[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
Ini saya setuju. Term fundamentalis seharusnya adalah term psikologi bukan sosiologi. Dan dilepaskan dari stigma agama. karena fanatisme berlebihan ini, dalam banyak kasus lebih banyak disebabkan kefrustasian individu/ kelompok yang kemudian disalurkan atau mendapat titik pijak ideologi. Agama, isme sekedar dijadikan candu untuk menafikan kefrustasian mereka dengan realitas sesungguhnya. Orang stress jadi bomber bunuh diri. Pangangguran kemudian bikin laskar pembela agama, dst, dst. Salam, --- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani. Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad) aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris Tuduhan Anda sangat menyinggung! Kalau Anda tidak suka dengan kami karena beragama Islam, kami pun sudah faham dan tak usah ditunjukkan! - Original Message - From: Jimmy Okberto To: ppiindiaT Sent: Wednesday, June 14, 2006 3:08 PM Subject: [ppiindia] Kronologis Pembunuhan BerAgama belum tentu baik ... Inilah hasil dari pengajaran AGAMA itu Anak sendiri di bunuh ... Kasihan sekali DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia Thank you for add ck [EMAIL PROTECTED] On friendster Direct Line 021.88.32.068 After Hour 021.93.102.213 -Original Message- On Behalf Of Endang Tatan Bilih aya anu teuacan maos PR dinten ayeuna.. mangga nyanggakeun tatan Kronologis Pembunuhan BAGAIMANA Ny. AKS membunuh tiga anak-anaknya?. Hasil penelusuran PR terungkap, Kamis (8/6) sekira pukul 7.30 WIB, Ny. AKS menyuruh suaminya, H. Iman Abdullah, untuk pergi kerja. Pukul 9.00, pembantunya datang dan ia membawa Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) ke kamar depan. Anak keduanya, Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif (3) nonton TV. Pukul 10.00, AKS membekap Umar. Setelah wafat, AKS meninggalkannya. Pukul 13.00 WIB, pembantunya di rumah bersama mayat anak bungsunya. Pukul 13.30, Nazhif yang sedang menonton TV dibawa ke kamar kemudian dibekap. AKS membawa mayat Umar untuk dipindahkan ke kamar belakang, disatukan dengan Nazhif. Pukul 17.00 WIB, Faras tiba di rumah diantar mobil jemputan sekolah TK Zakaria. Faras tampak cerita, dia minta makan. Tersangka
[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan. Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak bisa. Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon, Rabu (14/6/2006). Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi. Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya yang sedang sakit. Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum genap berusia setahun. Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada itu, tepisnya. Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja. Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl) --- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani. Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad) aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah
RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: ppiindia@yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknew http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan. Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak bisa. Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon, Rabu (14/6/2006). Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi. Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya yang sedang sakit. Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum genap berusia setahun. Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada itu, tepisnya. Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja. Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl) --- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani. Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad) aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya
[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
Aku jg gak ada pendidikan psikologi. Jadi, aku bertanya faktor apa yang bisa membuat hati wanita itu berubah ya? Misalnya, secara fisik gak ada deh wanita yang bilang Ronaldinho itu guanteng. Aku juga bilang Ronaldinho gak ganteng. Bahkan temenku (ce) dengan kurang ajar bilang Ronaldinho kayak anu deh gitu (ta' sensor). Lalu, aku iseng aku ajak temenku itu lihat rumahnya Ronaldinho di komputerku, yang mewah banged dipinggir pantai. Wooow, kalo begini mukanya Ronaldinho ketutupan deh... kata temenku. DASAR!! wassalam, --- In ppiindia@yahoogroups.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas- pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg- unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani. Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware dengan teman disekililing qt, karena ...kadang banyak duka yg tak terungkap, dibalik senyum dan tawa temen2 qt (n it's make me so sad) aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris Tuduhan Anda sangat menyinggung! Kalau Anda tidak suka dengan kami karena beragama Islam, kami pun sudah faham dan tak usah ditunjukkan! - Original Message - From: Jimmy Okberto To: ppiindiaT Sent: Wednesday, June 14, 2006 3:08 PM Subject: [ppiindia] Kronologis Pembunuhan BerAgama belum tentu baik ... Inilah hasil dari pengajaran AGAMA itu Anak sendiri di bunuh ... Kasihan sekali DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia Thank you for add ck [EMAIL PROTECTED] On friendster Direct Line 021.88.32.068 After Hour 021.93.102.213 -Original Message- On Behalf Of Endang Tatan Bilih aya anu teuacan maos PR dinten ayeuna.. mangga nyanggakeun tatan Kronologis Pembunuhan BAGAIMANA Ny. AKS membunuh tiga anak-anaknya?. Hasil penelusuran PR terungkap, Kamis (8/6) sekira pukul 7.30 WIB, Ny. AKS menyuruh suaminya, H. Iman Abdullah, untuk pergi kerja. Pukul 9.00, pembantunya datang dan ia membawa Muhammad Umar Nasrullah alias Umar (7 bulan) ke kamar depan. Anak keduanya, Nazhif Aulia Rahmatullah alias Nazhif (3) nonton TV. Pukul 10.00, AKS membekap Umar. Setelah wafat, AKS meninggalkannya. Pukul 13.00 WIB, pembantunya di rumah bersama mayat anak bungsunya. Pukul 13.30, Nazhif yang sedang menonton TV dibawa ke kamar kemudian dibekap. AKS membawa mayat Umar untuk dipindahkan ke kamar belakang, disatukan dengan Nazhif. Pukul 17.00 WIB, Faras tiba di rumah diantar mobil
RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
KLARIFIKASI DARI DETIK: MOHON DILIHAT AGAR PEMBERITAAN YG DIPOSTING From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM TIDAK SALAH LAGI. TQ http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/16/time/174130/idnews/617902/idkanal/10 Listy [EMAIL PROTECTED] wrote: sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: ppiindia@yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknew http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan. Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak bisa. Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon, Rabu (14/6/2006). Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi. Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya yang sedang sakit. Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum genap berusia setahun. Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada itu, tepisnya. Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja. Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl) --- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh dari apa yg pernah dimiliki. Dia mungkin melihat anak2nya tidak mendapatkan kehidupan spt yg DULU ia miliki, dia mungkin melihat dirinya tidak bisa menggapai impian karirnya krn tidak boleh kerja harus ngurus anak, dia mungkin merasa kehidupan agamis yang dikenalkan suaminya trlalu berat untuk dijalani. Kecemasan2 akan ketidakmampuannya disemua lini membuat sikap takut yang berlebihan dan tragisnya..dia tidak tahu kemana harus mengungkapkan ketakutannya...atau bahkan dia TIDAK MAMPU mengungkapkan. Seandainya saja dia bisa mengungkapkannya mungkin orang2 disekitarnya, or anda2 anggota milis ato bahkan gw ndiri (smoga saja) dapat membantunya. Semoga dengan kasus ini kita makin aware dengan teman disekililing qt, karena
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai Bidadari, terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari ortunya dari keluarganya. ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP, Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya. Komplikasi. :( Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini. sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak tahu kabar belio terakhir kalinya. On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] wrote: sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknew http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan. Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak bisa. Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon, Rabu (14/6/2006). Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi. Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya yang sedang sakit. Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum genap berusia setahun. Abu Syauqi juga menyangkal aneka dugaan yang berkembang di masyarakat bahwa Anik nekat menghabisi buah hatinya karena sang suami ringan tangan atau pun Anik memiliki keyakinan bahwa anak yang meninggal sebelum akil balig akan menggeret orangtuanya ke surga. Tidak ada itu, tepisnya. Iman sendiri tercatat juga sebagai alumni ITB. Dia aktif sebagai pengurus Masjid Salman ITB. Namun pekerjaannya ini tidak menghasilkan banyak uang. Ini adalah pengabdian, kata Iman seperti dikutip Syauqi. Sementara, Iman melarang istrinya bekerja. Keluarga Iman-Anik mengontrak rumah tipe 45 di Jalan Margahayu Barat U-2 No 124 Margacinta Kota, Bandung. Menurut para tetangga, harga kontrak rumah di kawasan itu adalah Rp 4-5 juta/tahun. (nrl) --- In [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25 40yahoogroups.com s.com, josephine none [EMAIL PROTECTED] wrote: gw bukan orang dg pendkn psikologis, tapi gw coba melihat dari sisi psikologis (sory kalo ga jago) . Lepaskan agama apapun yg dianut Anik, karena seorang cristian spt andrea pia yates di Texas-pun dpt membenamkan 5anaknya ke bak mandi. gw ngliat anik sbg sosok yg introvet, tdk bisa mengkomunikasikan atau mungkin tidak mempunyai wadah yg cocok untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Anik, dgn latar belakang ortu tajir dan mungkin pemahaman agama masih minim tiba2 harus melompat kesisi kehidupan yg jauh
RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada artikel yg berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat Keras, dan disebutkan disitu, sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah, kalo dipikir, rumahnya termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2 rumit nih, hubungan kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu, soale guwe prihatin banget neh..:) yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep lebih banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol orang, dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:) rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak kawin lari, misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa bodoh, gak mau ambil pusing.. w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:)) -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ari Condro Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM To: ppiindia@yahoogroups.com Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai Bidadari, terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari ortunya dari keluarganya. ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP, Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya. Komplikasi. :( Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini. sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak tahu kabar belio terakhir kalinya. On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] mailto:listy%40sucofindo.co.id co.id wrote: sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia%40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknew http://www.detiknew http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami Anik. Abu Syauqi adalah seorang amir zakat dan sering berhubungan dengan Iman. Abu Syauqi juga sering memberikan ceramah keagamaan. Abu Syauqi menuturkan, keluarga Iman-Anik tengah dililit masalah ekonomi yang cukup berat. Ketika anak-anaknya sakit, beli obat pun tak bisa. Beli makanan juga susah, kata Abu kepada detikcom lewat telepon, Rabu (14/6/2006). Pada Kamis 8 Juni pagi hari, Iman sempat ke kantor Abu Syauqi. Tujuannya untuk meminjam uang untuk membeli obat salah satu anaknya yang sedang sakit. Anak yang sakit itu diperkirakan adalah Umar, anak bungsu yang belum genap berusia setahun. Abu Syauqi juga
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
bisa dibayangin gak, kalangan muda sekarang, di kota, dua duanya kerja, main nyerahin anaknya ke sdit, tkit, smpit, tapi ndak mau turut mendampingi perkembangan anak. atau udah anaknya dimasukin sekolah yg ngabisin energinya banget itu, trus dirumah masih didoktrin kiri kanan, anak kira kira stress gak ?. jangankan jadi jundi, bisa bisa malah jadi anak lemah mental :D On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] wrote: mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada artikel yg berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat Keras, dan disebutkan disitu, sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah, kalo dipikir, rumahnya termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2 rumit nih, hubungan kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu, soale guwe prihatin banget neh..:) yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep lebih banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol orang, dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:) rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak kawin lari, misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa bodoh, gak mau ambil pusing.. w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:)) -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Ari Condro Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai Bidadari, terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari ortunya dari keluarganya. ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP, Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya. Komplikasi. :( Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini. sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak tahu kabar belio terakhir kalinya. On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] mailto:listy% listy%2540sucofindo. co.id co.id wrote: sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25 40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http://www.detiknew http://www.detiknew http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 s.com/index .php/detik.read/tahun/2006/bulan/06/tgl/14/time/150055/idnews/616003/idkanal/10 Anik Habisi 3 Anaknya Diduga karena Faktor Ekonomi Ahmad Yunus - detikcom Bandung - Anik Koriah (31), sarjana Planologi ITB, diduga membunuh anaknya karena tekanan ekonomi. Kehidupannya yang kurang makmur membuatnya depresi, sehingga memicunya untuk menghabisi 3 anak kandungnya. Dugaan itu disampaikan Abu Syauqi, teman dekat Iman Abdullah, suami
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
yg kasian sebenarnya adalah. ketika si ibu udah kelar membunuh anaknya, kenapa dia tidak ikut membunuh diri. kalo kayak gini, kan stress. harus bertanggung jawab kiri kanan. beberapa orang memilih ikut mati sekalian, karena tidak mau repot repot mempertanggung jawabkan perbuatannya. apa ini memang disengaja untuk blow up kepada dunia tentang dirinya dan keinganannya ??? atau untuk menghukum suaminya ? pencarian paa sebenarnya yg ingin dilalui si anik ? jadi ingat bukunya paulo cuelho, Veronica decide to die. salam, Ari Condro On 6/21/06, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: bisa dibayangin gak, kalangan muda sekarang, di kota, dua duanya kerja, main nyerahin anaknya ke sdit, tkit, smpit, tapi ndak mau turut mendampingi perkembangan anak. atau udah anaknya dimasukin sekolah yg ngabisin energinya banget itu, trus dirumah masih didoktrin kiri kanan, anak kira kira stress gak ?. jangankan jadi jundi, bisa bisa malah jadi anak lemah mental :D On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] wrote: mas Ari, udah klik detik yg diposting oleh mbak Josephine belum? ada artikel yg berjudul: Orangtua Aniek Didik Anaknya Ketat Keras, dan disebutkan disitu, sang ortu yg gak gaul dengan tetangga di sekitar rumah, kalo dipikir, rumahnya termasuk elit di kawasannya, mungkin memang agak2 rumit nih, hubungan kekeluargaan dari keluarga ini..:) sori, gue sok tahu, soale guwe prihatin banget neh..:) yg namanya ortu, walau begemene, tetep lebih tua dari anaknya, tetep lebih banyak pengalaman dari anaknya, kalo anaknya ngilang, apalagi digondol orang, dengan usaha, pasti bisa nemuin lagi..:) rata-rata, kalo ada ortu yg sudah terlanjur sakit hati, karena anak kawin lari, misal, atau kawin tanpa restu/pilihan ortu, ya terus cuek, masa bodoh, gak mau ambil pusing.. w.. udah ah.. capek juga jadi orang yg seneng berkata-kata..:)) -Original Message- From: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto:ppiindia@yahoogroups.comppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Ari Condro Sent: Wednesday, June 21, 2006 4:54 PM To: ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) gimana kalo si anak yg memisahkan diri. udah baca novel Mencintai Bidadari, terbitan Lingkar Pena Publishing House belum ??? Ini kisahnya ttg dua sejoli, ikhwan dan akhwat yg nekad kawin lari, dan menyembunyikan diri dari ortunya dari keluarganya. ada kisah sedih para ikhwan dan akhwat lainnya ada juga yang terlunta lunta ekonominya, kuliah belum lulus, dan marah pada dunia. saya jadi ingat ketika ikut milis FLP pertama kali, kebetulan salah satu rekan FLP, Agustrianto, istrinya baru meninggal beserta kandungannya. Komplikasi. :( Saya sedih, karena menduga, karena kesulitan ekonomilah, sehingga penyakit yg seharusnya bisa terdeteksi sejak awal, terabaikan begitu saja. teman teman ramai ramai membuat kumpulan cerpen untuk menyumbang mas gustri ini. sejak kejadian itu nama agustrianto hilang dari jagat novel islami. nggak tahu kabar belio terakhir kalinya. On 6/21/06, Listy [EMAIL PROTECTED] mailto:listy% listy%25 40sucofindo. co.id co.id wrote: sungguh sangat memprihatinkan.. ini pelajaran berharga untuk kita semua.. suatu hari nanti, jika anak2 kita telah memutuskan.. untuk berkeluarga, dan hidup terpisah.. jangan jauhi mereka.. jangan tinggalkan mereka.. tetap genggam tangan mereka.. rengkuh dalam pelukan kehangatan.. jangan putuskan tali silaturahmi.. antara orang tua dan anak.. dimanapun berada.. sesungguhnya sifat kasih sayang.. membawa cahaya kehidupan.. bagi semua orang.. permisi.. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25 40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%2540yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com]On Behalf Of Mohamad Ikhsan Sent: Wednesday, June 21, 2006 1:35 PM To: [EMAIL PROTECTED] mailto:ppiindia% ppiindia%25 40yahoogroups.com s.com ppiindia%40yahoogroups.com Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis) Dari kasus ini juga, ada teori yang menyebut perbuatan Ibu Aniek ini disebabkan semacam 'peer-pressure' rat-race (lihat berita di bawah). Berhubung keluarga yang bersangkutan secara ekonomi relatif kurang dibanding tetangga dan teman-teman seangkatan, belum punya mobil, rumah masih kontrak etc. Kelihatannya mungkin sepele, tapi kalau digosok-gosok terus kiri-kanan, lama-lama jadi 'sip' juga. Jadi tidak heran kalau sampai tega membunuh (pada konteks lain sampai korupsi, merampok etc...). Dan kasus ini membuktikan bahwa tidak ada kita yang 'kebal' group pressure ini, apapun klaim moralitasnya. Jadi sebaiknya memang stop bicara moral Salam, http
[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan (Lihatlah dr sisi psikologis)
Salam, Saya setuju dengan mbak Listy prihatin banget Kejadian tragis seperti itu, harusnya memunculkan tanda-tanda awal Penyebabnyapun juga banyak Tapi setelah terjadi, sebagai orang beriman kita hanya bisa bilang Inna liLlahi wa inna ilaihi rojiun Itu cara Dia memanggil hambanya kembali Saya heran 5 x sehari minta petunjuk, tapi petunjuk yang ada tidak dipakai Hikmahnya, memang manusia diberi kekuasaan yang besar untuk menentukan masa depannya Membunuh diri, membunuh anak adalah suatu dosa besar disisiNya Tapi banyak orang yang mengaku beriman melaksanakan hal itu Dengan alasan yang juga religius Dan Allah mengijinkan hal itu terjadi Sholawat keatas Nabi, seandainya beliau masih ada pertanyaan kita akan mendapatkan jawaban yang pasti WaLlahu alam, Samudjo DISCLAIMER: The information contained in this communication is intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others authorized to receive it. It may contain confidential, legally privileged information or otherwise protected by law from disclosure and is intended solely for the use of the addressee. If you are not the intended recipient you are hereby notified that any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited and may be unlawful. Unless otherwise specifically stated by the sender, any documents or views presented are solely those of the sender and do not constitute official documents or views of PT Apexindo Pratama Duta Tbk. If you received this email in error, please immediately notify the sender or our email administrator at [EMAIL PROTECTED] and delete it from your system. Thank you. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
- Anik adalah sarjana Planologi ITB, yg bekerja penuh sbg ibu RT. Dia anak dokter, - Iman, suami Anik adalah sarjana Fisika ITB yg sedang menjalani pendidikan S2, dia juga aktivist Mesjid Salman ITB dan bekerja sbg pengurus yayasan Mesjid Salman ITB. - Setelah penguburan 3 jenazah anaknya, Anik diantarkan oleh pengurus yayasan Mesjid Salman ke rumah Prof. Muji Raharto - kepala UPT Planetarium Boscha untuk menginap, - Disebutkan kemungkinan Anik menderita Schizophrenia, [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
Makasih buat berita penyeimbangnya, masarcon Ini bisa jadi pembelajaran buat kita semua dalam membaca berita di koran-koran. Saya males nyalahin koran dan jurnalistiknya segala. Mending saling menasehati saja dalam membaca segala berita. Ini baru berita ecek-ecek. Apalagi berita konsumsi politik??? Ada betulnya nasehat seorang teman untuk tidak membaca berita-berita di koran. Bisa membuat hati jadi keruh...:-). Butuh urat syaraf yang kuat! Butuh sikap pikir positif yang kuat pula. wassalam, --- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Re: [Urang Sunda] Kronologis Pembunuhan Abdul Kudus Wed, 14 Jun 2006 01:50:19 -0700 Bilih peryogi BERITA PENYEIMBANG... http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/ Polisi dan Pers hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 kakak beradik? http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/ Teman saya di Salman diberi ujian yang sangat berat dari Allah, semua putranya (3 orang) meninggal serentak pada hari Jumat kemarin. Saya turut berduka dan simpati yang mendalam kepada teman saya itu. Beberapa hari ini saya sering tercenung, bagaimana beratnya dia menanggung ujian tersebut? Bagaimana menghadapi rumah yang tiba-tiba sunyi dari tawa dan tangis anak-anak? Ya Allah ya Rabbi, kuatkanlah hatinya dengan kesabaran dan keimanan. Perasaan saya terus galau beberapa hari ini tiap kali teringat musibah itu. Sampai tiba-tiba siang tadi saya membaca harian Pikiran Rakyat, dan saya sangat terpukul. Judul beritanya kurang lebih adalah Tiga bocah kakak beradik dibunuh ibunya? Masya Allah, dalam kondisi menanggung duka, keluarga teman saya itu sekarang diteror oleh polisi dan pers. Tanpa menunggu lewatnya masa berduka sedetikpun! Polisi -yang menurut saya bertindak bagai pahlawan kesiangan tak diundang- merasa bertanggungjawab untuk mengusut kejadian naas tersebut. Karena itu istri teman saya diinterogasi. Hasilnya, menurut Berita Acara Pemeriksaan (BAP) si ibu mengaku telah membunuh anaknya! Masya Allah! Saya, yang mengenal langsung teman saya itu, menjadi geram, jengkel, sedih, marah. Saya tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Semestinya kalau polisi berempati dia akan memberi waktu kepada keluarga yang ditimpa musibah itu. Semestinya mereka sadar, menginterogasi seseorang yang sedang dalam kondisi kejiwaan terguncang tentulah jauh dari valid. Bisa jadi menjawabnya asal-asalan, atau salah berbicara. Saya menduga BAP tersebut bias, bisa karena penjawabnya sedang kurang sadar, atau karena penanya mengarahkan jawaban, atau bahkan penanya sembarang menyimpulkan. Bukankah siapa yang menulis, dia yang memegang kendali? Jawaban seperti apapun akhirnya akan menurut kepada siapa penulisnya. Misalkan Anda sedang stress berat karena anak Anda meninggal mendadak (maaf, ini cuma andai), mungkinkah Anda menjawab pertanyaan para polisi yang tidak empatik itu dengan pikiran jernih? Atau, andai si ibu itu teman Anda yang mengalami musibah luar biasa dengan meninggal anaknya, lalu dia berkata, Saya membunuhnya saya membunuhnya yakinkah Anda bahwa itu adalah suatu bentuk ekspresi penyesalan mendalam dari seorang ibu yang sedang terguncang jiwanya, dan BUKAN BERARTI memang membunuh? Dugaan terkuat saya adalah : si ibu melakukan tindakan (misalnya memberi obat atau melakukan tindakan perawatan) namun ternyata berakibat fatal, karena kebetulan beberapa hari itu ketiga anak tersebut sakit demam. Tentu ada banyak hipotesis lain, namun saya berpegang pada beberapa hal mendasar : 1. saya kenal betul betapa alimnya teman saya itu (si suami) sehingga peluang terbesar dia adalah memilih istri yang mirip karakternya 2. ketiga anak itu sakit beberapa hari sebelum meninggal 3. mengingat karakter suami (yang tentu mempengaruhi iklim kehidupan rumah tangga) saya merasa mustahil ada niatan membunuh dalam diri si ibu Saya menduga ekspresi si ibu bahwa dia membunuh anaknya adalah 'asumsi si ibu itu sendiri' bahwa karena tindakan yang dia berikan (pemberian obat atau tindakan perawatan) ternyata berakibat fatal bagi semua putranya itu. Sangat wajar bahwa perasaan bersalah tersebut muncul menjadi ekspresi ingin menanggung semua beban tanggung jawab atas kematian semua putranya tersebut. Dan saya menjadi sangat geram hari ini membaca judul di koran yang sangat tendensius dan memojokkan. Sepertinya tak ada simpati sama sekali atas musibah besar yang melanda keluarga teman saya itu. Berita itu seakan-akan bukan lagi dugaan, dan tidak ada pernyataan pengimbang dari pihak keluarga. Berita tersebut berat sebelah! Ini sepenggal cuplikan berita di Pikiran Rakyathttp://khairulu.blogsome.com/go.php?http://www.pikiran- rakyat.com/cetak/2006/062006/13/0103.htm: *Namun Adardam belum bersedia membeberkan ihwal kronologis kejadian, termasuk soal modus dan motif yang melatari pembunuhan itu. Saya takut salah. Benar klien kami sudah mengaku membunuh
RE: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
Info yang bagus Mba Fau ... Memang untuk kasus-kasus tertentu kita tidak bisa mengkaitkan KAIDAH agama ... Walaupun BASIC Agama pelaku cukup kuat mengena ... Dalam artian ... segala sesuatu tidak bisa langsung dikaitkan dengan AGAMA ... Walaupun Nilai MORAL didalam AGAMA sudah tertanam sejak dini ... Memang komunikasi lha yang di utamakan didalam kasus ini ... Kembali lagi Komunikasi yang bagaimana ? ... Saya sangat tertarik sekali dengan program2 yang sedang dijalankan oleh AA'GYM .. Dimana seluruh penanaman nilai social beragama didalam MANAGEMENT QOLBU ... DJ Oko - Duka Jogja Duka Indonesia Thank you for add : http://www.friendster.com/login.php?aff_id=15175964link_id=2count=cli ck [EMAIL PROTECTED] On friendster Direct Line 021.88.32.068 : After Hour 021.93.102.213 -Original Message- On Behalf Of fauziah swasono Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal. Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu hanya pemicu bukan penyebab. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/Q0DZdC/hOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal. Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu hanya pemicu bukan penyebab. --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris Yahoo! Groups Sponsor ~-- See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
betul mba. -Original Message- From: fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] To: ppiindia@yahoogroups.com Date: Mon, 19 Jun 2006 03:33:10 - Subject: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal. Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu hanya pemicu bukan penyebab. --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris Yahoo! Groups Sponsor ~-- Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/U0DZdC/lOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
Terima kasih Jazakillah khoir katsir mengingatkan saya. Skizofren memang penyakit aneh...mungkin karena saya sendiri juga kadang masih menebak juga apakah itu semacam penyakit genetik juga. Agak awam saya mengenai penyakit ini, sehingga ketika orang bilang penyakit ini pun, saya masih menaruh keraguan. BTW sekali lagi trims mbakyu Fau Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal. Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu hanya pemicu bukan penyebab. --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links The great job makes a great man pustaka tani nuraulia __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/Q0DZdC/hOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
lupa kisahnya .. :p Bandung, 12 Mei 2006, digegerkan oleh peristiwa pembunuhan 3 orang anak yang dilakukan oleh Ibu kandungnya sendiri. Ibu itu membunuh ketiga anak-anaknya dengan cara membekapnya sampai kehabisan nafas. Ibu itu bukanlah orang yang bodoh juga tidak taat beragam, pun bukan dari latar belakang keluarga yang kacau. Ibu itu seorang aktivis di Salman ITB (Insitut Teknologi Bandung), pun dia adalah seorang yang cerdas dan alumnus dari perguruan tinggi favorit itu. Bagaimana dengan suaminya, dia adalah alumnus ITB juga yang sekaligus Kepala Lembaga Wakaf dan Zakat Salman ITB. Tentulah bukan seorang yang tidak tahu dalam urusan agamanya. Tragis, mengenaskan, meyedihkan, mengerikan. Itu yang terbersit dalam pikiran saya. Saya tak habis pikir atas peristiwa ini. Karena factor ekonomikah? Tidak, sang suami menyangkal di antara isak tangisnya ketika wartawan menanyakan sebab mengapa sang istri tega melakukan hal itu. Teman saya di Jombang, mengirim pesan pada saya mungkin karena suami yang terlalu sibuk di Salman. Entah, belum jelas. Mungkin saja. Peristiwa seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri bukanlah hal yang baru lagi di jaman ini, tapi dilakukan dengan profil orang seperti itu tentunya sangat mengejutkan kita. Berbeda dengan yang sering saya lihat dalam tayangan Buser, Sergap, dan kawan-kawannya, seorang Ibu yang melakukan perbuatan dosa tersebut, adalah sosok yang bukan lulus dari perguruan tinggi, bukan pula seorang aktivis, dan suaminya bukan pula seorang yang menangani urusan umat. Saya hanya bisa menangis, jaman ini telah kehilangan kebaikan, kemaksiatan bukan lagi hal yang aneh, kezaliman adalah bagian dari keseharian, dosa bukan lagi momok bagi setiap manusia. Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya, di tengah derita yang saya tanggung dalam kehidupan ini, saya masih bisa mengerem untuk tidak melakukan dosa, terhadap siapapun. Ah, bagaimana jika Bunda telah menjadi mesin pembunuh bagi anak yang dilahirkan melalui rahimnya? Inikah akhir dunia? On 6/19/06, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih Jazakillah khoir katsir mengingatkan saya. Skizofren memang penyakit aneh...mungkin karena saya sendiri juga kadang masih menebak juga apakah itu semacam penyakit genetik juga. Agak awam saya mengenai penyakit ini, sehingga ketika orang bilang penyakit ini pun, saya masih menaruh keraguan. BTW sekali lagi trims mbakyu Fau Menurut saya, kasus ini sangat aneh dari kacamata orang normal. Dugaan saya dia menderita semacam skizofren. Dan kata temen saya yg dokter, penyakit ini bisa jadi memang udah dari sononya. Gak peduli dia orang apa, agama apa, umur berapa, dst. Memang sudah cobaan dari Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh lingkungannya adalah membantu mengobatinya, which is biasanya sangat susah. Karena penderita kelihatan normal dari luar dan dia sendiri tidak merasa sakit. Dan karena kita tidak punya info yang cukup, apalagi kenal sama yang bersangkutan, alangkah baiknya kalo kita menahan diri berkomentar yang asal njeplak. Nanti jangan2 dosa kita jadi lebih besar. Pelajaran yang bisa saya ambil saat ini adalah pentingnya memperhatikan komunikasi dg keluarga. Jadi bisa jadi stress dsb itu hanya pemicu bukan penyebab. --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, aris solikhah wrote: Ada beberapa hal yang mengganjal dalam diri saya mengenai kasus. INi, agak aneh juga ketika ada seseorang yang berpahaman Islam lumayan melakukan perbuatan dosa besar ini. Meski saya yakin namanya manusia (termasuk saya sendiri), melakukan suatu perbuatan dosa adalah hal yang pasti terjadi. Beberapa media masa memberitakan agak berbeda mengenai kasus ini. Benarkah perempuan ini dengan sadar melakukan perbuatan ini, atau khilaf, tidak sadar,atau depresi? Apa yang menyebabkan ia depresi, karena sisi ekonomi , dia mampu. Atau mungkinkah rasa sayang atau pemahaman yang agak keliru mengenai rasa kasih sayang pada anak. Misalnya ada orang tua memukuli anaknya hanya karena kesalahan kecil dengan alasan rasa sayangnya untuk pendidikan si anak. Atau juga perempuan ini mungkinkah dilanda rasa dosa atas ketidakmampuannya atau kekhawatirannya amat sangat karena tekut mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak (amanah yang dianggap berat sekali) di hadapan Allah kelak, sehingga dia kemudian melakukan pembunuhan itu. saya teringat kisah Khidir yang menyuruh Musa membunuh seorang anak kecil, karena Khidir melihat masa depan anak ini kelak menjadi pangkal segala bencana dimasyarakat. Ah.. banyak tanda tanya mengenai hal ini, namun satu hal membunuh adalah dosa besar, namun ada dosa yang jauh lebih besar daripada pembunuhan yaitu syirik, dosa yang tidak termaafkan, tidak beriman pada Allah, Tuhan yang Esa. wallahu'alambishawab salam, aris *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in
Re: [ppiindia] Re: Kronologis Pembunuhan
Re: [Urang Sunda] Kronologis Pembunuhan Abdul Kudus Wed, 14 Jun 2006 01:50:19 -0700 Bilih peryogi BERITA PENYEIMBANG... http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/ Polisi dan Pers hanya mencari sensasi dalam musibah meninggalnya 3 kakak beradik? http://khairulu.blogsome.com/2006/06/13/56/ Teman saya di Salman diberi ujian yang sangat berat dari Allah, semua putranya (3 orang) meninggal serentak pada hari Jumat kemarin. Saya turut berduka dan simpati yang mendalam kepada teman saya itu. Beberapa hari ini saya sering tercenung, bagaimana beratnya dia menanggung ujian tersebut? Bagaimana menghadapi rumah yang tiba-tiba sunyi dari tawa dan tangis anak-anak? Ya Allah ya Rabbi, kuatkanlah hatinya dengan kesabaran dan keimanan. Perasaan saya terus galau beberapa hari ini tiap kali teringat musibah itu. Sampai tiba-tiba siang tadi saya membaca harian Pikiran Rakyat, dan saya sangat terpukul. Judul beritanya kurang lebih adalah Tiga bocah kakak beradik dibunuh ibunya? Masya Allah, dalam kondisi menanggung duka, keluarga teman saya itu sekarang diteror oleh polisi dan pers. Tanpa menunggu lewatnya masa berduka sedetikpun! Polisi -yang menurut saya bertindak bagai pahlawan kesiangan tak diundang- merasa bertanggungjawab untuk mengusut kejadian naas tersebut. Karena itu istri teman saya diinterogasi. Hasilnya, menurut Berita Acara Pemeriksaan (BAP) si ibu mengaku telah membunuh anaknya! Masya Allah! Saya, yang mengenal langsung teman saya itu, menjadi geram, jengkel, sedih, marah. Saya tidak terima dengan perlakuan seperti itu. Semestinya kalau polisi berempati dia akan memberi waktu kepada keluarga yang ditimpa musibah itu. Semestinya mereka sadar, menginterogasi seseorang yang sedang dalam kondisi kejiwaan terguncang tentulah jauh dari valid. Bisa jadi menjawabnya asal-asalan, atau salah berbicara. Saya menduga BAP tersebut bias, bisa karena penjawabnya sedang kurang sadar, atau karena penanya mengarahkan jawaban, atau bahkan penanya sembarang menyimpulkan. Bukankah siapa yang menulis, dia yang memegang kendali? Jawaban seperti apapun akhirnya akan menurut kepada siapa penulisnya. Misalkan Anda sedang stress berat karena anak Anda meninggal mendadak (maaf, ini cuma andai), mungkinkah Anda menjawab pertanyaan para polisi yang tidak empatik itu dengan pikiran jernih? Atau, andai si ibu itu teman Anda yang mengalami musibah luar biasa dengan meninggal anaknya, lalu dia berkata, Saya membunuhnya saya membunuhnya yakinkah Anda bahwa itu adalah suatu bentuk ekspresi penyesalan mendalam dari seorang ibu yang sedang terguncang jiwanya, dan BUKAN BERARTI memang membunuh? Dugaan terkuat saya adalah : si ibu melakukan tindakan (misalnya memberi obat atau melakukan tindakan perawatan) namun ternyata berakibat fatal, karena kebetulan beberapa hari itu ketiga anak tersebut sakit demam. Tentu ada banyak hipotesis lain, namun saya berpegang pada beberapa hal mendasar : 1. saya kenal betul betapa alimnya teman saya itu (si suami) sehingga peluang terbesar dia adalah memilih istri yang mirip karakternya 2. ketiga anak itu sakit beberapa hari sebelum meninggal 3. mengingat karakter suami (yang tentu mempengaruhi iklim kehidupan rumah tangga) saya merasa mustahil ada niatan membunuh dalam diri si ibu Saya menduga ekspresi si ibu bahwa dia membunuh anaknya adalah 'asumsi si ibu itu sendiri' bahwa karena tindakan yang dia berikan (pemberian obat atau tindakan perawatan) ternyata berakibat fatal bagi semua putranya itu. Sangat wajar bahwa perasaan bersalah tersebut muncul menjadi ekspresi ingin menanggung semua beban tanggung jawab atas kematian semua putranya tersebut. Dan saya menjadi sangat geram hari ini membaca judul di koran yang sangat tendensius dan memojokkan. Sepertinya tak ada simpati sama sekali atas musibah besar yang melanda keluarga teman saya itu. Berita itu seakan-akan bukan lagi dugaan, dan tidak ada pernyataan pengimbang dari pihak keluarga. Berita tersebut berat sebelah! Ini sepenggal cuplikan berita di Pikiran Rakyathttp://khairulu.blogsome.com/go.php?http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/13/0103.htm: *Namun Adardam belum bersedia membeberkan ihwal kronologis kejadian, termasuk soal modus dan motif yang melatari pembunuhan itu. Saya takut salah. Benar klien kami sudah mengaku membunuh ketiga anaknya. Tapi, bukti-bukti lain yang mendukung ke arah tersebut belum ada, katanya.* Kata-kata 'sudah mengaku' di situ maknanya apa? Apakah maksudnya setuju dengan pemikiran penanya? *Polisi masih enggan mengungkapkan modus dan motif pembunuhan. Berdasarkan penelusuran, polisi menduga kuat ketiganya dibunuh dengan cara dibekap menggunakan bantal. Bahkan ada indikasi, sebelum dibekap, tersangka mencekik korban. Untuk jelasnya, kita tunggu hasil autopsi, ujar sumber PR di Mapolresta Bandung Timur.* Saya menganggap pernyataan itu adalah dugaan polisi yang diberitakan 'seakan-akan kesimpulan sementara'. Si sumber PR itu memang sudah meneliti atau cuma duga-duga? Saya semakin sedih saat