pikiran sebagian besar umat Islam. Lalu apa itu feminisme? Sepanjang se jarahnya, gerakan feminisme selalu mendefinisikan diri sebagai gerakan me nentang perlakuan tak adil terhadap perempuan. Intinya: menolak seti ap bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan berbasis gender terhadap pe rempuan, apa pun alasannya. Dengan ung kapan lain, feminisme adalah upaya transformasi sosial yang meng arah ke terwujudnya sistem dan pranata so sial yang secara gender lebih adil dan ega liter. Substansi gerakan feminisme adalah memperjuangkan tatanan masya rakat yang adil secara gender, bebas dari segala bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Jika demikian, Nabi Muhammad sangat pantas disebut feminis. Sebab, Nabi hadir untuk membebaskan manusia, khususnya kaum perempuan, dari belenggu thagut dan khurafat dengan memperkenalkan konsep tauhid (monoteisme murni). Tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan berketuhanan secara benar dan kemudian menuntun berke manusiaan dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menja di pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan umat Islam bertindak benar, dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. Bertauhid yang benar akan meng antarkan ke kesadaran kemanusiaan yang tinggi sehingga manusia tidak lagi mengeksploi tasi sesama dan tidak merusak kelestarian alam. Nabi mengajarkan, tugas utama manusia perempuan dan laki-laki-sama, yaitu menjadi khalifah filardh (pengelola kehidupan di dunia). Lelaki dan pe rempuan harus berlomba-lomba berbuat amal terbaik (fastabiqul khairat). Melalui buku ini, Guntur menampilkan tiga sosok muslim feminis asal Mesir beserta ulasan perjuangannya. Pertama, Syekh Rifa'ah al-Thahthawi (1801-1873), dengan gagasan ide persamaan. Dia menyadar kan perlunya umat Islam meninggalkan penindasan terhadap perempuan dan memberinya akses luas untuk mengenyam pendidikan. Menurut dia, tingkat keadaban suatu masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana masyarakat itu menghor mati hak-hak perempuan. Kedua, Syekh Muhammad Abduh (1849-1905), yang amat vokal berbicara tentang kesetaraan laki-laki dan perem puan. Sebab, keduanya dicipta kan dari unsur yang satu. Ada empat isu gender yang menjadi perhatiannya, yakni perkawinan, poligami, warisan, dan perceraian. Pemikiran Abduh mengandung nuansa liberal yang memakai rasionalitas dalam menafsirkan teks-teks agama. Bahkan metodologi interpretasi yang dibangunnya menjadi cikal-bakal hermeneutika modern. Ketiga, Qasim Amin (1863-1908), terkenal karena kedua bukunya, Tahrir al-Mar'ah (Pembebasan Perempuan) dan Al-Mar'ah al-Jadidah (Perempu an Baru). Statemennya yang terkenal: kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kondisi kemajuan kaum perempuannya. Dia menolak penggunaan hijab, pakaian yang menutup seluruh tubuh perempuan sehingga menyulitkan beraktivitas secara leluasa di ruang publik. Dia juga berupaya memajukan pendidikan bagi perempuan agar lebih berkiprah mendidik bangsanya. Pendek kata, para tokoh feminis tersebut menggugat tradisi budaya patriarkal-seperti poligami, kewajiban hijab, dan larangan ke luar rumah-yang merugikan perempuan. Mereka mengkritik pemahaman keislaman yang diliputi takhayul dan khurafat, pemahaman yang tidak membebaskan dari belenggu kejahiliahan, yang memenjarakan umat Islam dalam kebo dohan, kemiskinan, dan kejumudan. Mereka mengajak umat Islam berpikir kritis, rasional, dan terbuka. Setiap ide dan gagasan dari mana pun datangnya, timur atau barat, utara atau selatan, harus direspons kritis dan proporsional. Hanya dengan itu umat Islam dapat maju dan berjaya seperti pada abad keemasan Islam . Artinya, setiap gagasan
[ppiindia] Buku Muslim Feminis (Telah Beredar)
Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam Mohamad Guntur Romli Ibn Thufayl, seorang filsuf muslim abad ke-12 dari Andalusia (Spanyol) menulis roman filsafat berjudul “Hayy bin Yaqdlân” yang berarti “Si Hidup Anak Si Sadar”. Pesan Ibn Thufayl dalam roman ini sangat jelas: Kehidupan hanya milik mereka yang punya kesadaran. Buku ini mengisahkan tentang kesadaran yang baru tumbuh. Kesadaran yang membangkitkan gairah untuk berubah dan maju. Kesadaran untuk bangkit yang sering disebut sebagai “nahdlah”. Era ini bermula dari Mesir di awal abad ke-19. Buku ini mengulas secara panjang lebar polemik kemunduran di abad-abad pertengahan tentang kekuasaan dinasti “bekas-budak” (Mamalik) yang merentang hampir lima abad—dengan pasang surutnya hingga ekspedisi militer Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte 1798. Benarkah ekspedisi militer Prancis itu sebagai awal kebangkitan umat Islam atau mereka seperti penjajah Eropa lainnya? Tiga generasi yang diulas adalah Syaikh Rifâ’ah al-Thahthâwî (1801-1873), Syaikh Muhammad ‘Abduh (1849-1905) dan Qâsim Amîn (1863-1908). Tiga “laki-laki baru” ini di periode “nahdlah” yang memberikan penghormatan, pengakuan dan perhatian terhadap perjuangan perempuan. mereka laki-laki yang melancarkan kritik yang sengit pada kaum laki-laki yang mematok standar dan cara pandang yang bias laki-laki yang meminggirkan peremouan. Apabila sebelum ini diceritakan bahwa “nahdlah” hanya dilekatkan dengan agenda-agenda besar seperti kemerdekaan, kemajuan dan kesejahteraan umat Islam. Melalui tiga tokoh tadi—al-Thathâwî yang mengawali “nahdlah” dari kaum intelektual, hingga ‘Abduh dan Qâsim yang memiliki kontribusi besar terhadap ide “nahdlah”—agenda perempuan tak bisa dipisahkan dari sejarah “nahdlah”. Pengakuan terhadap kesetaraan dan kebebasan perempuan adalah anak kandung yang lahir dari rahim “nahdlah”. Seperti pesan Ibn Thufayl: hidup hanya milik mereka yang sadar. Melalui sejarah “nahdlah” ini kita diajari: tak ada kesadaran tanpa keterlibatan perempuan. Komentar untuk buku ini: Keunikan buku ini bukan hanya terlihat dari judulnya, melainkan juga pada motivasi penulisannya. Mohamad Guntur Romli salah seorang feminis muslim dari kalangan NU—saya lebih suka menyebutnya ”santri feminis”— menulis buku ini sebagai mahar buat isteri tercinta yang juga muslimah feminis, Nong Darol Mahmada. Musdah Mulia, penulis buku “Muslimah Reformis” Kelebihan buku ini adalah pengemasannya dari perspektif sejarah yang memberikan gambaran luas secara sosial- politik tentang pemikiran feminis di dalam kehidupan budaya Islam di Timur Tengah. Pemahaman sejarah menempatkan isu-isu feminis sebagai perjuangan kesetaraan yang berangkat dari perjuangan sosial dan bukan (hanya) agama. Buku ini menurut saya memberikan gambaran tersebut. Pun juga sebuah perkawinan adalah utamanya berbuat adil secara sosial, antara seorang laki dan perempuan. Selamat untuk Nong dan Guntur. Gadis Arivia, pendiri Jurnal Perempuan dan penulis buku ”Filsafat Berperspektif Feminis” Buku ini mengulas tiga “laki-laki feminis”, yakni Syaikh Rifa'ah at-Thahthawi (1801-1873), Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905) dan Qasim Amin (1863-1903) yang mendobrak kebekuan pemikiran tentang teologi perempuan. Ia melontarkan kritik sengit terhadap pandangan teologis yang dalam alam bawah sadar mereka memiliki kebencian dan inferioritas terhadap perempuan. Melalui tiga tokoh laki-laki feminis ini, agenda kesetaraan dan keadilan gender, sungguh, tidak dapat dipisahkan, dan harus menjadi bagian dari paradigma gerakan pembaruan pemikiran dan aksi masyarakat Islam, terutama masyarakat Islam di Indonesia. Neng Dara Affiah, Komisioner Komnas Perempuan, penulis buku “Muslimah Feminis” === Judul: Muslim Feminis: Polemik Kemunduran dan Kebangkitan Islam Penulis: Mohamad Guntur Romli ISBN: 978-979-19-4664-3 Ukuran: xlix + 250 hlm; 14.5 x 21 cm Harga: Rp. 60.000 Penerbit: Freedom Institute, Juli 2010 Untuk membaca Pembuka dari buku ini silakan klik: http://guntur.name/2010/07/07/121/ Untuk membacaPendahuluan dari buku ini silakan klik: http://guntur.name/2010/08/27/pendahuluan-muslim-feminis/ Buku ini sudah beredar di toko-toko buku seperti Gramedia. Untuk distribusi silakan kunjungi: http://nalar.co.id/muslim-feminis-polemik-kemunduran-dan-kebangkitan-islam-1612.php [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Gus Dur dan Kontroversi Asslamu'alaikum (Kesaksian Ahmad Tohari)
Bagaimana asal-muasal kontroversi bahwa Gus Dur yang dituduh ingin mengganti Assalamu'alakum dengan selamat pagi? berikut kesakian Ahmad Tohari. Kula Ndherek, Gus Oleh Ahmad Tohari ADALAH Edy Yurnaedi almarhum. Suatu siang, pada 1987, wartawan Majalah Amanah itu bergegas masuk ke ruang redaksi di Jalan Kramat VI Jakarta. Dengan wajah gembira dia meminta beberapa redaktur, di antaranya saya, mendengarkan laporannya. Dia baru selesai mewancarai KH Abdurrahman Wahid di Kantor PBNU. Topik wawancaranya adalah pluralitas internal umat Islam Indonesia. Maka rekaman wawancara pun diputar. Intinya, Gus Dur mengatakan, kemajemukan di dalam masyarakat muslim di Indonesia sudah menjadi kenyataan sejak berabad lalu. Meskipun sebagian besar umat Islam Indonesia menganut Mazhab Syafi’i namun ada juga yang mengambil mazhab lain. Bahkan penganut Islam Syi’ah, Ahmadiyah, abangan pun ada. Menurut Gus Dur tingkat penghayatan umat pun amat bervariasi dari yang hanya berkhitan dan bersyahadat waktu menikah sampai yang bertingkat kiai. Namun, ujar Gus Dur kemajemukan itu harus tetap terikat dalam ukhuwah islamiyah atau ikatan persaudaraan Islam. Artinya, sesama umat Islam yang berbeda aliran maupun tingkatan pemahaman seharusnya saling menyambung rasa saling hormat. Gus Dur sangat tidak suka terhadap istilah Islam KTP atau Islam abangan. Baginya, semua orang yang sudah bersyahadat dan berkelakuan baik ya muslim. Mereka yang ketika bertamu masih memberi salam dengan ucapan kula nuwun (Jawa), punten (Sunda) atau selamat pagi, ya muslim karena syahadatnya. ” Kalau begitu Gus, ucapan assalamu alaikum bisa diganti dengan selamat pagi?” tanya Edy Yurnaedi. ” Ya bagaimana kalau petani atau orang-orang lugu itu bisanya bilang kula nuwun, punten atau selamat pagi? Mereka kan belum terbiasa mengucapkan kalimat dalam bahasa Arab kayak kamu?” Itulah inti pendapat Gus Dur dalam wawancara dengan Edy Yurnaedi. Edy mengusulkan wawancara itu dimuat dalam Majalah Amanah edisi depan dengan penekanan bahwa Gus Dur menganjurkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Alasannya cukup konyol. Menurut Edy, Majalah Amanah yang kala itu baru berumur satu tahun harus membuat gebrakan dalam rangka menarik perhatian pasar. ” Kan nanti Gus Dur akan membantah. Dan bantahan itu kita muat pada edisi berikut. Nah, jadi malah ramai kan? Ini cuma taktik pasar kok,” Edy ngotot. Drs H Kafrawi Ridwan MA yang waktu itu jadi pemimpin redaksi lebih suka mengambil sikap momong kepada yang muda. Maka usul Edy ditawarkan kepada rapat. Tentu ada yang pro dan kontra. Celakanya lebih banyak yang pro. Mereka beralasan seperti Edy, cuma taktik pemasaran, dan Gus Dur mereka yakini akan membantah. Dan terbitlah edisi assalamu alaikum itu. Benar saja, masyarakat riuh. Gus Dur menuai kecaman. Oplah majalah terdongkrak. Dan Edy melanjutkan aksinya dengan mewawancarai kembali Gus Dur. Diharapkan Gus Dur akan membantah bahwa dia telah menganjurkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Tapi Edy amat terkejut ketika Gus Dur dengan enteng menjawab, buat apa membantah. ” Biarin, gitu aja kok repot.” Edy pulang ke kantor dengan wajah lesu. Oleh pemimpin redaksi dia dianggap telah gagal menyukseskan strategi pemasaran. Memang, oplah naik tetapi makan korban berupa terjadinya fitnah di tengah masyarakat. Secara pribadi saya pernah minta Gus Dur berbuat sesuatu untuk menghentikan fitnah yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Tapi dasar Gus Dur. Dia tetap pada pendirian akan membiarkan fitnah itu berhenti sendiri. Sayang fitnah itu ternyata berumur panjang. Setelah Gus Dur wafat kemarin masih terdengar suara penyiar yang mengatakan Gus Dur pernah ingin mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Maafkan kami para wartawan dan redaksi Majalah Amanah yang telah bermain api yang ternyata membakar kami sendiri. Gus Dur sendiri tetap berjiwa besar, tetap bersahabat, meskipun banyak yang terpaksa salah faham. Gus Dur tidak pernah mengusulkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Untuk hal ini saya akan menjadi saksi bagi Gus Dur. Dia, dengan kebesaran jiwa hanya ingin mengajak siapa pun untuk menghargai sesama muslim yang bisanya mengucap salam dengan kula nuwun, punten, atau selamat pagi. Ini adalah sikap dasar Gus Dur yang menyintai semua muslim dari yang hanya bermodal khitan sampai yang bergelar kyai. Bahkan ukhuwwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan) yang berkembang dari iman membuat Gus Dur memiliki rasa cinta kepada siapa saja, tak pandang ras, agama, maupun status sosial. Sugeng tindak, Gus, insya Allah kula ndherek. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/02/93511/Kula.Ndherek..Gus Ila hadlrati sayyidina al-musthafa Muhammad saw, wa ila ruhi kh. Abdurrahman Wahid, alfatiha [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Goethe dan Islam di Salihara, Sabtu 28 Agustus
Seri Kuliah Ramadhan Islam dalam Pandangan Voltaire, Goete dan Soekarno Sabtu, 28 Agustus 2010, 19:00 WIB Goethe dan Islam Pembicara: Dewi Candraningrum Teater Salihara Terbuka untuk umum Goethe (1749–1832), sastrawan dan pemikir terkemuka asal Jerman itu, menghasilkan karya-karya yang sangat apresiatif terhadap Islam dan terpengaruh karya-karya sastrawan Persia bernama Syamsuddin Muhammad Hafidz al-Syirazi (1315–1390), yang di Barat biasa disebut Hafez. Goethe juga menulis karya sastra dalam bentuk diwân, yang ia jadikan judul salah satu bukunya. Ia pun memperkenalkan istilah “sastra dunia” yang memperlihatkan keterbukaannya kepada karya-karya sastra di luar Eropa, khususnya dari Timur (Islam dan Persia). Sebelum kuliah, disediakan hidangan buka puasa. http://salihara.org/event/2010/08/13/goethe-dan-islam http://salihara.org/event/2010/08/02/islam-dalam-pandangan-voltaire-goethe-dan-soekarno [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Social Media untuk Revolusi di Salihara
Peluncuran Situs Web Salihara Diskusi Social Media untuk Revolusi Sabtu, 14 Agustus 2010, 19.00 WIB Pembicara: Goenawan Mohamad Roby Muhamad Moderator: Wicaksono (NdoroKakung) Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 2010, melalui d...@salihara.org Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang sering diabaikan media kita. Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka puasa. Program ini didukung oleh Hivos. http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Ceramah Nelofer Pazira (Bintang Film Kandahar) di Salihara
Pemutaran Film Ceramah Nelofer Pazira Kamis, 12 Agustus 2010 Hak Perempuan di Daerah Konflik Teater Salihara Terbuka untuk umum Pendaftaran selambatnya 11 Agustus 2010, melalui d...@salihara.org 16:00 – 18:00 Pemutaran film Act of Dishonour 18:00 – 19:00 Buka puasa dan makan malam 19:00 – 21:00 Ceramah Nelofer Pazira tentang Perempuan dan Kebebasan di Daerah Konflik, dilanjutkan tanya jawab dengan moderator Nia Dinata Nelofer Pazira seorang perempuan sutradara, jurnalis dan penulis dari Kanada keturunan Afghanistan. Ia dikenal melalui film Kandahar (2001)—dengan sutradara Mohsen Makhmalbaf—yang berasal dari kisah perjalanan Pazira tahun 1996 ke Afghanistan untuk mencari teman-teman masa kecilnya. Ketika itu negeri leluhurnya tersebut sedang dikuasai kelompok militer Taliban yang mengekang kebebasan khususnya kalangan perempuan. Act of Dishonour (2010) adalah film terbaru karya sutradara Nelofer Pazira. Film ini berkisah tentang Mena, seorang gadis cantik yang hidup di sebuah desa terpencil Afghanistan Utara. Di desa itu hidup pula tunangannya Rahmat. Penduduk desa mereka yang memegang teguh adat istiadat setempat didatangi serombongan kru film dari Kanada. Momen ini mengawali persinggungan Mena dan penduduk desanya dengan dunia luar. Perjumpaan ini membawa pula ketegangan dan sekaligus pembelajaran bagi kedua belah pihak, dan dalam arti luas bagi dua budaya: Timur dan Barat. Program ini didukung oleh Kedutaan Besar Kanada. http://salihara.org/event/2010/07/31/hak-perempuan-di-daerah-konflik [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Sosial Media untuk Revolusi (Peluncuran Website Salihara)
Peluncuran Situs Web Salihara Diskusi Sabtu 14 Agustus 2010 19:00 WIB Sosial Media untuk Revolusi Pembicara: Goenawan Mohamad Roby Muhamad Moderator: Wicaksono (Ndoro Kakung) Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 2010, melalui d...@salihara.org Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang sering diabaikan media kita. Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka puasa. http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Diskusi Buku Negara Islam Karya Musdah Mulia
http://salihara.org/event/2010/07/06/negara-islam Musyawarah Buku Rabu, 28 Juli 2010 19:00 WIB Diskusi Buku Negara Islam karya Musdah Mulia Serambi Salihara Pengulas: Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Imdadun Rakhmat (PBNU) dan Dr. Musdah Mulia (Pengarang) Moderator: M. Hasibullah Satrawi (Alumnus Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir) Terbuka untuk umum GRATIS Komentar untuk buku ini: Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution: Saya angkat topi pada Musdah Mulia yang dengan kejelian intelektual dan komitmennya senantiasa berjuang untuk kesetaraan, keadilan, dan hak asasi manusia. Ia dengan gigih menolak pembajakan interpretasi ajaran Islam dalam makna sempit. Dengan mengangkat pemikiran Muhammad Husain Haikal, seorang doktor ilmu hukum yang progresif dan pemikir politik Islam dari Mesir, Musdah menyampaikan pesan bahwa seorang yang bertauhid justru harus terus berikhtiar bagi persaudaraan, persamaan, dan kebebasan. Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ: Sejak 65 tahun debat tentang negara Islam tetap berlangsung di Indonesia. Karena itu sudah waktunya disertasi Musdah Mulia yang membahas pemikiran M. H. Haikal tentang negara Islam dibuka bagi publik lebih luas. Haikal termasuk pemikir Muslim abad ke-20 paling tajam dan menantang. Pemikirannya tentang Islam dan demokrasi perlu diperhatikan oleh siapa saja yang mau bicara secara bertanggung jawab tentang kenegaraan Islami. Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis: Buku Negara Islam karya Musdah Mulia ini seperti sebuah novel—mengalir dan lugas sehingga mudah ditelaah dan dipahami orang awam. Buku ini sarat pemahaman bagaimana seharusnya suatu negara diselenggarakan dengan berpedoman pada prinsip dasar kenegaraan yang merupakan seperangkat norma dan etika yang mengacu pada prinsip tauhid, sunatullah, dan kesetaraan relasi sosial antarmanusia; dengan mengakui adanya pluralisme dalam suatu negara dan kehidupan yang egaliter, meniadakan kebedaan status, ras, kesukuan dan jenis kelamin. Tuntutan perubahan zaman, perkembangan sains dan teknologi, bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, tapi perlu disiasati dengan semangat persaudaraan, kesetaraan, dan kebebasan. Buku ini patut dan perlu dibaca tidak hanya oleh negarawan, tapi juga oleh kalangan akademisi dan masyarakat yang belum sempat mendalami pemahaman negara dalam konteks Islam. Prof. Dr. Bahtiar Effendy: Salah satu persoalan yang hingga kini belum selesai bagi sebagian komunitas Muslim adalah hubungan antara Islam dan negara. Sudah banyak pandangan diajukan mengenai hal ini, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim: pola hubungan tradisionalis, sekularis, dan reformis. Buku Musdah Mulia, dengan membahas pemikiran Muhammad Husain Haikal, memperkaya pengetahuan kita tentang persoalan tersebut. Luthfi Assyaukanie, PhD.: Sepanjang sejarah, pemahaman tentang nagara Islam tidak pernah seragam karena rujukan untuk konsep ini tidak pernah satu. Konsep negara-bangsa adalah sebuah kreasi baru orang-orang modern, padahal Islam lahir jauh sebelum konsep ini dikenal. Akibatnya, rujukan terhadap konsep Negara Islam berpindah-pindah dan tumpang-tindih antara dua peradaban: Islam dan Barat. Buku Prof. Dr. Musdah Mulia ini memberi uraian gamblang tentang konsep negara Islam dan perdebatan di seputar gagasan kontroversial ini. Dengan merujuk Muhammad Husain Haikal, seorang pembaru Muslim dan penulis produktif asal Mesir, Musdah menyimpulkan bahwa negara Islam adalah sintesa kreatif antara bentuk negara sekular dan negara teokrasi. Prof. Dr. Toeti Heraty: Inilah yang perlu kita pahami dari ulasan Musdah Mulia: politik Islam kontemporer sebenarnya menyajikan tiga alternatif hubungan negara dan agama. Yang telah ditolak NKRI (Piagam Jakarta) adalah pola tradisionalis, yang dikhawatirkan adalah pola sekularis, dan jalan keluar adalah pola reformis. Memang pemahaman ini memberi kelegaan, sesuai gagasan Haikal, budayawan Mesir. Islam tidak semata-mata tentang manusia dan Tuhan, bukan pula agama paripurna yang rinci mengurus kenegaraan, tapi kembali pada tiga prinsip dasar persaudaraan, persamaan, dan kebebasan yang memadai sebagai landasan pengaturan hidup kenegaraan. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Forum Filsafat Pemikiran Rasional Mu’tazil ah di Salihara
Forum Filsafat Jumat, 18 Juni 2010, 19.00 WIB Pemikiran Rasional Mu’tazilah Pembicara: Faiq Ihsan Anshori (Alumnus Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir) Serambi Salihara Terbuka untuk umum dan gratis http://salihara.org/2010/05/14/pemikiran-rasional-mutazilah [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Musyawarah Buku Kepulauan Nusantara bersama Prof Sangkot
Musyawarah Buku Rabu, 16 Juni 2010, 19.00 WIB Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam, karya Alfred R. Wallace (Komunitas Bambu 2009) Pengulas: Sangkot Marzuki, Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Wallacea Indonesia Serambi Salihara Teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin kini diakui banyak orang tak semata hasil pemikiran Darwin seorang. Sebelum Darwin berani mempublikasikan teori yang memutar-balikkan ide asal-usul kehidupan tersebut, di Ternate, Maluku Utara, pada 1858, seseorang bernama Alfred Russel Wallace mengirimkan naskahnya kepada Darwin. Nampaknya mereka tiba pada kesimpulan yang kurang lebih sama, mengenai persebaran dan evolusi spesies. Setahun kemudian, Darwin menerbitkan karyanya, The Origin of Species, setelah diyakinkan oleh kesimpulan-kesimpulan Wallace dalam naskah dari Ternate tersebut. Kini keduanya disandingkan sejajar sebagai penemu teori evolusi. Bagi Indonesia, Wallace mempunyai peran penting mengingat Indonesia memiliki persebaran fauna yang tidak lazim, mengikuti perubahan permukaan bumi di masa lampau. Wallace-lah yang menjelaskan mengapa fauna Sulawesi begitu khas, berbeda dengan fauna di bagian barat maupun timur Indonesia. Garis Wallacea yang membagi fauna Indonesia menjadi dua bagian tersebut mendapatkan namanya dari sang penemu, Alfred Russel Wallace. Setelah delapan tahun menjelajah Nusantara pada pertengahan abad ke-19, Wallace membagi pengalaman, petualangan dan ilmu pengetahuannya dalam The Malay Archipelago, atau Kepulauan Nusantara. http://salihara.org/2010/05/27/kepulauan-nusantara-sebuah-kisah-perjalanan-kajian-manusia-dan-alam [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi tentang Aliran Kepercayaan dan Kesenian di Salihara
Diskusi Rabu, 09 Juni 2010, 19:00 WIB YANG KECIL DAN YANG BERANEKA: KEPERCAYAAN DAN KESENIAN DI INDONESIA Pembicara: Endo Suanda Bambang Noorsena Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Kepercayaan dan kesenian tradisional yang berada di pinggiran sedang diuji eksistensinya di Indonesia dewasa ini. Mereka dihadapkan pada “mayoritas” dan terus mendapat perlakuan diskriminatif baik dalam ranah hukum atau pun politik. Penolakan uji materi UU No.1/PNPS/1965 oleh Mahkamah Konstitusi yang menetapkan hanya enam agama resmi di Indonesia secara otomatis meminggirkan eksistensi penghayat kepercayaan. Sementara itu, kesenian yang tumbuh dan bergerak di pinggir pun makin lama makin hilang. Amatan sederhana tadi menjadi bahan diskusi, yang akan diperkaya dengan uraian pengalaman masing-masing narasumber di lapangan. Endo Suanda adalah pengamat kesenian dan Direktur Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) dan Bambang Noorsena adalah pengaji spiritualitas dan kepercayaan Nusantara. Bambang Noorsena juga akan menyampaikan ide-idenya yang pernah disampaikan dalam Mahkamah Konstitusi dalam uji materi UU No 1 PNPS 1965 dengan judul: “Agama Asli Indonesia” dan Perkembangannya Dari Masa Ke Masa. Program ini ditaja oleh Hivos. http://salihara.org/2010/06/05/yang-kecil-dan-yang-beraneka [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi opini publik versus kebenaran malam ini di salihara
DISKUSI Rabu, 26 Mei 2010, 19:00 WIB Opini Publik Versus Kebenaran Pembicara: Kuskridho Dodi Ambardi dan Rocky Gerung Moderator: Ihsan Ali-Fauzi Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Diskusi ini berikhtiar mengulas hubungan antara “opini publik” dan kebenaran dari perspektif ilmu empirik dan filsafat. Pembahasan dimulai dari pertanyaan tentang pengertian “opini publik”. Jika setiap individu memiliki opini tersendiri, lantas bagaimanakah menjadi sebuah opini publik? Selama ini opini publik dianggap tak lebih dari proses “rekayasa”, baik melalui media ataupun survei. Proses “rekayasa” berujung pada dua kategori opini publik: hasil “pembentukan” atau murni “penemuan”. (Lembaga survei selalu menggunakan istilah ”penemuan” pada opini publik, meskipun akhirnya hasil survei tersebut membawa pengaruh pada publik.) Masalah lain: Faktor apa yang berpengaruh pada pembentukan opini publik selain rekayasa? Adakah opini publik yang benar-benar “murni” berasal dari publik? Lantas, bagaimana hubungannya dengan masalah kebenaran? Apakah, karena berasal dari publik, ia dengan sendirinya mewakili kebenaran? Ikuti diskusi dengan Kuskridho Dodi Ambardi (Direktur Lembaga Survei Indonesia) dan Rocky Gerung (Pengajar Filsafat di Universitas Indonesia). Moderator: Ihsan Ali-Fauzi. Diskusi akan berlangsung dalam bahasa Indonesia. Program ini ditaja oleh Hivos. Kutipan dari makalah Kuskridho Dodi Ambardi: Opini Publik: Teori, Aplikasi, dan Kontroversi Ide tentang opini publik, dan arti pentingnya, muncul bersamaan dengan traktat yang ditulis oleh Rousseau yang memperkenalkan konsep general will, yang kadang dipertukarkannya dengan istilah l’opinion publique atau opini publik. Gagasan Rousseau ini radikal namun sederhana, bahwa sebuah pemerintahan secara etis dianggap legitimate jika penyelenggaraan pemerintahan bertolak dari kehendak umum, the general will. Gagasan itu radikal karena pada masanya orang belum banyak berbicara tentang kedaulatan rakyat, dan demokrasi baru terlihat samar-samar di horizon para pemikir politik masa itu, dan ketika mode pemerintahan yang populer saat itu adalah otokrasi dalam format kerajaan. Kelak kita menyambungkan ide sederhana Rousseau ini dengan kompleksitas demokrasi dalam kehidupan politik modern. Dan kelak kita menghubungkan general will ini dengan opini publik. Pertanyaan pokok yang muncul tentulah: Bagaimana kita bisa menangkap kehendak umum tersebut? Kalau ia sepadan dengan opini publik, bagaimana kita mengenali dan merekammnya? Benarkah di sana apa yang dinamakan dengan kehendak umum dan opini publik itu memang ada? Sanggupkah metodologi modern, yang bersandar pada metode survei opini publik, benar-benar mengungkap opini publik? Tak kalah pentingnya adalah serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan praktek trendy pemakaian metode survei untuk merekam opini publik dalam kegiatan pemilu di Indonesia, pencabangannya, dan penggunaan survei atau polling untuk menebak perilaku pemilih. Mengapa partai partai dan kandidat politik kini gandrung dengan survei opini publik atau polling? Mengapa kritik terhadap lembaga survei merebak? Apa saja jenis-jenis kritik tersebut, dan apakah semua kritik memiliki harga cukup untuk didiskusikan? .. Kutipan dari makalah Rocky Gerung: Opini Publik versus Etika Publik Opini publik mengaktifkan demokrasi. Tetapi ia menonaktifkan politik. Opini publik diperlukan untuk mendasarkan penyelenggaraan kebijakan (ini adalah suatu pekerjaan rutin demokrasi), tapi juga dimanfaatkan untuk mengamankan kepentingan pembuat kebijakan (karena dengan itu seolah-olah representasi dan legitimasi dihubungkan). Artinya, atas nama opini publik, opsi kebijakan dipilih. Tapi juga dengan menunggangi opini publik, kepentingan politik diselundupkan. Jadi, demokrasi terselenggara secara teknis melalui opini publik, tanpa mempersoalkan fungsi etisnya. Masalahnya baru menjadi kritis bila seseorang hendak memandang politik dengan cara lain, yaitu sebagai sebuah proyek transformasi, karena menganggap demokrasi telah menjadi malas, karena hanya berhenti dalam rutinitas institusional. Untuk kebutuhan semacam itulah kita mengaktifkan kontra pikiran dari opini publik, yaitu etika publik. Jadi, etika publik mengaktifkan kembali politik, dengan mempertanyakan isi, prosedur dan fungsi opini publik. Artinya, melalui etika publik, politik dihidupkan sebagai soal ”konfrontasi etik”, dan bukan ”konfirmasi statistik”. Selengkapnya silakan hadir dalam diskusi nanti http://www.facebook.com/event.php?eid=105359909507184ref=mf daftarkan diri anda untuk mengikuti: SERI KULIAH UMUM / PUBLIC LECTURE SERIES TENTANG SEKSUALITAS / ON SEXUALITY Sabtu, 5, 12, 19, 26 Juni 2010, 16:00 WIB Saturday, June 5, 12, 19 26, 2010, 04:00 PM Teater Salihara Terbuka untuk umum Pendaftaran selambatnya 4 Juni 2010, melalui d...@salihara.org Open to the public Register via email: d...@salihara.org
[ppiindia] Diskusi Opini Publik versus Kebenaran di Salihara
DISKUSI Rabu, 26 Mei 2010, 19:00 WIB Opini Publik Versus Kebenaran Pembicara: Kuskridho Dodi Ambardi dan Rocky Gerung Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Diskusi ini berikhtiar mengulas hubungan antara “opini publik” dan kebenaran dari perspektif ilmu empirik dan filsafat. Pembahasan dimulai dari pertanyaan tentang pengertian “opini publik”. Jika setiap individu memiliki opini tersendiri, lantas bagaimanakah menjadi sebuah opini publik? Selama ini opini publik dianggap tak lebih dari proses “rekayasa”, baik melalui media ataupun survei. Proses “rekayasa” berujung pada dua kategori opini publik: hasil “pembentukan” atau murni “penemuan”. (Lembaga survei selalu menggunakan istilah ”penemuan” pada opini publik, meskipun akhirnya hasil survei tersebut membawa pengaruh pada publik.) Masalah lain: Faktor apa yang berpengaruh pada pembentukan opini publik selain rekayasa? Adakah opini publik yang benar-benar “murni” berasal dari publik? Lantas, bagaimana hubungannya dengan masalah kebenaran? Apakah, karena berasal dari publik, ia dengan sendirinya mewakili kebenaran? Ikuti diskusi dengan Kuskridho Dodi Ambardi (Direktur Lembaga Survei Indonesia) dan Rocky Gerung (Pengajar Filsafat di Universitas Indonesia). Diskusi akan berlangsung dalam bahasa Indonesia. Program ini ditaja oleh Hivos. http://www.facebook.com/event.php?eid=105359909507184ref=mf Nantikan dan daftarkan diri anda untuk mengikuti Kuliah Umum Filsafat Tentang Seksualitas di Salihara di bulan Juni 2010 SERI KULIAH UMUM TENTANG SEKSUALITAS Sabtu, 5, 12, 19, 26 Juni 2010, 16:00 WIB Teater Salihara Terbuka untuk umum Pendaftaran selambatnya 4 Juni 2010, melalui d...@salihara.org Sabtu, 5 Juni 2010, 16:00 WIB Simone de Beauvoir tentang Seksualitas Pembicara: Gadis Arivia Sabtu, 12 Juni 2010, 16:00 WIB Michel Foucault tentang Seksualitas Pembicara: Haryatmoko Sabtu, 19 Juni 2010, 16:00 WIB Jacques Lacan tentang Seksualitas Pembicara: Robertus Robet Sabtu, 26 Juni 2010, 16:00 WIB Julia Kristeva tentang Seksualitas Pembicara: Christina Siwi Handayani Seksualitas tentu bukan sekadar perkara hasrat dan hubungan seksual, namun berkelindan dengan tata nilai, keyakinan, pengetahuan, hingga sistem kekuasaan di mana seseorang hidup dan berinteraksi. Karena itu, dalam beragam ranah yang membentuknya (fantasi, emosi, jender, orientasi dan identitas seksual, dan seterusnya), seksualitas akhirnya bersangkut-paut dengan persoalan filsafat, psikologi, politik, ekonomi, agama, dan bahasa. Selama bulan Juni 2010 Komunitas Salihara akan menggelar seri kuliah umum dengan tema seksualitas melalui perspektif empat pemikir: Simone de Beauvoir, Michel Foucault, Jacques Lacan, dan Julia Kristeva. Kuliah pertama akan mengulas tema seks dan filsafat, bertolak dari sebuah pernyataan terkenal dalam buku Simone de Beauvoir, The Second Sex: “One is not born a woman” – yang menunjukkan perjuangan diri perempuan dalam eksistensinya. Kuliah kedua akan mengulas pemikiran Foucault tentang hubungan seksualitas dengan pengetahuan, kekuasaan, dan kebenaran. Sementara kuliah tentang Lacan – yang memilih menggunakan istilah “seksuasi” ketimbang “seksualitas” – bermula dari pertanyaan Lacan yang provokatif: mengapa hubungan seksual sesungguhnya hanya ilusi dan mengapa “perempuan itu tidak pernah ada”, dan apakah hubungan seksual adalah lambang kebuntuan (dead-lock)? Telaah akan bergerak melalui dua celah: tragedi Medea dan film Mereka Bilang Saya Monyet. Sedangkan ide-ide Julia Kristeva tentang seksualitas akan diulas lewat pendekatan psikologi dan semiotika, antara lain dengan melihat persoalan “abjection” dan intertekstualitas. Hanya di Salihara... [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Musyawarah Buku: Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA
Musyawarah Buku Rabu 28 April 2010: 19.00 WIB Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA: Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike Sanger, Penulis: Kadjat Adra’i (Komunitas Bambu, 2010) Pengulas: Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan) Peter Kasenda (Pengajar Sejarah di Universitas 17 Agustus dan Penulis buku Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933) Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Kita tak hanya mengenal Bung Karno sebagai Presiden Indonesia yang kharismatik, namun juga pelaku poligami. Buku ini adalah biografi cinta Sukarno dengan Yurike Sanger, seorang anak SMA yang dinikahinya di masa-masa senja kekuasaannya. Meskipun buku ini dilengkapi data sejarah penting sekitar digulingkannya Sukarno yang langsung diceritakannya kepada si isteri yang ABG, tetapi Sukarno sang pemimpin besar revolusi itu dalam buku ini tidak tampil sebagai aktor politik, melainkan sebagai lelaki, suami dan kekasih jempolan. Namun buku ini akan dibahas tidak hanya dari sisi romantisme, seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta, namun bagaimana sebuah relasi antara seorang laki-laki yang memiliki kekuasaan dengan seorang gadis lugu yang masih belia. Sebuah ikhtiar untuk mengulas dari perspektif perempuan. Pembahas buku ini adalah Mariana Amiruddin seorang aktivis perempuan dan Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan dan Peter Kasenda (Pengajar Sejarah di Universitas 17 Agustus dan Penulis buku Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933) Acara ini terbuka untuk umum dan gratis http://www.facebook.com/event.php?eid=103416876366063index=1 [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor
Undangan Diskusi Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha Moderator: Veronica Kusuma Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Berbicara tentang sensor dalam dunia film, maka mayoritas aspek yang ”digunting” adalah tema atau gambar tubuh perempuan. Salah satu contoh: film dokumenter karya Ucu Agustin, Perempuan: Kisah di Balik Guntingan (Kalyana Shira, 2008), menampilkan adegan-adegan penyensoran dalam Perempuan Punya Cerita (Kalyana Shira, 2008). Penyensoran itu menggunakan dalih moralitas, adat, karakter bangsa, dan agama. Mengapa tubuh perempuan sering menjadi sasaran sensor dalam film? Ada apa dengan tubuh perempuan? Ikuti diskusinya bersama Novi Kurnia, dosen Jurusan Komunikasi Fisipol UGM dan mahasiswa doktoral di Department of Women’s Studies, Flinders University, Australia dan Intan Paramaditha, mahasiswa doktoral di Cinema Studies, New York University, Amerika Serikat. Diskusi akan dipandu oleh Veronica Kusuma, seorang kritikus film. Acara ini adalah bagian dari V Film Festival dan disponsori oleh Hivos. http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1 hadiri juga acara pemutaran film dan program V Film Festival 2010 di Salihara. Rabu, 21-27 April 2010 Wednesday, April 21-27, 2010 V FILM FESTIVAL Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION Kamis, 22 April Thursday, April 22 14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara) 16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara) 19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara) Jumat, 23 April Friday, April 23 14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara) 16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara) 19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara) Sabtu, 24 April Saturday, April 24 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara) 19:00 Elegy (Serambi Salihara) Minggu, 25 April Sunday, April 25 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara) 16:30 Say My Name (Serambi Salihara) 19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi Salihara) Senin, 26 April Tuesday, April 26 14:15 Lovely Luna (Teater Salihara) 16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara) 19:00 International Shorts (Teater Salihara) V Film Festival adalah sebuah festival film internasional yang bersifat independen dan nirlaba, digagas oleh Kalyanashira Foundation, Komunitas Salihara, Yayasan Jurnal Perempuan, dan Kartini Asia Network. Festival ini mempromosikan dan mendukung film-film terkait isu perempuan yang disutradarai oleh perempuan. Pada tahun ini, fokus V Film Festival adalah identitas, keberagaman, dan generasi muda—dengan tujuan mempromosikan ide kesetaraan dalam keberagaman yang membentuk identitas, terutama di kalangan anak muda/remaja. Menampilkan lebih dari 40 film dari 16 negara, V Film Festival tahun ini juga akan menggelar program khusus “Debut”, yang akan memutar karya-karya perdana sejumlah sutradara perempuan Indonesia seperti Nia Dinata, Lola Amaria, Nan T Achnas, Ratna Sarumpaet, dan Sekar Ayu Asmara. selain pemutaran film, Festival ini akan menggelar workshop dengan tema Pluralisme dan Remaja, dan diskusi tentang Film, Tubuh Perempuan dan Sensor. Festival kedua ini mengambil tempat di Komunitas Salihara, Goethe Institute dan Kineforum Taman Ismail Marzuki (TIM). V Film Festival is an independent, non-profit, international film festival conceived by the Kalyanashira Foundation, Komunitas Salihara, Yayasan Jurnal Perempuan, and Kartini Asia Network. The Festival promotes and supports films related to women’s issues directed by women. This year, the focus of the V Festival is identity, pluralism and youth—meant to promote the idea of equality in diversity that shapes identity especially amongst young people. Presenting more than 40 films from 16 countries, V Film Festival this year will also present a special program titled “Debut” screening the first works of several Indonesian women directors like Nia Dinata, Lola Amaria, Nan T Achnas, Ratna Sarumpaet, dan Sekar Ayu Asmara. Besides film screenings, the festival will hold a workshop with the theme Pluralism and Youth, and a discussion on Film, Women’s Bodies, and Censors. This second festival will be held at Komunitas Salihara, Goethe Institute and Kineforum Taman Ismail Marzuki (TIM). http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1 [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Dari Orientalisme ke Oksidentalisme (Forum Filsafat di Salihara)
Undangan Forum Filsafat Jumat 16 April 2010: 19.00 WIB Dari Orientalisme ke Oksidentalisme Pembicara: Zainul Ma'arif (alumnus Universitas Al-Azhar Cairo Mesir dan magister filsafat Universitas Indonesia) Serambi Salihara Terbuka untuk Umum dan Gratis Forum Filsafat adalah sebuah forum diskusi filsafat yang diselenggarakan secara rutin tiap bulan. Forum ini diadakan oleh dan bagi para pencinta filsafat yang difasilitasi Komunitas Salihara. Sampai saat ini telah bergabung para mahasiswa dari STF Driyarkara, Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) UIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Paramadina Jakarta. Kami masih membuka diri bagi anda yang tertarik untuk mengikuti forum ini dengan mendaftarkan ke dita.salih...@gmail.com http://www.facebook.com/event.php?eid=115443695133577index=1 __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Menyimak Musik bersama Slamet Abdul Sjukur di Salihara
Menyimak Musik bersama Slamet Abdul Sjukur di Salihara Melanjutkan Forum Menyimak Musik Klasik-Kontemporer (FM Klakon) bulan Maret 2010, Komunitas Salihara menggelar Forum Menyimak Musik Klasik-Kontemporer (FM Klakon) Bagian Kedua setiap hari Sabtu di bulan April 2010 ini. Narasumber bulan ini adalah Slamet Abdul Sjukur seorang komposer dan pengajar musik ternama di Indonesia. Anda yang tertarik, silakan daftarkan diri anda. Program ini terbuka untuk umum dan gratis. FORUM MUSIK / MUSIC FORUM Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II Fasilitator: Slamet Abdul Sjukur Serambi Salihara Terbuka untuk umum Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1): Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2): Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat): Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat: Bolero – Maurice Ravel Anda tak perlu pintar memasak atau menjadi ahli gizi untuk menikmati makanan. Begitu pula untuk meresapi musik, tidak ada yang mengharuskan anda mesti tahu teorinya. Kalau anda punya minat, itu sudah cukup. Itulah awal segalanya. Jika analogi dunia makanan itu diteruskan: dengan lidah masing-masing, anda tentu akan tahu bedanya “rendang” dari “gudeg”, sampai akhirnya bisa merasakan soto “yang enak” dan soto “yang kurang pas”. Anda bisa belajar banyak dari “mendengarkan” pengalaman. Mendengarkan dengan “rasa” dan ingin tahu. Dalam astronomi, Carl Sagan dan Stephen Hawking bisa membuat masyarakat awam ikut tertarik pada misteri benda-benda langit, dan Bill Bryson dengan bahasanya yang sederhana bisa membuat kita sadar sebagai bagian sejarah kehidupan. Maka Slamet Abdul Sjukur (komponis dan “guru asongan”—menurut istilah yang ia ciptakan sendiri), lewat serangkaian kuliah dalam FM KlaKon (Bagian II) di setiap hari Sabtu (16:00 WIB) bulan April ini, akan membangkitkan minat kita pada musik yang luput dari perhatian budaya kasat-mata dan budaya omong. Slamet Abdul Sjukur lahir tahun 1935 di Surabaya. Studi musik di Conservatoire National Supérieur de Musique de Paris in 1962–1963 di bawah bimbingan Olivier Messiaen dan Madame de Chambure dan di École Normale de Musique de Paris from 1962–1967. Dan pernah belajar singkat kepada Pierre Schaeffer dan grupnya Groupe de Recherches Musicales Paris 1968. Ia mengajar di Institut Kesenian Jakarta 1976-1987. Dan sejak tahun 2000 menjadi guru besar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta. Program ini disponsori oleh Hivos. http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411 __ Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Salihara April 2010
Program April 2010 FORUM MUSIK / MUSIC FORUM Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II A Guide to Listening to Classical and Contemporary Music (FM KlaKon) Part II Fasilitator/Facilitator: Slamet Abdul Sjukur Serambi Salihara/Salihara Lounge Terbuka untuk umum/Open to the public Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com Register via email: dita.salih...@gmail.com by April 02, 2010 Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 3, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1): Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev Introduction to Musical Instruments (1st part): Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 10, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2): Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens Introduction to Musical Instruments (2nd part): Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 17, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat): Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten Introduction to Musical Instruments (3rd and final part): Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 24, 2010, 04:00 PM Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat: Bolero – Maurice Ravel Music which is Long but Not Boring and Easy to Remember: Bolero – Maurice Ravel http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411index=1 === KONSER JAZZ / JAZZ CONCERT Sabtu, 03 April 2010, 20:00 WIB Saturday, April 03, 2010, 08:00 PM SARIMANOUK QUARTET Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Palajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats) http://www.facebook.com/event.php?eid=103693109665324index=1 === PEMUTARAN FILM / FILM SCREENING Jumat, 09 April 2010 Friday, April 09, 2010 18.30 KODRAT KUADRAT Sutradara/Director: Krishna Murti 20.00 AT THE VERY BOTTOM OF EVERYTHING (DI DASAR SEGALANYA) Sutradara/Director: Paul Agusta Teater Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=105325146163682index=1 PAMERAN SENI RUPA / ART EXHIBITION Jumat, 09-23 April 2010 Friday, April 09-23, 2010 PICTURING AMERICA Galeri Salihara Pembukaan: Jumat, 09 April 2010, 19:30 WIB Opening: Friday, April 09, 2010, 07:30 PM Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=110145672331167index=1 = KONSER ROCK PROGRESIF / PROGRESSIVE ROCK CONCERT Sabtu, 17 April 2010, 20:00 WIB Saturday, April 17, 2010, 08:00 PM KEENAN NASUTION HARMONIK DISTORSI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats) http://www.facebook.com/event.php?eid=101581959881151index=1 === Rabu, 21-27 April 2010 Wednesday, April 21-27, 2010 V FILM FESTIVAL Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION Kamis, 22 April Thursday, April 22 14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara) 16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara) 19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara) Jumat, 23 April Friday, April 23 14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara) 16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara) 19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara) Sabtu, 24 April Saturday, April 24 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara) 19:00 Elegy (Serambi Salihara) Minggu, 25 April Sunday, April 25 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara) 16:30 Say My Name (Serambi Salihara) 19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi Salihara) Senin, 26 April Tuesday, April 26 14:15 Lovely Luna (Teater Salihara) 16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara) 19:00 International Shorts (Teater Salihara) Selasa, 27 April Tuesday, April 27 Film Penutup (khusus undangan / by invitation only) 19:00 Minggu Pagi di Victoria (Teater Salihara) http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1 DISKUSI / DISCUSSION Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB Thursday, April 22, 2010, 04:00 PM FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR FILM, WOMEN’S BODIES, AND THE CENSOR Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha Moderator: Veronica Kusuma Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1 PENTAS TEATER / THEATER PERFORMANCE Jumat-Sabtu, 23-24 April 2010, 20:00 WIB Friday-Saturday, April 23-24, 2010, 08:00 PM REQUEST CONCERT Aktor/Actor: Niniek L Karim Sutradara/Director: Manuel Lutgenhorst Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats)
[ppiindia] Penyerangan FPI terhadap PemohonKuasa Hukum Uji-Materi UU PNPS/1965 di MK
SIARAN PERS TIM ADVOKASI KEBEBASAN BERAGAMA Pada hari ini, Rabu, 24 Maret 2010, Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli yang hadir di Mahkamah Konstitusi sehubungan dengan acara sidang pemeriksaan pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 menjadi korban kekerasan baik secara verbal maupun fisik. Ketika rehat siang setelah persidangan diskors, beberapa orang yang terdiri dari Pemohon, Kuasa Hukum dan Ahli, yang pada saat itu sedang berada di kantin MK, mengalami ancaman, hadangan, pukulan dan perampasan barang yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memakai atribut FPI dan LPI. [Urutan peristiwa terlampir] Terkait dengan peristiwa tersebut, pertama-tama kami menyampaikan berterima kasih kepada Mahkamah Konstitusi, khususnya kepada satuan keamanan, yang dengan sigap dan cekatan mengamankan para Pemohon, Kuasa Hukum, dan Ahli. Karena kesiagaannya dan ketegasannya, satuan keamanan berhasil mencegah kekerasan dan kerusakan lebih lanjut. Namun, apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi tersebut sesungguhnya bukan hanya sekedar kekurangajaran dan pelanggaran yang terang-terangan terhadap hukum dan martabat manusia, namun merupakan sikap yang menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima pandangan yang berbeda, sehingga merasa perlu untuk menyerang dan meniadakan yang berbeda itu. Kami sesungguhnya tidak rela intoleransi dan kekerasan mendapat tempat di Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi merupakan ruang terbuka untuk berbincang dan berbeda pendapat, yaitu tempat untuk mengejawantahkan suatu kebebasan yang dijamin di dalam konstitusi itu sendiri. Meskipun demikian, peristiwa ini menegaskan satu hal, yaitu bahwa bukan perbedaan yang menyebabkan keresahan, kerusuhan dan gangguan ketertiban umum, melainkan sikap yang tidak mampu menerima perbedaan, serta perbuatan kekerasan yang tidak terkendali sebagai wujud dari intoleransi tersebut itulah yang menjadi akar dan sebabnya. Masyarakat kita sedang krisis, kemajemukan dinafikan, perbedaan dianggap ancaman, dan toleransi menjadi kebutuhan yang mendesak. MK perlu melihat kenyataan ini dengan jeli dan mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan tepat yang menentukan nasib bangsa kita ke depan demi membangun kekuatan masyarakat dan kerukunan umat yang sejati. Jangan biarkan permusuhan dan kebencian menjadi nilai dominan, pemaksaan diterima sebagai sesuatu yang wajar serta kekerasan seolah dapat dibenarkan. Jakarta, 24 Maret 2010 KRONOLOGI KEKERASAN TERHADAP KUASA PEMOHON 1. Pada rehat sidang (Pkl.12.00 – 14.00) Kuasa hokum pemohon makan siang bersama di Kantin Emka. Pada saat kuasa pemohon SA(Siti Aminah) shalat, sejumlah laki-laki berpakaian putih-putih menyatakan “Ini kelompok setan yang memakai jilbab” dan “kelompok setan kok shalat”. 2. NH/Nurkholis hidayat keluar terlebih dahulu dari kantin dan mendengar kata2 “bau setan” yang dikeluarkan oleh orang2 berpakaian putih dan sengaja ditujukan kepada kuasa hukum pemohon. 3. nh meminta UPS untuk mengajak para kuasa pemohon untuk segera keluar dan naik ke lantai dua. Uli Parulian Sihombing (UPS) mengajak untuk segera ke atas, dan meminta untuk mengingatkan Chairul Anam (CA) untuk hati-hati karena diincar untuk dipukul; 4. NH dan UPS diluar menunggu anam dan mulai dikerubuti orang2 berpakain putih sambil mengucapkan kata kata kotor. Orang2 berpakaian putih mulai mengancam dan menghina dengan kata-kata kotor dan menanyakan agama Uli dan Posisi LBH Jakarta. 5. Uli dan NH dikerubuti dan kemudian kaki NH ditendang oleh orang2 berpakaian putih. Kejadian tidak berlangsung lama karena kemudian staf MK mengingatkan orang2 berpakaian putih tersebut. Dalam kesempatan tersebut NH dan Uli naik ke lantai dua dan berhasil kelaur dari kepungan orang2 berbaju putih. 6. KEmudian, SA menyampaikan kepada Chairul Anam untuk berhati-hati dan segera naik bersama-sama.Saat itu,Chairul Anam sedang duduk bersama staff dari MAhkamah Konstitusi.UPS yang berada diluar kantin mendapatkan ancaman dan dirangkul oleh laki-laki berpakain putih dan di depan pintu kantin dihadang oleh puluhan laki-laki berpakaian putih-putih dan beridentitaskan LPI, UPS lalu ditarik SA ke dalam kantin. Staff MK keluar mengiringi UPS,SAT dan CA dan terjadi dialoq antara staff MK dan lascar tersebut.UPS dan NH (Nurkholis Hidayat) berhasil naik ke lantai atas, CA yang bermaksud ke atas dihalangi dari berbagai sudut dan akhirnya keluar dari kerumunan melalui pintu belakang bersama SA. 7. Terjadi keributan antara petugas keamanan MK dengan lascar (ditanya ke Sidik lagi, ada anak PGI yang kena pukul juga) 8. Dari belakang terlihat suasana keributan di depan kantin, SA kembali ke depan kantin dan Sidik (PU LBH Jakarta) dikerubuti karena kedapatan merekam peristiwa.Kamera milik LBH Jakarta yang dipegang oleh Sidik dirampas, dan Sidik pun dikerubungi dan disudutkan, bahkan terkena tendangan dan pukulan dari arah belakang. 9. Sidik sempat masuk kedalam Ruangan dan duduk, namun kembali ke
[ppiindia] Salihara Pekan Ini (25-27 Maret)
Sastra, Perayaan 70 Tahun Sapardi Djoko Damono, Forum Mendengar Musik Klasik-Kontemporer, Konser Piano Kamis, 25 Maret 2010, 20:00 WIB FORUM SASTRA INDONESIA HARI INI: JAWA BARAT (Anton Kurnia, Nazaruddin Azhar, Fina Sato, Toni Lesmana, Dian Hartati, Ahmad Faisal Imron) Kurator Tamu Pembicara: Hawe Setiawan Teater Salihara Terbuka untuk Umum Gratis http://www.facebook.com/event.php?eid=359149924687index=1 Jumat, 26 Maret 2010 70 TAHUN SAPARDI DJOKO DAMONO Teater Salihara Terbuka untuk Umum Gratis 16:00 WIB Kuliah Umum tentang Puisi Sapardi Djoko Damono Pembicara: Nirwan Dewanto 19:30 WIB -Baca Puisi dan Prosa Sapardi Djoko Damono Oleh/By: Happy Salma, Niniek L Karim, Sitok Srengenge -Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono Koor Paragita UI http://www.facebook.com/event.php?eid=317355968987index=1 Sabtu, 27 Maret 2010, 20:00 WIB Resital Piano ADHI JACINTH Debussy, Bartok, Messiaen, Carter, Prabowo Teater Salihara HTM Rp 50.000 Mahasiswa Rp 25.000 http://www.facebook.com/event.php?eid=316259576265index=1 quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.comquot; [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Setelah Keruntuhan Candi Kata (Esai Zen Hae Bagian Pertama)
Setelah Keruntuhan Candi Kata Zen Hae DUNIA puisi Indonesia modern adalah dunia yang hancur-lebur. Lebih dari 60 tahun silam Chairil Anwar sudah menyatakan itu dalam sajak-sajaknya. Kehancuran dunia dan upaya aku untuk terus bertahan bukan hanya menjadi tema yang bersembunyi di balik struktur sintaksis puisi, tetapi muncul lewat frasa-frasa yang tegas sekaligus kikuk, padat-gerumpung, dengan bentukan kata yang bergerak antara kelisanan yang telah berurat-akar dan keberaksaraan yang terus memperkukuh diri. Chairil mengalami modernitas sebagai yang pedih dan mematikan tapi juga menyala-nyala, memberi daya hidup hingga seribu tahun lagi. Sindu Putra adalah salah satu penyair Indonesia mutakhir yang memperpanjang gema kehancuran dunia itu. Dalam naungan gema itu, segalanya bisa tidak memberi harapan sama sekali, termasuk puisi itu sendiri. Baginya, puisi adalah “candi kata“--“Rumahku dari unggun-timbun sajak,“kata Chairil. Sebuah tempat semadi yang semula dipercaya bisa menyelamatkan penyair, tapi kemudian terus-menerus kehilangan aura mistiknya dan kelak hancur. Tentu saja candi kata bukanlah temuan yang khas Sindu. Lebih dari delapan abad silam, menurut P.J. Zoetmoelder, para penyair Jawa Kuno (sang kawi) menegaskan puisi sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dewa sekaligus wadah tempat ia bersemayam. Dalam “yoga literer“ itu, sang penyair berharap keindahan syair-syairnya mampu memikat sang dewa supaya turun dan berdiam di dalam candi kata sebelum akhirnya ia mencapai kemanunggalan dengan dewa pilihannya itu. Pengantar kakawin Bhomantaka menyebut,“Semoga candinya kini didirikan di dalam kata-kata syair ini, sehingga merupakan suatu tempat kediaman yang pantas bagi dewa asmara yang menampakkan diri.“ Sindu dan para pendahulunya menempatkan candi kata sebagai sebentuk metafora. Bedanya, Sindu mengupayakan tipografi puisi yang lebih asosiatif. Di mana pun dalam puisi dongeng anjing api (Arti Foundation, Juli 2008), pemenang Khatulistiwa Literary Award 2009, kita akan menemukan bangun puisi yang menyaran kepada wujud separuh candi, yang jika dicerminkan akan menjelma sosok candi utuh. Penyair memadukan sedemikian rupa lariklarik panjang dan pendek, di samping menjarangkan secara ekstrem spasi antarkata, sehingga menyerupai lubang-lubang pada dinding candi. Lubang-lubang itu seakan-akan mau menegaskan bahwa sebuah tempat semadi tidak terputus sepenuhnya dengan dunia ramai, semacam ventilasi yang mengalirkan udara dan cahaya matahari. Tapi mereka bisa juga muncul akibat copotnya sejumlah besar batu penyusun candi tersebut. Karena itu, unsur-unsur di dalamnya bukan lagi “puing-puing yang saling merekatkan diri,“ sebagaimana dinyatakan Nirwan Dewanto dalam pengantar Lima Pusaran: Bunga Rampai Puisi Festival Seni Surabaya 2007, tetapi yang bersiap menyongsong kehancuran. Sebuah nujuman sang penyair menyebut pada akhirnya “candi kata itu pun runtuh.“Lantas,“puisi terakhir yang aku tulis di tubuhku, punah“(puisi “Akhir dari Puisi“). Puisi sebagai candi telah runtuh, selaku rajah pun sirna. Maka tampillah zaman tanpa puisi. Zaman tanpa keindahan. Ketika manusia, dengan “tangan meleleh“, “tanpa aksara“, “kehilangan warna dan rambut merah“, terpenjara di dalam “rumah kaca“. Sedang di luarnya hanyalah dunia yang penuh luka dan kematian.Tapi dua makhluk yang melambangkan kebebasan dan keindahan penyair dan puisinya masih mencoba bertahan hidup:“kupu-kupu mendaur ulang sayapnya / di sela waktu yang tersobek / burung-burung mengeramkan paruhnya hingga tanpa abu“. Dalam hantaman samsara ini yang bisa dilakukan aku kemudian adalah semadi untuk menemukan kembali kaitan dirinya dengan alam ilahiah. Maka, di bait akhir puisi itu Sindu menulis: Tubuhku inilah tanah sebuah hutan terbuka ke mana pohon merapuh, burung dan kupu-kupu dituakan“ aku ciumkan tanah, menghormati padi menghormati segala yang ditanam dengan siraman air mata tubuhku pun payau, merindukan bakau puisi, berakhir juga ke tubuhku Tamatnya puisi adalah tema penting, jika bukan terpenting, dalam Dongeng Anjing Api. Puisi lainnya,“Dalam Tubuh Artupudnis“, menyatakan sirnanya puisi berlangsung di dalam keseluruhan tubuh “artupudnis“ (anagram dari Sindu Putra). Bedanya, sirnanya puisi di sini tidak didahului oleh bencana. Bukan manusia, melainkan tuhan (dengan “t“) yang mendapati fakta itu. Apakah itu berarti penyair artupudnis sudah mati, sehingga puisi di tubuhnya lenyap begitu ajalnya tiba? Sehingga yang hadir di hadapan tuhan adalah bukan lagi penyair, tetapi “mantan penyair“? Teka-teki ini bisa dipecahkan dengan menelusuri berubahnya proyeksi ujaran puisi. Jika pada dua bait pertama “aku lirik tersembunyi“ menempatkan artupudnis sebagai alter ego dalam posisi orang ketiga yang tampaknya sudah mati, baik harfiah maupun metaforis. Di bait-bait berikutnya aku menempatkan alter ego-nya itu dalam posisi orang kedua dan disebutnya “kau“: “Kau masuk ke dalam mimpi mereka“. Lantas siapakah mereka?
[ppiindia] Diskusi Forum Filsafat Filsafat Sejarah Georg Lukacs di Salihara
Undangan Diskusi Forum Filsafat Jumat 19 Maret 2010 pukul 16.00 WIB Tema: Filsafat Sejarah Georg Lukacs Pembicara: Mohamad Soleh (mahasiswa STF Driyarkara) Serambi Salihara Gratis dan terbuka untuk umum Forum Filsafat adalah sebuah forum diskusi filsafat yang diselenggarakan secara rutin tiap bulan. Forum ini diadakan bagi para pencinta filsafat. Sampai saat ini telah bergabung para mahasiswa dari STF Driyarkara, Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) UIN Syarif Hidayatullah dan Paramadina Jakarta. Kami masih membuka diri bagi anda yang tertarik untuk mengikuti forum ini dengan mendaftarkan ke dita.salih...@gmail.com http://www.facebook.com/event.php?eid=353808936288index=1 Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Masa Depan Pemikiran Kiri di Komunitas Salihara
Dengan ini kami mengundang anda untuk hadir dalam acara Diskusi Masa Depan Pemikiran Kiri di Indonesia besok Rabu 10 Maret 2010 pukul 19.00 dengan pembicara: Franz Magnis-Suseno dan Hilmar Farid. Moderator: Trisno S Sutanto. Acara ini akan digelar di Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Diskusi ini beranjak dari sejumlah pertanyaan: bagaimanakah gerangan kehidupan pemikiran Kiri sekarang dan prospeknya di masa depan? Apakah “menjadi Kiri” di zaman ini adalah semacam anakronisme? Memang, Kiri tetap menawarkan kritik tajam selaku pemikiran anti-kemapanan. Namun persaingan antar-sistem politik dan ekonomi tampak menunjukkan kemenangan kubu lawan mereka. Demokrasi telah diterima oleh mayoritas negara di dunia yang sangat tergantung pada “selera” pasar. Dan tak sedikit pula para pendaku Kiri yang telah berlaku “borjuis” dalam gaya hidup serta harus beradaptasi dengan sistem-dunia kapitalis. Kita pun perlu bertanya lagi: benarkah pengaruh pemikiran Kiri kini hanya beredar di kalangan terbatas—akademia, gerakan elit, atau mereka yang berusaha menawarkan pemikiran alternatif di tengah dominasi kapitalisme? Dari bahan yang telah saya terima dari Hilmar Farid saya akan memberikan sedikit bocorannya. Hilmar Farid akan mengulas pemikiran filsafat terkini yang bisa ia sebut kiri seperti Zizek dan Badiou. Dan pemikiran ekonomi kiri yang mengkritik keras memanisme pasar seperti David McNally dan Karl Polanyi. Bagi Hilmar Farid agenda kiri dalam Manifesto Komunis sebagian besar sudah dipenuhi, dan tidak ada alasan untuk menganggap kiri gagal. Bahkan di hadapan krisis sekarang, kiri adalah bagian penting dari masa depan. Tanpa kiri, kita patut bertanya: adakah masa depan? Diskusi ini akan menarik, Franz Magnis Suseno juga akan memberikan ide dan pemikiran terbarunya tentang tema ini. Silakan anda hadir, diskusi ini terbuka untuk umum dan gratis. Guntur Romli http://www.facebook.com/event.php?eid=319323676119index=1 Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Forum Menyimak Musik dan Opera Jelajah Anak Indonesia (OJAI)
Sabtu 6 Maret 2010 pukul 16.00, Salihara akan memulai rangkaian Forum Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) yang akan berlangsung tiap hari Sabtu di bulan Maret. Tema pertemuan pertama adalah Prolog: Tentang Musik dan Bunyi + Musik Barok. Fasilitator untuk acara ini: Suka Hardjana. Minggu 7 Maret 2010 pukul 14.00 dan 16.00, Opera Jelajah Anak Indonesia (OJAI) akan menampilkan panggung musikal Batu Belah Betangkup. Untuk acara Forum Menyimak Musik terbuka untuk umum dan gratis dengan pendaftaran ke dita.salih...@gmail.com. Untuk tiket Opera Jelajah Anak Indonesia (OJAI) Rp 50.000 (umum) dan Rp 25.000 (pelajar dan mahasiswa) bisa dipesan di nomer-nomer berikut: 0817-077-1913, 0812-8184-5500, 0857-193-111-50, 021-9974-5934 http://www.facebook.com/event.php?eid=10150089050320374ref=mf Forum Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Sabtu, 6 Maret 2010 Saturday, 6 March 2010 Prolog: Tentang Musik dan Bunyi + Musik Barok Prologue: On Music and Sound + Baroque Music Sabtu, 13 Maret 2010 Saturday, 13 March 2010 Beethoven di Antara Dua Logos: Musik Klasik Romantik + Impresionisme Beethoven Between Two Logos: Classical Romantic Music + Impressionism Sabtu, 20 Maret 2010 Saturday, 20 March 2010 Bartok, Stravinsky dan Parameter Waktu Baru: Musik Abad Ke-20 Bartok, Stravinsky and New Parameters of Time: 20th-Century Music Sabtu, 27 Maret 2010 Saturday, 27 March 2010 Epilog: Tentang Dua Prabowo (Adrian dan Tony) Epilogue: On Two Prabowos (Adrian and Tony) Pendaftaran selambatnya 5 Maret 2010, melalui d...@salihara.org Register via email: d...@salihara.org by March 6, 2010 Banyak orang gemar mendengarkan musik klasik Barat—kadang tanpa latar pengetahuan tentang bagaimana karya musik itu diciptakan dan di mana letaknya dalam khazanah musik klasik dari zaman ke zaman. Ini tentu baik-baik saja. Namun, pengalaman mendengarkan musik niscaya akan makin kaya makna jika kita mengenal lebih dalam hal-ihwal mengenai khazanah musik maupun menyangkut karya itu sendiri. Bulan Maret ini (setiap Sabtu sore) ahli musik klasik Suka Hardjana akan mengajak kita bertamasya menikmati musik klasik hingga kontemporer sambil menyimak bagaimana unsur-unsur musikal (irama, melodi, harmoni, warna nada, dst) terangkai menjadi pelbagai bentuk musik (simfoni, konserto, sonata, fuga, dll) yang kompleks dan indah. Setiap acara akan disertai sesi mendengarkan komposisi musik yang dibahas atau dijadikan ilustrasi. Dengan mengikuti rangkaian Forum Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) kita bisa memperluas wawasan tentang musik klasik hingga kontemporer dan sekaligus memperoleh pengetahuan langsung dari tangan pertama tentang bagaimana mendengarkan musik secara lebih cerdas dan mendalam. Suka Hardjana (Yogyakarta, 1940) alumnus Akademi Musik Detmold (1969) dan pernah menjadi dosen di Konservatorium der Freien Hansestadt, Bremen (1969-1971)—keduanya di Jerman. Pulang ke Indonesia menjadi dirigen Ensemble Jakarta (1972) dan dosen di IKJ hingga menjadi Pembantu Rektor II (1980-1984). Karya tulis dia dalam bidang musik Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Ford Foundation MSPI, 2003) dan Musik Antara Kritik dan Apresiasi (Buku Kompas, 2004) Program ini disponsori oleh Hivos = http://www.facebook.com/event.php?eid=342734431795index=1 Minggu, 7 Maret 2010, 14:00 16:00 WIB Sunday, March 7, 2010, 02:00 04:00 PM Panggung Musikal OJAI (Opera Jelajah Anak Indonesia) Musical Performance OJAI (Opera Jelajah Anak Indonesia/ Opera of Indonesian Children’s Explorations) KISAH BATU BELAH BETANGKUP TALE OF A STONE THAT OPENS AND CLOSES Sutradara/ Director: Tom Ibnur Teater Salihara Panggung musikal Batu Belah Betangkup ini berangkat dari sebuah dongeng rakyat dari Bengkalis, Riau, yang berkisah tentang dua orang anak yang melanggar perintah ibunya dan melarikan diri ke hutan, dan di sana “ditelan” alam—hingga akhirnya sang ibu mencari dan hendak membawa mereka pulang. Pertunjukan terdiri atas dongeng berpantun (yang dibawakan oleh Tom Ibnur), tari dan musik Melayu (senandung, mak inang, joged, zapin), serta aneka permainan anak tradisional Melayu (kulik-kulik elang, tam-tam buku, sapu-sapu rangik, cak-cak mimin). Diperankan para pemain berusia antara 5-18 tahun, pertunjukan ini ditujukan untuk khalayak usia kanak hingga dewasa. Tim kreatif pertunjukan yang disutradarai oleh Tom Ibnur ini antara lain: Didin Siroz (penulis skenario), Armen Suwandi (penata musik), Sugeng Yea (penata panggung), dan Iskandar Loedin (penata cahaya). HTM Rp 50.000,- Pelajar/mahasiswa Rp 25.000,- Reservasi tiket di loket salihara 021-7891202, 0817-077-1913 Waktu operasional: Senin-Jumat pukul 09:00-19:00 WIB Sabtu pukul 16:00-19:00 WIB Minggu dan hari libur nasional tutup, kecuali ada acara. Bila ada acara, waktu operasional diperpanjang hingga pukul 21:00 WIB. The musical Batu Belah Betangkup is based on a folktale from Bengkalis, Riau, about two
[ppiindia] Pertemuan Terakhir Kuliah Seni Rupa dengan Jim Supangkat
Rangkaian Kuliah Umum Pengantar Sejarah Seni Rupa di Indonesia yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara mulai Sabtu, 6 Februari lalu akan ditutup oleh ceramah Jim Supangkat Sabtu, 27 Februari 2010 pukul 16:00. Jim Supangkat akan memberikan kuliah tentang Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan Seni Rupa Baru sampai Sekarang. Jim Supangkat adalah seorang kurator seni rupa ternama dan tokoh dari Gerakan Seni Rupa Baru http://www.facebook.com/event.php?eid=270912742468index=1 Sabtu, 27 Februari 2010, 16:00 WIB Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan Seni Rupa Baru sampai Sekarang Pembicara: Jim Supangkat Silakan anda hadir, acara ini terbuka untuk umum. Jangan ketinggalan selama hari Sabtu di bulan Maret 2010 pukul 16.00, Komunitas Salihara akan menggelar Forum Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) dengan Fasililtator Suka Hardjana. Acara ini juga terbuka untuk umum dengan pendaftaran selambatnya 6 Maret 2010, melalui d...@salihara.org. Untuk informasi lebih lanjut, sikan kunjungi: http://www.facebook.com/event.php?eid=10150089050320374index=1 Sabtu, 6 Maret 2010 Prolog: Tentang Musik dan Bunyi + Musik Barok Sabtu, 13 Maret 2010 Beethoven di Antara Dua Logos: Musik Klasik Romantik + Impresionisme Sabtu, 20 Maret 2010 Bartok, Stravinsky dan Parameter Waktu Baru: Musik Abad Ke-20 Sabtu, 27 Maret 2010 Epilog: Tentang Dua Prabowo (Adrian dan Tony) Suka Hardjana (Yogyakarta, 1940) alumnus Akademi Musik Detmold (1969) dan pernah menjadi dosen di Konservatorium der Freien Hansestadt, Bremen (1969-1971)—keduanya di Jerman. Pulang ke Indonesia menjadi dirigen Ensemble Jakarta (1972) dan dosen di IKJ hingga menjadi Pembantu Rektor II (1980-1984). Karya tulis dia dalam bidang musik Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Ford Foundation MSPI, 2003) dan Musik Antara Kritik dan Apresiasi (Buku Kompas, 2004) Untuk informasi tentang Salihara silakan kunjungi di facebook: http://www.facebook.com/group.php?gid=40536100856 dan http://www.facebook.com/pages/salihara/75670011352?ref=searchsid=1098818634.286515223..1 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Sejarah dan Fiksi Malam Ini di Salihara
Hanya ingin mengingatkan diskusi dengan tema Fiksi dan Sejarah: Tentang “Kemustahilan Sejarah” dengan Pembicara: JJ Rizal dan Zen Hae Moderator: Saidiman Ahmad akan dilaksanakan malam ini di Selasa 23 Februari pukul 19.00 WIB di Serambi Salihara. Silakan anda hadir, JJ Rizal akan membawakan makalah Waktu yang Hilang Ihwal Sastera dan Sejarah sementara Zen Hae akan mempresentasikan makalanya berjudul Fiksi dan Sejarah: Pemalsuan, Fiksi Sejarah, Ironi Diskusi ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Guntur http://www.facebook.com/event.php?eid=286757484960index=1 Sinopsis: Di abad ke-18, ada pemikiran yang beredar di kalangan intelektual Eropa dan Amerika bahwa ada dua jenis penulisan sejarah: sejarah berdasarkan fakta (yang mengusung kebenaran berlandaskan bukti dokumenter), dan sejarah berdasarkan fiksi (yang mengusung kebenaran berlandaskan sifat alamiah manusia). Novelis Daniel Defoe mengatakan bahwa novel adalah sebuah “sejarah pribadi”—sejarah sebuah kehidupan pribadi ketimbang Sejarah dengan huruf besar, dengan pandangannya yang panoptik. Betapapun, manusia tak bisa mengelak dari Sejarah—novel-novel Kafka, Musil, Broch dan Pramoedya Ananta Toer menunjukkan hal itu. Maka telaah “Kemustahilan Sejarah” berangkat dari pertanyaan: apabila sejarah dan novel merupakan dua hal yang sama secara hakiki, dan menyuguhkan kebenaran yang serupa, maka apa perbedaan di antara keduanya? Kualitas apa yang dimiliki sang novel dalam menyampaikan kisah orang-orang biasa, orang-orang yang kalah, yang tak terakomodasi oleh Sejarah dengan huruf besar? Ikuti diskusinya bersama JJ Rizal (sejarawan) dan Zen Hae (sastrawan). Moderator Saidiman Ahmad Terbuka untuk umum dan GRATIS. Program ini disponsori oleh Hivos quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.comquot; [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Konser Ubiet Kroncong Tenggara di Salihara
Ubiet dan Kroncong Tenggara akan menggelar konser musik selama dua malam berturut-turut, Jumat dan Sabtu, 12-13 Februari 2010 pukul 20.00 di Teater Salihara, Jakarta Selatan. Dari tiga belas lagu yang akan mereka bawakan, ada lima lagu baru dengan lirik yang ditulis oleh tiga penyair—Chairil Anwar, Nirwan Dewanto, dan Sitok Srengenge. Ubiet (Nyak Ina Raseuki) adalah sedikit dari seniman musik merangkap ilmuwan musik di Indonesia. Ia terkenal dengan olah vokalnya yang memanfaatkan pelbagai gaya, teknik, dan ekspresi, seolah tanpa batas. Bagi Ubiet, bernyanyi tak hanya sekedar menghasilkan suara merdu, namun juga menggarap bunyi yang disonan maupun yang tak harmonis. Sebagai penyanyi, doktor etnomusikologi ini telah menjelajahi berbagai genre musik: pop, jazz, tradisi, maupun kontemporer. Sejak sekitar empat tahun belakang ini, Ubiet bersama musisi dan pengarang lagu Dian HP dan Riza Arshad, menggali kembali khazanah musik Nusantara, yaitu kroncong. Dian HP dikenal publik sebagai penata musik bagi pelbagai pertunjukan musik pop maupun film. Pianis ini menggarap musik untuk para penyanyi pop, dan pelbagai pagelaran musik. Ubiet dan Dian pernah bersama dalam kelompok jazz fusion, Splash, di tahun 80-an. Sedangkan Riza Arshad, yang biasa dipanggil Ija, dikenal sebagai pianis dan pendiri grup jazz simakDialog yang tetap berkibar sejak 1996. Tak satu pun dari tiga seniman musik ini—Ubiet, Dian, dan Ija—berasal dari tradisi kroncong, tetapi ketiganya menjadi tertarik pada jenis musik ini. Kroncong adalah salah satu musik populer tertua yang berkembang di Nusantara. Meskipun telah dikenal sejak abad ke-16 (terutama di kalangan keturunan Portugis), musik ini baru populer dengan adanya radio dan teknologi rekaman. Kroncong juga salah satu jenis musik pertama yang beredar dalam bentuk piringan hitam. Ketika menyebar itulah kroncong pun terpengaruh oleh berbagai musik lokal. Karena itu, ia bisa dikatakan sebagai musik populer hibrid, yakni perpaduan antara musik Eropa dan musik Nusantara, yang pertama. Ubiet, Dian, dan Riza percaya bahwa kroncong menyimpan kekayaan yang terus bisa digali dan diperbaharui. Mereka bertiga, beserta dengan beberapa pemusik piawai Indonesia dari berbagai latar belakang musik, bekerjasama untuk menggarap sebuah rekaman kroncong baru, yaitu musik berbasis kroncong—baik lagu kroncong lama maupun lagu gubahan baru—yang diharapkan mampu mengundang generasi Indonesia mutakhir untuk mengembangkan dan menyebarkan musik ini ke khazanah dunia. Kroncong Tenggara, demikianlah nama kelompok musik mereka sekaligus nama album pertama mereka yang diluncurkan tahun 2007. Nama ini diharapkan mencerminkan keterbukaan wilayah “tenggara” (yaitu posisi Nusantara dalam peta dunia) dalam menerima dan mengolah pengaruh dari berbagai ragam musik dunia. Untuk melahirkan musik dengan citarasa dan aspirasi baru, Ubiet, Dian HP, dan Riza Arshad menggunakan kroncong sebagai titik tolak utama. Sambil mengadopsi berbagai ragam musik—yaitu tango, jazz, melayu, pop, dan klasik—mereka memperkuat jiwa kroncong. Mereka tetap mempertahankan beberapa elemen kroncong seperti ritme cak-cuk yang dimainkan pada ukulele dan mengeksplorasi berbagai unsur musikal, seperti instrumentasi yang menggunakan alat musik akordeon (alat musik Eropa, yang sudah menjadi bagian dari khazanah musik Nusantara), kendang, cello, flute, saxophone, dan bas elektrik serta vokal. Gaya vokal mengolah gaya bernyanyi kroncong, dipadukan dengan berbagai gaya bernyanyi, yang diinspirasi dari berbagai gaya nyanyian Nusantara dan mancanegara, karakteristik gaya bernyanyi Ubiet. Semua unsur itu diramu untuk mengembalikan pesona kroncong namun yang sudah pula menjadi sebuah musik baru dengan karakter musik dunia masakini. Kroncong Tenggara mengadakan pentas peluncuran di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Desember 2007. Untuk pertunjukan di Salihara kali ini, mereka menambah repertoir dengan lima lagu lagi. Semuanya, tiga belas lagu yang mereka bawakan ini, terdiri dari delapan lagu kroncong lama (yang terdiri dari kroncong, stambul dan langgam) yang diaransir kembali dengan citarasa mutakhir, dan lima lagu baru dengan lirik yang ditulis oleh tiga penyair—Chairil Anwar, Nirwan Dewanto, dan Sitok Srengenge. Ubiet (vokal), Dian HP (akordeon, keyboard), Riza Arshad (akordeon), Dony Koeswinarno (flute, saxophone), Dimawan Krisnowo Adji (cello), Arief Suseno (ukulele ”cak”), Maryono (ukulele ”cuk”) Adi Darmawan (bas elektrik), Jalu Pratidina (kendang Sunda, perkusi). Tiket dapat dipesan melalui 0817-077-1913, d...@salihara.org, atau secara on-line melalui www.salihara.org Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program ini dan program Komunitas Salihara lainnya, silakan hubungi me...@salihara.org. Sampai jumpa di Komunitas Salihara. Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202 *** Konser Ubiet Kroncong Tenggara Jumat-Sabtu, 12-13
[ppiindia] Forum Filsafat: Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer
Forum Filsafat Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer Pembicara: Martin Suryajaya Jumat 12 Februari 2010, pukul 16.00 WIB Serambi Salihara Tema Sejarah Ide Filsafat Prancis Kontemporer menjadi penting untuk dibahas karena dua alasan utama. Pertama, tak dapat dipungkiri apabila kita berbicara tentang filsafat kontemporer, tentang filsafat hari ini, maka yang kita maksudkan pastilah filsafat Prancis kontemporer. Artinya, ide-ide sentral zaman kita adalah ide-ide yang berasal dari tradisi pemikiran Prancis. Kedua, tak ada pemahaman yang memadai tentang filsafat Prancis, atau filsafat apa pun, apabila kita tak memiliki peta tentang evolusi konseptual yang terwujud dalam korespondensi pemikiran maupun kritik di antara berbagai filsuf dan dalam konteks historis yang tertentu. Maka itu sejarah ide menjadi penting. Artinya, dengan tema sejarah ide-ide filsafat Prancis kontemporer saya memaksudkan semacam peta tentang evolusi perdebatan gagasan dalam tradisi filsafat hari ini sehingga kita tak tersesat ketika berbicara tentang pemikiran para filsuf kontemporer yang namanya kian banyak sampai saat ini. Martin akan merekonstruksi sejarah ide-ide Prancis dari dua aspek. Yang pertama, aspek institusional dalam arti konteks institusi akademik Prancis yang melahirkan para filsuf hari ini. Dari segi ini kita juga dapat meneropong hubungan guru-murid yang terjalin antar filsuf-filsuf Prancis. Yang kedua terkait dengan aspek informal, yakni ide itu sendiri. Dalam dimensi ini kita akan menyaksikan perdebatan gagasan di antara para filsuf Prancis dan relasinya dengan ide-ide dari luar Prancis, terutama Jerman. Fokus kajian Martin adalah khazanah pemikiran Prancis pasca Perang Dunia II hingga hari ini. Dalam jangka waktu tersebut, sederet nama-nama filsuf mulai dari Sartre, Lacan, Derrida, Foucault, Deleuze, hingga Badiou dan Meillassoux. Martin Suryajaya adalah mahasiswa program studi filsafat di STF Driyarkara dan penulis Imanensi dan Transendensi: Sebuah Rekonstruksi Deleuzian atas Ontologi Imanensi dalam Tradisi Filsafat Prancis Kontemporer terbitan Penerbit: Komunitas AksiSepihak, Jakarta, Agustus 2008. Forum Filsafat adalah sebuah forum diskusi rutin bagi pencinta filsafat yang saat pesertanya berasal dari STF Driyarkara, Formaci (UIN Jakarta) dan Paramadina yang difasilitasi oleh Komunitas Salihara. Kami masih membuka diri bagi anda yang ingin bergabung forum ini. Bagi anda yang tertarik terlibat dalam forum ini silakan daftar ke dita.salih...@gmail.com Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Umum Salihara: Pengantar Seni Rupa Indonesia
Kuliah Umum Seri Pengantar Seni Rupa Indonesia Sabtu, 6 Februari 2010, 16:00 WIB Perihal Mooi Indie Pembicara: Amir Siddharta Sabtu, 13 Februari 2010, 16:00 WIB Dari Persagi hingga Realisme Kini Pembicara: Eddy Soetriyono Sabtu, 20 Februari 2010, 16:00 WIB Abstrak Indonesia Pembicara: Asmudjo J Irianto Sabtu, 27 Februari 2010, 16:00 WIB Seni Rupa Kontemporer: Sejak Gerakan Seni Rupa Baru sampai Sekarang Pembicara: Jim Supangkat Setiap Sabtu di sepanjang Februari 2010, Komunitas Salihara akan menggelar Seri Kuliah Umum Pengantar Sejarah Seni Rupa di Indonesia. Sebagai pengantar, kuliah umum ini bertujuan memberi wawasan umum, melakukan pemetaan dan pengenalan terhadap para perupa Indonesia, serta pelbagai kecenderungan dalam karya mereka. Selain itu akan dilihat juga perkembangan yang terjadi dalam dunia penciptaan seni rupa—di mana karya para perupa dari suatu kurun memiliki ciri-ciri tersendiri yang berbeda dari kurun sebelum dan sesudahnya. Selain materi tulisan yang akan dihadirkan dalam kuliah ini, para pembicara juga akan memberikan presentasi gambar-gambar yang berasal dari karya perupa yang dibahas. Beberapa tema yang akan kami angkat adalah “Mooi Indie”, Dari Persagi hingga Realisme Kini, Abstrak Indonesia dan Gerakan Seni Rupa Baru sampai Seni Rupa Kontemporer. Para pembicara kami pilih dari pengamat dan pelaku seni rupa ternama di Indonesia yang memiliki keahlian dan penelitian tentang masing-masing tema yang akan didiskusikan. Terbuka untuk umum. Pendaftaran selambatnya 5 Februari 2010, melalui d...@salihara.org http://www.facebook.com/event.php?eid=270912742468index=1 Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Tohpati Akan Konser di Salihara
Tohpati akan menggelar konser musik jazz di Salihara Sabtu, 6 Februari 2010, pukul 20:00. Tohpati akan tampil bersama Indro Hardjodikoro (bas), Demas Narawangsa (drums), Endang Ramdhan (kendang), dan Diki Suwarjiki (suling) – dengan bendera Tohpati Berlima Tohpati Ario Hutomo adalah seorang penulis lagu Indonesia dan gitaris jazz yang karyanya banyak memadukan unsur-unsur musik modern dan tradisional Nusantara. Tohpati pernah menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Festival Band se-DKI pada usia 14 tahun. Tahun 1989 ia terpilih menjadi Gitaris Terbaik Festival Band se-Jawa. Di tahun itu juga ia menyabet gelar Gitaris Terbaik pada Yamaha Band Explosion tingkat Nasional. Tahun 1993, ia bergabung dalam grup Simak Dialog yang beranggotakan Riza Arshad, Arie Ayunir, dan Indro. Bersama Simak Dialog, Tohpati telah merilis tiga album: Lukisan, Baur, dan Trance/Mission. Dalam konsernya di Teater Salihara kali ini, Tohpati akan tampil bersama Indro Hardjodikoro (bas), Demas Narawangsa (drums), Endang Ramdhan (kendang), dan Diki Suwarjiki (suling) – dengan bendera Tohpati Berlima. Mereka akan membawakan delapan lagu, antara lain “Gegunungan”, “Etno Funk”, “Rain Forest”, “Bedhaya Ketawang”, dan “Perang Tanding”. Pementasan musik jazz ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari Sabtu, 6 Februari 2010, pukul 20:00 WIB. Tiket seharga Rp 50.000,- (dan Rp 25.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa) dapat dipesan melalui 0817-077-1913, d...@salihara.org, atau secara on-line melalui www.salihara.org Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program ini dan program Komunitas Salihara lainnya, silakan hubungi me...@salihara.org atau d...@salihara.org. Konser jazz akan senantiasa diadakan di setiap minggu pertama di tiap bulan. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=882 http://www.facebook.com/event.php?eid=275096691267ref=mf Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Salihara: Budaya Pop dan Pergeseran Identitas
Diskusi BUDAYA POP DAN PERGESERAN IDENTITAS/ Pembicara: Bre Redana dan Nisaul Aulia Rabu, 20 Januari 2010, 19:00 WIB Serambi Salihara Meskipun sering dipandang sebelah mata, budaya pop berpengaruh besar terhadap perubahan masyarakat. Salah satu contohnya adalah fenomena ”organ tunggal” di ranah Minangkabau yang tak hanya membawa perubahan pada musik tradisi, namun juga menerobos ke sendi masyarakat yang sebelumnya jarang bersentuhan dengan modernisasi. Masyarakat Minang, yang dikenal religius, ternyata dapat berkompromi dengan pertunjukan organ tunggal yang dipentaskan dengan anasir erotis. Pertujukan ini dapat ditemukan dalam berbagai acara di kantor-kantor pemerintahan, masyarakat, bahkan telah memasuki pula wilayah upacara-upacara adat, seperti sunnah rasul, baralek kawin, tabuik, dan lain sebagainya. Terkadang, ia tidak lagi dipandang semata-mata sebagai musik hiburan, melainkan sudah menjadi “kewajiban”. Artinya, tanpa organ tunggal suatu pesta tidaklah lengkap. Lebih jauh lagi, budaya pop malah dipandang sebagai ”pencipta” suatu generasi dalam masyarakat yang memisahkan dari generasi pendahulunya. Suatu kecenderungan yang paling populer—entah musik atau mode busana—menjadi ciri khas generasi itu. Di sinilah letak pentingnya mengkaji budaya populer dalam konteks studi budaya yang membawa perubahan terhadap tatanan nilai, sosial, identitas, dan norma dalam masyarakat. Di mana rahasia kekuatan budaya populer? Ikuti diskusinya dengan Bre Redana (wartawan budaya Kompas dan pengamat budaya populer) dan Nisaul Aulia (mahasiswa pascasarjana Kajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta). http://www.facebook.com/event.php?eid=247260453024index=1 quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.comquot; [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Islam Krisis (Kolom)
Islam Krisis KH Abdurrahman “Gus Dur” Wahid meninggalkan pengaruh yang dalam pada saya, jauh sebelum saya menjadi penyiarnya di acara “Kongkow Bareng Gus Dur” tiap Sabtu di Utan Kayu. Pada awal tahun 1997, ketika saya baru lulus dari sebuah pesantren dan menjadi guru muda di pesantren itu, saya mengikuti sebuah pelatihan untuk guru dan santri se Jawa Timur. Sohibul bait-nya: Kajian 193 Universitas Islam Malang. Gus Dur hadir sebagai narasumber. Jujur saja waktu itu saya tak suka Gus Dur dan Nurcholish “Cak Nur” Madjid. Saya memperoleh informasi tentang dua tokoh ini dari media-media seperti Sabili, Media Dakwah dan Hidayatullah. Kala itu saya mengidolakan sosok Amien Rais yang dianggap sebagai representasi tokoh Islam, sedangkan Gus Dur dan Cak Nur sering dituding oleh media-media itu “kurang kadar keislamannya”. Saya tidak terlalu tertarik presentasi Gus Dur, sejak pertama kali melihat Gus Dur saya tak sabar ingin mengeluarkan uneg-uneg saya (yang negatif). Bakda Gus Dur presentasi, saya yang pertama kali mengacungkan tangan untuk bertanya. Dimulailah percakapan dan dialog pertama kali saya dengan Gus Dur yang mengubah haluan pemikiran saya. “Gus, saya seorang santri, sebelum saya mengajukan pertanyaan, saya ingin mengajak kita semua untuk meyakini Islam sebagai agama paling benar, kalau kita sudah yakin, lantas bagaimana menjadikan Islam sebagai agama yang “rahmatan lil alamin” (menjadi berkah bagi alam semesta)?” Pertanyaan ini adalah sindiran saya yang halus kepada Gus Dur yang menurut su’ud dzon saya pada dia—seperti yang saya baca dari media-media itu—Gus Dur tidak terlalu kuat Islamnya karena sering membela non-muslim. Respon Gus Dur di luar perkiraan saya. “Siapa nama santri tadi itu, santri kok Islamnya krisis.” Mendengar ucapakan Gus Dur ini, belasan orang yang hadir tertawa terbahak-bahak. Saya hanya bisa tersenyum kecut. Ucapan Gus Dur seperti setrum megawatt yang menyengat saya. “Kalau kita sudah yakin pada Islam, tak perlu teriak-teriak lagi, biasanya yang sering teriak itu masih ragu atau takut. Saya sering dianggap tidak Islam hanya gara-gara sering membela orang non-muslim, saya dianggap tidak ngerti ayat Quran yang berbunyi tidak akan pernah rela orang Yahudi dan Kristen pada kamu (orang Islam), sampai kamu mengikuti agama mereka” sambung Gus Dur yang mengutip penggalan ayat 120 dari surat Al-Baqarah. Ungkapan Gus Dur tadi juga seperti mengorek-orek asumsi-asumsi buruk yang menempel di otak saya. Gus Dur melanjutkan: “Bagi saya makna “tidak rela” itu jangan didramatisir, dipahami biasa-biasa saja, karena sebaliknya kita orang Islam tidak pernah rela pada keyakinan mereka. Sama saja kan? “Tidak rela” bukan berarti mau menyakiti atau membunuh. Contohnya Siti Nurbaya tidak rela menikah dengan Datuk Maringgih. Yaaa Siti tidak rela saja, bukan lantas dia ingin menyakiti atau membunuh Datuk Maringgih, buktinya Siti Nurbaya melahirkan anak-anak Datuk Maringgih.” Orang-orang yang hadir kembali tertawa lebar mendengar tamsil Gus Dur soal “tidak rela” itu. Ketika ia menjawab soal saya tentang “Islam rahmatan lil alamin” Gus Dur mengutip wejangan KH Ahmad Siddiq bahwa Islam harus merawat tiga ikatan persaudaraan yaitu “ukhuwah Islamiyah” (persaudaraan keislaman), “ukhuwah wathaniyah” (persaudaraan kebangsaan) dan “ukhuwah basyariyah” (persaudaraan kemanusiaan), jika Islam mampu merawat tiga ikatan persaudaraan ini maka, Islam itu akan menjadi berkah bagi alam semesta. Sindiran Gus Dur yang menganggap saya sebagai seorang muslim yang krisis—meskipun saya lulusan pesantren dan telah menimba ilmu keislaman selama bertahun-tahun—membuat saya kembali bertanya pada diri sendiri. Benar juga komentar Gus Dur itu, kalau saya benar memiliki keimanan terhadap Islam yang kuat, kenapa perlu teriak-teriak yang menunjukkan saya masih ragu? Merasa paling benar memang kadang untuk menyembunikan keraguan. Pertemuan dengan Gus Dur itu telah meruntuhkan fanatisme saya yang sebelumnya mudah curiga dan menyalahkan pendapat orang lain. Saya yang selalu menganggap diri sendiri sebagai muslim yang paling benar. Pertemuan itu juga mengubah imej saya terhadap Gus Dur. Seperti menebus dosa, saya mulai rajin mencari dan membaca buku-buku karangan Gus Dur untuk mengenal pemikiran Gus Dur secara langsung bukan dari tulisan atau perkataan orang lain. Ketika saya melanjutkan studi di Univeritas al-Azhar Mesir pada tahun 1998 saya masuk NU Mesir untuk mengukuhkan kekaguman saya pada Gus Dur. Pun saya mulai tertarik untuk membaca pemikiran Cak Nur langsung dari tulisan-tulisannya. Dalam kesempatan yang lain, Gus Dur juga sering merujuk soal “Islam-krisis” ini pada fenomena kekerasan dan kebencian yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam radikal terhadap kelompok yang lain. Krisis yang dimaksud adalah rasa tak percaya diri atau diliputi penuh ketakutan. Kata Gus Dur “mereka itu dalam bayang-bayang ketakutan, merasa terkepung dan terancam oleh Barat, tapi di sisi
[ppiindia] Sayembara Penulisan Lakon Realis (Hadiah Utama: Rp 20.000.000)
SAYEMBARA PENULISAN LAKON REALIS Hadiah utama: Rp 20.000.000 dan Rp 5.000.000 (dua lakon finalis) Dalam dua dekade terakhir panggung teater Indonesia mengalami kemerosotan drastis dalam kuantitas pementasan bergaya realis, seiring dengan semakin banyaknya kemunculan “teater tubuh”. Sejumlah pengamat pernah menyatakan bahwa dalam teater kita telah terjadi krisis aktor. Hal itu mengacu pada kenyataan bahwa tidak banyak aktor yang menunjukkan kepiawaian menghidupkan teks (dialog) dan membangun karakter. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kelangkaan lakon yang mengutamakan seni peran. Beberapa naskah jenis itu, yang sedikit jumlahnya, terlalu sering dipentaskan ulang tanpa menawarkan kesegaran. Sehubungan dengan itulah Komunitas Salihara menyelenggarakan Sayembara Penulisan Lakon Realis. Syarat-Syarat: 1. Tema bebas. 2. Ditulis dalam bahasa Indonesia. 3. Memperhitungkan durasi pementasan, antara 1 sampai 1,5 jam. 4. Tidak berbentuk monolog dan dibuat untuk dimainkan oleh maksimal 5 (lima) karakter/tokoh. 5. Belum pernah dipentaskan/diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun. 6. Naskah diterima panitia paling lambat pada tanggal 30 Juni 2010. 7. Pementasan perdana naskah pemenang menjadi hak panitia. 8. Nama dan biodata pengarang ditulis pada lembar terpisah dari naskah. 9. Naskah dikirim rangkap 4 (empat) dalam amplop yang ditulisi “Sayembara Penulisan Lakon Realis” di pojok kiri atas, ke: Komunitas Salihara Jl. Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520 Pemenang dan Hadiah: 1. Dewan Juri akan memilih 3 (tiga) finalis dan menentukan 1 (satu) lakon terbaik. 2. Pemenang akan diumumkan pada Festival Salihara, September 2010. 3. Lakon terbaik akan mendapatkan hadiah uang Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan dua lakon finalis lain masing-masing mendapat uang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); pajak ditanggung penerima hadiah. 4. Lakon terbaik akan dipentaskan untuk pertama kalinya di Teater Salihara sebagai produksi Komunitas Salihara. Dewan Juri dan lain-lain: 1. Dewan Juri terdiri dari 3 orang: Iswadi Pratama (penulis lakon dan sutradara Teater Satu, Lampung), Zen Hae (penyair dan penulis cerita), dan Seno Joko Suyono (wartawan budaya Koran Tempo, pengamat seni pertunjukan). 2. Panitia (kurator dan seluruh karyawan Komunitas Salihara) dan anggota Dewan Juri dilarang mengikuti sayembara ini. 3. Keputusan Dewan Juri akan dipertanggungjawabkan pada saat pengumuman pemenang, dan tidak dapat diganggu-gugat. Jakarta, 01 Januari 2010 Komunitas Salihara, Panitia Sayembara Penulisan Lakon Realis http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=876 http://www.facebook.com/event.php?eid=254989772749ref=mf Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan di Salihara
Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan Paul Ricoeur, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx Setiap Sabtu, Januari 2010, 16:00 WIB/ Serambi Salihara Paul Ricoeur, seorang tokoh hermeunetika kontemporer menyebut tiga pemikir besar, yakni Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche, sebagai pendahulu metodologi hermeneutika yang disebut sebagai hermeneutika kecurigaan. Freud mencurigai terbentuknya teks sebagai berasal dari alam ketaksadaran manusia, Marx meletakkannya sebagai produk ekonomi dan politik, sementara Nietzsche merujuk sebab-musababnya pada kehendak ingin berkuasa. Apa yang dimaksud hemeneutika kecurigaan itu? Apa saja alasan-alasan Paul Ricoeur? Dan bagaimana hemeneutika bekerja dalam pandangan Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche? Selama empat minggu berturut-turut, selain mengulas pandangan tokoh-tokoh tersebut dalam lingkup hermeneutika kecurigaan, kuliah umum ini juga menggali pandangan filsafat dari masing-masing tokoh tersebut. Kuliah Umum Filsafat ini akan digelar di Serambi Salihara setiap hari Sabtu di bulan Januari 2010 pada pukul 16.00 -18.00 WIB. Kuliah ini terbatas, untuk mengikutinya silakan mengirim email pendaftaran ke me...@salihara.org atau riaud...@yahoo.co.id Sabtu 09 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Hermeneutika: Pengantar Umum dan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur Haryatmoko / Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Friedrich Nietzsche Setyo Wibowo / Sabtu 23 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Sigmund Freud Bagus Takwin / Sabtu 30 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Karl Marx Goenawan Mohamad / Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Buku DARI JAWA MENUJU ATJEH Karya Linda Christanty (Hari Ini)
Diskusi Buku DARI JAWA MENUJU ATJEH Karya Linda Christanty Pembicara: Linda Christanty, Nezar Patria dan Usman Hamid Rabu, 16 Desember 2009, 19.00 WIB di Serambi Salihara Terbuka untuk umum Gratis Dari Jawa Menuju Atjeh (Kumpulan Tulisan tentang Politik, Islam dan Gay) adalah kumpulan catatan perjalanan, pemikiran, dan kepedulian Linda Christanty terhadap sejumlah orang dari Jawa sampai Aceh. Dari sejumlah orang itu tercatat nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Wiji Thukul, Penyair yang sejak 1998 hilang tanpa jejak, Bre Redana, seorang wartawan dan cerpenis, dan Dede Oetomo, tokoh GAYa NUSANTARA, seorang tokoh gay di Indonesia. Tercatat pula Kebo, seorang preman yang mati dibakar massa di Jakarta dan tokoh-tokoh yang mendirikan Jaringan Islam Liberal seperti Ulil Abshar-Abdalla dan Nong Darol Mahmada. Ikuti diskusi buku ini bersama penulis bukunya, Linda Christanty dan Nezar Patria, wartawan dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Usman Hamid Koordinator KONTRAS. Program ini kerjasama Komunitas Salihara dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta Setelah diskusi buku ini akan diperkenalkan sebuah komunitas penulis dan pembaca yang difasilitasi oleh Komunitas Salihara bernama Musyawarah Buku. http://www.facebook.com/event.php?eid=336588640463ref=mf Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Peluncuran dan Diskusi Majalah Bhinneka di Salihara
Peluncuran dan Diskusi Majalah Bhinneka bersama Dédé Oetomo dan Soe Tjen Marching, moderator: Nong Darol Mahmada, besok: Selasa 15 Des, pkl 19.00 di Serambi Salihara, http://www.facebook.com/event.php?eid=205816063232ref=mf Latar Belakang Majalah Bhinneka yang didirikan oleh Soe Tjen Marching bekerja sama dengan GAYa NUSANTARA, adalah majalah yang dibuat untuk mengkritisi interpretasi agama di Indonesia. Namun, dalam kemasannya, majalah Bhinneka tidak menyatakan tujuan ini secara gamblang supaya dapat menarik masa sebanyak mungkin untuk membacanya. Selama ini, beberapa jurnal kritis masih terkesan “eksklusif” baik dari penampilan, nama Jurnal ataupun publikasinya, sehingga pembacanya pun kurang lebih menjadi ekslusif. Artinya, mereka datang dari kalangan tertentu. Sedangkan majalah Bhinneka dikemas secara populer dan terkesan umum supaya tidak memberi “tembok” terlebih dulu bagi publik yang tertarik untuk membacanya. Karena itu, digunakan nama yang dipandang cukup “netral”, yaitu Bhinneka yang artinya keberagaman. Untuk mengingatkan moto dari bangsa Indonesia sendiri, bahwa Indonesia tidak tunggal ika, dan interpretasi agama apapun tidak bisa dipandang dari satu sisi saja. Terbit dua bulan sekali, sampai saat ini (17 November 2009), dua edisi majalah Bhinneka telah terbit. Dan kami memandang perlunya me-launching majalah ini agar lebih diketahui khalayak umum. Majalah Bhinneka dibagikan gratis karena dana dari Kedutaan Britania Raya. Kami juga mendapat dana khusus untuk launching majalah ini di Jakarta, dan kami memilih Salihara karena tempat ini telah dikenal luas sebagai salah satu pusat diskusi kebudayaan yang sifatnya juga “netral” (tidak condong pada etnis atau agama tertentu). Tujuan dari launching ini adalah: 1. Memperkenalkan majalah Bhinneka kepada publik 2. Mengadakan diskusi berdasarkan majalah Bhinneka pada umumnya dan interpretasi agama di Indonesia pada khususnya 3. Menjalin kerja sama yang lebih erat antara majalah Bhinneka dan Salihara. Metode dan Setting Forum Launching akan diadakan pada tanggal 15 Desember 2009 pukul 19.00 WIB. Secara keseluruhan, launching ini akan dipandu oleh 2 nara sumber. Adapun setting forum selama launching adalah sebagai berikut: 1. Sesi pengenalan majalah Bhinneka dan pembahasan beberapa artikel. 2. Sesi diskusi: hadirin bisa menanyakan tentang majalah Bhinneka dan juga masalah yang menyangkut politik, sosial dan agama secara umum. 3. Sesi penyusunan rencana strategis juga dilakukan dalam format diskusi interaktif yang dipandu oleh seorang fasilitator. Dengan mengacu sesi-sesi sebelumnya, sesi ini melakukan analisis: Bagaimana bentuk kerja sama antara majalah Bhinneka dan Salihara selanjutnya. Narasumber Ada dua orang nara sumber yang akan berperan aktif dalam diskusi ini, yaitu: 1. Soe Tjen Marching (Pendiri Majalah Bhinneka) 2. Dede Oetomo (Pendiri GAYa NUSANTARA) Moderator: Nong Darol Mahmada Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Jinayatnya “Qanun Jinayat” (Kolom di Kora n Tempo)
“Qanun Jinayat” yang telah diresmikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) tak henti menyulut kontroversi, yang tak hanya datang dari luar, namun juga dari masyarakat Aceh sendiri. Gubernur Aceh sendiri pun tak kunjung menyetujuinya. Bagi Pemerintah Aceh, prosedur “Qanun” ini cacat hukum. Sementara dari sisi subtansi, argumentasi “Qanun” ini amat rapuh. Yang paling fatal “Qanun” ini tidak memasukkan pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya disebut tindak pidana (jinayat). Namun sebaliknya “Qanun” ini malah menetapkan perbuatan yang semestinya bukan tindak pidana. Lebih dari itu “Qanun” ini telah melanggar batas: memasuki ranah yang bukan wewenangnya. Dalam Bab II Pasal 2, disebutkan “Qanun ini mengatur tentang jarimah dan ‘uqubat khamar, maisir, khalwat, ikhtilath, zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, qadzaf, liwath, dan musahaqah”. “Qanun” dengan sangaja tak menyebut pembunuhan (qatl) dan pencurian (sariqah) sebagai tindak kejahatan (jarîmah). “Qanun” ini juga menyebut prilaku yang diasumsikan tercela secara moral, tapi sebenarnya bukan tindak-pidana yakni khalwat. Khalwat artinya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berdua di suatu tempat yang tertutup. Sementara ikhthilath yang berarti laki-laki dan perempuan bercampur-baur di suatu tempat tak pernah disebut sebagai perbuatan yang tercela secara moral—apalagi sampai disebut tindak pidana. Orang yang thawaf di sekiling Ka’bah di Makkah baik laki-laki ataupun perempuan bercampur-baur, tidak ada batas atau jalur khusus thawaf yang memisahkan laki-laki dari perempuan. “Qanun” yang berbasis pada kleim syariat Islam ini ingin diberlakukan juga pada orang di luar pemeluk Islam (Bab II Pasal 4 ayat b dan c). Padahal ketentuan-ketentuan syariat Islam hanya berlaku bagi orang Islam saja. Maka, “Qanun” ini telah melampaui batas wewenangnya. “Qanun” ini melanggar ayat lakum dinukum wa liya din (“bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”). Saya tidak habis pikir mengapa “Qanun” ini tidak menyebut pembunuhan dan pencurian sebagai tindakan kriminal. Mungkin saja karena sanksinya yang kontroversial, pencurian akan dipotong tangannya, sementara pembunuhan diancam hukuman mati. Namun anehnya penyusun “Qanun” ini memasukkan sanksi rajam bagi pezina (yang menikah). Apa skala prioritas perzinahan atas kasus pencurian—atau korupsi misalnya—yang dampak “pemberantasan korupsi” lebih berguna bagi kepentingan publik? Apakah kalangan para anggota dewan yang terhormat itu khawatir atas hukuman potong tangan terhadap tindak pidana korupsi yang mudah ditemukan di kalangan mereka? Tak pelak lagi asumsi dasar dari “Qanun” ini adalah perkara moralitas yang berbasis pada seks. Cermati saja dari pasal perzinahan, khalwath, ikhthilath, hingga liwâth (sodomi) dan musâhaqah (tribadisme)—yang sering dituduhkan pada kalangan homoseksual—basis asumsinya adalah seks sebagai sumber kriminalitas. Kalau para penyusun “Qanun Jinayat” ini secara konsisten merujuk pada kajian al-Fiqh al-Jinâ’î al-Islâmî (Fiqh Pidana Islam) klasik maka akan tampak soal “pidana Islam” ini bukan soal “tebang pilih”, dan para ulama fiqh klasik pun sangat ketat dan berhati-hati membahas perkara ini. Pembahasan yang terangkum misalnya dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya Wahbah al-Zuhayli (1997, vol 7) yang mengulas pembahasan “hudud”. “Hudud” artinya ”batas” atau “larangan” yang konotasinya adalah “hukuman” (uqubat) yang ditentukan oleh Allah. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah materi pidana. Madzhab Hanafi menyebut ada lima ditambah satu “qishash”, sementara mayoritas ulama fiqh menyebut delapan: zina, qadzf (pembunuhan karakter dengan tuduhan zina), minum khamr, pencurian, membuat kekacauan (al-hirabah), pemberontakan (al-baghy), murtad, dan pembunuhan. Ada juga seorang ulama madzhab Maliki yang menyatakan sampai tiga belas (hlm. 5276). Sedangkan Ibn Rusyd dalam kitabnya Bidâyatul Mujtahid (1995, vol 4) menyebut empat jenis tindak pidana: (1) kejahatan terhadap jiwa dan badan disebut qatl (pembunuhan) dan jarh (pencideraan), (2) pelanggaran terhadap perkelaminan disebut zina, (3) pelanggaran terhadap hak milik disebut pencurian (sariqah) atau perampasan dan perampokan (al-hirabah, al-ghashab), (4) pelanggaran terhadap kemulian-diri disebut qadzf (hlm. 2161). Empat jenis inilah yang bisa disebut “pidana murni”. Kendati para ulama memiliki ragam pendapat soal jenis tindak pidana tapi tidak ada yang abai bahwa pembunuhan dan pencurian sebagai pelanggaran. Dan tidak pula menjadikan perkara-perkara yang berbau moral sebagai pelanggaran pidana. Sedangkan bentuk-bentuk sanksi pidananya yang disebut oleh Al-Quran adalah potong tangan untuk pencurian, cambuk untuk zina dan qadzf, hingga hukuman mati bagi pembunuhan yang disengaja—hukuman rajam tidak ada dalam al-Quran. Bentuk hukuman itu dinyatakan sebagai “hudud” yang berarti “batas maksimal dari hukuman”. Yang dilarang adalah melanggar “batas maksimal dari hukuman” itu, sementara bagi
[ppiindia] Pementasan Kereta Kencana (Rendra) Mulai Malam Ini di Salihara (Gratis)
Jadwal acara Mengenang Rendra di Komunitas Salihara: Jumat, 06 November 2009, 20:00 WIB Pementasan teater Kereta Kencana Sutradara: Putu Wijaya Aktor: Ikranegara Niniek L Karim Sabtu, 07 November 2009 16:00 WIB Pembahasan puisi Rendra Sihir Rendra Pembicara: Sapardi Djoko Damono 19:00 WIB Pembacaan puisi Rendra Oleh: Ine Febrianti, N Riantiarno, Slamet Rahardjo 20:00 WIB Pementasan teater Kereta Kencana Sebagai penghormatan kepada almarhum Rendra (lahir 7 November 1935 dan wafat 6 Agustus 2009), Komunitas Salihara akan menyelenggarakan serangkaian acara di sekitar hari ulang tahun sang penyair dan dramawan. Selain dua malam pementasan Kereta Kencana (saduran Rendra atas lakon Les Chaises karya Eugene Ionesco) yang menampilkan aktor Ikranegara dan Niniek L Karim dengan sutradara Putu Wijaya. Akan diadakan pula pembacaan sejumlah puisi Rendra oleh Slamet Rahardjo, N Riantiarno, dan Ine Febriyanti (7 November, 19:00 WIB). Sementara itu, Sapardi Djoko Damono akan mengulas perpuisian Rendra dengan sorotan khusus terhadap sejumlah puisi yang ia anggap sebagai karya-karya terkuat sang penyair. Seluruh rangkaian acara diselenggarakan di Teater Salihara. Terbuka untuk umum dan GRATIS. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Melan di me...@salihara.org atau Dita di riaud...@yahoo.co.id, atau kunjungi www.salihara.org. Sampai jumpa di Komunitas Salihara! http://www.facebook.com/event.php?eid=327095385225ref=mf http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=2id=19item_id=853 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Salihara November 2009 (Mengenang Rendra, Pameran Fotografi Serat Centhini...
Program November 2009 Komunitas Salihara Jumat-Sabtu, 06-07 November 2009 MENGENANG RENDRA di Teater Salihara Terbuka untuk umum Gratis Jumat, 06 November 2009, 20:00 wib Teater KERETA KENCANA (Adaptasi Rendra atas Les Chaises karya Eugene Ionesco) Sutradara: Putu Wijaya Aktor: Ikranegara Niniek L Karim Sabtu, 07 November 2009 16:00 wib Pembahasan Puisi Rendra Pembicara: Sapardi Djoko Damono 19:00 wib Pembacaan Puisi Rendra Oleh: Ine Febriyanti, N Riantiarno, Slamet Rahardjo 20:00 wib Pementasan Teater KERETA KENCANA 20-30 November 2009, 11:00–20:00 wib (Minggu dan hari libur Nasional tutup) Pameran Fotografi Fendi Siregar SISI LAIN SERAT CENTHINI: Sebuah Tafsir Visual di Galeri Salihara Terbuka untuk umum Gratis Pembukaan Pameran: Kamis, 19 November 2009, 19:00 WIB di Teater Atap Salihara Terbuka untuk umum Gratis Jumat-Sabtu, 20-21 November 2009, 20:00 wib Teater 90 MENIT YANG HILANG DARIMU (Kisah-Kisah yang Mengingatkan) Teater Satu Lampung Karya: Iswadi Pratama Ide Cerita: Sitok Srengenge Iswadi Pratama di Teater Salihara HTM Rp 30.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas) Minggu, 22 November 2009, 16:00 wib 20:00 wib Resital Musisi Muda DA CAPO KE MANA-MANA Direktur Artistik: Tjut Nyak Deviana Daudsjah Ansambel Musik Daya di Teater Salihara HTM Rp 30.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 25-26 November 2009, 20:00 wib Teater WU WEI DAN SIAPA NAMA ASLIMU Komunitas Berkat Yakin Sutradara: Ari Pahala Hutabarat di Teater Salihara HTM Rp 30.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 15.000,- (tempat terbatas) Ticket Box Salihara buka tiap: Senin-Jumat pukul 09:00-17:00 wib Sabtu pukul 16:00-19:00 wib Minggu dan hari libur Nasional tutup, kecuali ada acara Reservasi: Carla 0817-077-1913 Ipiet 021-9619-2632 (khusus Pameran dan Galeri) Komunitas Salihara Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tel. 021-789-1202, Faks. 021-780-5180 www.salihara.org http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=851 Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Invitation to First Erasmus Lecture on Humanism, by Goenawan Mohamad
First Erasmus Lecture on Humanism “Humanism in the thoughts of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer” Wednesday, 28 October 2009, 19.30 hrs. Goenawan Mohamad, Budayawan (publicist on culture and philosophy) Erasmus Huis On this day, the birthday of the Dutch philosopher Desiderius Erasmus, more than 550 years ago, the Erasmus Huis wants to draw attention to the philosophical heritage of Erasmus and its relevance to the present time by organising a lecture and discussion: in the spirit of Erasmus’ own words ‘Civis mundi sum’ / I am a world citizen. Erasmus is often referred to as ‘the humanist’; he has given an important impulse to the development and spreading of this body of thought. The concept ‘humanism’ does not have a univocal meaning and will have different interpretations and relevance depending on time and place. For Erasmus it was foremost the conviction that the spiritual strength, that is needed to take life to its highest potential, is evoked by entering discussion with great thinkers, who have those strengths. Beside that, time and time again he pleaded for tolerance between the different beliefs. He placed common sense above dogmatic standpoints. At Erasmus Huis Mr Goenawan Mohamad will present the English version of his lecture on humanism in the thoughts of a number of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer. Mr Goenawan Mohamad has for long been a key figure in the political and cultural world of Indonesia as an editor, curator and publicist, always presenting his own independent views. Erasmus Huis Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950 Erasmus Senin, 26 Oktober 2009 Ini akhir pekan Erasmus. Saya diminta bicara tentang humanisme dalam pandangan Indonesia untuk ulang tahun tokoh humanisme Eropa yang lahir 27 Oktober 1466 itu di Erasmus Huis, Jakarta. Saya tak tahu banyak tentang humanisme abad ke-15 Eropa, dan yang pertama kali saya ingat tentang Erasmus adalah apa yang dikatakan Luther tentang dia. Bagi Luther, pemula Protestantisme yang pada akhirnya mengambil posisi yang tegas keras menghadapi Gereja itu, Erasmus ibarat ”belut”. Licin, sukar ditangkap. Erasmus memang tak selamanya mudah masuk kategori, tak mudah menunjukkan di mana ia berpihak, ketika zaman penuh hempasan pertentangan keyakinan theologis. Pada mulanya ia membela Luther, ketika pembangkang ini diserang dan diancam, tapi kemudian ia menentangnya, ketika Luther dianggapnya semakin mengganas dalam menyerang Roma. Dalam sepucuk suratnya kepada Paus Adrianus VI, Erasmus sendiri mengatakan, ”Satu kelompok mengatakan hamba bersetuju dengan Luther karena hamba tak menentangnya; kelompok lain menyalahkan hamba karena hamba menentangnya….” Bagi Erasmus, sikapnya menunjukkan apa yang disebut di zamannya sebagai civilitas. Dalam kata-kata sejarawan Belanda terkemuka, Huizinga, itulah ”kelembutan, kebaikan hati, dan moderasi”. Perangai tokoh humanisme abad ke-15 ini agaknya seperti sosok tubuhnya. Kita hanya bisa melihat wajahnya melalui kanvas Holbein di Museum Louvre: kurus, pucat, wajah filosof yang meditatif dan sedikit melankolis. Tetapi ia—yang merupakan pengarang terlaris di masanya ini (seorang penjual buku di Oxford pada 1520 mengatakan, sepertiga bukunya yang terjual adalah karya-karya Erasmus)—juga seorang yang suka dipuji. Dan di balik sikapnya yang santun, ada kapasitas untuk menulis satire yang sangat berat sebelah yang menyerang Paus Julius II. Dalam satire ini, Santo Petrus bertanya kepada Julius di gerbang akhirat: ”Apa ada cara mencopot seorang Paus yang jahat?” Jawab Julius: ”Absurd!” Pada akhirnya memang tak begitu jelas bagaimana ia harus diperlakukan. Ia meninggal di Basel, Swiss, pada 1536, tanpa disertai seorang pastor, tanpa sakramen Gereja. Tapi ia dapat kubur di katedral kota itu. Agaknya itu menggambarkan posisinya: seorang yang meragukan banyak hal dalam agama Kristen, tapi setia kepada Gereja. ”Aku menanggungkan Gereja,” katanya, ”sampai pada suatu hari aku akan menyaksikan Gereja yang jadi lebih baik.” Mungkin itulah sebabnya yang selalu dikagumi orang tentang pemikir ini adalah seruannya untuk menghadapi perbedaan pikiran dengan sikap toleran dan mengutamakan perdamaian. ”Tak ada damai, biarpun yang tak adil sekalipun, yang tak lebih baik ketimbang kebanyakan perang.” Dari sini agaknya orang berbicara tentang ”humanisme Kristen” bila berbicara tentang Erasmus—atau, dalam perumusan lain, ”rasionalisme religius”. Dalam jenis ”rasionalisme” ini, skeptisisme dan rasa ingin tahu, curiositas, diolah dengan baik, tapi pada akhirnya tetap dibatasi oleh apa yang ditentukan agama. Tak mengherankan bila Ralf Dahrendorf menyebut posisi Erasmus sebagai ”leise Passion der Vernunft”, gairah yang lembut untuk akal budi. Dalam hal itu, Erasmus memang tak bisa diharapkan akan mengatasi pikiran yang umum di
[ppiindia] Penampilan Sapardi Djoko Damono di Malam Terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009
Penyair Sapardi Djoko Damono akan membacakan puisi-puisinya dalam Penutupan Utan Kayu Literary Biennale 2009 yang akan digelar malam ini pukul 19.00 Sabtu 24 Oktober di Teater salihara. Selain Sapardi beberapa sastrawan dari Indonesia atau luar negeri juga akan menyuguhkan karya-karya mereka. Seperti M Iksaka Banu, Leila S, Chudori, Triyanto Triwikromo, Hasan Aspahani dan Jimmy Maruli Alfian dari Indonesia. Dari Australia akan tampil Sandra Thibodeaux. Dalam acara bantingan puisi yang akan digelar di Teater Atap Salihara pukul 21.00 akan diramaikan dengan pementasan grup musik Angsa dan Serigala. Acara sastra pada malam ini akan menjadi penutup festival Utan Kayu Literary Biennale 2009 yang telah digelar sejak Selasa 20 Oktober 2009. Beberapa sastrawan yang terlibat seperti A Muttaqin, AS Laksana, Aan Mansyur, Agus R Sarjono, Ahda Imran, Alfred Schaffer, Beno Siang Pamungkas, Bernice Chauly, Dacia Maraini, Drisana Deborah Jack, Gus tf Sakai, Handry TM, Hasan Aspahani, Hudan Hidayat, Inggit Putria Marga, Iyut Fitra, Jan Cornall, Jimmy Maruli Alfian, Leila S Chudori, Lily Yulianti Farid, M Iksaka Banu, Moon Chung-Hee, Ramon Damora, Reggie Baay, Sandra Thibodeaux, Sapardi Djoko Damono, Timur Sinar Suprabana, Triyanto Triwikromo, Vanni Bianconi, Warih Wisatsana, Wendoko, dan Yanusa Nugroho. Agenda malam terakhir Utan Kayu Literary Biennale 2009 Sabtu, 24 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Merandai Menampilkan: M Iksaka Banu (Indonesia), Leila S. Chudori, Triyanto Triwikromo (Indonesia), Sapardi Djoko Damono (Indonesia), Sandra Thibodeaux (Australia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Jimmy Maruli Alfian (Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia). Musik: Angsa dan Serigala Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. -- Saturday, Oct. 24 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: Traversing. Featuring M Iksaka Banu (Indonesia), Leila Chudori, Triyanto Triwikromo (Indonesia), Sapardi Djoko Damono (Indonesia) and Sandra Thibodeaux (Australia) 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading, Music Performance and Poetry Slam. Featuring Jimmy Maruli Alfian (Indonesia), Hasan Aspahani (Indonesia) and the indie band Angsa and Serigala http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Jumat 23 Okt (Utan Kayu Literary Biennale 2009)
Utan Kayu Literary Biennale 2009 Komunitas Salihara Jumat, 23 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Sejarah dan Ironi Menampilkan: A Muttaqin (Indonesia), AS Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack (St Martin), Handry TM (Indonesia), Vanni Bianconi (Swiss), Warih Wisatsana (Indonesia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Ahda Imran (Indonesia), Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio (Swiss), Musik: Rampak Bedug Rumah Musik Harry Roesli Setiap pembacaan karya sastra: puisi dan prosa kami menampilkan teks terjemahannya di layar. Acara ini terbuka umum dan tidak dipungut biaya. Melalui salah satu sponsor kami Indosat, penonton yang memakai nomer telepon selulernya dari produk Indosat: Mentari, IM3, dll akan mendapatkan pulsa cuma-cuma Rp 10.000 http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. --- Friday, Oct. 23 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: History and Irony. Featuring A Muttaqin (Indonesia), AS Laksana (Indonesia), Drisana Deborah Jack (St. Martin), Handri TM (Indonesia), Vanni Bianconi (Switzerland), Warih Wisatsana (Indonesia) 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading, Music Performance and Poetry Slam. Featuring Ahda Imran (Indonesia), Beno Siang Pamungkas (Indonesia), Zeno Gabaglio (Switzerland) and percussion music by Rumah Musik Harry Roesli Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] agenda malam ini Utan Kayu Literary Biennale 2009, Kamis 22 Oktober
melanjutkan pembacaan dan diskusi karya sastra kemaren malam Rabu 21 Oktober yang semarak, berikut agenda Utan Kayu Literary Biennale 2009 di Salihara malam ini: Kamis, 22 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Ruang dan Tilas Menampilkan: Agus R Sarjono (Indonesia), Alfred Schaffer (Belanda), Bernice Chauly (Malaysia), Gus tf Sakai (Indonesia), M Aan Mansyur (Indonesia), Leila S Chudori (Indonesia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Inggit Putria Marga (Indonesia), Jan Cornall (Australia), Ramon Damora (Indonesia), Timur Sinar Suprabana (Indonesia) Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. Setiap pembacaan karya sastra: puisi dan prosa kami menampilkan teks terjemahannya di layar. Acara ini terbuka umum dan tidak dipungut biaya. Melalui salah satu sponsor kami Indosat, penonton yang memakai nomer telepon selulernya dari produk Indosat: Mentari, IM3, dll akan mendapatkan pulsa cuma-cuma Rp 10.000 - Thursday, Oct. 22 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: Spaces and Traces. Featuring Agus Sardjono (Indonesia), Alfred Schaffer (the Netherlands), Bernice Chauly (Malaysia), Gus TF Sakai (Indonesia), M Aan Mansyur (Indonesia), Leila S Chudori (Indonesia). Book launch, Leila S Chudori 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading and Poetry Slam. Featuring Inggit Putria Marga (Indonesia), Jan Cornall (Australia), Ramon Damora (Indonesia) and Timur Sinar Suprabana (Indonesia) http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Utan Kayu Literary Biennale 2009 Agenda Rabu 21 Oktober
Rabu, 21 Oktober 2009 19:00-21:00 wib di Teater Salihara Pembacaan dan Diskusi: Perempuan: Pahlawan dan Simpanan Menampilkan: Dacia Maraini (Italia), Lily Yulianti Farid (Indonesia), Regie Baay (Belanda), Wendoko (Indonesia), Yanusa Nugroho (Indonesia) 21:00-23:00 wib di Teater Atap Salihara Pembacaan, Musik, dan Bantingan Puisi (Poetry Slam) Menampilkan: Hudan Hidayat (Indonesia), Iyut Fitra (Indonesia), Musik: Tika and the Dissidents Bantingan Puisi (Poetry Slam): Uji kebolehan Anda sebagai penyair, daftarkan diri Anda segera di riaud...@yahoo.co.id. Tempat terbatas. -- Wednesday, Oct. 21 7 p.m. to 9 p.m. at Theater Salihara: Reading and Discussion: Women — Heroines and Concubines. Featuring Dacia Maraini (Italy), Lily Yulianti Farid (Indonesia), Reggie Baay (the Netherlands), Wendoko (Indonesia) and Yanusa Nugroho (Indonesia) 9 p.m. to 11 p.m. at Kafe Atap Salihara: Reading, Music Performance and Poetry Slam. Featuring Hudan Hidayat (Indonesia), Iyut Fitra (Indonesia) and the indie band Tika and the Dissidents http://www.facebook.com/event.php?eid=167655647494index=1 http://salihara.org/main.php?lang=id http://literarybiennale.org/ Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Novel dan Pemutaran Film OEROEG di Teater Salihara
Selasa 06 Oktober 2009, 09:00 wib Diskusi Novel Oeroeg Moderator: Abdelkader Benali (Belanda/Maroko) Selasa, 06 Oktober 2009, 14:00 wib Pemutaran Film Oeroeg Sutradara: Hans Hylkema Pemain: Jeroen Krabbe, Martin Schwab, Adi Kurdi, Ayu Azhari, dll. Oeroeg (1948) adalah karya perdana Hella Haasse, salah satu novelis terbaik Belanda yang telah menerima banyak penghargaan sastra di Eropa. Ditulis berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Batavia (Jakarta), tempat ia dilahirkan pada 2 Februari 1918, novel ini merupakan salah satu karya sastra yang paling banyak dibaca di Belanda. Tahun ini, Oeroeg bahkan terpilih sebagai Buku Hadiah 2009: dibagi-bagikan, didiskusikan, dan dirayakan di seantero Belanda. Dengan latar Batavia dan Priangan, Oeroeg bertutur tentang persahabatan dua orang berbeda kebangsaan (Belanda dan Indonesia) yang bertemu dan kemudian terpisahkan oleh kolonialisme dan kemerdekaan. Pada tahun 1993, novel Oeroeg difilmkan oleh sutradara Belanda Hans Hylkema dengan judul sama, dibintangi oleh para aktor Belanda dan Indonesia, antara lain Jeroen Krabbe, Martin Schwab, Ayu Azhari, Jose Rizal Manua, dan Adi Kurdi. Dalam rangkaian acara peluncuran terjemahan novel Oeroeg dalam bahasa Indonesia, di Komunitas Salihara akan diadakan diskusi novel tersebut bersama sejumlah mahasiswa sastra Universitas Indonesia, dengan moderator seorang sastrawan Belanda kelahiran Maroko, Abdelkader Benali. Menyusul acara diskusi, akan diadakan pemutaran film Oeroeg di Teater Salihara. Kedua acara terbuka untuk umum dan gratis. Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Reading Discussion with Hari Kunzru @Salihara
Reading Discussion with Hari Kunzru MULTI-IDENTITY RADICALISM Moderator: Debra H. Yatim Serambi Salihara (Salihara Lounge) Thursday, 01 October 2009, 07:00 p.m. Free admission Hari Kunzru is a British novelist and journalist. He has written three novels titled The Impressionist (2002), Transmission (2004), and My Revolutions (2007), and a short story compilation, Noise (2006). Kunzru’s works are able to steal the literature world and has been translated into 21 languages, and received some awards such as Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors, and British Book Award. In 2003, Granta magazine named him as one of 20 best British novelists. Hari Kunzru will be present in Komunitas Salihara to read quotes from his novel and answer some questions from discussion participants. The discussion will uncover the issues related to multi-identity and radicalism departing from the novel’s characters specifically (in Britain) or the multi-identity and radicalism in the world he has observed. The discussion with Hari Kunzru will be moderated by activist Debra H. Yatim. This event is a joint program of Komunitas Salihara and British Council. - Pembacaan Karya Diskusi bersama Hari Kunzru MULTI-IDENTITAS RADIKALISME Moderator: Debra H. Yatim Serambi Salihara Kamis, 01 Oktober 2009, 19:00 WIB GRATIS Hari Kunzru adalah seorang novelis dan jurnalis dari Inggris. Ia telah menulis tiga novel berjudul The Impressionist (2002), Transmission (2004) dan My Revolutions (2007), serta sebuah kumpulan cerita pendek, Noise (2006). Karya-karya Kunzru mampu mencuri perhatian sastra dunia dan telah diterjemahkan ke 21 bahasa dunia serta memperoleh beberapa penghargaan seperti Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors dan British Book Award. Pada tahun 2003, majalah Granta menahbiskannya sebagai salah seorang dari 20 novelis muda Inggris terbaik. Hari Kunzru akan hadir di Komunitas Salihara untuk membacakan petikan-petikan dari novelnya dan menjawab beberapa pertanyaan dari peserta diskusi yang hadir. Diskusi akan mengulas persoalan yang berkaitan dengan multi-identitas dan radikalisme yang berangkat dari tokoh-tokoh novelnya secara khusus (di Inggris) atau pun problem multi-identitas dan radikalisme yang ia amati di dunia. Diskusi bersama Hari Kunzru akan dipandu oleh aktivis Debra H. Yatim. Acara ini merupakan sebuah kerja sama antara Komunitas Salihara dan British Council. http://www.facebook.com/event.php?eid=133604804549ref=mf Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Fleksibilitas Kesenian (Wawancara dengan Nyak Ina 'Ubiet' Raseuki)
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=811 Berhadapan dengan Ubiet—begitu pemusik ”avant-garde” Nyak Ina Raseuki ini biasa dipanggil—bisa membuat musik terdedah dari berbagai jurusan. Ubiet baru saja pulang kembali ke Tanah Air setelah menyelesaikan pendidikan S-3, meraih gelar PhD dalam etnomusikologi dari University of Wisconsin-Madison, AS dengan disertasi ”Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatera”. Hari Rabu (2/9) petang lalu, ada acara di Komunitas Salihara, Pejaten, Jakarta, menampilkan Ubiet. Beberapa orang yang datang ada yang mengira Ubiet akan menyanyi. Maklum, untuk kalangan tertentu, Ubiet dikenal sebagai penyanyi dengan pendekatan musik dan pengungkapan vokal yang unik. Dalam dunia industri rekaman, dia telah menghasilkan tiga album, yakni Archipelagongs (2000), Music for Solo Performer: Ubiet Sings Tony Prabowo (2006); dan Ubiet Kroncong Tenggara (2007). Dia tampil di beberapa panggung musik seperti ketika Kompas menyelenggarakan ”Megalitikum-Kuantum” tahun 2005. Ia juga pernah mengisi soundtracks film, selain menjadi penyanyi di berbagai kafe. Ternyata, di Salihara petang itu Ubiet tidak menyanyi. Dia menjadi pembicara pada seri diskusi Ramadhan. Ia menyampaikan makalah ”Dua Musik Islami dari Sumatera”—suatu pemikiran yang disarikan dari disertasi doktornya, Being Islamic in Music. Tentang apa disertasi Anda? Disertasi saya tentang kesenian, terutama musik. Saya memilih hanya dua kelompok musik, yaitu Kande di Aceh, laki-laki, penyanyi Rafly yang populer, musik pop; yang satu lagi saya pilih Kerinci di Provinsi Jambi, kelompok musik sike rebana, perempuan, tradisi. Ceritanya, ketika saya menyelesaikan kelas-kelas pada tahun 2000, saya pulang ke sini mau ke Aceh untuk meneruskan (penelitian) sung poetry. Kompleksitas hubungan antara Islam dan sung poetry inilah yang hendak saya perdalami sebagai kelanjutan tesis master saya tentang seudati, salah satu bentuk sung poetry di Aceh. Tetapi, Aceh sedang tidak aman, puncak-puncaknya konflik bersenjata, yang membuat saya tidak bisa datang ke sana. Saya memindahkan penelitian saya ke Kerinci. Dalam kurun 2001-2003, saya bolak-balik ke Kerinci, akhirnya saya memutuskan untuk melihat sike rebana yang sebelumnya saya lihat dalam Festival Istiqlal tahun 1995. Setelah tsunami tahun 2004, Aceh mulai terbuka. Mulai tahun 2005 sampai 2006 saya datang lagi ke Aceh mengamati Kande. Kebetulan Kande ini suatu genre populer dan laki-laki. (Dengan dua contoh itu), yang satu populer dan laki-laki, satu lagi tradisi dan perempuan, mungkin saya bisa membuka kompleksitas hubungan antara Islam dan musik. Hipotesisnya? Saya ketemui di dua kelompok ini ada semacam fleksibilitas atau plastisitas dalam mereka berkesenian, bermusik. Jadi, kesenian itu tidak patuh begitu saja pada formalitas agama. Sementara musik Islami yang kita kenal kebanyakan adalah musik yang menyampaikan pesan melalui lirik yang sifatnya didaktif, berkhotbah. Sedangkan mereka (maksudnya dalam Kande dan sike rebana tadi) tidak karena sumber-sumber mereka bukan hanya Islam, tetapi sinkretisme. Ada Islam, sufisme, bermacam-macam. Dalam satu bagian disertasi saya membandingkan dengan musik pop Islami yang ada di Jakarta, yang nasional. Musik pop Islami yang nasional sifatnya lebih didaktis, menyampaikan pesan-pesan moral, di sana tidak begitu. Sifatnya lebih terselubung, lirik maupun unsur-unsur musiknya. Sementara yang saya lihat pada musik nasional, Islami itu hanya kulit, klipnya misalnya orang berwudu. Jadi, unsur-unsur di luar musik yang dianggap Islami. Apa yang Anda maksud dengan unsur musik? Terutama nada dan juga lirik. Bagaimana nada yang Islami? Ini kompleks. Sike itu berasal dari kata zikir yang artinya puji-pujian kepada Allah. Tetapi, sike rebana bergeser, dia berzikir, tetapi menggunakan Kitab Barzanji yang isinya puji-pujian kepada Muhammad. Isinya sudah bergeser. Liriknya menggunakan, misalnya, satu lagu memakai satu dua kalimat Kitab Barzanji, tetapi sudah diliukkan, diputarbalikkan, sehingga menjadi suku kata tidak bermakna. Lagunya sendiri? Nah, ini juga menarik. Kalau bacaan Quran menggunakan modus skala nada Arab—maqam. Dalam sike itu tidak digunakan. Dia menggunakan lima nada dan dekat dengan skala nada diatonis. Justru pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengidentifikasi ini musik Islami dan yang itu bukan. Sebetulnya, pelabelan musik Islam baru datang sejalan dengan Islamisasi di berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi. Saya rasa itu ada hubungannya. Jadi, semua orang ingin berislam-islam. Saya agak keras mengenai ini dalam ceramah di Salihara. Mungkin ada yang tidak suka. Orang Aceh dan orang Kerinci sepuluh tahun lalu tidak pernah mengatakan, musik mereka Islami. Dengan sendirinya, musiknya sudah Islam karena musik mereka organik, yang tidak perlu diberi label Islam. Tetapi, karena mengerasnya formalitas agama melalui partai-partai
[ppiindia] Diskusi Tentang Islam dan Islamofobia di Dunia Barat
Undangan Diskusi Rabu, 26 Agustus 2009, 18:00 WIB Islam dan Islamofobia di Dunia Barat dengan pembicara Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat). Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim, misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang tak jarang memiliki pemahaman yang keliru terhadap Islam apakah hal ini bersumber dari stereotipe masyarat Barat terhadap Islam atau ada persoalan interaksi umat Islam dengan konteks itu? Diskusi ini terbuka untuk umum, dan disediakan makan malam sebelum diskusi. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797 http://www.facebook.com/event.php?eid=125289979312ref __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Ramadhan Salihara 2009: Pintu-Pintu Islam
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H Agustus dan September 2009 Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat). Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Eropa Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Sinopsis Menyambut Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”. Islam sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak hanya ada satu pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk memberikan pengalaman tersendiri yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di sinilah Islam hadir tidak dalam bentuknya yang monolitik, melainkan selalu tampak sebagai wujud yang pluralistik. Dalam rangkaian diskusi ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu melalui sejumlah kajian: kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang waktu, kajian terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian akan sifat Islami dalam musik. Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat) dan Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Ismail Fajrie Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di ranah antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif yang terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat sejarah sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun sebagai fragmen yang terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan lainnya yang dominan dalam kehidupan kita sebagai modernitas, maka bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang menyimpan tawaran, alternatif dan kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter Benjamin. Sementara Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah dan waktu modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin yang Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu, pemikiran Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep modern adalah teologi yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Dunia Barat Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat). Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim, misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki pemahaman yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika? Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di bidang etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu bersifat populer dan yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai musik Islami baik oleh pelaku maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui kajian musik ini, Ubiet menemukan kehadiran Islam yang lain. Musik dari Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan kompleksitas hubungan antara sumber penciptaan, klaim keislaman dan keberlanjutan musik itu sendiri. Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan buka puasa alakadarnya. http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797 http://www.facebook.com/home.php#/event.php?eid=125289979312ref=ts __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Ramadhan Komunitas Salihara 2009 M/1430 H
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H Agustus dan September 2009 Pintu-Pintu Islam Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat). Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Eropa Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Sinopsis Menyambut Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”. Islam sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak hanya ada satu pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk memberikan pengalaman tersendiri yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di sinilah Islam hadir tidak dalam bentuknya yang monolitik, melainkan selalu tampak sebagai wujud yang pluralistik. Dalam rangkaian diskusi ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu melalui sejumlah kajian: kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang waktu, kajian terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian akan sifat Islami dalam musik. Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat). Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Ismail Fajrie Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di ranah antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif yang terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat sejarah sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun sebagai fragmen yang terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan lainnya yang dominan dalam kehidupan kita sebagai modernitas, maka bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang menyimpan tawaran, alternatif dan kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter Benjamin. Sementara Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah dan waktu modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin yang Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu, pemikiran Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep modern adalah teologi yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Eropa Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat). Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim, misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki pemahaman yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika? Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di bidang etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu bersifat populer dan yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai musik Islami baik oleh pelaku maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui kajian musik ini, Ubiet menemukan kehadiran Islam yang lain. Musik dari Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan kompleksitas hubungan antara sumber penciptaan, klaim keislaman dan keberlanjutan musik itu sendiri. Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan bukan puasa alakadarnya. http://www.facebook.com/event.php?eid=125289979312ref=mf Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Umum Jender, Seni dan Tasauf oleh Amina Wadud di Salihara
Dr. Amina Wadud menjadi muslim berdasarkan pilihan, mengikrarkan syahadat pada tahun 1972. Lahir dan besar di Maryland, Amerika Serikat, ayahnya seorang pendeta Kristen Metodis, dan ibunya merupakan keturunan kalangan budak yang beragama Islam. Selama menempuh pendidikan doktor, Amina belajar bahasa Arab dan studi Quran di Kairo. Dia meraih gelar master dan doktor dalam Studi Quran dan Bahasa Arab dari Universitas Michigan spesialisasi studi dan tafsir Quran. Amina telah menekuni karir intelektualnya selama tiga dekade di empat puluh negara; periset tamu di Harvard University's Divinity School, dosen di International Islamic University di Malaysia, sarjana tamu di Starr King School di Kementrian di Berkeley California, konsultan tamu di International Center for Islam and Pluralism (ICIP) di mana ia melakukan riset tentang Tradisi-tradisi Etik Islam dan Jender. Ia menulis tiga buku termasuk Qur'an and Woman: Re-Reading the Qur'an from a Woman's Perspective—telah diterjemahkan lebih dari setengah lusin bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Buku terakhirnya: Inside the Gender Jihad: Women's Reform in Islam. Dalam Festival Salihara 2009, Amina Wadud akan membawakan tema Jamal, Keindahan Feminin dari Ilahi: Jender, Seni dan Tasauf. Dia akan mengulas dua artibut Ketuhanan: yang maskulin (jalal) dan yang feminin (jamal) dalam ranah Tauhid: konsep keesaan Tuhan. Bagi Amina, tradisi Tasawuf Islam lebih menekankan pada aspek keindahan Allah atau atribut-atribut yang feminin, seperti Mahapenyayang, Mahapengasih, Mahapengampun, dan Mahaindah. Sedangkan tradisi Fiqh dan Kalam lebih fokus pada aspek keperkasaan Allah seperti Mahakuasa, Mahapemarah, Mahapenghakim. Di tengah kerumitan aspek spiritualitas dan identitas saat ini, kuliah ini akan mengajak pemeluk beragama untuk menanggalkan atribut-atribut itu dan menggantinya dengan atribut yang membuat kita aman dan memberikan manfaat bagi kemanusiaan dan planet ini. Lebih-lebih bagi kaum muslim dan agama Islam yang tengah menerima citra negatif melalui tindakan-tindakan destruktif dari “muslim-teroris”; mereka yang kehilangan ruh kasih-sayang, cinta dan ampunan dalam pemahaman dan perbuatan mereka. Dr. Amina Wadud akan menyampaikan kuliah umumnya dalam bahasa Inggris, dengan terjemahan langsung dalam Bahasa Indonesia. Acara ini akan diselenggarakan pada hari Minggu 26 Juli 2009 pukul 19:00 WIB di Serambi Salihara. Terbuka untuk umum dan gratis! Untuk keterangan lebih lanjut, silakan mengirim konfirmasi ke gun...@salihara.org atau kunjungi www.salihara.org. Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi Melan di melan.salih...@gmail.com. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Koran Tempo Menang Lawan Munarman
Selamat untuk Koran Tempo... Koran Tempo Menang Lawan Munarman JAKARTA - Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak seluruh gugatan Munarman terhadap Koran Tempo. Dalam putusannya, majelis menyatakan Koran Tempo telah mengoreksi pemberitaan yang salah sesuai dengan Undang-Undang Pers. Para tergugat tak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, kata ketua majelis hakim Syahrial Sidik di persidangan kemarin. Sebelumnya, Munarman menggugat PT Tempo Inti Media, Koran Tempo, dan The Wahid Institute dengan nilai gugatan Rp 13 miliar. Ia juga meminta agar tanah dan kantor PT Tempo Inti Media beserta isinya disita. Munarman melayangkan gugatan itu terkait dengan pemuatan foto dirinya yang tengah mencekik seseorang pada Koran Tempo edisi 3 Juni 2008. Foto itu juga disertai keterangan bahwa Munarman mencekik seorang anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan pada insiden Monas, 1 Juni 2008. Pada hari terbitnya edisi itu, Munarman membantah berita foto tersebut. Menurut Panglima Laskar Islam itu, pemuda yang ia cekik adalah anggota Front Laskar Islam. Ia mencekik pemuda tersebut untuk mencegahnya berbuat kekerasan. Sehari kemudian, pada 4 Juni 2008, Koran Tempo meralat pemuatan foto itu dan meminta maaf. Menurut Syahrial, pemuatan ralat tersebut telah meluruskan pemberitaan sebelumnya. Ralat juga telah dimuat secara proporsional dan ditempatkan di halaman yang sama dengan berita foto yang dipersoalkan. Koran Tempo juga sudah minta maaf tanpa ada permintaan terlebih dulu dari pihak Munarman, ujar Syahrial. Kuasa hukum Munarman, Syamsul Bahri Radjam, tak puas terhadap putusan tersebut. Pengadilan semestinya menjadi pengontrol kebebasan pers, ujarnya. Kami akan mengajukan banding. Adapun kuasa hukum Tempo, Soleh Ali, menyambut gembira putusan itu. Putusan hakim mengacu kepada Undang-Undang Pers, ujarnya. Pemberitaan Tempo, ia melanjutkan, juga telah mengacu kepada undang-undang itu. Tentu saya menyambut positif, kata Corporate Chief Editor Tempo, Bambang Harymurti, di Balikpapan kemarin. Menurut dia, putusan itu merupakan sinyalemen positif bagi penegakan hukum Indonesia. Lembaga peradilan mulai memperhatikan penggunaan Undang-Undang Pers, katanya. ANTON SEPTIAN | S.G. WIBISONO | DWI WIYANA http://korantempo.com/korantempo/koran/2009/07/16/headline/krn.20090716.171248.id.html Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pentas Tari World-Premiere Hunger of the Land oleh Eiko Koma, New York
Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia) Koreografer dan penari: Eiko Koma, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Hunger of the Land (2009) adalah sebuah pertunjukan tari berdurasi kurang lebih 60 menitHunger of the Land merupakan hasil pengerjaan ulang karya Eiko Koma yang bertajuk Land, karya kolaborasi dengan musisi Native American, Robert Mirabal yang dibuat pada 1991. Land terinspirasi dari saat-saat ketika Eiko Koma berada di Taos, New Mexico, tempat di mana Mirabal dibesarkan dan tinggal. Selama 1000 tahun, Taos telah menjadi wilayah kesukuan Taos Pueblo Indians dan menjadi rumah bagi 2000 orang yang masih hidup dengan tradisi nenek moyangnya. Selain itu, daerah New Mexico ini juga merupakan lokasi percobaan nuklir, yang memungkinkan dilepaskannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Eiko Koma dan Mirabal mengunjungi Hiroshima dalam proses pembuatan Land. Dalam karya Land, Eiko Koma menciptakan sendiri bentang kuno mereka, sebuah situs yang dengan ketekunan telah diimajinasikan secara akttif dan dirasakan secara kinetis oleh para penampil dan penonton. Kini, 15 tahun kemudian, Eiko Koma menggali kembali konsep dan musik dalam Land dan menggabungkan tema kelaparan dari karya terbaru mereka, Hunger (2008). Dalam Hunger of the Land, Eiko Koma menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang kelaparan, bumi pun lapar akan kesuburan dan keintiman. Hunger of the Land merupakan salah satu komponen pertama dari Retrospective Project (Proyek Retrospektif) Eiko Koma setelah bertahun-tahun berkarya dan berkolaborasi dengan beragam perupa. Proyek ini akan melibatkan instalasi hidup, publikasi katalog dan kumpulan DVD, pameran fotografi dan lokakarya. Proyek kilas balik ini dapat membuat Eiko Koma merefleksikan dan mengevaluasi karya serta corak tema yang telah mereka bagi dengan para penonton selama ini. Bentuk dasar Hunger of Land ditampilkan pada musim semi 2009 di Alaska Dance Theater ketika Eiko Koma tengah menjalani residensi sebagai Alaska AIR Fellows, United States Artist Program (Program Perupa Amerika Serikat), dan sebagai bagian dari acara pengukuhan Retrospective Project di Wesleyan University. Dalam Hunger of Land, Eiko Koma akan mengevaluasi, mempertanyakan dan mengkontradiksi sejarah mereka sendiri, sembari terus tampil dan berkarya. Eiko Koma tertarik pada bagaimana bumi teguh dan tekun hidup sambil mengenang masa lalunya. Meskipun tanah Hiroshima diserang manusia, tapi ia tetap hidup – seperti manusia yang berjuang untuk tetap hidup meskipun lapar mendera mereka. Tidak ada yang terlupakan, baik penyerangan atau kelaparan. Justru hal-hal ini telah menjadi bagian penting yang membuat tanah atau manusia terus melanjutkan hidup. Dalam Hunger of the Land, Eiko Koma mempertunjukkan visual pemandangan yang hangus tapi tetap mampu mengasuh yang baru hidup. Karya ini dimulai dengan di sebuah lahan yang khas untuk berkolaborasi tapi akan terus menemukan pemaknaan baru di setiap tempat di mana ia ditampilkan. Penonton akan membawa pengetahuan masing-masing mengenai lahan dan leluhur di setiap tempat sehingga karya ini menjadi karya universal namun tetap spesifik. Hunger of the Land akan ditampilkan perdana pada musim panas 2009 di Teater Salihara 11 dan 12 Juli 2009, di Jakarta, Indonesia, dan di Arts Edge Wolfeboro di Wolfeboro, New Hampshire. Kostum dikerjakan oleh Eiko Koma. Menurut Tony Prabowo, kurator tari Festival Salihara 2009, Eiko Koma terkenal dengan karakter karya yang introspektif dan tragis, layaknya Butoh, aliran avant-garde Jepang. Eiko Koma adalah sedikit dari koreografer Timur yang tinggal di belahan dunia Barat. Karya-karya Eiko Koma bisa dikatakan sebagai bentuk inovasi koreografi Butoh, yang harus mampu bersaing dengan karya-karya modern Amerika Serikat. Pementasan world-premiere Hunger of the Land ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket seharga Rp 100.000,- (dan Rp 50.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa) dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara on-line melalui www.salihara.org. Selain pementasan, Eiko Koma juga akan memberikan workshop tari pada hari Minggu 12 Juli 2009 pukul 10:00 WIB di Serambi Salihara. Gratis! Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi Melan di melan.salih...@gmail.com. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) Menari dengan Bumi (Preview Eiko Koma Hunger of the Land) di TEMPO http://www.facebook.com/note.php?note_id=99389622938id=75670011352ref=share Jadwal Lengkap Festival Salihara di: http://www.facebook.com/event.php?eid=110279770743 Saturday-Sunday, 11-12 July 2009, 08:00 p.m. Dance HUNGER
[ppiindia] Segera Hadir Festival Salihara 2009
Salam, Setelah dibuka pada 8 Agustus 2008, Komunitas Salihara kini menjelang ulang tahun pertamanya. Memperingati hari jadi itu kami menyelenggarakan Festival Salihara 2009, sejak 8 Juli hingga 15 Agustus. Tahun lalu, karena kesiapan tempat memerlukan waktu beberapa bulan sejak pembukaan, Festival Salihara 2008 baru berlangsung sejak pertengahan Oktober hingga pekan pertama Desember tahun lalu, selama tujuh pekan. Festival Salihara 2008 bisa dinilai menuai sukses besar. Ribuan orang bertemu dan berbagi karya kreatif bersama di Komunitas Salihara. 22 kegiatan seni yang melibatkan 800 seniman dan tim produksinya serta dihadiri oleh sekitar 5.000 pengunjung dari beragam profesi dan strata sosial. Sebuah festival ibarat seikat bunga rampai. Ada campuran banyak rupa dan warna, mungkin juga keharuman. Rangkaian semua unsur itu membentuk suatu kombinasi yang padat. Dan sesungguhnya festival ini adalah semacam pemadatan dari kegiatan rutin bulanan Komunitas Salihara menggelar pelbagai kegiatan—mulai dari pertunjukan musik, tari, teater, sastra, maupun diskusi dan kuliah umum. Untuk membuatnya lebih istimewa, kami menampilkan pelbagai kesenian dari jenis dan latar belakang yang lebih beragam. Tahun ini, misalnya, kami mendatangkan koreografer dan penari Eiko Koma dari New York—salah satu dari grup tari terkemuka dunia yang tercantum dalam buku rujukan Fifty Contemporary Choreographers. Kami pun bekerja sama dengan Goethe-Institut Jakarta mendatangkan Selisih Ensemble pimpinan Dieter Mack dari Jerman. Aktor teater kelahiran Inggris, Jennifer Claire, akan membawakan lakon monolog Tolstoy’s Wife. Dari Indonesia, selain mengundang pemusik I Wayan Sadra bersama Ansambel SonoSeni, kami juga akan menampilkan duo gitaris Dewa Budjana dan Tohpati dan kelompok jazz rock Trio Ligro. Sedangkan acara kuliah umum akan diisi oleh Dr. Amina Wadud, yang akan membawakan tema Keindahan Feminin dari yang Ilahi. Selamat menikmati acara-acara Festival Salihara 2009. Sampai jumpa di Komunitas Salihara. Jakarta, Juni 2009 Hasif Amini Direktur Festival Salihara 2009 -- Program Festival Salihara 2009 Rabu, 08 Juli 2009, 19:00 WIB Pembukaan Festival Salihara 2009 TARI Kembang Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Laboratorium Tari Indonesia, Jakarta MUSIK JAZZ Tohpati Dewa Budjana, Jakarta Khusus Undangan Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia) Koreografer dan penari: Eiko Koma, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 14-15 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh Christian Utz ensemble on_line, Austria di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) 16 Juli – 15 Agustus 2009, 10:00-19:00 WIB Pameran Seni Rupa PERANG, KATA DAN RUPA Aminudin T. H. Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin Nurrahman, Putu Sutawijaya, R. E. Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, Yustoni Volunteero Pembukaan: Kamis, 16 Juli 2009, 19:00 WIB di Galeri Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 17-18 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh TimeTable Percussion Trio, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 21-22 Juli 2009, 20:00 WIB Tari SUARA NENG, koreografer: Nur Hasanah, Jakarta Tari MERAH, koreografer: Asri Mery Sidowati, Jakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2009, 20:00 WIB Jazz musikalisasi puisi oleh Denise Jannah, Belanda-Suriname di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Minggu, 26 Juli 2009, 19:00 WIB Kuliah Umum JAMAL, KEINDAHAN FEMININ DARI YANG ILAHI: JENDER, SENI DAN TASAWUF Pembicara: Amina Wadud, Kalifornia AS di Serambi Salihara GRATIS Selasa-Rabu, 28-29 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh I Wayan Sadra Ansambel SonoSeni, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Minggu, 02 Agustus 2009, 20:00 WIB Musik oleh Dieter Mack Selisih Ensemble, Jerman di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 07-08 Agustus 2009, 20:00 WIB Teater HOLOCAUST RISING Sutradara: Rukman Rosadi | Saturday Acting Club, Yogyakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Selasa, 11 Agustus 2009, 20:00 WIB Wayang Ringkas BANJARAN KARNA Dalang: Ki Purbo Asmoro, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu,
[ppiindia] Kuliah Umum Humanisme dalam Pemikiran Islam di Salihara
Kuliah Umum Humanisme dalam Pemikiran Islam “Humanisme dalam Pemikiran Islam” ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam keilmuan Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang mempertahankan disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi al-Fikr al-‘Arabi (Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka membaca perkembangan ide humanisme di Barat? Tiga topik awal dari Seri Kuliah Umum Memikirkan Ulang Humanisme telah terselenggara secara sukses, dengan peserta kuliah membludak; “Humanisme Klasik Hingga Posmodern” oleh Bambang Sugiharto, “Humanisme dan Anti-Humanisme” oleh Budi Hardiman, serta “Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” oleh Goenawan Mohamad. Dan topik terakhir ini Humanisme dalam Pemikiran Islam akan diulas oleh Luthfi Assyaukanie dosen filsafat dan pemikiran Islam di Universitas Paramadina. Hadiri topik keempat sekaligus akhir dari seri kuliah umum bulan ini, pada hari Sabtu 27 Juni 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara. Gratis! Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Guntur di 0815-1319-1313, atau kunjungi www.salihara.org. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Telepon: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=739 Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pertunjukan Aruk Gugat oleh Teater Satu (Grup Teater Terbaik 2008)
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=735 Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo. Teater Satu Lampung mempersembahkan Aruk Gugat. Catatan Proses Kreatif Aruk Gugat Lakon “Aruk Gugat” adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton. Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mungkinkah membuat sebuah karya pertunjukan yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua lapisan dan kelas sosial masyarakat? Apakah mungkin dicapai suatu bentuk artistik dan estetik pertunjukan yang bisa diterima dan dimengerti secara umum? Apakah esensi dari sifat-sifat universalitas di dalam karya seni (pertunjukan) itu? Mungkinkah membuat sebuah pertunjukan yang tidak terlalu sukar dilakukan namun memiliki kualitas artistik dan estetik yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua penonton? Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk “Warahan Aruk Gugat” yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan menjawab—pertanyaan-pertanyaan di atas. Penciptaan repertoar “Warahan Aruk Gugat” ini bersumber dari sastra lisan Lampung yang disebut “Warahan”, yakni salah satu bentuk sastra tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk, Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus. Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita. Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, “Warahan Aruk Gugat” dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai dongeng—melainkan kemungkinan-kemungkinannya dikembangkan sebagai pertunjukan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dalam proses eksplorasi oleh Tim Artistik Teater Satu, bentuk Warahan ini dipertemukan dengan bentuk-bentuk pertunjukan teater modern yang telah berkembang dan dikenal oleh Teater Satu sebelumnya. Maka, dilakukanlah upaya-upaya identifikasi peran/tokoh, karakterisasi, artistik, aktualitas cerita, untuk memperkaya bentuk pertunjukan Warahan yang telah pernah ada sebelumnya. Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini, unsur-unsur artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap setia pada ekspresinya sebgai “SANDIWARA KAMPUNG”. Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar “Warahan Aruk Gugat” memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori yang selama ini dianggap sebagai “sisi gelap” dalam perkembangan “ke-ber-adaban” masyarakat (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa hidup di wilayah perkotaan) justru dihidangkan. Samasekali bukan untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan sebelumnya. Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali “ke-kampungan”, yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik, budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. Iswadi Pratama Sutradara Sinopsis Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup. Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai
[ppiindia] Kuliah Budi Hardiman tentang 'Humanisme dan Para Kritikusnya'
F. Budi Hardiman pengajar filsafat di program pasca sarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkata akan memberikan kuliah tentang Humanisme dan Para Kritikusnya di Serambi Salihara 13 Juni 2009 pukul 16.00. Kuliah ini merupakan rangkaian kuliah umum tentang Humanisme di Komunitas Salihara. Pada Sabtu pekan lalu, Bambang Sugiharto, pengajar filsafat di Universitas Parahyangan dan Institut Teknologi Bandung telah mengulas tema pertama tentang Humanisme Dulu dan Kini. Dan F Budi Hardiman akan mendiskusikan tema kedua tentang fenomena munculnya “Humanisme dan Anti-Humanisme”. Tema kedua ini diharapkan mengulas dua subtema utama. Pertama, bagaimana humanisme muncul sebagai ide yang melakukan kritik terhadap agama sehingga lahir varian-varian humanisme: sekuler, ateistik, dan eksistensialis. Kedua, mengapa muncul gelombang kritik--khusunya dari gelombang posmodern--terhadap humanisme yang disebut “anti-humanisme”? Untuk membahas tema ini, F Budi Hardiman yang telah menulis makalah sebanyak 22 halaman akan mendiskusikan tema yang sangat menarik ini. Dan bagaimana konsep F Budi Hardiman atas apa yang ia sebut sebagai Humanisme Lentur untuk keluar dari eksklusivitas konsep humanisme tersebut? Ikuti kuliahnya di Serambi Salihara. Mengikuti kuliah ini tidak dipungut biaya sedikit pun. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=733 Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Acara CERPENIS+… di Teater Salihara
CERPENIS+… Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana Teater Salihara Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB GRATIS Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini menampilkan sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur publik di luar lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan pekerjaan sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai seorang gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja sebagai redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario film; dan Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya hidup urban. Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap karya sastra mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara” masing-masing lewat karya-karya mereka? Hadiri dan simak penampilan mereka di Teater Salihara. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709 Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah 'Humanisme Klasik Hingga Posmodern' (Bambang Sugiharto)
Kuliah Umum Humanisme Klasik Hingga Posmodern Tema humanisme selalu menarik untuk dipercakapkan, meskipun terkesan banyak pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak usang. Untuk itulah, Komunitas Salihara ingin menghadirkan selengkap mungkin perbincangan tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari klasik hingga posmodern. Sebuah buku yang berjudul Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan yang berasal dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas Parahyangan Bandung (September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk mengulas tema penting ini. Tema “Humanisme Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta perbincangan ini, untuk memberikan relevansi memperbincangkan tema humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku di atas: isu yang silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman? Bukankah ada semacam gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai sebuah capaian modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin mematikan terhadap humanisme, yang dikenal sebagai “anti-humanisme”? Bagaimana refleksi kekinian terhadap perjalanan sejarah humanisme ini, dari klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam perubahan-perubahan radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan bahwa—mengutip tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai serangan terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga”? Acara pertama dari Seri Kuliah Umum bulan Juni ini akan diadakan pada hari Sabtu, 6 Juni 2009 pukul 16:00 WIB di Ruang Serambi Salihara dengan tema pertama Humanisme Klasik Hingga Posmodern dengan pembicara Bambang Sugiharto guru filsafat di Universitas Parahyangan Bandung. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. (Tempat parkir terbatas.) http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=713 Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Salihara bulan Juni 2009
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709 Workshop, Masterclass dan Konser Musik Kontemporer POW Ensemble, Belanda Selasa-Kamis, 2-4 Juni 2009, 09:00-17:00 WIB WORKSHOP KOMPOSISI dan MASTERCLASS GITAR di Serambi Salihara dan Teater Salihara GRATIS Untuk pendaftaran, hubungi Cantus di 021-750-3161 Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB Konser STRANGE ATTRACTORS di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB CERPENIS+… Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009, 20:00 WIB Teater ARUK GUGAT Teater Satu, Lampung di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Seri Kuliah Umum MEMIKIRKAN ULANG HUMANISME di Serambi Salihara GRATIS Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme Klasik Hingga Posmodern Pembicara: Bambang Sugiharto (dosen filsafat di Universitas Parahyangan, Bandung) Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dan Anti-Humanisme Pembicara: F. Budi Hardiman (dosen filsafat di STF Driyarkara) Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer Pembicara: Goenawan Mohamad (esais dan peminat filsafat) Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Islam Pembicara: Luthfi Assyaukanie (koordinator Jaringan Islam Liberal) Sinopsis Konser STRANGE ATTRACTORS POW Ensemble, Belanda Teater Salihara Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Dua buah komputer dan sebuah gitar elektrik, dimainkan oleh musisi-musisi berkelas vituoso, menciptakan sebuah dimensi bunyi unik yang merangkai kejernihan musikal dengan kekayaan bebunyian dan tekstur. Gitar elektrik merupakan suatu intrumen hibrida yang memiliki sifat setengah akustik, setengah elektronik. Sebagai penyeimbang kedua dunia, gitar menjadi pasangan yang cocok untuk seluruh rangkaian komputer. Komputer, sebagai pengolah efek yang kompleks dan canggih, mampu memanipulasi dan mengubah bunyi gitar, jauh lebih baik dari efek-efek biasa yang dihasilkan seperti distorsi. Komputer-komputer yang ada juga dapat berfungsi sebagai suatu ansambel yang menghasilkan bebunyian yang kaya. Tiap komputer yang digunakan memiliki satu set speaker, begitu pula dengan gitar elektriknya. Dengan demikian, tercipta atmosfer semi-akustik yang memberikan seluruh instrumen kualitas jernih dan intim khas musik kamar. Sebuah suatu terobosan baru dalam cakupan musik kamar abad 21! POW Ensemble, dibentuk pada tahun 2001 oleh komponis/saksofonis asal Belanda Luc Houtkamp, merupakan sebuah ansambel kamar abad 21, yang menggunakan perangkat elektronik dan komputer sebagai intrumen musik. Musik elektronik dan musik komputer bukan merupakan suatu gaya musik, tetapi memiliki potensi untuk bergerak di antara banyak gaya dan tradisi musik, dan dapat melompati batas-batasnya. Para musisi mempergunakan improvisasi, pemrosesan langsung, dan interaksi dengan instrumen musik lain, baik elektronik maupun akustik. Dengan menghubungkan komputer kedalam suatu jaringan interaktif, para musisi dan instrumen saling berinteraksi satu sama lain. Selain Luc Houtkamp (komputer, elektronik), anggota lain adalah Guy Harries (komputer, elektronik) dan Wiek Hijmans (gitar elektrik). Dalam pementasan Strange Attractors, POW Ensemble akan membawakan karya-karya Alwynne Pritchard, Gabriel Provokiev, Chad Langford, Tomohisa Hashimoto, serta karya Luc Houtkamp dan Guy Harries. Sebelum pementasan, akan diadakan lokakarya komposisi dan kursus gitar oleh POW Ensemble, selama tiga hari berturut-turut di Serambi Salihara dan Teater Salihara. Gratis dan terbuka untuk umum! Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Cantus di 021-750-3161. Program ini didukung oleh Netherlands Funds for Performing Arts+ (NFPK+). CERPENIS+… Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana Teater Salihara Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB GRATIS Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini menampilkan sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur publik di luar lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan pekerjaan sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai seorang gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja sebagai redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario film; dan Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya hidup urban. Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap karya sastra mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara” masing-masing lewat
[ppiindia] Undangan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional
Dengan Hormat Dalam rangka peringatan hari Kebangkitan Nasional, Teater Utan Kayu (TUK) mengundang Anda untuk ikut serta memperingati hari bersejarah ini bersama-sama. Rencananya akan hadir Boediono (calon wakil presiden) dan akan diisi renungan hari Kebangkitan Nasional oleh Laksmi Pamuntjak (Budayawan) dan berdoa bersama Musdah Mulia (ketua umum Indonesia Conference on Religion and Peace, ICRP) serta musik lagu perjuangan oleh Jamaica Cafe. Acara akan diselenggarakan pada, Hari, tanggal : Rabu, 20 Mei 2009 Jam : 10.30 – 12.30 (diakhiri makan siang bersama) Tempat : Gedung STOVIA Museum Kebangkitan Nasional Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26 Jakarta Pusat (samping Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto) Kami tunggu kehadiran anda. Terima kasih. Teater Utan Kayu Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kabar dari Utan Kayu: Dari Raja Belgia buat 68H
Dari Raja Belgia buat 68H Santoso, Heru Hendratmoko, dan Eni Mulia bertolak ke Brussel, ibu kota Kerajaan Belgia, Jumat sore pekan lalu. Tiga serangkai petinggi Kantor Berita Radio 68H, Jakarta, itu menerima King Baudouin International Development Prize 2008-2009 di hadapan 400 orang tamu undangan di Istana Raja Belgia, Selasa pekan ini. Selain itu, radio ini mendapat 150 ribu euro, atau sekitar Rp 2,1 miliar. “Kami akan menggunakannya untuk pengembangan radio, pembangunan listrik tenaga matahari, dan kegiatan yang menunjang penyebaran informasi,” ujar Direktur Utama Radio 68H Santoso. Penghargaan King Baudouin yang dianugerahkan dua tahun sekali itu diberikan kepada orang atau organisasi yang aktif memberikan kontribusi kepada pembangunan di negara-negara berkembang. Nah, Radio 68H dinilai ikut serta memajukan demokrasi dengan cara menyebarkan informasi secara luas ke berbagai daerah di Indonesia. The King Baudouin Foundation berdiri di Brussel sejak 1976. Lembaga ini mulai memberikan penghargaan dua tahun kemudian. Menurut pernyataan pers dari panitia, penghargaan juga diberikan kepada pendukung pemerintahan yang bersih, transfer teknologi, dan perlindungan terhadap penggiat hak asasi manusia. Pemenang penghargaan sebelumnya antara lain tokoh pendidikan untuk kalangan bawah di Brasil, Paulo Freire, dan tokoh pengembangan ekonomi kerakyatan dari Bangladesh, Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank. Kantor Berita Radio 68H adalah lembaga pertama di bidang penyebaran informasi yang menerima penghargaan ini. Ketika memasukkannya sebagai nomine, panitia penghargaan King Baudouin mengirim kru televisi Belgia untuk meliput aktivitas Radio 68H. Selain merekam kesibukan redaksi, tim Belgia juga meliput pembangunan radio korban bencana di Aceh dan Radio Gogali di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Liputan ini diputar di stasiun televisi nasional Belgia bersamaan dengan acara pemberian penghargaan. Sejak berdiri pada 29 April 1999, Radio 68H tak bergantung pada konglomerasi dan pemilik modal. Institut Studi Arus Informasi (ISAI)—lembaga yang bergerak di bidang penyebaran informasi yang berdiri di masa pemerintahan Presiden Soeharto—adalah sponsor berdirinya radio ini. Ketika radio ini berdiri, Soeharto baru setahun tumbang dan demokrasi masih terseok-seok. “Semuanya kami bangun dari bawah,” ujar Santoso. Awalnya, hanya tujuh radio yang menggunakan berita hasil olahan kantor berita ini. Kini, sudah 650 stasiun radio di berbagai daerah di Indonesia dan sembilan negara Asia serta Australia menjadi pemakai berita radio ini. Melalui satelit, Radio 68H menyiarkan langsung program berita radio berupa buletin, Kabar Baru, dan talk show interaktif. Radio di Indonesia yang menyiarkan kabar dari Radio 68H cukup membayar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per bulan, tergantung berita yang mereka ambil, dengan kontrak setahun di muka. Namun, untuk radio komunitas, Radio 68H memberi berita secara gratis. Nama “68H” diambil dari nomor lokasi kantor mereka di Jalan Utan Kayu, Jakarta Timur. Karena dikenal sebagai tempat pergerakan dan penyebaran informasi prokeberagaman—agama, suku, dan kepercayaan—lokasi kantor ini kadang didatangi beberapa kelompok yang tidak setuju dengan sikap mereka. Misalnya, ketika radio itu dianggap berpihak pada Ahmadiyah atas dasar pertimbangan kebebasan beragama, tempat tersebut sempat diancam kelompok yang tidak setuju dengan keberadaan Ahmadiyah. “Tapi kami tetap ada dan menyebar ke seluruh Indonesia serta negara lain, karena kebebasan menyebarkan informasi. Itu yang patut dipertahankan,” ujar Santoso. Ahmad Taufik TEMPO 13/XXXVIII 18 Mei 2009 -- Redaksi KBR68H Jakarta Jl.Utan Kayu No. 68H Jakarta 13120 Telp. 021 859 09948 - 51, Fax 021 858 2430 Email : reda...@kbr68h.com, Website : www.kbr68h.com Marketing KBR68H Jakarta Jl.Utan Kayu No. 49A Jakarta 13120 Telp. 021 851 3386 Ext. 103-106, Fax. 021 851 3002 Email : market...@kbr68h.com, a...@kbr68h.com http://www.kbr68h.com/Utama_All.htm Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Download Buku Ilusi Negara Islam
Salam, Kami baru menerima berita dari Mas Ahmad Suaedy Direktur the Wahid Institute, toko-toko yang menjual buku Ilusi Negara Islam diteror: akan diserbu, dibakar melalui telepon-telepon tak dikenal. Di Gramedia pun buku ini belum sempat beredar. Anda mungkin akan kesulitan mendapatkan buku ini di pasaran. Syukur alhamdulillah, melalui jasa internet, pembredelan dan ancaman untuk sebuah karya tidak akan berhasil sempurna. Kini bagi siapa pun yang ingin membaca buku ini silakan mengunduhnya (download) melalui alamat berikut: http://www.bhinnekatunggalika.org/galeri.html --- Untuk berita peluncuran buku ini Sabtu malam: http://oase.kompas.com/read/xml/2009/05/17/15241171/ilusi.negara.islam.diperbanyak.di.empat.negara - Pers Release Peluncuran buku dan dvd الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمورالدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبيآء والمرسلين سيدنا مجمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين ، اما بعد The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan The Maarif Institute Tokoh Islam Moderat Meluncurkan Buku--Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, dan dan Seri TV/Video--Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin, untuk Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin Jakarta, 16 Mei 2009 JAKARTA, INDONESIA (16 Mei 2009)—Tiga tokoh besar Islam moderat meluncurkan buku dan seri video untuk melestarikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang santun dan toleran berdasarkan nilai-nilai luhur agama, serta mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Program ini juga bertujuan membantu dunia mengatasi krisis kesalahpahaman tentang agama dan kesalahkaprahan pengamalannya yang mengancam kedamaian di mana-mana. Mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya), dan tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus), bersama-sama mengajak dan berusaha mengilhami masyarakat dan para elit untuk bersikap terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa memahami agama secara spiritual dan mendalam. Karena dengan cara demikian pemahaman agama kelompok garis keras yang dangkal dan sempit tidak akan bisa menginfiltrasi dan menghasut bangsa Indonesia untuk mengkhianati nilai-nilai luhur ajaran agama serta tradisi dan budaya bangsanya. “Saya tidak khawatir terhadap non-Muslim atau siapa pun selama mereka terus belajar; yang saya khawatirkan adalah ketika seseorang berhenti belajar dan menganggap kebenaran sudah ada di tangannya dan kemudian menganggap yang lain salah. Sebab, sabda Nabi saw., ‘Orang akan tetap baik-baik saja, tetap pandai selama mau belajar. Ketika orang itu berhenti belajar karena sudah merasa pandai, mulailah dia bodoh’,” (Gus Mus). Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi salah satu medan pertarungan ideologi yang signifikan. Kelompok-kelompok garis keras telah menggunakan simbol-simbol agama untuk merekrut dukungan umat Islam. Dengan menggunakan bahasa yang sama dengan umat Islam pada umumnya, mereka berusaha meraih dukungan atas nama agama sebanyak-banyaknya. Padahal, makna yang mereka pahami jauh berbeda dari makna yang lazim dipahami oleh umat Islam Indonesia. Ketiga tokoh ini menegaskan pentingnya melestarikan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, serta nilai-nilai luhur agama yang menjiwai bangunan bangsa dan negara Indonesia, yang kini dibayang-bayangi oleh infiltrasi paham dan aksi-aksi gerakan transnasional yang meresahkan. Demi tujuan ini, mereka menyerukan persatuan dan kerjasama semua pihak dan lapisan masyarakat, karena kebenaran yang tidak terorganisai bisa dikalahkan oleh kejahatan maupun kezhaliman yang terorganisasi. The Wahid Institute, Maarif Institute, dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika bersama-sama menerbitkan buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, yang merupakan hasil penelitian lapangan dan konsultasi selama lebih dari dua tahun. Penelitian lapangan yang meliputi 24 kabupaten di 17 propinsi ini melibatkan tak kurang dari 30 peneliti yang kebanyakan berasal dari jaringan UIN/IAIN. Mereka telah melakukan wawancara mendalam terhadap 591 responden yang berasal dari 58 kelompok dan organisasi yang berbeda. Buku ini juga dilengkapi dengan hasil konsultasi dengan para ulama, intelektual, aktivis ormas Islam, para pengusaha, praktisi pendidikan, dan pejabat pemerintahan yang merasa prihatin dengan perkembangan gerakan Islam transnasional di Indonesia. Penelitian lapangan dan konsultasi dengan para tokoh ini berhasil mengungkap asal-usul, ideologi, agenda, dana, sistem, dan jaringan gerakan Islam transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Di samping rekomendasi untuk menghadapi dan mengatasi gerakan garis keras, buku ini juga menyajikan counter teologis atas klaim-klaim telogis mereka. “Studi ini kami lakukan dan publikasikan untuk mengbangkitkan kesadaran seluruh komponen bangsa, khususnya para elit dan media
[ppiindia] Kuliah Umum Salihara 'Memikirkan Ulang Humanisme'
Kuliah Umum Salihara Juni 2009 Memikirkan Ulang Humanisme Komunitas Salihara menggelar kembali rangkain kuliah umum berjudul “Memikirkan Ulang Humanisme”. Tema ini menarik dan penting untuk dipercakapkan, meskipun terkesan banyak pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak usang. Untuk itulah, kami ingin menghadirkan selengkap mungkin perbincangan tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari klasik hingga posmodern. Sebuah buku yang berjudul “Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan” yang berasal dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas Parahyangan Bandung (September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk mengulas tema penting ini. Tema “Humanisme Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta perbincangan ini, dan mungkin yang lebih penting apa pentingnya atau relevansinya memperbincangkan tema humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku tadi “isu yang silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman”? Bukankah ada semacam gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai sebuah capaian modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin mematikan terhadap humanisme yang dikenal sebagai “anti-humanisme”. Bagaimana refleksi kekinian terhadap perjalanan sejarah humanisme ini, dari klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam perubahan-perubahan radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan bahwa—mengutip tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai serangan terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga? Sementara tema “Humanisme dan Anti-Humanisme” diharapkan mengulas dua tema utama: pertama bagaimana humanisme muncul sebagai ide yang melakukan kritik terhadap agama sehingga lahir varian-varian humanisme: sekuler, ateistik, dan eksistensialis. Kedua mengapa muncul gelombang kritik terhadap humanisme yang disebut “anti-humanisme”? Tema “Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” adalah sebuah pelacakan terhadap percakapan humanisme dalam pemikiran tokoh-tokoh Indonesia seperti: Soekarno, Hatta, Syahrir Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer. Bagaimana kelima orang ini memahami humanisme dan menuangkannya dalam karya-karya mereka, serta bagaimana mereka memandang dan menggagas Indonesia melalui perspektif humanisme. “Humanisme dalam Pemikiran Islam” ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam keilmuan Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang mempertahankan disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi al-Fikr al-‘Arabi (Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka membaca perkembangan ide humanisme di Barat? Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme Klasik Hingga Posmodern Bambang Sugiharto Dosen Filsafat di Universitas Parahyangan Bandung Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dan Anti-Humanisme F Budi Hardiman Dosen Filsafat di STF Driyarkara Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer Goenawan Mohamad Budayawan Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Islam Luthfi Assyaukanie Koordinator Jaringan Islam Liberal Seluruh kegiatan akan dilaksanakan di Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Anda yang tertarik mengikuti kuliah umum ini silakan daftarkan diri anda: nama lengkap, institusi, dan alamat kontak: telepon/email, kirimkan ke gun...@salihara.org, kami membatasi tempat untuk 60 orang. Mengikuti kegiatan ini tidak dipungut biasa sedikit pun. http://www.salihara.org Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Komunitas Salihara Mei 2009
Program Komunitas Salihara Mei 2009 Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG Sutradara: Edwin di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB Tari LELANGEN BEKSAN Padneçwara di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB Peluncuran dan Diskusi Buku DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru di Serambi Salihara Gratis 15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) Teater TANDA CINTA Teater Koma di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka di Serambi Salihara GRATIS Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON Sincronie, Italia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Reservasi dan Informasi: Natalie 0817-077-1913 Nike 0818-0730-4036 Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 www.salihara.org SINOPSIS Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan “Most Outstanding Performance” se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan “Outstanding Performance Award” tingkat internasional (mewakili Indonesia dan benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah Asosiasi Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, Reynaldo Reyes, dan Constance Keene. Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi “Anugerah Musik Indonesia 2004”, dan yang salah satu lagunya menduduki peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, Taiwan, 2nd dan 3rd UPH National Piano Competition. Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit Sutradara: Edwin Teater Salihara GRATIS Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir hantu.
[ppiindia] Pembukaan V Film Festival di Komunitas salihara
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=15id=197item_id=671 V Film Festival yang merupakan ajang festival film perempuan internasional pertama di Indonesia akan dibuka besok Selasa 21 April di Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Rangkaian acara pembukaan akan dimulai dengan Peluncuran Komik 'Cerita Si Lala' dan pertunjukan menggambar oleh Tita Larasati pada pukul 16.00 WIB. Pada malam harinya pukul 18.00 akan ada pertunukan musik akustik bersama Mian Tiara. Sedangkan sebagai film pembuka akan diputar sebuah film dari Perancis berjudul Water Lilies karya Celine Sciamma yang berdurasi 83 menit. Pemutaran film akan dimulai pukul 20.20 WIB Water Lilies bercerita seorang gadis menuju proses pendewasaannya lengkap dengan situasi lingkungan di mana semua orang sibuk berkompetisi. Tokoh protagonis dalam film ini adalah tiga orang perempuan berusia 15 tahun yang mengalami cinta pertama mereka dengan tiga cara yang berbeda. Water Lilies merupakan debut sutradara Céline Sciamma (27 tahun) dan dibintangi oleh para pendatang baru; Pauline Acquart, Louise Blachère, Adèle Haenel dan Warren Jacquin. Setelah pemutaran perdana di Cannes Film Festival 2007, Sciamma dan pemain-pemain filmnya dipuji sebagai para pendatang baru yang paling menjanjikan dalam festival tersebut. Acara Festival ini akan berlangsung sampai tanggal 26 April, beberapa film Indonesia dan luar negeri akan diputar, dan akan digelar juga, diskusi dan workshop. Mengikuti tiap acara Festival ini tidak dipungut biaya sedikit pun dan terbuka untuk umum (kecuali acara pembukaan pukul 18.00 khusus undangan) JADWAL ACARA VFILMFEST 2009 Selasa 21 April 2009 16.00 Launching Komik 'Cerita Si Lala' Drawing Performance by Tita Larasati 18.00 Pembukaan V Film Festival, Festival Film Perempuan Internasional Musik akustik oleh Mian Tiara 20.20 Opening Film Water Lilies (Celine Sciamma, Perancis, 2007, 83') (khusus undangan) Rabu 22 April 2009 17.00 Film Pendek Maya, Raya, Daya (Nan T. Achnas, Indonesia, 2008, 10') Mereka Bilang Saya Monyet (Djenar Maesa Ayu, Indonesia, 2007, 90') 20.00 Film Pendek (Bukan) Kesempatan yang Terlewat (Lasja F.S, Indonesia, 2006, 10') The Education of Shelby Knox (Marion Lipscutz, Rose Rosenblatt,USA, 2005, 90’) Kamis 23 April 2009 17.00 Program Film PERTARUHAN 20.00 Film Pendek THe Matchmaker (Cinzia Puspitarini, Indonesia, 2006, 10’) Fiksi (Mouly Surya, Indonesia, 2008, 110') Jumat 24 April 2009 15.00 Diskusi Youth and Sexuality 17.00 Program Film GENDER MONTAGE 20.00 Film Pendek The Big Day (Keke Tumbuan, Indonesia, 2006, 10') In Mom's Head (Carine Tardieu, Perancis, 2007, 95’) Sabtu 25 April 2009 09.00 Round Table Discussion Feminist Film Theory 19.00 Program Film THE GIRLS TALK 21.00 Perempuan Girli (Rosana Yuditia Ripi, Indonesia, 2008, 19’) Sweeping Addis (Corrine Kuenzli, Switzerland, 2006, 50’) Minggu 26 April 2009 10.00 Workshop Produksi Film Berwawasan Gender 15.00 The Allround Reduced Personality-Redupers (Helke Sander, Jerman, 95') 18.00 Closing Film Mother Beast Mother Human (Helke Sander, Jerman, 1998, 63') Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: http://festivalfilm.multiply.com/ http://salihara.org Ening Nurjanah (Direktur): 0818866625 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ppiindia] Undangan Pembukaan Pameran Seni Rupa, Pembacaan Sastra dan Diskusi Centhini
Salam, Teman-teman yang budiman, Mengingatkan kembali, Komunitas Salihara mengharap kehadiran anda untuk hadir dalam acara Enam Pekan Perempuan di Salihara, yang akan dilanjutkan besok dan lusa dengan acara: (1) Pembukaan Pameran Seni Rupa, Jumat 3 April pukul 19.00 WIB karya-karya yang akan dipamerankan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi. (2) Acara akan dilanjutkan pukul 20.00 WIB dengan Pembacaan Karya Sastra, mereka adalah Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A, Nukila Amal, dan Oka Rusmini dan dilanjutkan keesokan harinya Sabtu 4 April dengan jam yang sama. (3) Sabtu 4 April pukul 16.00 di Serambi Salihara akan ada diskusi Serat Centhini dengan pembicara Elisabeth Inandiak (sastrawan Prancis dan pengarang Centhini Kekasih yang Tersembunyi) dan Junannah MS (Dosen bahasa Arab UII Jogja) moderator Nong Darol Mahmada Jangan lewatkan acara Enam Pekan Perempuan di Salihara ini. Sekian dan terima kasih Rama Thaharani Public Relations Komunitas Salihara http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=655 Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009
Salam, Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum. Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak. Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di Serambi Salihara. Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua nomor tari karya Andara
[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009
Salam, Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum. Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak. Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di Serambi Salihara. Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua nomor tari karya Andara
[ppiindia] Program Komunitas Salihara April 2009
Salam, Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum. Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak. Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di Serambi Salihara. Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua nomor tari karya Andara
[ppiindia] Massa FPI Bentrok dengan Warga Tanah Tinggi
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/03/26/1/205046/massa-fpi-bentrok-dengan-warga-tanah-tinggi Massa FPI Bentrok dengan Warga Tanah Tinggi Kamis, 26 Maret 2009 - 15:50 wib Dadan Muhammad Ramdan - Okezone JAKARTA - Rencana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Baladewa, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, pada 29 Maret 2009 yang menghadirkan Gus Dur dan Gus Nuril dilarang kelompok wahabi antimaulid Front Pembela Islam (FPI). Menurut Soleh, ketua panitia maulid nabi dari Pengajian Taman Hati Tanah Tinggi pimpinan Gus Nuril, massa FPI yang berjumlah 50 orang datang secara tiba-tiba dan masuk ke pemukiman warga sekira pukul 14.50 WIB, Kamis (26/3/2009). Soleh mengatakan, mereka meminta warga agar kegiatan maulid yang menghadirkan Gus Dur itu tidak dilaksanakan. Dalam aksinya, massa FPI juga merusak poster dan spanduk peringatan maulid. Mereka nyelonong masuk ke kampung-kampung dan meminta acara maulid dibatalkan, ujar Soleh ketika dihubungi okezone. Bahkan, aksi sweeping FPI tersebut sempat diwarnai bentrokan dengan warga setempat. Beruntung RT/RW dan tokoh masyarakar setempat segera menengahi sehingga aksi dapat dihentikan. Saat ini, kata Soleh, sebagian massa FPI masih berada di rumah ketua RT/RW setempat untuk menyelesaikan masalah ini. Soleh mengaku keberatan dengan tindakan massa FPI yang demikian. Padahal, kata dia, pihak panitia sudah mendapatkan izin kegiatan dari kepolisian setempat dua hari yang lalu. Kami sedang berkoordinasi dengan pihak RT/RW dan aparat kepolisian untuk membereskannya, ujar Soleh dengan nada kesal. Sebelum mendatangi warga, massa FPI berdemo di Mapolsek Johar Baru. Mereka menuntut Kapolsek agar tidak memberikan izin penyelenggaraan peringatan maulid nabi. Saat dikonfirmasi, Kapolsek Johar Baru, Bunda Theresia belum memberikan penjelasan lebih lanjut. Maaf saya masih di jalan, nanti saja dihubungi lagi, pungkasnya. (ram) ___ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni Pertemuan terakhir. Orang Belanda dalam Film-film Indonesia Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00 Pembicara: Eric Sasono Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu Jakarta Selatan Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. *** Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya, stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Gratis http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597 Berselancar lebih cepat dan lebih cerdas dengan Firefox 3 http://downloads.yahoo.com/id/firefox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni Pertemuan terakhir. Orang Belanda dalam Film-film Indonesia Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00 Pembicara: Eric Sasono Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu Jakarta Selatan Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. *** Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya, stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Gratis http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597 ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Diskusi Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera
Diskusi Utan Kayu-Salihara Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera Siapa Menemukan “Dunia Baru”? Selasa 24 Maret 2009, pukul 19.00 WIB Teater Utan Kayu (TUK) Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Pembicara Prof. Dr. Gusti Asnan Moderator Bonnie Triyana Melalui versi sejarah konvensional, bangsa Eropa yang menemukan “Dunia Baru”. Sejarah petualangan melalui lautan dimulai pada tahun 1487 oleh pelaut Portugis Bartolomeu Diaz (1450-1500) ia pun ditahbiskan sebagai orang pertama yang mengelilingi Tanjung Harapan, ujung selatan Afrika. Sepuluh tahun kemudian Vasco Da Gama (1469-1525) setelah menelusuri jalur Diaz, berhasil menyeberangi Samudera Hindia, dan membuka jalur perdagangan pertama ke arah Timur melalui laut. Versi yang paling populer: Christoper Colombus (1451-1506) “menemukan” Amerika pada 12 Oktober 1492. Namun versi ini gugur setelah dilakukan penelitian sejarah petualangan bahari. Gavin Menzies dalam 1421-Saat China Menemukan Dunia (Alvabet, 2007) membeberkan bukti tanggal 8 Maret 1421, armada laut terbesar yang pernah ada di China telah memulai penjelajahan mengelilingi dunia: sampai di Amerika tujuh puluh tahun sebelum Colombus, dan tiba di Australia tiga ratus lima puluh tahun sebelum Cook. Seluruh petualang laut Eropa yang pernah melakukan pelayaran terjauh mereka baru dimulai di akhir abad ke-15 atas jasa petunjuk peta yang menurut Menzies, hanya pelaut China yang memiliki kemampuan membuat peta yang akurat, melalui pencapaian teknologi pelayaran saat itu. Tak hanya artefak arkelogis, atau jejak bahasa dan budaya yang disuguhkan oleh Menzies untuk membuktikan pengaruh kehadiran pelaut China di suatu kawasan, hasil tes DNA pun disertakan. Dengan dilandasi bukti-bukti kuat Menzies membatalkan kleim “bangsa Eropa menemukan Dunia Baru” dengan membentangkan pelayaran bangsa China yang digdaya. Namun apakah hanya bangsa China yang berjaya di lautan? Ternyata bangsa kita: Indonesia yang dulu dikenal sebagai Nusantara telah mencapai dan meninggalkan jejak yang nyata hingga di Afrika. Robert Dick-Read dalam The Phantom Voyagers: Evidence of Indonesian Settlement in Afrika in Ancient Times—diterjemahkan Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, Mizan 2008—antara abad ke-5 dan ke-7, pelaut kita telah mendominasi pelayaran Asia, hingga ke Afrika, dan yang lebih penting: pelayaran niaga bangsa China banyak bergantung pada jasa pelaut Nusantara. Bagaimana kita membaca ikhtiar rekonstruksi sejarah dunia melalui penjelajahan samudera ini? Ikuti diskusinya bersama Prof. Dr. Gusti Asnan yang meraih gelar doktor sejarah dari Universitas Bremen Jerman dan disertasinya diterbitkan Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera (Ombak 2007), kini guru besar sejarah di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Moderator Bonnie Triyana Siapa Menemukan “Dunia Baru”? Rekonstruksi Sejarah Penjelajahan Samudera Teater Utan Kayu, Selasa 24 Maret 2009, pukul 19.00 WIB GRATIS http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=599 Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=619 Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau Jean Couteau seorang budayawan dan penulis asal Prancis yang lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali akan memberikan kuliah di Serambi Salihara Sabtu 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB. Jean Couteau akan mengulas salah satu topik dari rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” yaitu “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”. Judul ceramah yang akan dipresentasikan oleh Jean Couteau adalah “Representasi Indonesia dan Bali dalam Ikonografi Barat”. Dalam makalah tersebut akan diulas bagaimana suatu korpus gambar―yaitu lukisan yang dibuat para seniman Barat pada masa penjajahan—mencerminkan representasi-representasi sosial yang umum hadir pada waktu itu di kalangan orang Eropa/Belanda tentang Indonesia. Dengan lain kata, korpus gambar, dilihat dari sudut isi tematisnya, dianggap mengandung suatu “ideologi”, nyata maupun terselubung, sadar maupun tidak sadar, yang merefleksikan situasi sosio-politik yang berlaku pada waktu yang bersangkutan. Jean Couteau akan mengulas gambar-gambar yang dibuat oleh orang Eropa dari abad ke-17 hingga gambar-gambar yang dilukis oleh Spies, Claire Holt, Colin Mac Phee, Margaret Mead, Gregory Bateson, Bonnet, Le Mayeur, Blanco, dan lain-lain tentang Indonesia khususnya orang Bali. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Silakan konfirmasi terlebih dahulu dengan mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057. Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara
Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16:00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Untuk konfirmasi silakan kirim ke email gun...@salihara. org atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 Gratis = Konser oleh Dwiki Dharmawan dkk. Topeng Jazz mendemonstrasikan serpihan “praktik perubahan” dalam kesenian yang sedang berjalan di Indonesia. Bagaimana kesenian tradisional yang menentukan ciri khas suatu lingkungan budaya mampu—atau tak mampu—menyongsong tuntutan kebangsaan baru lewat kreativitas. Dwiki Dharmawan adalah salah satu musisi yang selalu gelisah, saat ini banyak memusatkan perhatiannya pada ragam-ragam kesenian tradisional dalam mengembangkan ide dan inovasi baru. Salah satu di antaranya: mengambil tari topeng dan meramunya dengan jazz, yang menurutnya: perpaduan nasionalisme dan internasionalisme. Dalam pementasan Topeng Jazz, Dwiki Dharmawan akan melibatkan penari topeng Uum Sumiati, serta sejumlah pemusik seperti Titi Aksan (drums), Eugen Bounti (klarinet/saksofon alto), Donny Kuswinarno (saksofon tenor/flute), Bang Sa'as (suling), serta Ade Rudiana (kendang). Dwiki Dharmawan, lahir di Bandung 19 Agustus 1966. Belajar piano klasik di usia 7 tahun, di usia 13 tahun mulai belajar musik jazz. Di usia 17 tahun mendirikan Grup Krakatau yang sampai saat ini terus berkeliling dunia dan tampil pada berbagai konser dan festival internasional, seperti Montreux Jazz, North Sea Jazz, Toronto Jazz, Vancouver Jazz, Festival Cervantino, dan Sziget Festival. Tampil juga pada berbagai tempat seni pertunjukan terkemuka seperti Lincoln Center, Chicago Cultural Center, Esplanade, Beijing Concert Hall, serta Beijing National Center for the Performing Arts. Selain seorang pemusik, Dwiki juga Direktur Lembaga Pendidikan Musik Farabi dan anggota komite musik Dewan Kesenian Jakarta. Hari/tanggal: SABTU, MARET 14 , 2009 Waktu : 20:00 WIB (Tempat parkir terbatas.) Harga tiket: Umum (Rp) 5 Mahasiswa (Rp) 25000 Reservasi dan informasi: Asty 0817-999-5057 Laly 0812-8008-9008 Nike 0818-0730-4036 Selamat berakhir pekan di Salihara :) www.salihara.org Kutipan dari makalah Widjajanti: Dari Borneo sampai Batavia Seabad imaji orang Cina dalam sastra Indis-Belanda “Tanpa orang Cina kami pasti banyak kekurangan. Kendati demikian kami menganggap rendah pemakan daging anjing itu”. Kalimat itu ditulis W. A. van Rees dalam memoarnya, yang diberi judul Novellen; levensschetsen en krijgstafereelen. Herinneringen uit de loopbaan van een Indisch Officier (Novela, memoar dan adegan perang; Kenangan dari karier seorang perwira Indis-Belanda) yang diterbitkan tahun 1881. Kali pertama saya membaca kalimat ini, saya heran dan tersinggung. Heran karena tidak mengerti, karena apa orang Cina dikatakan pemakan daging anjing? Saya sendiri masih bisa dikelompokkan orang Cina―mengenai ini, marilah kita nanti berdiskusi―tetapi tidak pernah makan daging anjing, sebaliknya saya tahu ada kelompok etnis lain yang gemar makan daging anjing, karena di pesta orang Manado saya pernah disuguhi rendang daging anjing. Orang Cina tidak suka makan daging anjing. Mereka suka daging babi. Kita sudah menyinggung berbagai stereotipe di sini! Hal kedua yang saya herankan, adalah bahwa ternyata dari ungkapan Van Rees, “kami”, yang tidak lain adalah orang Belanda, ternyata menganggap rendah orang Cina. Padahal setahu saya―stereotipe lagi!―orang Cina merupakan “anak emas” orang Belanda dan selalu diberi hak-hak istimewa. Kok bisa dianggap rendah? Yang lebih mengherankan lagi, adalah bahwa sosiolog J. A. A. van Doorn, yang memuat pernyataan Van Rees dalam bukunya De laatste eeuw van Indië. Ontwikkeling en ondergang van een koloniaal project (Abad terakhir Hindia, pertumbuhan dan keruntuhan sebuah proyek kolonial, 1994) menyatakan bahwa apa yang ditulis Van Rees “mengungkapkan dengan gamblang apa yang hanya berani dipikirkan orang lain”. Berarti bahwa secara umum, orang Belanda
[ppiindia] Undangan Pembukaan Pameran Karya Hanafi
Pameran Tentang Ruang dan Bayang ini berlangsung pada tanggal 6-26 Maret 2009 pukul 10:00-19:00 WIB di Galeri Salihara Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Anda kami undang pada acara pembukaannya, di hari Jumat, 6 Maret 2009 pukul 19:00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Asty di 0817-999-5057. Pameran tunggal seni rupa ini akan menjadi pameran pertama yang diselenggarakan di Galeri Salihara tahun ini, setelah pameran seni rupa Dari Penjara ke Pigura yang merupakan acara grand launching Galeri Salihara, Oktober tahun lalu. Karya-karya yang akan dipamerkan adalah lukisan dan instalasi terbaru karya Hanafi. Pameran Tentang Ruang dan Bayang bermula dari gagasan tentang bayang. Bagi Hanafi, “bayang” mengandung dua pengertian: (1) kenangan atau hal yang muncul dalam pikiran, dan (2) sebagai shadow atau bayang-bayang secara harafiah. Berdasarkan pengertian pertama, Hanafi mencoba melukiskan kembali banyak hal yang melintas dalam pengalaman hidupnya di masa lalu yang selalu bekerja kembali di dalam proses kreatifnya. Dalam gelap muncul bayang-bayang yang kemudian menjelma warna dan rupa. Berangkat dari pengertian kedua, Hanafi ingin mengukur diri, melihat kembali batas-batas dirinya, yang terlihat dari bayang. Baginya, bayang mencerminkan objek karena bayang memang setia dan tidak pernah jauh dari objek. Hanafi lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 5 Juli 1960 dan kini bermukim di Depok, Jawa Barat. Ia pernah belajar di Sekolah Seni Rupa Yogyakarta. Pameran tunggalnya yang mutakhir (2007) antara lain Enigma di O House Gallery, Jakarta dan Home of Images di Museu d’Art de Girona, Spanyol. Sebelumnya ia pernah pula memamerkan karyanya Study for Distance di Barcelona, Spanyol (2002) dan Toronto, Kanada (2001). Pameran Tentang Ruang dan Bayang ini berlangsung pada tanggal 6-26 Maret 2009 pukul 10:00-19:00 WIB di Galeri Salihara. Anda kami undang pada acara pembukaannya, di hari Jumat, 6 Maret 2009 pukul 19:00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Asty di 0817-999-5057. -- This solo exhibition will be the first to be held at Galeri Salihara this year, after the exhibition From Prison to Frame that inaugurated the gallery in October last year. The works to be on exhibit are the latest paintings and installation works by Hanafi. The exhibition Of Spaces and Shadows has its germination in the idea of “shadow”. For Hanafi, the word “shadow” has two connotations: (1) thoughts and memories that pass through the mind, and (2) the literal meaning which is, exactly, shadow. As to the former, Hanafi puts his thoughts and recollections that are always at work in his creative process on to the canvas. There appear shadows in the dark that later emerge as forms and colors. As to the later, Hanafi attempts to make a measurement of himself, to see his own boundaries, as reflects the object since it always accompanies and never strays away from the object. Hanafi was born in Purworejo, Central Java, 5 July 1960, and now lives in Depok, West Java. He studied in Indonesian Art School in Yogyakarta. His latest solo exhibition are, among others, Enigma at O House Gallery in Jakarta and Home of Images in the Museu d’Art de Girona, Spain. He has previously exhibition his works Study for Distance in Barcelona (2002) and Toronto (2001). Opening: Friday, 6 March 2009 at 7:00 PM Free Admission 6-26 March 2009, 10:00 AM - 7:00 PM Information: Asty 0817-999-5057. ___ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE DALAM SENI” Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, Pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) === MOHON KONFIRMASI Kawan-kawan yang budiman Kami berharap konfirmasi anda sekali lagi untuk keperluan: menyiapkan tempat (acara akan digelar di ruang serba guna salihara yang hanya memuat 70 orang) namun dari undangan melalui facebook sudah lebih 170 orang yang ingin datang, kemungkinan besar akan dipindanh ke teater salihara yang berkapasitas 230 orang. Selain itu menyiapkan penggandaan makalah nanti. Untuk itu, kami berharap anda mengirimkan konfirmasi lagi ke email gun...@salihara.org atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 Sekian dan terima kasih Mohamad Guntur Romli Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam “Rangkain Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Dalam tema “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. Dalam “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan erotisme. Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Sabtu, 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia). Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatan http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=585 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Komunitas Salihara Maret 2009
Salam, Komunitas Salihara akan menghadirkan acara-acara kesenian dan pemikiran yang bermutu di bulan Maret ini. Rangkaian kegiatan tersebut akan dibuka Pamerang Seni Rupa karya Hanafi yang mengambil tema Tentang Ruang dan Bayang yang akan berlangsung di Galeri Salihara dari tangal 6-26 Maret 2009. Kami undang anda untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar Jumat 6 Maret pukul 19:00 WIB... Untuk membaca kegiatan Komunitas Salihara di Bulan Maret 2009 selengkapnya silakan klik: http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=575 Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pertunjukan di Salihara: Kung Fu Dancing Entre Deux
Kung Fu Dancing Entre Deux JUM'AT, 27 FEBRUARI 2009 - SABTU 28 FEBRUARI 2009 Li Yuang Shang dan Compagnie Eolipile Mengapa menonton film kung fu sepertinya lebih mudah dibanding menonton tari kontemporer? Pertanyaan ini memicu munculnya keinginan Lin Yuang Shang untuk menggarap koreografi kontemporer berdasarkan kung fu. Kung fu berasal dari Tao yang disebarluaskan oleh Lao Tse pada 500 SM. Tao memperkaya praktik seni persilatan, yang mengiringi eksplorasi energi. Pada awalnya, Kung Fu Dancing merupakan pesanan teater Le Bateau Feu untuk keperluan kreasi artistik dan pengajaran. Karya ini akan dibawakan sendiri oleh Lin Yuang Shang. Entre Deux (“di antara”), menampilkan penari perempuan asal Barat Caroline Desmaison yang akan menerjemahkan karya koreografer asal Asia Lin Yuang Shang. Karya ini didasarkan pada riset mengenai tema horisontal dan vertikal, serta filosofi Yi King mengenai perubahan di masa kini yang sifatnya abadi. Di dalam labirin kehidupan, penari bergerak di antara dua kondisi; pasrah dan bebal, jatuh dan vertigo, antara kenikmatan yang liar dan perjuangan. Seperti jiwa atau ingatan, ia tampak berada pada masa lalu, masa kini dan masa depan pada saat yang bersamaan. Pementasan di Teater Salihara ini merupakan hasil kerjasama antara Komunitas Salihara dan CCF Jakarta. Date and time: JUM'AT, FEBRUARI 27 , 2009 / 20.00 WIB SABTU, FEBRUARI 28 , 2009 / 20.00 WIB Ticket Price: Umum (Rp) 5 Mahasiswa (Rp) 25000 Reservation: Asty 0817-999-5057 Nike 0818-0730-4036 Laly 0812-8008-9008 www.salihara.org = Kung Fu Dancing Entre Deux FRIDAY, FEBRUARY 27 TH, 2009 - SATURDAY, FEBRUARY 28 TH, 2009 Li Yuang Shang and Compagnie Eolipile Why does it seem much easier to watch a kung fu film than contemporary dance? This question inspires Lin Yuang Shang to create a contemporary choreography based on kung fu. Kung fu comes from the Tao, founded by Lao Tse in 500 BC. Tao enriches martial arts practice, which accompanies energy exploration. Previously, Kung Fu Dancing was a commission from the theater Le Bateau Feu for artistic creation and teaching aid. This dance is performed by Lin Yuang Shang himself. Entre Deux (“in-between”), presents Western female dancer Caroline Desmaison who is going to interpret the work of Asian choreographer Lin Yuang Shang. This dance is based on a research about horizontality-verticality, and Yi King philosophy about the eternal flux of the present. Within the labyrinth of life, the dancer moves in between two states: self-renouncement and obstinacy, fall and vertigo, between wild ecstasy and fighting. Like a soul or memory, she seems to belong to the past, present, and the future at the same time. The forthcoming performance at Teater Salihara is a collaboration between Komunitas Salihara and CCF Jakarta. Date and time: FRIDAY, FEBRUARY 27 TH, 2009 / 20.00 WIB SATURDAY, FEBRUARY 28 TH, 2009 / 20.00 WIB Ticket Price: Umum (Rp) 5 Mahasiswa (Rp) 25000 Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi: Radikalisasi di Sekolah Negeri
Diskusi Komunitas Utan Kayu-Salihara Selasa 24 Pebruari 2009, pukul 19.00 WB Di Teater Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur Radikalisasi di Sekolah Negeri Dalam acara Hari Ulang Tahun Sekolah (LUSTRUM) di SMUN ternama di Yogyakarta, di tahun 2006 dan 2007, para siswi dilarang tampil bernyanyi. Pasalnya ada anggapan yang tumbuh subur di sekolah itu “suara perempuan termasuk aurat”. Di SMUN di Sumatra Barat, ajaran intoleran dikembangkan via “ekskul” keagamaan. Salah satu doktrin yang disebarkan, “Kita harus percaya kepada saudara seiman sampai terbukti mereka tidak baik. Akan tetapi dengan lain iman, wajib berprasangka buruk dulu, sebelum terbukti mereka baik dan tulus”. Di SMUN Cianjur ditemukan Pelatihan “Tentara Tuhan” yang pekat dengan langgam beragama yang penuh kemarahan dan difasilitasi oleh pihak sekolah secara resmi. Beberapa temuan di atas adalah cuplikan hasil penelitian “Kaum Muda dan Regenerasi Gerakan Keagamaan Fundamentalis di Sekolah Umum” (2008) yang dilakukan oleh Farha Ciciek dkk. Secara umum penelitian yang diadakan di tujuh kota (Padang, Jakarta, Pandegelang, Cianjur, Cilacap, Yogyakarta dan Jember) mencatat bahwa kekuatan berbagai kelompok fundamentalis di sekolah umum negeri telah cukup mapan. Fenomena di atas tidak terlepas dari perubahan sosial politik yang terjadi di tanah air dalam beberapa dasawarsa belakangan. Di sekolah-sekolah umum negeri tersebut, pada umumnya proses “fundamentalisasi” diawali dengan kegiatan dan pendekatan informal. Dalam perkembangannya upaya “formalisasi” dilakukan. Dalam hal ini organisasi ekstra kulikuler keagamaan merupakan ujung tombak proses ini. Ikuti diskusinya dengan Farhah Ciciek (aktivis, peneliti, dan konsultan isu agama dan jender) dan Azyumardi Azra (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah dan pakar pendidikan). Farhah Ciciek, aktivis, peneliti dan konsultan isu agama dan gender. Saat ini menjadi associate pada Semarak Cerlang Nusa: Consultancy, Research and Education for Social Transformation ((SCN CREST). Selain melakukan penelitian, ia terlibat dalam advokasi masyarakat (terutama komunitas pesantren dan sekolah). Hasil penelitiannya bersama Tim bertajuk Proses “Konservatisasi Agama” di Sekolah Umum tahun 2008, akan dipresentasikan dalam diskusi ini. Pada tahun 2005, terpilih sebagai salah satu dari “1000 Peace Women” yang dinominasikan untuk NoblePeacePrize. Azyumardi Azra, pemikir islam pembaru, sejarahwan, mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, dan sekarang menjadi direktur pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, mendapat gelar doktor dari Universitas Colombia, Amerika Serikat dengan disertasi, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Tidak dipungut biaya ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK
Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK Komunitas Utan Kayu mengundang anda hadir dalam acara Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra yang akan diselenggarakan di Teater Utan Kayu (TUK), Rabu 18 Februari 2009 pukul 14.00 WIB. Acara ini diadakan untuk mendiskusikan buku Menoleh Silam Melirik Esok karya JJ Kusni (anggota Lekra) yang diterbitkan oleh Ultimus Bandung Februari 2009. Akan hadir sebagai pembicara JJ Kusni (Pengarang) dan Taufiq Ismail (Pengulas) dan Ikranegara sebagai moderator. Dalam diskusi ini nanti, kami mengundang tokoh-tokoh dari Manifes Kebudayaan dan Lekra serta organisasi-organisasi yang terlibat polemik di Indonesia tahun 60-an. Seperti Joesoef Isak, Amarzan Loebis, Goenawan Mohamad, Putu Oka Sukanta, Amrus Natalsya, dan lain-lain. Kami juga berharap sastrawan dan aktivis generasi muda hadir dalam acara ini untuk memberikan komentar dan tanggapan baik atas polemik yang pernah terjadi antara Manifes Kebudayaan dan Lekra atau dalam dialog ini nanti. Kami tunggu kehadiran anda di Teater Utan Kayu (TUK), Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Salam, Mohamad Guntur Romli === Buku ini menarik untuk dibaca bagi mereka yang ingin menilik lebih jauh perselisihan sastra di Indonesia di tahun 1960-an—yang umumnya disederhanakan sebagai “polemik antara Lekra dan Manikebu”. Ia dimulai dengan statemen Taufiq Ismail untuk menyambut “perdamaian total”, atau “rekonsiliasi” antara kedua “kubu” itu. Dengan bahasa yang santun dan jelas, Kusni menyusun jawabannya terhadap statemen Taufiq Ismail. Maka sebuah dialog tampaknya kembali dibuka—meskipun saya tak tahu pasti apakah dengan demikian kita akan bisa menyaksikan sebuah “rekonsiliasi”. Sangat mungkin yang terjadi adalah sebuah daur ulang—meskipun tak berarti hanya sia-sia. Goenawan Mohamad dalam Pengantar di buku ini. Sebuah audit dendam akan berkepanjangan dan tak jelas kesudahannya. Dan dari kuburnya Marx dan Lenin tetap saja mengulurkan rantai kesumat yang di Indonesia ujungnya masih membelit bangsa. Saya menyarankan perdamaian total, lebih maju selangkah ketimbang rekonsiliasi. PERDAMAIAN TOTAL. Rantai dendam yang membelit bangsa itu harus segera dipotong habis. Taufiq Ismail Tentang Rekonsiliasi, Tentang Perdamaian Total Dogmatisme, keusangan, kerapuhan, dan kekeroposan terjadi baik pada kalangan kiri dan maupun golongan kanan JJ. Kusni Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Rangkaian Kuliah tentang Stereotipe di Salihara
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE” Setiap Sabtu tanggal 7, 14, 21, dan 28 Maret 2009 di Komunitas Salihara Stereotipe adalah prasangka terhadap jenis atau watak orang dalam golongan tertentu. Stereotipe bisa positif dan negatif, namun keduanya bukan sebagai kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif bertingkat-tingkat, dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam “Rangkain Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Dalam tema “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. Dalam “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan erotisme. Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral: mabok, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Sabtu, 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia). Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatanwww.salihara.org, salih...@yahoogroups.com Pemerintahan yang jujur bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Tari Kontemporer oleh Danang Pamungkas: Song of Body
Song of Body adalah ekspresi dan eksplorasi pemahaman tentang esensi gerak tubuh di mana pusat energi tubuh manusia mengawali gerak, yang mengalir bagai air dan menyatu seiring sirkulasi nafas dan energi dari dalam bumi. Sebagai komposisi, tarian ini juga berusaha merekam suasana kejiwaan ketika berada di jantung alam yang hidup bebas sekaligus mengandung paradoks. Suasana indah yang sekaligus mencekam dan sedikit menakutkan. Danang Pamungkas adalah penari dan koreografer asal Surakarta. Belajar tari secara formal di Institut Seni Indonesia, Surakarta, selain di keraton Mangkunegaran. Ia pernah terlibat dalam pementasan beberapa karya Sardono W. Kusumo, Ki Slamet Gundono, dan Sen Hea Ha. Karya kolaborasi yang pernah dibuatnya adalah Spring in Solo dengan Pappa Tarahumara Dance Theater asal Jepang, Monteverdi's Orfeo dengan English National Opera, London, serta The Coronation of Poppea dengan Shubert Theater, Boston dan English National Opera, London. Danang adalah seorang koreografer kontemporer yang tergolong produktif; saat ini ia masih tergabung dalam Cloud Gate Dance Theater of Taiwan. Dalam pementasan Song of Body, Danang Pamungkas akan tampil bersama penari Rianto, dan didukung oleh penata cahaya Sugeng Yeah serta musik Philip Glass Song and Poems for Solo Cello. Date and time: SENIN, FEBRUARI 02 , 2009 / 20.00 WIB SELASA, FEBRUARI 03 , 2009 / 20.00 WIB Ticket Price: Umum (Rp) 3 Mahasiswa (Rp) 15000 Untuk pesan tiket hubungi Asty 0817-999-5057 http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=1id=16item_id=553 Pamer gaya dengan skin baru yang keren. Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru sekarang! http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teat er Utan Kayu
Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teater Utan Kayu Komunitas Salihara-Utan Kayu akan menyelenggarakan diskusi buku Kembalinya Politik, Kamis 22 Januari 2009 pukul 19.00 WIB. A. Setyo Wibowo SJ, Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan Rizal Mallarangeng, Direktur Eksekutif Freedom Institute akan menjadi pembahas. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang pemikiran politik kontemporer yang diterbitkan oleh Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Diskusi ini berangkat dari realitas politik di Indonesia dewasa ini yang telah menjadi semacam kata olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan duit. Buku “Kembalinya Politik” berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan saja, namun manusia sebagai “makhluk politik” yang terus mencari filsafat: yang mencintai kebenaran sebagai ujung dari pejalanan hidup manusia. Buku ini melancarkan kritik yang tajam terhadap individualisme, liberalisme dan kapitalisme yang menurutnya bertentangan dengan konsep “kebebasan politik”. Hingga konsep demokrasi yang dituding “radikal”, karena menganggap demokrasi sebagai “penanda kosong”. Romo Setyo akan memberikan ulasan secara kritis terhadap buku ini, sedangkan Rizal Mallarangeng sebagai tokoh politik liberal di Indonesia akan memberikan jawaban-jawaban terhadap kritik dari buku Kembalinya Politik ini. Sementara Robertus Robert dari Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) akan menjadi moderator. Diskusi ini akan digelar di Teater Utan Kayu, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=549 ___ Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas. Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang. http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pementasan Teater Gandirik di Salihara (Sidang Susila)
TEATER GANDRIK Sidang Susila Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat—ditetapkan secara sah dan meyakinkan. “Dengan berlakunya Undang-undang Susila ini, maka secara konstitusional kita telah menjadi bangsa yang bermoral dan bertata susila,” demikian ditegaskan oleh tokoh Jaksa. Maka segeralah disusun Garis-garis Besar Haluan Moral Negara, di mana segala macam bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. Segera Susila disidang, diperlakukan sebagai pesakitan yang menjijikkan. Dia dianggap lebih berbahaya dari psikopat. Susila didakwa berlapis-lapis, agar masyarakat tahu betapa berbahayanya penjahat susila seperti dia. Tapi sesuatu terjadi di luar rencana. Banyak masyarakat yang kemudian menjadikan Susila sebagai ikon perlawanan. Susila dianggap pembangkang yang berani menentang Undang-undang Susila. Alih-alih menjadi pesakitan, di mata sebagian orang, Susila malah dianggap idola. Sementara itu banyak tokoh—seperti Hakim, Jaksa, Pembela, Kepala Keamanan—berusaha mencari kesempatan dari “poyek susila” itu. Bahkan sebagian dari mereka berusaha menyembunyikan perilaku amoral dan asusila mereka dengan kepura-puraan yang adil dan beradab. Lakon Sidang Susila karya Agus Noor dan Ayu Utami ini akan dibawakan oleh Teater Gandrik (Yogyakarta) yang dipimpin oleh Butet Kartaredjasa. Waktu: KAMIS, 15 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB JUM'AT, 16 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB SABTU, 17 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB Harga tiket: Umum (Rp) 10 Mahasiswa (Rp) 5 Untuk informasi lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=533 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Butet: Sidang Susila Lebih Segar
Pementasan Sidang Susila di Teater Salihara 15-17 Januari ini akan lebih segar. Demikian janji Butet Kartaredjasa, pimpinan sekaligus aktor Teater Gandrik saat ditemui di Kedai Salihara hari ini (14 Januari 2009). Naskah Sidang Susila yang ditulis oleh Ayu Utami dan Agus Noor ini pernah dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 21-21 Pebruari tahun lalu. Waktu itu pertunjukan tersebut menuai sukses besar. “Secara garis besar memang tidak banyak perubahan dari pementasan tahun lalu, namun pertunjukan kali ini akan disegarkan melalui celetukan, humor, sindiran dan percakapan spontan,” kata Butet. Sidang Susila adalah parodi terhadap “Undang-undang Porno” yang telah disahkan oleh Pemerintah akhir bulan Oktober 2008. Pada pementasan tahun lalu, Undang-undang yang melahirkan kontoversi dan penolakan di mana-mana ini masih berbentuk rancangan undang-undang dan mengalami perubahan besar. Versi pertama diusulkan bernama Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP), namun di tengah perjalanan istilah “pornoaksi” ditolak dan dihapus. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dari pihak Pemerintah yang sebelumnya kokoh menolak Undang-Undang ini akhirnya menerima usulan rancangan terbaru yang konon telah diperbaiki. Di DPR, pengesahan Undang-undang ini sangat alot dan diboikot oleh dua fraksi, PDI-P dan PDS. Setelah disahkan Undang-undang ditolak diterapkan di beberapa wilayah seperti Bali, Menado, Papua, dan NTT. Perjalanan dan perkembangan terakhir “Undang-undang Porno” ini memberikan bahan-bahan bagi pertunjukan Sidang Susila di Teater Salihara. “Kita kan tahu, ada yang sangat mendukung Undang-undang Porno, tapi di rumahnya menyimpan Majalah Playboy, ini sangat menarik bagi kita dan akan dimasukkan agar pertunjukan sekarang lebih segar” kata Butet. “Selain itu, ada perkembangan politik, ekonomi dan sosial di Indonesia yang bisa ditambahkan, seperti terdakwa kasus pembunuhan Munir yang justru lepas dan masih banyak lagi tema-tema lain, nah kekuatan pertunjukan ini terletak pada spontanitas, sindiran, celetukan dan humor, “ tambah Butet. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=541 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan: Mimbar Seribu Harapan untuk Munir dan Korban di Gaza
UNDANGAN HIDUP ADALAH HARAPAN Mimbar Seribu Harapan Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Penuntasan kasus pembunuhan aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) Munir semakin tidak menentu ketika Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan membebaskan Muchdi PR. Ini berarti, negara semakin toleran atas praktek impunitas, yang secara langsung mengancam jalannya roda demokrasi dan keadilan di tanah air. Sudah saatnya kita mendesak negara untuk menuntaskan kasus pembunuhan Munir. Pada saat yang sama masyarakat sipil di Jalur Gaza Palestina menjadi korban perang. Ratusan anak-anak yang tidak berdosa, sekolah, rumah sakit dan rumah ibadah menjadi sasaran perang. Pasukan pemerintah Israel dan HAMAS memilih menggunakan kekuatan senjata yang mengakibatkan kekerasan terhadap masyarakat sipil. Perang selalu membawa bencana kemanusiaan, perang tidak hanya menghasilkan korban fisik tetapi juga kehilangan harapan dan masa depan. Sementara di tanah air, kita melihat elit-elit politik mempolitisasi korban perang di Jalur Gaza untuk kepentingan pemenangan Pemilu 2009, dan politisasi agama menjadi referensi untuk menilai perang di Gaza. Puisi, orasi, dan doa akan menghiasi ”Mimbar Seribu Harapan, Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Palestina”. Pengisi Acara KH Abdurrahman Wahid, M. Syafii Anwar, Romo Benny Susetyo, Gumirat, Ifdhal Kasim, Nia Dinata, Goenawan Mohamad, Efek Rumah Kaca, Amir Sadewo, Asfinawaty, Muhammad Sobari, Sitok Srengenge, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Pdt Emmy Sahertian, Chalid Muhammad, Dawam Rahardjo, Mira Lesmana, Riri Riza, Iwan Fals, Dewi Lestari, Sr. Eugene, Kemala Chandrakirana, Wardah Hafidz, Karlina Supeli Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Minggu, 11 Januari 2009 Waktu : 15.00-selesai Tempat : Taman Menteng, Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat (ex Stadion Persija Menteng) Penyelenggara Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Wahid Institute, Kontras, Kasum, ILRC, LBH Jakarta, ICRP, Freedom Institute, MADIA, Arus Pelangi, Jurnal Perempuan, Yayasan Paras, HuMa, ICW, Komnas Perempuan, Komnas HAM, Komunitas Utan Kayu (TUK), Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Komunitas Salihara, Green Radio, Kongkow Bareng Gus Dur, Kapal Perempuan, CC GKI Urban Poor Consortium (UPC) Contact Person: Asfinawati (0812-821-8930), Nong Darol Mahmada, Andy Panca, Uli Parulian S , John Muhammad Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta moha...@guntur.name http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Kongkow Gus Dur:Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir dalam Acara Kongkow Bareng Gus Dur dalam topik Nasib Toleransi Beragama dalam Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kala. Topik ini akan berangkat dari laporan the Wahid Institute yang menemukan adanya 232 pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama sepanjang tahun 2008 di Indonesia. Angka ini sangat fantastis apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari laporan Setara Institute (2007) yang menemukan jumlah pelanggaran 'hanya' 137 kasus. Menurut penelitian itu pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama mayoritas dilakukan oleh negara, MUI, dan milis sipil. Mengapa ada peningkatan jumlah pelanggaran di tahun 2008? Bagaimana kebijakan pemerintahan SBY-JK dalam kasus ini? Dan bagaimana masa depan kebebasan beragama di Indonesia? Untuk mengetahui lengkapnya anda bisa hadir dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, Sabtu 10 Januari 2008, pukul 10.00 WIB. Narasumber tamu: KH Nuril Arifin (Pengasuh Pondok Pesantren al-Nuriyah Soko Tunggal, Semarang) dan Dr. Ahmad Rumadi (Peneliti dari the Wahid Institute). Untuk anda yang berada di wilayah Jabodetabek, bisa mengikuti acara ini secara langsung di Green Radio 89.2 FM Jakarta. Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta moha...@guntur.name http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Program Salihara Januari 2009
Salam, Setelah sukses menyelenggarakan Festival Salihara pada bulan Oktober hingga Desember 2008 lalu, Komunitas Salihara kembali menghadirkan program-program kesenian dan pemikiran. Di bulan Januari 2009 ini, kami akan mempersembahkan pementasan teater, musik, dan diskusi buku. Dari tanggal 15 hingga 17 Januari 2009 kami akan menghadirkan Teater Gandrik dari Yogyakarta yang akan mementaskan Sidang Susila, sebuah lakon karya Ayu Utami dan Agus Noor. Cerita ini mengulas sebuah Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat. Dikisahkan bahwa dengan berlakunya Undang-undang Susila ini maka segala macam bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan. Penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila terjadi. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. Lakon ini merupakan parodi terhadap Undang-undang Pornografi yang telah disahkan oleh DPR dan Pemerintah yang hingga saat ini masih menjadi perdebatan dan kontroversi serta aksi-aksi penolakan dari beberapa daerah di negeri ini. Pada tanggal 22 Januari 2009, di Teater Utan Kayu (Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur), kami akan menggelar diskusi buku Kembalinya Politik terbitan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Seperti yang kita ketahui istilah politik di Indonesia dewasa ini telah menjadi semacam olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan uang. Buku ini berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan, namun juga dengan manusia sebagai makhluk politik yang terus mencari filsafat—yang mencintai kebenaran sebagai tujuan perjalanan hidupnya. Buku ini juga melancarkan kritik tajam terhadap individualisme, liberalisme dan kapitalisme yang dianggap bertentangan dengan konsep kebebasan politik. Ikuti diskusinya dengan A. Setyo Wibowo, SJ (pengajar di STF Driyarkara, Jakarta) yang akan memberikan ulasan kritis terhadap buku ini, dan Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute), seorang tokoh pemikiran liberal Indonesia yang akan menjawab kritik dalam Kembalinya Politik. Pada tanggal 23 Januari 2009, di Teater Salihara akan digelar sebuah pergelaran unik: Konser Musik Piano Anak Kontemporer. Konser ini akan menampilkan karya-karya musik piano untuk anak yang ditulis oleh sejumlah komponis kontemporer terkemuka dunia seperti Sofia Gubaidulina, Gyorgy Kurtag, Helmut Lachenmann, Witold Lutoslawski, Toru Takemitsu, dan Anton von Webern. Nomor-nomor musik piano yang akan dibawakan oleh para siswa Konservatorium Musik Jakarta ini mencerminkan kepedulian para komponis besar tersebut terhadap perkembangan dan pengembangan pendidikan musik. Sebagian karya itu masih menggunakan konsep-konsep klasik, dan sebagian lagi menggunakan pendekatan baru yang menarik dalam memperkenalkan estetika bunyi dan suara. Bertindak sebagai pengarah acara dan direktur artistik acara ini adalah pianis Adelaide Simbolon. Oleh karena itu, jangan lewatkan program-program menarik Komunitas Salihara pada bulan Januari 2009 ini. Untuk informasi lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket. Selamat Natal 2008, Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430, dan Selamat Tahun Baru Masehi 2009. Salam hangat, Rama Thaharani Public Relations Komunitas Salihara Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Butuh Kontak Arundhati Roy (the God Small Things)
salam, saya membutuhkan kontak Arundhati Roy penulis novel the God Small Things, jika anda yang memiliki email, nomer telepon, atau email yang bisa dihubungi, saya berharap bisa mengirimkan ke email saya ini terima kasih Mohamad Guntur Romli Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan moha...@guntur.name http://guntur.name/ Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Kongkow Bareng Gus Dur Soal Pembebasan Muchdi
Undangan Kongkow Bareng Gus Dur Soal Pembebasan Muchdi Salam, Acara rutin Kongkow Bareng Gus Dur besok Sabtu 3 Januari 2009 akan membahas dibebaskannya Muchdi Pr di Pengadilan Jakarta Selatan. Kordinator Kontras Usman Hamid akan menemani Gus Dur berbincang-bincang tentang masa depan kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir. Untuk itu kami mengundang anda, dan teman-teman media untuk hadir dalam acara tersebut besok di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta pukul 10.00 WIB Untuk anda yang berada di kawasan Jabodetabek, acara ini disiarkan secara langsung oleh Green Radio 89.2 FM Salam Mohamad Guntur Romli === http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/02/headline/krn.20090102.152537.id.html Aktivis Ungkap Empat Penyebab Bebasnya Muchdi Deputi Koordinator Human Rights Working Group, Chairul Anam, mensinyalir ada empat unsur penyebab bebasnya Muchdi Purwoprandjono dalam kasus pembunuhan Munir. JAKARTA--Deputi Koordinator Human Rights Working Group, Chairul Anam, mensinyalir ada empat unsur penyebab bebasnya Muchdi Purwoprandjono dalam kasus pembunuhan Munir. Keempat hal itu meliputi aspek dendam, surat, uang, dan call data record yang tidak ditelusuri serius oleh majelis hakim. Aspek dendam, hakim tidak mempertanyakan kenapa Muchdi mempunyai dendam terhadap Munir. Dendam itu yang harus dibuktikan, kata Chairul di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan kemarin. Menurut dia, Badan Intelijen Negara sudah punya rencana terhadap Munir. Sejak 1998, kata dia, Suciwati yang tengah mengandung saja pernah diintimidasi. Itu dibuktikan dari keterangan saksi anggota Komando Pasukan Khusus. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu lalu, membebaskan Muchdi, mantan Deputi V Badan Intelijen Negara, dalam kasus pembunuhan Munir. Mereka berpendapat jaksa tak dapat membuktikan dakwaannya, baik primer maupun subsider. Berkaitan dengan aspek surat, Chairul melanjutkan, kejanggalan terlihat dari tidak adanya penelusuran yang cukup terhadap paspor Muchdi yang menyatakan ia berada di Malaysia. Tiba-tiba hakim menulis, paspor itu sah adanya, kata dia. Mengenai masalah uang, menurut Chairul, terpidana kasus Munir, Pollycarpus, disebutkan pernah diberi uang oleh Muchdi sebanyak dua kali lewat Budi Santoso. Namun, majelis hakim menyatakan kesaksian Budi tidak memiliki nilai, dan justru mengambil kesaksian Pollycarpus yang mengaku tidak pernah diberi. Padahal Pollycarpus dipidana karena peristiwa tersebut, kata Chairul. Adapun terkait dengan call data record, masih menurut Chairul, majelis hakim sendiri mementahkan pembicaraan yang diduga terjadi antara Pollycarpus dan Muchdi. Alasannya, tak ada saksi yang memperkuat perbincangan tersebut. Padahal, kata Anam, Muchdi pernah mengakui kebenaran nomor handphone-nya, juga alamat rumahnya. Sementara itu, Soeripto, Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, menilai bebasnya Muchdi akibat dakwaan jaksa dan alat bukti yang diajukan tidak kuat. Jaksa kurang profesional, katanya saat dihubungi Tempo kemarin, Penyiapan dakwaan dan alat bukti harus lebih teliti. Jangan sampai hal itu terulang. DIANING SARI | EKO ARI | RONALD | ELIK | DWI WIYANA http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_persid=822 PUTUSAN BEBAS MUCHDI : Intervensi Sistematis dalam Pengadilan Muchdi Komite Solidaritas Aksi untuk Munir mempertanyakan kredibilitas putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan yang membebaskan Muchdi Purwopranjono sebagai terdakwa pembunuh Munir. Putusan ini telah melukai rasa keadilan dan tidak sesuai dengan komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum dan HAM. Kami menengarai putusan ini sarat intervensi politik. Kami mengkawatirkan jaksa penuntut umum dan majelis hakim bekerja dibawah tekanan berbagai pihak yang berkuasa sehingga independensi dan objektivitas pengadilan dengan mudah digadaikan. Ironis, karena berdasarkan hasil pemantauan persidangan yang kami lakukan, telah terurai benang merah keterlibatan Muchdi PR selaku penggerak/penganjur atas terbunuhnya Munir. Majelis hakim telah dengan sengaja bersikap parsial dengan memilih fakta-fakta yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. Beberapa catatan kami terhadap proses persidangan ini adalah sebagai berikut : Pertama, sejak awal jaksa penuntut umum telah membuat dakwaan dan tuntutan yang lemah. JPU memasukan motif pembunuhan dalam dakwaan dan sejak awal politik penuntutan telah cidera, dengan hanya 15 tahun. Kedua, fakta-fakta di persidangan membuktikan adanya operasi intelejen illegal yang juga melibatkan beberapa anggota BIN. Sebagai bagian dari operasi intelejen, tentunya berbagai tindakan kejahatan dibuat secara tertutup sehingga bukti-bukti petunjuk yang ada seharusnya dapat menjadi pertimbangan untuk membuka kebenaran. Ketiga, pembunuhan Munir merupakan kasus konspirasi. Namun metode pembuktian yang dilakukan oleh Majelis hakim tidak dengan cermat meneliti keterlibatan berbagai pihak tersebut untuk menarik jelas rangkaian konspirasi
[ppiindia] Undangan Peluncuran JP Edisi 60
Jurnal Perempuan edisi 60 (terbit November 2008) bekerjasama dengan Kedutaan Canada mengangkat isu Perempuan dan Perda-Perda Diskriminatif di Indonesia. Para jurnalis Jurnal Perempuan mengadakan penelitian tentang Perda-perda tersebut dari Padang Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, hingga Manokwari Papua Barat. Mayoritas peraturan tersebut berbasis ajaran agama tertentu, yang jelas-jelas membatasi ruang gerak perempuan. Dalam Peraturan tersebut perempuan tak hanya dibatasi pada ruang publik saja, untuk tubuh mereka sendiri, perempuan tidak memiliki otonomi. Atas nama moralitas, agama, dan harga diri perempuan dibentuk menjadi makhluk yang terasing dari dunianya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, mendengarkan masukan dan kritik, maka kami ingin meluncurkan Jurnal Perempuan edisi 60 ini dengan diskusinya. Diskusi Publik dengan Pembicara Rocky Gerung (Dosen Filsafat UI) Happy Salma (Seniman), Dr. Rumadi (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Peneliti di Wahid Institute) Moderator : Mohamad Guntur Romli (Jurnal Perempuan) Waktu dan tempat Kamis, 18 Desember 2008, Jam 12.00 s/d 16.00 di Gedung Joeang 45 – Menteng Raya Jakarta Pusat. *Agenda Acara * 12.00 – 13.00 Registrasi Makan Siang 13.00 – 13.05 Opening 13.05 – 13.10 Kata sambutan dari Perwakilan Kedutaan Canada *) 13.10 – 13.15 Kata sambutan dari Direktur Eksekutif YJP – Mariana Amirrudin 13.15 - 13.25 Orasi Kebudayaan i Gusti Agung Ayu Ratih 13. 25 –13.30 Pembukaan Diskusi oleh moderator 13.30 - 14.30 Presentasi Narasumber 14.30 – 15.30 : Tanya Jawab 15.30 – 16.00 : Coffee break Closing / live entertainment Untuk konfirmasi hubungi : Amalia *(021) 8370-2005 atau Atau SMS ke Mobile Phone : 0815-8248230* Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Diskusi Seni Rupa dan Politik
Diskusi Seni Rupa dan Politik Selasa 16 Desember pukul 16.00 WIB di Ruang Serbaguna Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional), Pasar Minggu Jakarta Selatan Sebagaimana kita tahu, seni rupa modern Indonesia sejak semula tak terpisah dari peristiwa, dan tujuan-tujuan politik. Semangat yang dikibarkan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) misalnya, tak semata perkara estetika, tapi juga sikap anti kolonialisme. Perseteruan antara kecenderungan berkarya ala PERSAGI, dengan kecenderungan lukisan yang kita kenal bergaya MOOI INDIE, adalah contoh lain bagaimana tarik menarik antara kepentingan estetika dan politik. Munculnya kelompok-kelompok seperti Sanggar Rakyat, Sanggar Bumi Tarung, hingga LEKRA merupakan cermin dari kepentingan yang sama. Pameran Dari Penjara ke Pigura yang baru saja selesai dalam rangka Festival Salihara 2008 juga terinspirasi oleh gagasan-gagasan sejumlah tokoh pergerakan yang menolak penjajahan kolonialisme Belanda. Diskusi ini kurang lebih akan bertolak dari pelbagai peristiwa tersebut. Menampilkan pembicara Jim Supangkat, seorang kurator independen, dan salah satu pengagas Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia; Agung Hujatnikajennong, kurator Selasar Sunaryo Art Space, yang berpandangan progresif, dan banyak mengikuti diskusi dan seminar di dalam maupun luar negeri. Berperan sebagai moderator adalah Wicaksono Adi, seorang pemerhati seni rupa yang tajam. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=4id=31item_id=505 Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Wawancara dengan Adonis: Puisi Memerdekakan Kita
Adonis: Puisi Memerdekakan Kita ADONIS namanya. Kelabu rambutnya. Berkibar bagai surai singa tua. Umurnya 78, tapi suaranya—termasuk saat membaca puisi itu di kantor Tempo awal November lalu—masih berdaya. ”Perempuan dan cinta,” kata penyair asal Suriah itu tentang resep awet mudanya. Lama tinggal di Paris, dia terlihat necis dan menyala dengan jas tweed kelabu serta kemeja merah marun. selengkapnya: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=499 Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Adonis, Meretas Sekat dan Batas
”… thus I no longer hesitate to say: / ’the I and the other / are me…” Satu frasa dalam karya Adonis, ”A Desire Moving Through the Maps of the Material” (1986-1987), sudah cukup mengungkapkan pendirian penyair dan esais terkemuka dunia asal Suriah itu tentang ”liyan” (the other) dan ”yang diliyankan”. Bagi Adonis (78), nama pena Ali Ahmad Saapos;id, sejak usia 19 tahun, sang liyan dan sang diri menyatu dalam kesatuan diri; terasing dan diasingkan. Pengasingan tidak berarti secara fisik. Bahasa itu sendiri lahir dalam keterasingan. Seperti banyak intelektual Arab yang tinggal di negara lain, Adonis hidup di antara dua keterasingan; di dalam dan di luar diri. ”I live between the plague and the fire, with my language, with this speechless worlds…,” begitu tulisnya dalam ”The Fall” (dari Songs of Mihyar). selengkapnya di: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=447 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Salihara: Catatan Tubagus P. Svarajati
Seni juga perlu buat merk sebuah kelas, bendera sebuah gengsi. — Goenawan Mohamad SAYA terkesiap, setengah tak percaya pada kenyataan di hadapan saya. Di depan saya adalah satu bangunan megah dengan karakteristik cita rasa urban perkotaan kelas menengah-atas. Itulah Komunitas Salihara. Jumat petang (17/10), setelah seharian perjalanan Semarang—Jakarta yang melelahkan, saya sampai di pekarangan Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Situs kesenian baru itu, konon, dibangun dengan biaya tiga puluh enam milyar rupiah. .. selengkapnya baca di: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=449 ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan Ulang Tahun ke-3 Kongkow Bareng Gus Dur
Ulang Tahun 3 tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H Merawat Kebhinnekaan Kita Disahkannya RUU Porno membuktikan ancaman terhadap kebhinnekaan di Indonesia dalam tahap yang serius. Sebelumnya Perda-perda bernuansa Syariah di Indonesia juga diterapkan secara paksa. Seola-olah tak peduli bahwa Indonesia dibentuk dari keberagaman suku, agama, dan ras. Menyebut Indonesia tidak terbayang adanya satu ras, etnis atau agama yang mendominasi. Berbeda dari negeri Malaysia—yang akan terbayang ras Melayu—bangsa Arab yang didominasi oleh ras Arab. Indonesia adalah kebhinnekaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kini, adanya satu kelompok atau ideologi yang merasa paling benar sendiri, membawa satu model moralitas yang ingin dipaksakan, ingin menyeragamkan Indonesia, dan menghancurkan kebhinnekaan yang menjadi karakter dan identitas Indonesia. Ikuti refleksi 3 tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H, Sabtu 15 November 2008, pukul 10.00-12.00 WIB, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta, bertajuk “Merawat Kebhinnekaan Kita” dengan tokoh-tokoh yang akan bicara: KH Abdurrahman Wahid, Adnan Buyung Nasution, Wimar Witoelar, Goenawan Mohamad, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Romo Mudji Sutrisno, Ibu Pdt. JJ Merino-Krey (Ketua GKI di Tanah Papua), Lies Marcus-Natsir, KH Luqman Hakiem, Ayu Utami, Romo Jus F Mewengkang Moderator: Mohamad Guntur Romli Setelah acara dialog akan ada acara seni, Sdr Gresindo Sinaga dari STT Jakarta akan melagukan Mazmur, dan santri-santri Gus Nuril dari Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal II akan membaca shalawat Nabi. ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pembacaan Puisi Adonis dan Kuliah Umum di Salihara
Salam, Senin 3 November 2008 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara tidak hanya akan digelar kuliah umum dari Adonis, beberapa puisi Adonis juga akan dibacakan sebelum Adonis memberikan ceramah. Puisi-puisinya yang akan dibacakan diambil dari antologi puisi Adonis yang terkenal, Aghani Mihyar Dimasyqi Nyanyian Mihyar dari Damaskus. Sitok Srengenge dan Anya Rompas akan membacakan puisi-puisi Adonis dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Ahmad Mulyadi. Silakan anda hadir pada acara ini, Kuliah Umum Adonis dan pembacaan puisi-puisi Adonis. www.salihara.org Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Umum Adonis: Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi
www.salihara.org Kami mengundang anda untuk hadir dalam Kuliah Umum Adonis yang bertema Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan ini, Adonis, seorang penyair Arab modern akan memberikan kuliah berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi. Acara tersebut akan dilaksakan nanti pada: Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan = Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa serta telah hafal al-Quran. Pada tahun 1944, Adonis membacakan puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat. Di masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). Pada 1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu. Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di tahun 1986 Adonis pindah ke Paris. Adonis telah menulis karya: puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). Ia memiliki karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau, sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab. Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong pembaharuan..Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah sekaligus: sastra dan agama. Di Indonesia Adonis dikenal melalui sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik, dan budaya Arab-Islam. Kubu yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak sekaligus sastrawan yang mengidamkan capaian ciptaan Adonis melakukan perlawanan dan pembongkaran terhadap kubu kemapanan. Walhasil buku ini yang asalnya disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon, dituding sebagai karya seorang “atheis khas Timur”—bukan tidak mengakui secara langsung adanya Tuhan seperti atheisme di Barat, tapi tidak meyakini perantara (wasilah) antara Tuhan dan manusia: baik manusia sempurna yang dikirim oleh Tuhan yang disebut nabi atau rasul, hingga muatan yang dibawa rasul Tuhan itu: agama atau syariat. Tiadanya wasilah itu berarti tidak adanya Tuhan. Antologi Puisi Adonis yang terkenal adalah, Aghânî Mihyâr Dimasyqî diterjemahkan ke bahasa Inggris “Songs of Mihyar the Damamscene”, Al-A'mâl al Syi'riyyah (kumpulan karya lengkap puisi-puisi Adonis, 3 jilid) diterjemahkan ke bahasa Inggris “If Only the Sea Could Sleep”. Beberapa studi Adonis tentang puisi Arab, al-Shûfiyah wal Suryâniyah diterjemahkan ke bahasa Inggris “Sufism and Surrealism”, Muqaddimah li Syi’ir Arabi diterjemahkan “An Introduction to Arab Poetics”. Dalam rangkaian Festival Salihara November 2008, Adonis akan memberikan ceramah umum berjudul “Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi”. Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL