[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Mohamad Ikhsan

Ini saya setuju. Term fundamentalis seharusnya adalah term psikologi
bukan sosiologi. Dan dilepaskan dari stigma agama. karena fanatisme
berlebihan ini, dalam banyak kasus lebih banyak disebabkan
kefrustasian individu/ kelompok yang kemudian disalurkan atau mendapat
titik pijak ideologi. Agama, isme sekedar dijadikan candu untuk
menafikan kefrustasian mereka dengan realitas sesungguhnya. Orang
stress jadi bomber bunuh diri. Pangangguran kemudian bikin laskar
pembela agama, dst, dst. 


Salam, 



--- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote:

 gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi
psikologis (sory kalo ga jago) .  Lepaskan agama apapun yg dianut
Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt
membenamkan 5anaknya ke bak mandi.

   gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan
atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan
uneg-unegnya.  Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin
pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg
jauh dari apa yg pernah dimiliki.  Dia mungkin melihat anak2nya tidak
mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat
dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja 
harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan
suaminya trlalu berat untuk dijalani.

   Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut
yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus
mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU
mengungkapkan.  Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin
orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga
saja) dapat membantunya.  Semoga dengan kasus ini kita makin aware
dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg
tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad)
   
 aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai
kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam
lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya
manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah
hal yang pasti terjadi.
 
 Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
 Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
 Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai
rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya
hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk
pendidikan si anak.
 
 Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
 
 Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman
pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
 
 salam,
 aris
 
 
 Tuduhan Anda sangat menyinggung! Kalau Anda tidak suka dengan kami
karena
 beragama Islam, kami pun sudah faham dan tak usah ditunjukkan!
 
 - Original Message -
 From: Jimmy Okberto 
 To: ppiindiaT 
 
 Sent: Wednesday, June 14, 2006 3:08 PM
 Subject: [ppiindia] Kronologis Pembunuhan
 
  BerAgama belum tentu baik ...
  Inilah hasil dari pengajaran AGAMA itu
 
  Anak sendiri di bunuh ...
  Kasihan sekali
 
  DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia
  Thank you for add
   ck [EMAIL PROTECTED] On friendster
  Direct Line 021.88.32.068 After Hour 021.93.102.213
 
  -Original Message-
  On Behalf Of Endang Tatan
 
 
  Bilih aya anu teuacan maos PR dinten ayeuna..
  mangga nyanggakeun
  tatan
 
  Kronologis Pembunuhan
  BAGAIMANA Ny. AKS membunuh tiga anak-anaknya?. Hasil penelusuran PR
  terungkap, Kamis (8/6) sekira pukul 7.30 WIB, Ny. AKS menyuruh
suaminya,
  H. Iman Abdullah, untuk pergi kerja. Pukul 9.00, pembantunya
datang dan
  ia membawa Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) ke kamar
depan.
  Anak keduanya, Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif (3) nonton TV.
  Pukul 10.00, AKS membekap Umar. Setelah wafat, AKS meninggalkannya.
  Pukul 13.00 WIB, pembantunya di rumah bersama mayat anak bungsunya.
  Pukul 13.30, Nazhif yang sedang menonton TV dibawa ke kamar kemudian
  dibekap. AKS membawa mayat Umar untuk dipindahkan ke kamar belakang,
  disatukan dengan Nazhif.
  Pukul 17.00 WIB, Faras tiba di rumah diantar mobil jemputan sekolah TK
  Zakaria. Faras tampak cerita, dia minta makan. Tersangka 

[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Mohamad Ikhsan

Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
rumah masih kontrak etc. 

Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). 
Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
pressure ini, apapun klaim moralitasnya. 

Jadi sebaiknya memang stop bicara moral

Salam, 


http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10

Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
Ahmad Yunus - detikcom
Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya.

Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan
dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan.

Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah
ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak
bisa.

Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon,
Rabu (14/6/2006).

Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi.
Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya
yang sedang sakit.

Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum
genap berusia setahun.

Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat
bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan
tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal
sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada
itu, tepisnya.

Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai
pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan
banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip
Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja.

Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat
U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga
kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl)



--- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote:

 gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi
psikologis (sory kalo ga jago) .  Lepaskan agama apapun yg dianut
Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt
membenamkan 5anaknya ke bak mandi.

   gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan
atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan
uneg-unegnya.  Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin
pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg
jauh dari apa yg pernah dimiliki.  Dia mungkin melihat anak2nya tidak
mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat
dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja 
harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan
suaminya trlalu berat untuk dijalani.

   Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut
yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus
mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU
mengungkapkan.  Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin
orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga
saja) dapat membantunya.  Semoga dengan kasus ini kita makin aware
dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg
tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad)
   
 aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai
kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam
lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya
manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah
hal yang pasti terjadi.
 
 Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
 Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
 Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai
rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya
hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk
pendidikan si anak.
 
 Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
pembunuhan itu. saya teringat kisah 

RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Listy
sungguh sangat memprihatinkan..
ini pelajaran berharga untuk kita semua..
suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
jangan jauhi mereka..
jangan tinggalkan mereka.. 
tetap genggam tangan mereka..
rengkuh dalam pelukan kehangatan..
jangan putuskan tali silaturahmi..
antara orang tua dan anak..
dimanapun berada..
sesungguhnya sifat kasih sayang..
membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..
 
permisi..

-Original Message-
From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad 
Ikhsan
Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)




Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
rumah masih kontrak etc. 

Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). 
Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
pressure ini, apapun klaim moralitasnya. 

Jadi sebaiknya memang stop bicara moral

Salam, 

http://www.detiknew 
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 
s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10

Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
Ahmad Yunus - detikcom
Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya.

Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan
dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan.

Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah
ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak
bisa.

Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon,
Rabu (14/6/2006).

Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi.
Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya
yang sedang sakit.

Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum
genap berusia setahun.

Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat
bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan
tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal
sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada
itu, tepisnya.

Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai
pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan
banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip
Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja.

Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat
U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga
kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl)

--- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com, josephine 
none [EMAIL PROTECTED] wrote:

 gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi
psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut
Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt
membenamkan 5anaknya ke bak mandi.
 
 gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan
atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan
uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin
pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg
jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak
mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat
dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja 
harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan
suaminya trlalu berat untuk dijalani.
 
 Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut
yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus
mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU
mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin
orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga
saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware
dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg
tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad)
 
 aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai
kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam
lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya
manusia (termasuk saya

[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Lina Dahlan
Aku jg gak ada pendidikan psikologi. Jadi, aku bertanya faktor apa 
yang bisa membuat hati wanita itu berubah ya?

Misalnya, secara fisik gak ada deh wanita yang bilang Ronaldinho itu 
guanteng. Aku juga bilang Ronaldinho gak ganteng. Bahkan temenku 
(ce) dengan kurang ajar bilang Ronaldinho kayak anu deh gitu (ta' 
sensor). Lalu, aku iseng aku ajak temenku itu lihat rumahnya 
Ronaldinho di komputerku, yang mewah banged dipinggir 
pantai. Wooow, kalo begini mukanya Ronaldinho ketutupan deh... 
kata temenku.

DASAR!!

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari 
sisi psikologis (sory kalo ga jago) .  Lepaskan agama apapun yg 
dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-
pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi.

   gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan 
atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-
unegnya.  Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman 
agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari 
apa yg pernah dimiliki.  Dia mungkin melihat anak2nya tidak 
mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat 
dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja  
harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang 
dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani.

   Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap 
takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus 
mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU 
mengungkapkan.  Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin 
orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri 
(smoga saja) dapat membantunya.  Semoga dengan kasus ini kita makin 
aware dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak 
duka yg tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's 
make me so sad)
   
 aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya 
mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang 
berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski 
saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu 
perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi.
 
 Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
 Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau 
khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, 
karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
 Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru 
mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua 
memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa 
sayangnya untuk pendidikan si anak.
 
 Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas 
ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut 
mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap 
berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian 
melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh 
Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan 
anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
 
 Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh 
adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada 
pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman 
pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
 
 salam,
 aris
 
 
 Tuduhan Anda sangat menyinggung! Kalau Anda tidak suka dengan kami 
karena
 beragama Islam, kami pun sudah faham dan tak usah ditunjukkan!
 
 - Original Message -
 From: Jimmy Okberto 
 To: ppiindiaT 
 
 Sent: Wednesday, June 14, 2006 3:08 PM
 Subject: [ppiindia] Kronologis Pembunuhan
 
  BerAgama belum tentu baik ...
  Inilah hasil dari pengajaran AGAMA itu
 
  Anak sendiri di bunuh ...
  Kasihan sekali
 
  DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia
  Thank you for add
   ck [EMAIL PROTECTED] On friendster
  Direct Line 021.88.32.068 After Hour 021.93.102.213
 
  -Original Message-
  On Behalf Of Endang Tatan
 
 
  Bilih aya anu teuacan maos PR dinten ayeuna..
  mangga nyanggakeun
  tatan
 
  Kronologis Pembunuhan
  BAGAIMANA Ny. AKS membunuh tiga anak-anaknya?. Hasil 
penelusuran PR
  terungkap, Kamis (8/6) sekira pukul 7.30 WIB, Ny. AKS menyuruh 
suaminya,
  H. Iman Abdullah, untuk pergi kerja. Pukul 9.00, pembantunya 
datang dan
  ia membawa Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) ke kamar 
depan.
  Anak keduanya, Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif (3) nonton 
TV.
  Pukul 10.00, AKS membekap Umar. Setelah wafat, AKS 
meninggalkannya.
  Pukul 13.00 WIB, pembantunya di rumah bersama mayat anak 
bungsunya.
  Pukul 13.30, Nazhif yang sedang menonton TV dibawa ke kamar 
kemudian
  dibekap. AKS membawa mayat Umar untuk dipindahkan ke kamar 
belakang,
  disatukan dengan Nazhif.
  Pukul 17.00 WIB, Faras tiba di rumah diantar mobil 

RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik josephine none
KLARIFIKASI DARI DETIK: MOHON DILIHAT AGAR PEMBERITAAN YG DIPOSTING From: 
ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad Ikhsan
Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM TIDAK SALAH LAGI. TQ
  
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/16/time/174130/idnews/617902/idkanal/10

Listy [EMAIL PROTECTED] wrote:
  sungguh sangat memprihatinkan..
ini pelajaran berharga untuk kita semua..
suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
jangan jauhi mereka..
jangan tinggalkan mereka.. 
tetap genggam tangan mereka..
rengkuh dalam pelukan kehangatan..
jangan putuskan tali silaturahmi..
antara orang tua dan anak..
dimanapun berada..
sesungguhnya sifat kasih sayang..
membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..

permisi..

-Original Message-
From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad 
Ikhsan
Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
rumah masih kontrak etc. 

Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). 
Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
pressure ini, apapun klaim moralitasnya. 

Jadi sebaiknya memang stop bicara moral

Salam, 

http://www.detiknew 
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 
s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10

Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
Ahmad Yunus - detikcom
Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya.

Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan
dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan.

Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah
ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak
bisa.

Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon,
Rabu (14/6/2006).

Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi.
Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya
yang sedang sakit.

Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum
genap berusia setahun.

Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat
bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan
tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal
sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada
itu, tepisnya.

Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai
pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan
banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip
Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja.

Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat
U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga
kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl)

--- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com, josephine 
none [EMAIL PROTECTED] wrote:

 gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi
psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut
Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt
membenamkan 5anaknya ke bak mandi.
 
 gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan
atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan
uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin
pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg
jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak
mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat
dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja 
harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan
suaminya trlalu berat untuk dijalani.
 
 Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut
yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus
mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU
mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin
orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga
saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware
dengan teman disekililing qt, karena

Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Ari Condro
gimana kalo si anak yg memisahkan diri.  udah baca novel Mencintai Bidadari,
terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ???  Ini kisahnya ttg dua
sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari
ortunya dari keluarganya.

ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta
ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia.  saya jadi ingat
ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP,
Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya.

Komplikasi.    :(

Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit
yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja.  teman
teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini.
sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami.  nggak
tahu kabar belio terakhir kalinya.

On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] wrote:

   sungguh sangat memprihatinkan..
 ini pelajaran berharga untuk kita semua..
 suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
 untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
 jangan jauhi mereka..
 jangan tinggalkan mereka..
 tetap genggam tangan mereka..
 rengkuh dalam pelukan kehangatan..
 jangan putuskan tali silaturahmi..
 antara orang tua dan anak..
 dimanapun berada..
 sesungguhnya sifat kasih sayang..
 membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..

 permisi..


 -Original Message-
 From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:
 ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad
 Ikhsan
 Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
 To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com
 Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
 psikologis)

 Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
 disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
 Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
 dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
 rumah masih kontrak etc.

 Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
 kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
 tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...).
 Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
 pressure ini, apapun klaim moralitasnya.

 Jadi sebaiknya memang stop bicara moral

 Salam,

 http://www.detiknew 
 http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 s.com/index
 .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10


 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
 Ahmad Yunus - detikcom
 Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
 anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
 membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya.

 Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
 Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan
 dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan.

 Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah
 ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak
 bisa.

 Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon,
 Rabu (14/6/2006).

 Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi.
 Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya
 yang sedang sakit.

 Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum
 genap berusia setahun.

 Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat
 bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan
 tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal
 sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada
 itu, tepisnya.

 Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai
 pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan
 banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip
 Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja.

 Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat
 U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga
 kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl)

 --- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25
 40yahoogroups.com s.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi
 psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut
 Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt
 membenamkan 5anaknya ke bak mandi.
 
  gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan
 atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan
 uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin
 pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg
 jauh

RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Listy
mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada artikel yg 
berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat  Keras, dan disebutkan disitu, 
sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah, kalo dipikir, rumahnya 
termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2 rumit nih, hubungan 
kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu, soale guwe prihatin 
banget neh..:)
yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep lebih 
banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol orang, 
dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:)
rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak kawin lari, 
misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa bodoh, gak mau 
ambil pusing..
w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:))
 

-Original Message-
From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ari Condro
Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)



gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai Bidadari,
terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua
sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari
ortunya dari keluarganya.

ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta
ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat
ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP,
Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya.

Komplikasi.  :(

Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit
yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman
teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini.
sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak
tahu kabar belio terakhir kalinya.

On 6/21/06, Listy  [EMAIL PROTECTED] mailto:listy%40sucofindo.co.id co.id 
wrote:

 sungguh sangat memprihatinkan..
 ini pelajaran berharga untuk kita semua..
 suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
 untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
 jangan jauhi mereka..
 jangan tinggalkan mereka..
 tetap genggam tangan mereka..
 rengkuh dalam pelukan kehangatan..
 jangan putuskan tali silaturahmi..
 antara orang tua dan anak..
 dimanapun berada..
 sesungguhnya sifat kasih sayang..
 membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..

 permisi..


 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com 
 ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:
 [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com 
 ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad
 Ikhsan
 Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
 To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com 
 ppiindia%40yahoogroups.com
 Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
 psikologis)

 Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
 disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
 Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
 dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
 rumah masih kontrak etc.

 Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
 kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
 tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...).
 Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
 pressure ini, apapun klaim moralitasnya.

 Jadi sebaiknya memang stop bicara moral

 Salam,

 http://www.detiknew 
 http://www.detiknew 
 http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
  
 s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 s.com/index
 .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10


 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
 Ahmad Yunus - detikcom
 Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
 anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
 membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya.

 Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
 Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan
 dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan.

 Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah
 ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak
 bisa.

 Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon,
 Rabu (14/6/2006).

 Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi.
 Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya
 yang sedang sakit.

 Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum
 genap berusia setahun.

 Abu Syauqi juga

Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Ari Condro
bisa dibayangin gak, kalangan muda sekarang, di kota, dua duanya kerja, main
nyerahin anaknya ke sdit, tkit, smpit, tapi ndak mau turut mendampingi
perkembangan anak.

atau udah anaknya dimasukin sekolah yg ngabisin energinya banget itu, trus
dirumah masih didoktrin kiri kanan, anak kira kira stress gak ?.

jangankan jadi jundi, bisa bisa malah jadi anak lemah mental :D

On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] wrote:

   mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada
 artikel yg berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat  Keras, dan
 disebutkan disitu, sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah,
 kalo dipikir, rumahnya termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2
 rumit nih, hubungan kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu,
 soale guwe prihatin banget neh..:)
 yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep lebih
 banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol
 orang, dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:)
 rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak kawin
 lari, misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa bodoh,
 gak mau ambil pusing..
 w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:))



 -Original Message-
 From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:
 ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Ari
 Condro
 Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM
 To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com
 Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
 psikologis)

 gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai
 Bidadari,
 terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua
 sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri
 dari
 ortunya dari keluarganya.

 ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta
 lunta
 ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat
 ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP,
 Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya.

 Komplikasi.  :(

 Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit
 yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman
 teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini.
 sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak
 tahu kabar belio terakhir kalinya.

 On 6/21/06, Listy  [EMAIL PROTECTED] mailto:listy% listy%2540sucofindo.
 co.id co.id wrote:
 
  sungguh sangat memprihatinkan..
  ini pelajaran berharga untuk kita semua..
  suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
  untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
  jangan jauhi mereka..
  jangan tinggalkan mereka..
  tetap genggam tangan mereka..
  rengkuh dalam pelukan kehangatan..
  jangan putuskan tali silaturahmi..
  antara orang tua dan anak..
  dimanapun berada..
  sesungguhnya sifat kasih sayang..
  membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..
 
  permisi..
 
 
  -Original Message-
  From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25
 40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:
  [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com
 s.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad
  Ikhsan
  Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
  To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com
 s.com ppiindia%40yahoogroups.com
  Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
  psikologis)
 
  Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
  disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
  Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
  dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
  rumah masih kontrak etc.
 
  Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
  kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
  tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...).
  Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
  pressure ini, apapun klaim moralitasnya.
 
  Jadi sebaiknya memang stop bicara moral
 
  Salam,
 
  http://www.detiknew 
  http://www.detiknew 
 http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 s.com/index
 .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
  s.com/index
 
 .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10
 
 
  Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi
  Ahmad Yunus - detikcom
  Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh
  anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur
  membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak
 kandungnya.
 
  Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami

Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik Ari Condro
yg kasian sebenarnya adalah.  ketika si ibu udah kelar membunuh anaknya,
kenapa dia tidak ikut membunuh diri.  kalo kayak gini, kan stress.  harus
bertanggung jawab kiri kanan.  beberapa orang memilih ikut mati sekalian,
karena tidak mau repot repot mempertanggung jawabkan perbuatannya.

apa ini memang disengaja untuk blow up kepada dunia tentang dirinya dan
keinganannya ??? atau untuk menghukum suaminya ? pencarian paa sebenarnya yg
ingin dilalui si anik ?  jadi ingat bukunya paulo cuelho, Veronica decide to
die.

salam,
Ari Condro



On 6/21/06, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:

 bisa dibayangin gak, kalangan muda sekarang, di kota, dua duanya kerja,
 main nyerahin anaknya ke sdit, tkit, smpit, tapi ndak mau turut mendampingi
 perkembangan anak.

 atau udah anaknya dimasukin sekolah yg ngabisin energinya banget itu, trus
 dirumah masih didoktrin kiri kanan, anak kira kira stress gak ?.

 jangankan jadi jundi, bisa bisa malah jadi anak lemah mental :D


 On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada
  artikel yg berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat  Keras, dan
  disebutkan disitu, sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah,
  kalo dipikir, rumahnya termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2
  rumit nih, hubungan kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu,
  soale guwe prihatin banget neh..:)
  yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep
  lebih banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol
  orang, dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:)
  rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak
  kawin lari, misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa
  bodoh, gak mau ambil pusing..
  w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:))
 
 
 
  -Original Message-
  From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com 
  [mailto:ppiindia@yahoogroups.comppiindia%40yahoogroups.com]On
  Behalf Of Ari Condro
  Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM
  To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com
  Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
  psikologis)
 
  gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai
  Bidadari,
  terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua
  sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri
  dari
  ortunya dari keluarganya.
 
  ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta
  lunta
  ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat
  ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP,
  Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya.
 
  Komplikasi.  :(
 
  Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga
  penyakit
  yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman
  teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri
  ini.
  sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami.
  nggak
  tahu kabar belio terakhir kalinya.
 
  On 6/21/06, Listy  [EMAIL PROTECTED] mailto:listy% listy%25
  40sucofindo. co.id co.id wrote:
  
   sungguh sangat memprihatinkan..
   ini pelajaran berharga untuk kita semua..
   suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan..
   untuk berkeluarga, dan hidup terpisah..
   jangan jauhi mereka..
   jangan tinggalkan mereka..
   tetap genggam tangan mereka..
   rengkuh dalam pelukan kehangatan..
   jangan putuskan tali silaturahmi..
   antara orang tua dan anak..
   dimanapun berada..
   sesungguhnya sifat kasih sayang..
   membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang..
  
   permisi..
  
  
   -Original Message-
   From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25
  40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:
   [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com
  s.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad
   Ikhsan
   Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM
   To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25
  40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com
   Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi
   psikologis)
  
   Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini
   disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah).
   Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang
   dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil,
   rumah masih kontrak etc.
  
   Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus
   kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai
   tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...).
   Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group
   pressure ini, apapun klaim moralitasnya.
  
   Jadi sebaiknya memang stop bicara moral
  
   Salam,
  
   http

[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)

2006-06-21 Terurut Topik samudjo
Salam,
Saya setuju dengan mbak Listy  prihatin banget
Kejadian tragis seperti itu, harusnya memunculkan tanda-tanda awal
Penyebabnyapun juga banyak
Tapi setelah terjadi, sebagai orang beriman kita hanya bisa bilang Inna
liLlahi wa inna ilaihi rojiun
Itu cara Dia memanggil hambanya kembali
Saya heran 5 x sehari minta petunjuk, tapi petunjuk yang ada tidak
dipakai
Hikmahnya, memang manusia diberi kekuasaan yang besar untuk menentukan
masa depannya
Membunuh diri, membunuh anak adalah suatu dosa besar disisiNya
Tapi banyak orang yang mengaku beriman melaksanakan hal itu
Dengan alasan yang juga religius
Dan Allah mengijinkan hal itu terjadi
Sholawat keatas Nabi, seandainya beliau masih ada pertanyaan kita akan
mendapatkan jawaban yang pasti
WaLlahu a’lam,
 
Samudjo
 


DISCLAIMER: The information contained in this communication is intended solely 
for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others 
authorized to receive it. It may contain confidential, legally privileged 
information or otherwise protected by law from disclosure and is intended 
solely for the use of the addressee. If you are not the intended recipient you 
are hereby notified that any disclosure, copying, distribution or taking any 
action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited 
and may be unlawful. Unless otherwise specifically stated by the sender, any 
documents or views presented are solely those of the sender and do not 
constitute official documents or views of  PT Apexindo Pratama Duta Tbk. If you 
received this email in error, please immediately notify the sender or our email 
administrator at [EMAIL PROTECTED] and delete it from your system. Thank you.


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-19 Terurut Topik Ari Condro
 - Anik adalah sarjana Planologi ITB, yg bekerja penuh sbg ibu RT.
Dia anak dokter,
- Iman, suami Anik adalah sarjana Fisika ITB yg sedang menjalani
pendidikan S2, dia juga aktivist Mesjid Salman ITB dan bekerja sbg pengurus
yayasan Mesjid Salman ITB.
- Setelah penguburan 3 jenazah anaknya, Anik diantarkan oleh pengurus
yayasan Mesjid Salman ke rumah Prof. Muji Raharto - kepala UPT Planetarium
Boscha untuk menginap,
- Disebutkan kemungkinan Anik menderita Schizophrenia,


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-19 Terurut Topik Lina Dahlan
Makasih buat berita penyeimbangnya, masarcon

Ini bisa jadi pembelajaran buat kita semua dalam membaca berita di 
koran-koran. Saya males nyalahin koran dan jurnalistiknya segala. 
Mending saling menasehati saja dalam membaca segala berita. Ini baru 
berita ecek-ecek. Apalagi berita konsumsi politik???

Ada betulnya nasehat seorang teman untuk tidak membaca berita-berita 
di koran. Bisa membuat hati jadi keruh...:-). Butuh urat syaraf yang 
kuat! Butuh sikap pikir positif yang kuat pula.

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Re: [Urang Sunda] Kronologis Pembunuhan
 
 Abdul Kudus
 Wed, 14 Jun 2006 01:50:19 -0700
   Bilih peryogi BERITA PENYEIMBANG...
 
 http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/
 Polisi dan Pers hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 
kakak
 beradik? http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/
 
 Teman saya di Salman diberi ujian yang sangat berat dari Allah, 
semua
 putranya (3 orang) meninggal serentak pada hari Jumat kemarin. 
Saya turut
 berduka dan simpati yang mendalam kepada teman saya itu. Beberapa 
hari ini
 saya sering tercenung, bagaimana beratnya dia menanggung ujian 
tersebut?
 Bagaimana menghadapi rumah yang tiba-tiba sunyi dari tawa dan 
tangis
 anak-anak? Ya Allah ya Rabbi, kuatkanlah hatinya dengan kesabaran 
dan
 keimanan.
 
 Perasaan saya terus galau beberapa hari ini tiap kali teringat 
musibah itu.
 Sampai tiba-tiba siang tadi saya membaca harian Pikiran Rakyat, 
dan saya
 sangat terpukul. Judul beritanya kurang lebih adalah Tiga bocah 
kakak
 beradik dibunuh ibunya? Masya Allah, dalam kondisi menanggung 
duka,
 keluarga teman saya itu sekarang diteror oleh polisi dan pers. 
Tanpa
 menunggu lewatnya masa berduka sedetikpun!
 
 Polisi -yang menurut saya bertindak bagai pahlawan kesiangan tak 
diundang-
 merasa bertanggungjawab untuk mengusut kejadian naas tersebut. 
Karena itu
 istri teman saya diinterogasi. Hasilnya, menurut Berita Acara 
Pemeriksaan
 (BAP) si ibu mengaku telah membunuh anaknya! Masya Allah!
 
 Saya, yang mengenal langsung teman saya itu, menjadi geram, 
jengkel, sedih,
 marah. Saya tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Semestinya 
kalau
 polisi berempati dia akan memberi waktu kepada keluarga yang 
ditimpa musibah
 itu. Semestinya mereka sadar, menginterogasi seseorang yang sedang 
dalam
 kondisi kejiwaan terguncang tentulah jauh dari valid. Bisa jadi 
menjawabnya
 asal-asalan, atau salah berbicara. Saya menduga BAP tersebut bias, 
bisa
 karena penjawabnya sedang kurang sadar, atau karena penanya 
mengarahkan
 jawaban, atau bahkan penanya sembarang menyimpulkan. Bukankah 
siapa yang
 menulis, dia yang memegang kendali? Jawaban seperti apapun 
akhirnya akan
 menurut kepada siapa penulisnya.
 
 Misalkan Anda sedang stress berat karena anak Anda meninggal 
mendadak (maaf,
 ini cuma andai), mungkinkah Anda menjawab pertanyaan para polisi 
yang tidak
 empatik itu dengan pikiran jernih? Atau, andai si ibu itu teman 
Anda yang
 mengalami musibah luar biasa dengan meninggal anaknya, lalu dia 
berkata,
 Saya membunuhnya… saya membunuhnya… yakinkah Anda bahwa itu 
adalah suatu
 bentuk ekspresi penyesalan mendalam dari seorang ibu yang sedang 
terguncang
 jiwanya, dan BUKAN BERARTI memang membunuh?
 
 Dugaan terkuat saya adalah : si ibu melakukan tindakan (misalnya 
memberi
 obat atau melakukan tindakan perawatan) namun ternyata berakibat 
fatal,
 karena kebetulan beberapa hari itu ketiga anak tersebut sakit 
demam. Tentu
 ada banyak hipotesis lain, namun saya berpegang pada beberapa hal 
mendasar :
 
1. saya kenal betul betapa alimnya teman saya itu (si suami) 
sehingga
peluang terbesar dia adalah memilih istri yang mirip karakternya
2. ketiga anak itu sakit beberapa hari sebelum meninggal
3. mengingat karakter suami (yang tentu mempengaruhi iklim 
kehidupan
rumah tangga) saya merasa mustahil ada niatan membunuh dalam 
diri si ibu
 
 Saya menduga ekspresi si ibu bahwa dia membunuh anaknya 
adalah 'asumsi si
 ibu itu sendiri' bahwa karena tindakan yang dia berikan (pemberian 
obat atau
 tindakan perawatan) ternyata berakibat fatal bagi semua putranya 
itu. Sangat
 wajar bahwa perasaan bersalah tersebut muncul menjadi ekspresi 
ingin
 menanggung semua beban tanggung jawab atas kematian semua putranya 
tersebut.
 
 Dan saya menjadi sangat geram hari ini membaca judul di koran yang 
sangat
 tendensius dan memojokkan. Sepertinya tak ada simpati sama sekali 
atas
 musibah besar yang melanda keluarga teman saya itu. Berita itu 
seakan-akan
 bukan lagi dugaan, dan tidak ada pernyataan pengimbang dari pihak 
keluarga.
 Berita tersebut berat sebelah! Ini sepenggal cuplikan berita di 
Pikiran
 Rakyathttp://khairulu.blogsome.com/go.php?http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2006/062006/13/0103.htm:
 
 *Namun Adardam belum bersedia membeberkan ihwal kronologis 
kejadian,
 termasuk soal modus dan motif yang melatari pembunuhan itu. Saya 
takut
 salah. Benar klien kami sudah mengaku membunuh 

RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-19 Terurut Topik Jimmy Okberto
Info yang bagus Mba Fau ...
 
Memang untuk kasus-kasus tertentu kita tidak bisa mengkaitkan KAIDAH
agama ...
Walaupun BASIC Agama pelaku cukup kuat mengena ...
Dalam artian ... segala sesuatu tidak bisa langsung dikaitkan dengan
AGAMA ...
Walaupun Nilai MORAL didalam AGAMA sudah tertanam sejak dini ...
 
Memang komunikasi lha yang di utamakan didalam kasus ini ...
Kembali lagi Komunikasi yang bagaimana ? ...
Saya sangat tertarik sekali dengan program2 yang sedang dijalankan oleh
AA'GYM ..
Dimana seluruh penanaman nilai social beragama didalam MANAGEMENT QOLBU
...
 
DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia
Thank you for add :
http://www.friendster.com/login.php?aff_id=15175964link_id=2count=cli
ck [EMAIL PROTECTED] On friendster
Direct Line 021.88.32.068 : After Hour 021.93.102.213 
 
-Original Message-
On Behalf Of fauziah swasono
 
Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. 

Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. 

Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
hanya pemicu bukan penyebab. 

 


[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/Q0DZdC/hOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-18 Terurut Topik fauziah swasono
Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. 

Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. 

Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
hanya pemicu bukan penyebab. 



--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus.
INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan
 melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia
(termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal
yang pasti terjadi.

   Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
   Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
karena sisi ekonomi , dia mampu.

   Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru
mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli
anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya
untuk pendidikan si anak.

   Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.

   Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak  termaafkan, tidak beriman
pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab

   salam,
   aris
   
  






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-18 Terurut Topik Saeful Rohman
betul mba. 

-Original Message-
From: fauziah swasono [EMAIL PROTECTED]
To: ppiindia@yahoogroups.com
Date: Mon, 19 Jun 2006 03:33:10 -
Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

 Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
 Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
 dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
 dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
 Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
 mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
 kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. 
 
 Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
 bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
 asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. 
 
 Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
 memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
 hanya pemicu bukan penyebab. 
 
 
 
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus.
 INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan
  melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia
 (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal
 yang pasti terjadi.
 
Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
 khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
 karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru
 mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli
 anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya
 untuk pendidikan si anak.
 
Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
 ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
 mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
 berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
 pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
 seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
 menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
 
Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
 adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
 pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak  termaafkan, tidak beriman
 pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
 
salam,
aris

   
 
 
 
 
 



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/U0DZdC/lOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-18 Terurut Topik aris solikhah
Terima kasih Jazakillah khoir katsir mengingatkan saya. Skizofren memang 
penyakit aneh...mungkin karena saya sendiri juga kadang masih menebak juga 
apakah itu semacam penyakit genetik juga. Agak awam saya mengenai penyakit ini, 
sehingga ketika orang bilang penyakit ini pun, saya masih menaruh keraguan. BTW 
sekali lagi trims mbakyu Fau

  Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. 

Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. 

Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
hanya pemicu bukan penyebab. 



--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah wrote:

 Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus.
INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan
melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia
(termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal
yang pasti terjadi.
 
 Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
 Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
 Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru
mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli
anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya
untuk pendidikan si anak.
 
 Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
 
 Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman
pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
 
 salam,
 aris
 
 







***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links









The great job makes a great man
  pustaka tani 
  nuraulia

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/Q0DZdC/hOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-18 Terurut Topik Ari Condro
lupa kisahnya .. :p

Bandung, 12 Mei 2006, digegerkan oleh peristiwa pembunuhan 3 orang anak yang
dilakukan oleh Ibu kandungnya sendiri. Ibu itu membunuh ketiga anak-anaknya
dengan cara membekapnya sampai kehabisan nafas. Ibu itu bukanlah orang yang
bodoh juga tidak taat beragam, pun bukan dari latar belakang keluarga yang
kacau. Ibu itu seorang aktivis di Salman ITB (Insitut Teknologi Bandung),
pun dia adalah seorang yang cerdas dan alumnus dari perguruan tinggi favorit
itu.
Bagaimana dengan suaminya, dia adalah alumnus ITB juga yang sekaligus Kepala
Lembaga Wakaf dan Zakat Salman ITB. Tentulah bukan seorang yang tidak tahu
dalam urusan agamanya.

Tragis, mengenaskan, meyedihkan, mengerikan. Itu yang terbersit dalam
pikiran saya. Saya tak habis pikir atas peristiwa ini. Karena factor
ekonomikah? Tidak, sang suami menyangkal di antara isak tangisnya ketika
wartawan menanyakan sebab mengapa sang istri tega melakukan hal itu.
Teman saya di Jombang, mengirim pesan pada saya mungkin karena suami yang
terlalu sibuk di Salman. Entah, belum jelas. Mungkin saja.

Peristiwa seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri bukanlah hal
yang baru lagi di jaman ini, tapi dilakukan dengan profil orang seperti itu
tentunya sangat mengejutkan kita. Berbeda dengan yang sering saya lihat
dalam tayangan Buser, Sergap, dan kawan-kawannya, seorang Ibu yang melakukan
perbuatan dosa tersebut, adalah sosok yang bukan lulus dari perguruan
tinggi, bukan pula seorang aktivis, dan suaminya bukan pula seorang yang
menangani urusan umat.

Saya hanya bisa menangis, jaman ini telah kehilangan kebaikan, kemaksiatan
bukan lagi hal yang aneh, kezaliman adalah bagian dari keseharian, dosa
bukan lagi momok bagi setiap manusia.
Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya, di tengah derita yang saya
tanggung dalam kehidupan ini, saya masih bisa mengerem untuk tidak melakukan
dosa, terhadap siapapun.

Ah, bagaimana jika Bunda telah menjadi mesin pembunuh bagi anak yang
dilahirkan melalui rahimnya? Inikah akhir dunia?


On 6/19/06, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Terima kasih Jazakillah khoir katsir mengingatkan saya. Skizofren memang
 penyakit aneh...mungkin karena saya sendiri juga kadang masih menebak juga
 apakah itu semacam penyakit genetik juga. Agak awam saya mengenai penyakit
 ini, sehingga ketika orang bilang penyakit ini pun, saya masih menaruh
 keraguan. BTW sekali lagi trims mbakyu Fau


 Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal.
 Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg
 dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli
 dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari
 Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu
 mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita
 kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit.

 Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang
 bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang
 asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar.

 Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya
 memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu
 hanya pemicu bukan penyebab.

 --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, aris
 solikhah wrote:
 
  Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus.
 INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan
 melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia
 (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal
 yang pasti terjadi.
 
  Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini.
  Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau
 khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi,
 karena sisi ekonomi , dia mampu.
 
  Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru
 mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli
 anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya
 untuk pendidikan si anak.
 
  Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas
 ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut
 mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap
 berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan
 pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh
 seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak
 menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat.
 
  Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh
 adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada
 pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman
 pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab
 
  salam,
  aris
 
 


 ***
 Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
 yg Lebih Baik, in 

Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan

2006-06-18 Terurut Topik Ari Condro
 Re: [Urang Sunda] Kronologis Pembunuhan

Abdul Kudus
Wed, 14 Jun 2006 01:50:19 -0700
  Bilih peryogi BERITA PENYEIMBANG...

http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/
Polisi dan Pers hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 kakak
beradik? http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/

Teman saya di Salman diberi ujian yang sangat berat dari Allah, semua
putranya (3 orang) meninggal serentak pada hari Jumat kemarin. Saya turut
berduka dan simpati yang mendalam kepada teman saya itu. Beberapa hari ini
saya sering tercenung, bagaimana beratnya dia menanggung ujian tersebut?
Bagaimana menghadapi rumah yang tiba-tiba sunyi dari tawa dan tangis
anak-anak? Ya Allah ya Rabbi, kuatkanlah hatinya dengan kesabaran dan
keimanan.

Perasaan saya terus galau beberapa hari ini tiap kali teringat musibah itu.
Sampai tiba-tiba siang tadi saya membaca harian Pikiran Rakyat, dan saya
sangat terpukul. Judul beritanya kurang lebih adalah Tiga bocah kakak
beradik dibunuh ibunya? Masya Allah, dalam kondisi menanggung duka,
keluarga teman saya itu sekarang diteror oleh polisi dan pers. Tanpa
menunggu lewatnya masa berduka sedetikpun!

Polisi -yang menurut saya bertindak bagai pahlawan kesiangan tak diundang-
merasa bertanggungjawab untuk mengusut kejadian naas tersebut. Karena itu
istri teman saya diinterogasi. Hasilnya, menurut Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) si ibu mengaku telah membunuh anaknya! Masya Allah!

Saya, yang mengenal langsung teman saya itu, menjadi geram, jengkel, sedih,
marah. Saya tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Semestinya kalau
polisi berempati dia akan memberi waktu kepada keluarga yang ditimpa musibah
itu. Semestinya mereka sadar, menginterogasi seseorang yang sedang dalam
kondisi kejiwaan terguncang tentulah jauh dari valid. Bisa jadi menjawabnya
asal-asalan, atau salah berbicara. Saya menduga BAP tersebut bias, bisa
karena penjawabnya sedang kurang sadar, atau karena penanya mengarahkan
jawaban, atau bahkan penanya sembarang menyimpulkan. Bukankah siapa yang
menulis, dia yang memegang kendali? Jawaban seperti apapun akhirnya akan
menurut kepada siapa penulisnya.

Misalkan Anda sedang stress berat karena anak Anda meninggal mendadak (maaf,
ini cuma andai), mungkinkah Anda menjawab pertanyaan para polisi yang tidak
empatik itu dengan pikiran jernih? Atau, andai si ibu itu teman Anda yang
mengalami musibah luar biasa dengan meninggal anaknya, lalu dia berkata,
Saya membunuhnya… saya membunuhnya… yakinkah Anda bahwa itu adalah suatu
bentuk ekspresi penyesalan mendalam dari seorang ibu yang sedang terguncang
jiwanya, dan BUKAN BERARTI memang membunuh?

Dugaan terkuat saya adalah : si ibu melakukan tindakan (misalnya memberi
obat atau melakukan tindakan perawatan) namun ternyata berakibat fatal,
karena kebetulan beberapa hari itu ketiga anak tersebut sakit demam. Tentu
ada banyak hipotesis lain, namun saya berpegang pada beberapa hal mendasar :

   1. saya kenal betul betapa alimnya teman saya itu (si suami) sehingga
   peluang terbesar dia adalah memilih istri yang mirip karakternya
   2. ketiga anak itu sakit beberapa hari sebelum meninggal
   3. mengingat karakter suami (yang tentu mempengaruhi iklim kehidupan
   rumah tangga) saya merasa mustahil ada niatan membunuh dalam diri si ibu

Saya menduga ekspresi si ibu bahwa dia membunuh anaknya adalah 'asumsi si
ibu itu sendiri' bahwa karena tindakan yang dia berikan (pemberian obat atau
tindakan perawatan) ternyata berakibat fatal bagi semua putranya itu. Sangat
wajar bahwa perasaan bersalah tersebut muncul menjadi ekspresi ingin
menanggung semua beban tanggung jawab atas kematian semua putranya tersebut.

Dan saya menjadi sangat geram hari ini membaca judul di koran yang sangat
tendensius dan memojokkan. Sepertinya tak ada simpati sama sekali atas
musibah besar yang melanda keluarga teman saya itu. Berita itu seakan-akan
bukan lagi dugaan, dan tidak ada pernyataan pengimbang dari pihak keluarga.
Berita tersebut berat sebelah! Ini sepenggal cuplikan berita di Pikiran
Rakyathttp://khairulu.blogsome.com/go.php?http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/13/0103.htm:

*Namun Adardam belum bersedia membeberkan ihwal kronologis kejadian,
termasuk soal modus dan motif yang melatari pembunuhan itu. Saya takut
salah. Benar klien kami sudah mengaku membunuh ketiga anaknya. Tapi,
bukti-bukti lain yang mendukung ke arah tersebut belum ada, katanya.*

Kata-kata 'sudah mengaku' di situ maknanya apa? Apakah maksudnya setuju
dengan pemikiran penanya?

*Polisi masih enggan mengungkapkan modus dan motif pembunuhan. Berdasarkan
penelusuran, polisi menduga kuat ketiganya dibunuh dengan cara dibekap
menggunakan bantal. Bahkan ada indikasi, sebelum dibekap, tersangka
mencekik korban. Untuk jelasnya, kita tunggu hasil autopsi, ujar sumber
PR di Mapolresta Bandung Timur.*

Saya menganggap pernyataan itu adalah dugaan polisi yang diberitakan
'seakan-akan kesimpulan sementara'. Si sumber PR itu memang sudah meneliti
atau cuma duga-duga? Saya semakin sedih saat