Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL....
Dia itu malah pingin merubah stigma yang irrasional menjadi rasional Samudjo [EMAIL PROTECTED] wrote:Pada dasarnya orang itu punya paradigma berfikir Dia hanya ingin mendengar apa yang dia ingin dengar Untuk mengharapkan petunjuk dari Allah berupa wahyu sudah tidak mungkin lagi, karena Muhammad adalah nabi terakhir Jadi cobalah memaknai mencari hikmah dari segala informasi yang bersliweran, siapa tahu itu datangnya dari Allah meskipun itu Ulil yang ngomong Mengenai anjuran beliau untuk menengok ke Barat, Saya setuju dengan pendapat bahwa Ulil terlalu menyederhanakan masalah dan bahwa dia sendiri sudah menempelkan stigma Islam itu irrasional Gusti Allah Maha Adil Ulil akan mendapatkan apa yang dia semai Insya Allah,WaLlahu A'lam, samudjo - Original Message - From: kim3hook [EMAIL PROTECTED] To: ppiindia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 01, 2005 2:30 PM Subject: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL --- In ppiindia@yahoogroups.com, mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk akal. Kebiasaan yang buruk di milis yaitu : orang kayak si anu nggak perlu ditanggapin... Selalu ada saja penggembos agar anggota itu menjadi layu dan loyo untuk berdebat dan berpikir. Merajuk kepada anggota lain untuk jangan meladeni isi opini dalam sebuah artikel, ini benar benar fenomena ke-impoten-an intelektuil ! _ http://indonews.free.fr *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links DISCLAIMER: The information contained in this communication is intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others authorized to receive it. It may contain confidential, legally privileged information or otherwise protected by law from disclosure and is intended solely for the use of the addressee. If you are not the intended recipient you are hereby notified that any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited and may be unlawful. Unless otherwise specifically stated by the sender, any documents or views presented are solely those of the sender and do not constitute official documents or views of PT Apexindo Pratama Duta Tbk. If you received this email in error, please immediately notify the sender or our email administrator at [EMAIL PROTECTED] and delete it from your system. Thank you. *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] - Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - Discover Yahoo! Have fun online with music videos, cool games, IM more. Check it out! [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- In low income neighborhoods, 84% do not own computers. At Network for Good, help bridge the Digital Divide! http://us.click.yahoo.com/HO7EnA/3MnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan
[ppiindia] Re: namanya juga ULILLL..(Salut kepada Ulil)
IMO, tulisan Ulil ini banyak flaws-nya. Sayang lagi nggak sempet nulis panjang disini. Cuma tampaknya dia terjebak pada jargon barat Islam adalah agama non-rasional sehingga dia mempertentangkan antara agama dan rasionalitas yang dia terjemahkan juga sebagai modernitas. Ada ketidak kosistenan Ulil dalam permainan kata2nya. Kedua, Barat dalam konteks Ulil ini apa ya? US atau Eropa? Rahasia kemajuan Jepang tidaklah sesederhana seperti yg ditulis Ulil yaitu meniru barat (atau malah dijajah amerika? bagi sebagian orang). Sudah banyak sekali buku dan seminar yang membahas hal ini baik dari sisi ekonomi, science, sosial, budaya, politik, dll. Saya kira dari segi ekonomi ada banyak faktor lain yang jauh lebih dominan, diantaranya adalah export-oriented policy yang saat itu dalam konteks regional dan internasional sedang pas banget. Segi sosial-politik? tahukah Ulil bahwa jepang (juga Jerman dan Perancis) adalah negara yg bisa dibilang sosialis? There are far different with the US' system, and many of germans, french and japanese hate the US government. Jadi, sementara, saya merasa tulisan Ulil masih terlalu prematur. Sayang, biasanya saya cukup bisa menikmati wacana idenya, hanya kali ini kayaknya dia terjebak pada keterpukauan pada western. salam, fau Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? Oleh Ulil Abshar-Abdalla Kolom | 31/05/2005 Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas kehidupan, dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan dalam sanctuary yang namanya ruang privat. Bahwa Yahoo! Groups Sponsor ~-- Has someone you know been affected by illness or disease? Network for Good is THE place to support health awareness efforts! http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Re: namanya juga ULILLL.(sebuah renungan mendalam)
Maaf, Bung Aris, kalau saya mendapat kesan Anda tidak mengikuti apa yang dipostingkan penulis di forum milis JIL. Tapi mungkin saya salah, karena saya hanya mengandalkan kepada apa yang Anda tulis di sini saja--- maaf. Di forum diskusi dunia maya yang diselenggarakan oleh JIL itu tidak ada sikap otoriter Ulil seperti yang Anda perkirakan itu. Di sana Anda dan siapa saja ditantang untuk berdebat dengan kritis. Itulah sebabnya saya ikut dalam milis itu. Banyak perbedaan antara para penulis di milis itu, dan semuanya bebas mengungkapkannya dengan kadar kekritisan masing-masing. Ulil bukan polisi yang mengatur lalulintas percaturan pemikiran lain di luar yang sudah dikenal dalam masalah Islam sebagai teks maupun Islam sebagai prilaku budaya di dalam masyarakat. Hanya orang-orang yang sudah karatan berpegang kepada pemikiran daur ulang warisan dari orang tua atau guru ngajinya saja yang tidak tahan menghadapi tulisan-tulisan kritis yang ada di JIL. Misalnya saja yang terakhir dalam diskusi tentang buku Ibnu Warraq dan juga Irshad Manji itu. Saya sudah lama di forum itu, dan saya tetap punya p3endirian yang banyak berbeda bukan hanya dengan penulis lainnya saja bahkan dengan Ulil sekali pun. Berbeda pendapat dan pendirian di forum JIL itu ditolerir, dengan catatan pandangan dan pendiriannya itu boleh dikritisi oleh yang lain -- suatu tata cara pergaulan intelektual yang matang dan dewasa. Kalau belum siap untuk dewasa dan matang, memang forum itu meresahkan, apalagi yang tingkat emosionalnya masih remaja. Saya sarankan agar Anda ikut dalam forum itu agar paling tidak tahu apa saja yang dibicarakan dan bagaimana jalannya perdebatan di sana sehingga akan kelihatan bahwa Ulil bukanlah pemenang satu-satunya kebenaran di sana. Ijtihad itu hak setiap manusia Muslim. Dan Irshad Manji mengambil haknya itu sebagai seorang perempuan yang punya pandangan feminisme, sehingga dia pun sampai kepada kesimpulan fatwa- free, artinya bebas dari kungkungan fatwa siapa pun, sebab dia mencari jalannya sendiri di dalam ke-Islam-annya lewat ijtihad itu. Otaknya encer dan tinggi mutunya, bahkan dibandingkan banyak otak para penulis lelaki di banyak milis yang saya ikut, selain memiliki keberanian. Ijtihad memerlukan keberanian dan keenceran otak! Dan otak adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada ciptaannya yang bernama manusia di bumi ini --- Alhamdulillah! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear All Setuju dengan pendapat mas Samsul. Maaf bukan maksud menggurui, namun patut juga untuk direnungkan. Kadang kita nggak setuju dengan suatu organisasi dan ide-ide yang diusung dalam kasus ini JIL dan tokohnya. Namun disadari atau pun tidak kita telah mengadopsi pemikiran dan ide-nya secara mentah-mentah. Satu hal misalnya, dengan mengatakan jangan membawa penilaian agama saat mengkritisi suatu atau segala hal. Itu adalah ciri khas sekularisasi atau liberalisasi agama. Untuk kasus JIL tentu pemisahan agama Islam dengan aturannya. Atau tanpa ba bi bu kita mengomentari sesuatu yang kadang belum tahu pasti/yakin sebenarnya dalam hukum agama bagaimana. Jadi mohon bersama-sama, kita berhati-hati mengomentari sesuatu. Apapun yang kita lakukan suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Bisa jadi komentar kita yang mungkin keliru, kemudian orang mengikutinya. Siapa tahu? Maka kita yang jadi promotor dalam kekeliruan itu. Terima kasih. Salam, A. Solikhah mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk akal. --- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Judulnya rada provok yak ... :)) Tapi dibaca aja dech bagian bagian selanjutnya. salam, Ari Condro - Original Message - From: assyaukanie [EMAIL PROTECTED] Ulil lagi dapat wahyu. Ide-ide brilian terus muncul dari kepalanya. Sebagai seorang sahabat, saya cuma bisa mengamininya. Qad ja'al haq wa zahaqal bathil.. Luthfi --- Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? Oleh Ulil Abshar-Abdalla Kolom | 31/05/2005 Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas kehidupan, dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan dalam sanctuary yang namanya ruang privat. Bahwa Barat harus ditiru secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam dirinya (truisme). Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti yang dihadapi Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual Jepang dihadapkan pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru Barat atau tetap
Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL..(Salut kepada Ulil)
ulil adalah salah satu aset umat islam indonesia yang jujur akan kebutuhan islam masa kini adalah dengan conecting ke barat. bukan ke gurun yang penuh dengan onta itu.. kejujuran akan perubahan ke arah positiv ini di ungkapkan dengan mempelajari jepang. satu macan dunia yang juga mahluk asia yg banyak belajar dari barat. dikota bau busuk kayak jakarta ternyata lebih barat daripada org barat sendiri..namun ini hanyalah style saja. fashion saja! tidak dibungkus dengan semangatnya. selamat ber proses teman teman muslim di indonesia bersama ulil tentunya.. cheers! fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] wrote: IMO, tulisan Ulil ini banyak flaws-nya. Sayang lagi nggak sempet nulis panjang disini. Cuma tampaknya dia terjebak pada jargon barat Islam adalah agama non-rasional sehingga dia mempertentangkan antara agama dan rasionalitas yang dia terjemahkan juga sebagai modernitas. Ada ketidak kosistenan Ulil dalam permainan kata2nya. Kedua, Barat dalam konteks Ulil ini apa ya? US atau Eropa? Rahasia kemajuan Jepang tidaklah sesederhana seperti yg ditulis Ulil yaitu meniru barat (atau malah dijajah amerika? bagi sebagian orang). Sudah banyak sekali buku dan seminar yang membahas hal ini baik dari sisi ekonomi, science, sosial, budaya, politik, dll. Saya kira dari segi ekonomi ada banyak faktor lain yang jauh lebih dominan, diantaranya adalah export-oriented policy yang saat itu dalam konteks regional dan internasional sedang pas banget. Segi sosial-politik? tahukah Ulil bahwa jepang (juga Jerman dan Perancis) adalah negara yg bisa dibilang sosialis? There are far different with the US' system, and many of germans, french and japanese hate the US government. Jadi, sementara, saya merasa tulisan Ulil masih terlalu prematur. Sayang, biasanya saya cukup bisa menikmati wacana idenya, hanya kali ini kayaknya dia terjebak pada keterpukauan pada western. salam, fau - Discover Yahoo! Stay in touch with email, IM, photo sharing more. Check it out! [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Does he tell you he loves you when he's hitting you? Abuse. Narrated by Halle Berry. http://us.click.yahoo.com/aFQ_rC/isnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL....
Pada dasarnya orang itu punya paradigma berfikir Dia hanya ingin mendengar apa yang dia ingin dengar Untuk mengharapkan petunjuk dari Allah berupa wahyu sudah tidak mungkin lagi, karena Muhammad adalah nabi terakhir Jadi cobalah memaknai mencari hikmah dari segala informasi yang bersliweran, siapa tahu itu datangnya dari Allah meskipun itu Ulil yang ngomong Mengenai anjuran beliau untuk menengok ke Barat, Saya setuju dengan pendapat bahwa Ulil terlalu menyederhanakan masalah dan bahwa dia sendiri sudah menempelkan stigma Islam itu irrasional Gusti Allah Maha Adil Ulil akan mendapatkan apa yang dia semai Insya Allah,WaLlahu A'lam, samudjo - Original Message - From: kim3hook [EMAIL PROTECTED] To: ppiindia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 01, 2005 2:30 PM Subject: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL --- In ppiindia@yahoogroups.com, mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk akal. Kebiasaan yang buruk di milis yaitu : orang kayak si anu nggak perlu ditanggapin... Selalu ada saja penggembos agar anggota itu menjadi layu dan loyo untuk berdebat dan berpikir. Merajuk kepada anggota lain untuk jangan meladeni isi opini dalam sebuah artikel, ini benar benar fenomena ke-impoten-an intelektuil ! _ http://indonews.free.fr *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links DISCLAIMER: The information contained in this communication is intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed and others authorized to receive it. It may contain confidential, legally privileged information or otherwise protected by law from disclosure and is intended solely for the use of the addressee. If you are not the intended recipient you are hereby notified that any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited and may be unlawful. Unless otherwise specifically stated by the sender, any documents or views presented are solely those of the sender and do not constitute official documents or views of PT Apexindo Pratama Duta Tbk. If you received this email in error, please immediately notify the sender or our email administrator at [EMAIL PROTECTED] and delete it from your system. Thank you. Yahoo! Groups Sponsor ~-- In low income neighborhoods, 84% do not own computers. At Network for Good, help bridge the Digital Divide! http://us.click.yahoo.com/HO7EnA/3MnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Merujuk Al Qur'an dan Hadits - Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL.(sebuah renungan mendalam)
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [Al Baqoroh:2] Ku tinggalkan 2 perkara, yang jika kamu berpegang pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat. Yaitu Al Qur'an dan Sunnahku [Hadits Nabi] Masalahnya bukan otoriter atau tidak. Boleh dikritik atau tidak. Tapi apakah perkataan, tulisan, dan perbuatan kita sesuai dengan Al Qur'an dan Hadits. Untuk apa kalau kita tidak otoriter, bisa dikritik tapi tulisan kita selalu menyalahi Al Qur'an dan Hadits? Kalau soal dunia yang tak ada petunjuknya di Al Qur'an dan Hadits, kita bisa bicara apa saja selama tidak bertentangan dengan yang dua itu. Tapi kalau menyangkut agama Islam, ya harus sesuai dengan aturan Allah (Al Qur'an) dan utusan-Nya (Hadits Nabi). Karena yang punya otoriter menentukan sesat/tidak adalah Allah (yang tertuang dalam Al Qur'an) dan NabiNya (yang tertuang dalam Hadits). Kita merujuk pada dua pedoman itu. Bukan manusia biasa macam Ulil dan teman2nya...:) --- Ikranagara [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf, Bung Aris, kalau saya mendapat kesan Anda tidak mengikuti apa yang dipostingkan penulis di forum milis JIL. Tapi mungkin saya salah, karena saya hanya mengandalkan kepada apa yang Anda tulis di sini saja--- maaf. Di forum diskusi dunia maya yang diselenggarakan oleh JIL itu tidak ada sikap otoriter Ulil seperti yang Anda perkirakan itu. Di sana Anda dan siapa saja ditantang untuk berdebat dengan kritis. Itulah sebabnya saya ikut dalam milis itu. Banyak perbedaan antara para penulis di milis itu, dan semuanya bebas mengungkapkannya dengan kadar kekritisan masing-masing. Ulil bukan polisi yang mengatur lalulintas percaturan pemikiran lain di luar yang sudah dikenal dalam masalah Islam sebagai teks maupun Islam sebagai prilaku budaya di dalam masyarakat. Hanya orang-orang yang sudah karatan berpegang kepada pemikiran daur ulang warisan dari orang tua atau guru ngajinya saja yang tidak tahan menghadapi tulisan-tulisan kritis yang ada di JIL. Misalnya saja yang terakhir dalam diskusi tentang buku Ibnu Warraq dan juga Irshad Manji itu. Saya sudah lama di forum itu, dan saya tetap punya p3endirian yang banyak berbeda bukan hanya dengan penulis lainnya saja bahkan dengan Ulil sekali pun. Berbeda pendapat dan pendirian di forum JIL itu ditolerir, dengan catatan pandangan dan pendiriannya itu boleh dikritisi oleh yang lain -- suatu tata cara pergaulan intelektual yang matang dan dewasa. Kalau belum siap untuk dewasa dan matang, memang forum itu meresahkan, apalagi yang tingkat emosionalnya masih remaja. Saya sarankan agar Anda ikut dalam forum itu agar paling tidak tahu apa saja yang dibicarakan dan bagaimana jalannya perdebatan di sana sehingga akan kelihatan bahwa Ulil bukanlah pemenang satu-satunya kebenaran di sana. Ijtihad itu hak setiap manusia Muslim. Dan Irshad Manji mengambil haknya itu sebagai seorang perempuan yang punya pandangan feminisme, sehingga dia pun sampai kepada kesimpulan fatwa- free, artinya bebas dari kungkungan fatwa siapa pun, sebab dia mencari jalannya sendiri di dalam ke-Islam-annya lewat ijtihad itu. Otaknya encer dan tinggi mutunya, bahkan dibandingkan banyak otak para penulis lelaki di banyak milis yang saya ikut, selain memiliki keberanian. Ijtihad memerlukan keberanian dan keenceran otak! Dan otak adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada ciptaannya yang bernama manusia di bumi ini --- Alhamdulillah! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear All Setuju dengan pendapat mas Samsul. Maaf bukan maksud menggurui, namun patut juga untuk direnungkan. Kadang kita nggak setuju dengan suatu organisasi dan ide-ide yang diusung dalam kasus ini JIL dan tokohnya. Namun disadari atau pun tidak kita telah mengadopsi pemikiran dan ide-nya secara mentah-mentah. Satu hal misalnya, dengan mengatakan jangan membawa penilaian agama saat mengkritisi suatu atau segala hal. Itu adalah ciri khas sekularisasi atau liberalisasi agama. Untuk kasus JIL tentu pemisahan agama Islam dengan aturannya. Atau tanpa ba bi bu kita mengomentari sesuatu yang kadang belum tahu pasti/yakin sebenarnya dalam hukum agama bagaimana. Jadi mohon bersama-sama, kita berhati-hati mengomentari sesuatu. Apapun yang kita lakukan suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Bisa jadi komentar kita yang mungkin keliru, kemudian orang mengikutinya. Siapa tahu? Maka kita yang jadi promotor dalam kekeliruan itu. Terima kasih. Salam, A. Solikhah mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk
Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL. 4 Ikra
Dear mas Ikranagera, Mas Ikra ini apakah yang surat pembacanya keluar di Republika hari ini mengenai surat untuk SBY? Klo ya, aris ucapkan selamat. teruslah membuat tulisan pembaca yang sangat kritis dan berani seperti itu. Saran mas akan dipenuhi, saya dulu ikutan tapi kemudian cabut lagi, abis kebanjiran dan banyak beberapa malah sebagai ajang debat kusir aja. Mas, memaknai ijtihad dalam islam tak semudah itu. Kemampuan Ijtihad memang seharusnya dimiliki oleh kaum muslimin. Tapi persyaratan menjadi seorang mujtahid itu berat, hampir semua orang di indonesia tak memiliki kemampuan itu (maaf). Persyaratan utama seorang mujtahid dia harus punya ushul fiqh sendiri, mas punya?Klo ya bagus, mas mungkin seorang mujtahid. Bahasa arab harus, hafidz al qur'an adalah keniscayaan mengerti maknanya secara bahasa dan syara'. Maaf , saya khawatir, terjadi perluasan makna ijtihad yang menyimpang dari aturan Islam. Ijtihad disejajarkan dengan berpendapat. Ijtihad adalah menggali hukum islam yang belum ada karena perkembangan ada zaman. Bukan membuat hukum baru yang sebenarnya sudah jelas hukumnya karena ketidaktahuan kita. Kenapa kemudian MUI juga tak pernah menggunakan kata ijtihad untuk fatwa. karena fatwa itu tak memiliki kekuatan hukum kuat untuk mengikat rakyat. Fatwa hanya pendapat saja namun berasal dari orang-orang yang dianggap memiliki agama lebih baik (alim ulama). Jadi mohon bersama-sama berhati-hati.Trims. Salam Aris solikhah Ikranagara [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf, Bung Aris, kalau saya mendapat kesan Anda tidak mengikuti apa yang dipostingkan penulis di forum milis JIL. Tapi mungkin saya salah, karena saya hanya mengandalkan kepada apa yang Anda tulis di sini saja--- maaf. Di forum diskusi dunia maya yang diselenggarakan oleh JIL itu tidak ada sikap otoriter Ulil seperti yang Anda perkirakan itu. Di sana Anda dan siapa saja ditantang untuk berdebat dengan kritis. Itulah sebabnya saya ikut dalam milis itu. Banyak perbedaan antara para penulis di milis itu, dan semuanya bebas mengungkapkannya dengan kadar kekritisan masing-masing. Ulil bukan polisi yang mengatur lalulintas percaturan pemikiran lain di luar yang sudah dikenal dalam masalah Islam sebagai teks maupun Islam sebagai prilaku budaya di dalam masyarakat. Hanya orang-orang yang sudah karatan berpegang kepada pemikiran daur ulang warisan dari orang tua atau guru ngajinya saja yang tidak tahan menghadapi tulisan-tulisan kritis yang ada di JIL. Misalnya saja yang terakhir dalam diskusi tentang buku Ibnu Warraq dan juga Irshad Manji itu. Saya sudah lama di forum itu, dan saya tetap punya p3endirian yang banyak berbeda bukan hanya dengan penulis lainnya saja bahkan dengan Ulil sekali pun. Berbeda pendapat dan pendirian di forum JIL itu ditolerir, dengan catatan pandangan dan pendiriannya itu boleh dikritisi oleh yang lain -- suatu tata cara pergaulan intelektual yang matang dan dewasa. Kalau belum siap untuk dewasa dan matang, memang forum itu meresahkan, apalagi yang tingkat emosionalnya masih remaja. Saya sarankan agar Anda ikut dalam forum itu agar paling tidak tahu apa saja yang dibicarakan dan bagaimana jalannya perdebatan di sana sehingga akan kelihatan bahwa Ulil bukanlah pemenang satu-satunya kebenaran di sana. Ijtihad itu hak setiap manusia Muslim. Dan Irshad Manji mengambil haknya itu sebagai seorang perempuan yang punya pandangan feminisme, sehingga dia pun sampai kepada kesimpulan fatwa- free, artinya bebas dari kungkungan fatwa siapa pun, sebab dia mencari jalannya sendiri di dalam ke-Islam-annya lewat ijtihad itu. Otaknya encer dan tinggi mutunya, bahkan dibandingkan banyak otak para penulis lelaki di banyak milis yang saya ikut, selain memiliki keberanian. Ijtihad memerlukan keberanian dan keenceran otak! Dan otak adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada ciptaannya yang bernama manusia di bumi ini --- Alhamdulillah! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear All Setuju dengan pendapat mas Samsul. Maaf bukan maksud menggurui, namun patut juga untuk direnungkan. Kadang kita nggak setuju dengan suatu organisasi dan ide-ide yang diusung dalam kasus ini JIL dan tokohnya. Namun disadari atau pun tidak kita telah mengadopsi pemikiran dan ide-nya secara mentah-mentah. Satu hal misalnya, dengan mengatakan jangan membawa penilaian agama saat mengkritisi suatu atau segala hal. Itu adalah ciri khas sekularisasi atau liberalisasi agama. Untuk kasus JIL tentu pemisahan agama Islam dengan aturannya. Atau tanpa ba bi bu kita mengomentari sesuatu yang kadang belum tahu pasti/yakin sebenarnya dalam hukum agama bagaimana. Jadi mohon bersama-sama, kita berhati-hati mengomentari sesuatu. Apapun yang kita lakukan suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Bisa jadi komentar kita yang mungkin keliru, kemudian orang mengikutinya. Siapa tahu? Maka kita yang jadi promotor dalam kekeliruan itu. Terima kasih.
Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL..(Salut kepada Ulil)
Connecting ke barat sudah. Sekarang kita dijajah secara ekonomi oleh barat...:) Minyak, gas, emas, tembaga kita dikuras oleh perusahaan2 mereka...:) --- Geger Indonesiary [EMAIL PROTECTED] wrote: ulil adalah salah satu aset umat islam indonesia yang jujur akan kebutuhan islam masa kini adalah dengan conecting ke barat. bukan ke gurun yang penuh dengan onta itu.. kejujuran akan perubahan ke arah positiv ini di ungkapkan dengan mempelajari jepang. satu macan dunia yang juga mahluk asia yg banyak belajar dari barat. dikota bau busuk kayak jakarta ternyata lebih barat daripada org barat sendiri..namun ini hanyalah style saja. fashion saja! tidak dibungkus dengan semangatnya. selamat ber proses teman teman muslim di indonesia bersama ulil tentunya.. cheers! fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] wrote: IMO, tulisan Ulil ini banyak flaws-nya. Sayang lagi nggak sempet nulis panjang disini. Cuma tampaknya dia terjebak pada jargon barat Islam adalah agama non-rasional sehingga dia mempertentangkan antara agama dan rasionalitas yang dia terjemahkan juga sebagai modernitas. Ada ketidak kosistenan Ulil dalam permainan kata2nya. Kedua, Barat dalam konteks Ulil ini apa ya? US atau Eropa? Rahasia kemajuan Jepang tidaklah sesederhana seperti yg ditulis Ulil yaitu meniru barat (atau malah dijajah amerika? bagi sebagian orang). Sudah banyak sekali buku dan seminar yang membahas hal ini baik dari sisi ekonomi, science, sosial, budaya, politik, dll. Saya kira dari segi ekonomi ada banyak faktor lain yang jauh lebih dominan, diantaranya adalah export-oriented policy yang saat itu dalam konteks regional dan internasional sedang pas banget. Segi sosial-politik? tahukah Ulil bahwa jepang (juga Jerman dan Perancis) adalah negara yg bisa dibilang sosialis? There are far different with the US' system, and many of germans, french and japanese hate the US government. Jadi, sementara, saya merasa tulisan Ulil masih terlalu prematur. Sayang, biasanya saya cukup bisa menikmati wacana idenya, hanya kali ini kayaknya dia terjebak pada keterpukauan pada western. salam, fau - Discover Yahoo! Stay in touch with email, IM, photo sharing more. Check it out! [Non-text portions of this message have been removed] Bacalah artikel tentang Islam di: http://www.nizami.org __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- Has someone you know been affected by illness or disease? Network for Good is THE place to support health awareness efforts! http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Merujuk Al Qur'an dan Hadits - Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL.(sebuah renungan mendalam)
Salam, Bung Nizami, dalam tulisan Anda ada baiknya jika dibedakan antara sunnah dan hadist :) Rgds, MHM --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa [Al Baqoroh:2] Ku tinggalkan 2 perkara, yang jika kamu berpegang pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat. Yaitu Al Qur'an dan Sunnahku [Hadits Nabi] Masalahnya bukan otoriter atau tidak. Boleh dikritik atau tidak. Tapi apakah perkataan, tulisan, dan perbuatan kita sesuai dengan Al Qur'an dan Hadits. Untuk apa kalau kita tidak otoriter, bisa dikritik tapi tulisan kita selalu menyalahi Al Qur'an dan Hadits? Kalau soal dunia yang tak ada petunjuknya di Al Qur'an dan Hadits, kita bisa bicara apa saja selama tidak bertentangan dengan yang dua itu. Tapi kalau menyangkut agama Islam, ya harus sesuai dengan aturan Allah (Al Qur'an) dan utusan-Nya (Hadits Nabi). Karena yang punya otoriter menentukan sesat/tidak adalah Allah (yang tertuang dalam Al Qur'an) dan NabiNya (yang tertuang dalam Hadits). Kita merujuk pada dua pedoman itu. Bukan manusia biasa macam Ulil dan teman2nya...:) --- Ikranagara [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf, Bung Aris, kalau saya mendapat kesan Anda tidak mengikuti apa yang dipostingkan penulis di forum milis JIL. Tapi mungkin saya salah, karena saya hanya mengandalkan kepada apa yang Anda tulis di sini saja--- maaf. Di forum diskusi dunia maya yang diselenggarakan oleh JIL itu tidak ada sikap otoriter Ulil seperti yang Anda perkirakan itu. Di sana Anda dan siapa saja ditantang untuk berdebat dengan kritis. Itulah sebabnya saya ikut dalam milis itu. Banyak perbedaan antara para penulis di milis itu, dan semuanya bebas mengungkapkannya dengan kadar kekritisan masing-masing. Ulil bukan polisi yang mengatur lalulintas percaturan pemikiran lain di luar yang sudah dikenal dalam masalah Islam sebagai teks maupun Islam sebagai prilaku budaya di dalam masyarakat. Hanya orang-orang yang sudah karatan berpegang kepada pemikiran daur ulang warisan dari orang tua atau guru ngajinya saja yang tidak tahan menghadapi tulisan-tulisan kritis yang ada di JIL. Misalnya saja yang terakhir dalam diskusi tentang buku Ibnu Warraq dan juga Irshad Manji itu. Saya sudah lama di forum itu, dan saya tetap punya p3endirian yang banyak berbeda bukan hanya dengan penulis lainnya saja bahkan dengan Ulil sekali pun. Berbeda pendapat dan pendirian di forum JIL itu ditolerir, dengan catatan pandangan dan pendiriannya itu boleh dikritisi oleh yang lain -- suatu tata cara pergaulan intelektual yang matang dan dewasa. Kalau belum siap untuk dewasa dan matang, memang forum itu meresahkan, apalagi yang tingkat emosionalnya masih remaja. Saya sarankan agar Anda ikut dalam forum itu agar paling tidak tahu apa saja yang dibicarakan dan bagaimana jalannya perdebatan di sana sehingga akan kelihatan bahwa Ulil bukanlah pemenang satu-satunya kebenaran di sana. Ijtihad itu hak setiap manusia Muslim. Dan Irshad Manji mengambil haknya itu sebagai seorang perempuan yang punya pandangan feminisme, sehingga dia pun sampai kepada kesimpulan fatwa- free, artinya bebas dari kungkungan fatwa siapa pun, sebab dia mencari jalannya sendiri di dalam ke-Islam-annya lewat ijtihad itu. Otaknya encer dan tinggi mutunya, bahkan dibandingkan banyak otak para penulis lelaki di banyak milis yang saya ikut, selain memiliki keberanian. Ijtihad memerlukan keberanian dan keenceran otak! Dan otak adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada ciptaannya yang bernama manusia di bumi ini --- Alhamdulillah! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear All Setuju dengan pendapat mas Samsul. Maaf bukan maksud menggurui, namun patut juga untuk direnungkan. Kadang kita nggak setuju dengan suatu organisasi dan ide-ide yang diusung dalam kasus ini JIL dan tokohnya. Namun disadari atau pun tidak kita telah mengadopsi pemikiran dan ide-nya secara mentah-mentah. Satu hal misalnya, dengan mengatakan jangan membawa penilaian agama saat mengkritisi suatu atau segala hal. Itu adalah ciri khas sekularisasi atau liberalisasi agama. Untuk kasus JIL tentu pemisahan agama Islam dengan aturannya. Atau tanpa ba bi bu kita mengomentari sesuatu yang kadang belum tahu pasti/yakin sebenarnya dalam hukum agama bagaimana. Jadi mohon bersama-sama, kita berhati-hati mengomentari sesuatu. Apapun yang kita lakukan suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Bisa jadi komentar kita yang mungkin keliru, kemudian orang mengikutinya. Siapa tahu? Maka kita yang jadi promotor dalam kekeliruan itu. Terima kasih. Salam, A. Solikhah
[ppiindia] Re: namanya juga ULILLL....
Wah, pongah betul, ya, yang menamakan dirinya mohdsyissamsul, ya? Dikiranya kepongahan bisa menjatuhkan fikiran Ulil, ya? Fikiran hendaknya juga dilawan dengan fikiran, Dik mohdsyissamsul. Dan ingatlah: Tidak ada agama bagi yang tidak menggunakan fikirannya. Fikiran (buah dari olah otak) itu karunia tertinggi bagi makluk ciptaan-Nya yang bernama manusia ini. Serangga pun masih menggunakan otaknya, apalagi manusia. Kepongahan? Wah yang satu ini sih jauh dari budi daya fikiran. Emosikah itu? Mungkin! Melarikan dirikah itu? Mungkin! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk akal. --- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Judulnya rada provok yak ... :)) Tapi dibaca aja dech bagian bagian selanjutnya. salam, Ari Condro - Original Message - From: assyaukanie [EMAIL PROTECTED] Ulil lagi dapat wahyu. Ide-ide brilian terus muncul dari kepalanya. Sebagai seorang sahabat, saya cuma bisa mengamininya. Qad ja'al haq wa zahaqal bathil.. Luthfi --- Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? Oleh Ulil Abshar-Abdalla Kolom | 31/05/2005 Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas kehidupan, dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan dalam sanctuary yang namanya ruang privat. Bahwa Barat harus ditiru secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam dirinya (truisme). Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti yang dihadapi Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual Jepang dihadapkan pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru Barat atau tetap berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri total dari pengaruh asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini di harian Al Hayat. Jepang menempuh jalur nekad yang ternyata benar: tirulah Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama peralihan abad 20 mengusulkan opsi serupa, tirulah Barat, karena di sana terdapat hal- hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia. Kalau kita baca Arabic Thought in Liberal Age karya Albert Hourani, akan tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan meniru Barat begitu menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad 19 dan awal abad 20. Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an, terutama dimulai dari Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit Perang Tujuh Hari (dikenal sebagai an nakbah) di tahun 1967 di mana negara- negara Arab kalah perang terhadap Israel. Rezim-rezim otoriter di Timteng yang kebanyakan mendukung opsi tirulah Barat gagal memenuhi harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan dengan jargon besar yang menipu, Al Islam huwal badil. Semboyan Ikhwan itu memupus warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang semacam Rifa'ah Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan itu, dikesankan seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama sekali bertolak belakang dengan Barat yang --menurut mereka-- dekaden secara moral. Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama yang memusuhi hasil- hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti sistem demokrasi. Mengusulkan Islam sebagai al badil adalah kekalahan kedua setelah kekalahan bangsa Arab terhadap Israel. Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa Arab adalah warisan institusi negara di sana yang begitu raksasa. Kekuatan-kekuatan alternatif dalam masyarakat sulit berkembang, seluruh potensi ke arah pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang begitu kuat, tetapi sekaligus tak terkontrol. Korban dari negara kontrol ini bukan saja kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum oposisi Islam. Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum Islamis di Mesir, Al Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi Arabia. Paradoks di dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat dan rasionalisme justru diselenggarakan melalui negara kontrol yang represif. Sudah bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah kekecewan besar masyarakat Arab. Kekecewaan itu makin dalam ketika bangsa Arab melihat kenyataan lain, yaitu berdirinya negara Israel. Masalahnya menjadi lebih parah lagi karena berdirinya negara Isreal itu tejadi karena sokongan negeri-negeri Barat terutama AS. Ujung dari semua ini sudah bisa diduga: menolak Barat berikut rasionalisme yang terkandung di dalamnya. Manakala Barat ditolak, sudah tentu alternatif harus diajukan. Ditemukanlah lampu
Re: [ppiindia] Re: namanya juga ULILLL....
Saya pernah bincang-bincang dengan Djoko Susilo, anggota komisi I dari PAN yang juga mendalami soal Zionisme, ia mengatakan bahwa teman-teman JIL itu terlalu terpengaruh pemikiran Barat alias Western minded. Dari beberapa tulisan teman-teman di JIL, saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa apa yang di usung oleh JIL tak lebih daripada memapankan hegemoni pemikiran Barat. Tidak ada yang baru dari gagasan yang diusung oleh JIL. Semuanya 'kisah-kisah usang'. Mengenai soal ini ada baiknya Anda membaca buku terbaru Adian Husaini, kandidat Doktor pemikiran Islam dari IISTAC Malaysia, yang berjudul Wajah Peradaban Barat. Ikranagara [EMAIL PROTECTED] wrote:Wah, pongah betul, ya, yang menamakan dirinya mohdsyissamsul, ya? Dikiranya kepongahan bisa menjatuhkan fikiran Ulil, ya? Fikiran hendaknya juga dilawan dengan fikiran, Dik mohdsyissamsul. Dan ingatlah: Tidak ada agama bagi yang tidak menggunakan fikirannya. Fikiran (buah dari olah otak) itu karunia tertinggi bagi makluk ciptaan-Nya yang bernama manusia ini. Serangga pun masih menggunakan otaknya, apalagi manusia. Kepongahan? Wah yang satu ini sih jauh dari budi daya fikiran. Emosikah itu? Mungkin! Melarikan dirikah itu? Mungkin! Ikra.- --- In ppiindia@yahoogroups.com, mohdsyissamsul [EMAIL PROTECTED] wrote: orang kayak ulil nggak perlu ditanggapin apa yang disampaikannya. tapi yang menjadi masalah nanti kalo pendengar dan pembacanya malah terpengaruh khususnya bagi kalangan awam yang kurang memiliki basic islam, mereka akan menerima dengan mudahnya karena kelihatan seperti masuk akal. --- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Judulnya rada provok yak ... :)) Tapi dibaca aja dech bagian bagian selanjutnya. salam, Ari Condro - Original Message - From: assyaukanie [EMAIL PROTECTED] Ulil lagi dapat wahyu. Ide-ide brilian terus muncul dari kepalanya. Sebagai seorang sahabat, saya cuma bisa mengamininya. Qad ja'al haq wa zahaqal bathil.. Luthfi --- Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? Oleh Ulil Abshar-Abdalla Kolom | 31/05/2005 Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah dicontohkan oleh Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi atas kehidupan, dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan dalam sanctuary yang namanya ruang privat. Bahwa Barat harus ditiru secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam dirinya (truisme). Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti yang dihadapi Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual Jepang dihadapkan pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru Barat atau tetap berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri total dari pengaruh asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini di harian Al Hayat. Jepang menempuh jalur nekad yang ternyata benar: tirulah Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama peralihan abad 20 mengusulkan opsi serupa, tirulah Barat, karena di sana terdapat hal- hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia. Kalau kita baca Arabic Thought in Liberal Age karya Albert Hourani, akan tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan meniru Barat begitu menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad 19 dan awal abad 20. Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an, terutama dimulai dari Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit Perang Tujuh Hari (dikenal sebagai an nakbah) di tahun 1967 di mana negara- negara Arab kalah perang terhadap Israel. Rezim-rezim otoriter di Timteng yang kebanyakan mendukung opsi tirulah Barat gagal memenuhi harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan dengan jargon besar yang menipu, Al Islam huwal badil. Semboyan Ikhwan itu memupus warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang semacam Rifa'ah Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan itu, dikesankan seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama sekali bertolak belakang dengan Barat yang --menurut mereka-- dekaden secara moral. Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama yang memusuhi hasil- hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti sistem demokrasi. Mengusulkan Islam sebagai al badil adalah kekalahan kedua setelah kekalahan bangsa Arab terhadap Israel. Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa Arab adalah warisan institusi negara di sana yang begitu raksasa. Kekuatan-kekuatan alternatif dalam masyarakat sulit berkembang, seluruh potensi ke arah pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang begitu kuat, tetapi sekaligus tak terkontrol. Korban dari negara kontrol ini bukan saja kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum oposisi Islam. Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum Islamis di Mesir, Al Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi Arabia. Paradoks