Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik partogi samosir
dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam 
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak 
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak pada 
pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika Mbak 
Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa sedihnya jadi 
wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami sebagai hak sah suami 
(istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya melanggar ajaran agama), 
tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku bagi perempuan (pria sih bebas 
sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap itu 
semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis kecian 
deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi

AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu 
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang perempuan 
yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas kepedihan orang 
lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote: 

derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA 
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang menikah 
dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin 
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari 
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak 
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras 
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, 
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. 
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika 
 Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.

 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan 
 kita sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus 
 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

 Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
 terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan 
 ini untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun 
 dikaruniai dua anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina 
 mengaku happy saat kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas 
 dalam benaknya bakal ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.

 Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
 memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah 
 mereka di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik 
 violence).

 Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
 Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua 
 putri tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa 
 dibawa serta ke Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan 
 anak.

 Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana 
 Paspor (SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat 
 khusus itu bertajuk alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui 
 Kedubes Indonesia di Amerika.

 Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira 
 permasalah kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, 
 rambu-rambu hukum terus menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 
 tentang kewarganegaraan, Sonya dan Julian, otomatis mengikuti 
 kewarganegaraan ayahnya.

 Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
 dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak 
 mengasuh darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah 
 menteri terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk 
 Sonya dan Yulian.

 Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal, ujar perempuan yang 
 kerap bicara dengan nada cepat ini.

 Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke 
 kepolisian, kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Carla Annamarie

Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
laki2 lebih besar dari anak perempuan.
dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)


   
 partogi samosir   
 [EMAIL PROTECTED] 
 ahoo.com  To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan 
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
pada pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi

AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
menikah dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah
dari
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu,
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule.
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika
 Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.

 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan
 kita sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus
 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik ¨˜°ºðZhåÎñ§êg¥¶±ðº°˜¨

Maaf sebelumnya,mungkin kalo boleh ralat sedikit,walau
tdka ada hubungan dgn materi,tolong baca surah An-Nisa
ayat 11,ttg pembagian waris seharusnya anak perempuan
mndapat setengah warisan dr ortunya,apabila wanitanya
dlm keluarga itu cuman sendiri,tp kalo wanitanya
dua/lebih dr dua maka bg anak perempuan2 itu dua
pertiga,terimakasih.
--- Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada
 pemihakan dalam pembagian
 hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan
 pembagian hak waris
 dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris
 untuk anak khususnya anak
 laki2 lebih besar dari anak perempuan.
 dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak
 hasil perkawinan dari 2
 warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan
 merupakan WNI sampai
 usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa
 mengganti
 kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo
 anak yang lahir di US
 otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya
 bukan WN US. klo di Indo
 setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti
 kewarganegaraan Bapaknya.
 (klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada
 ketidakadilan bagi kaum
 perempuan)
 
 
 
   
  partogi samosir
   
  [EMAIL PROTECTED]  
   
  ahoo.com  
To 
  Sent by: 
 ppiindia@yahoogroups.com
  [EMAIL PROTECTED]  
cc 
  ups.com
   
 
   Subject 
Re:
 [ppiindia] Derita Perempuan 
  06/24/2005 01:37  Bersuami Bule
 - Tahu Begini,
  PMMending Tak
 Menikah 
 
   
 
   
  Please respond to  
   
  [EMAIL PROTECTED]  
   
   ups.com   
   
 
   
 
   
 
 
 
 
 dear Mbak Ani,
 1. Konteks diskusi kita adalah status
 kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
 konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh
 perempuan WNI. Pria WNI tidak
 mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU
 Perkawinan kita berpihak
 pada pria.
 2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan
 wanita Indonesia. Jika
 Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak
 akan baca betapa
 sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca
 diskusi tentang poligami
 sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak -
 kalau menolak artinya
 melanggar ajaran agama), tentang peraturan
 berpakaian yang hanya berlaku
 bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
 3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai
 apa sikap saya terhadap
 itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire
 saya ketika saya menulis
 kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
 4. nice to know you too
 togi
 
 AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi
 kecian deh lu
 perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca
 kepedihan seorang
 perempuan yg menderita dalam perkawinannya.
 Janganlah tertawa diatas
 kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua
 orang juga milik bang Togi.
 
 Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina
 
 AniDj
 
 partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang
 menikah dengan pria WNA
 (tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi
 pria Indonesia yang
 menikah dengan wanita WNA.
 Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian
 perempuan2. hihihi
 togi
 
 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 

http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm
 
  Derita Perempuan Bersuami Bule
  Tahu Begini, Mending Tak Menikah
 
  MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini
 menjadi trend di kota
  Metropolitan, khususunya di kalangan artis,
 ternyata tak seindah yang
  dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan
 menghadang dalam perjalanan
  berumah tangga beda negara ini.
 
  Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina
 Tanuhandaru (32), pelaku kawin
  campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan
 lebih baik tak menikah
 dari
  pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet
 begini, mending dulu tak
  menikah, cetusnya jengkel.
 
  Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini
 ditemui saat membagikan
  selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU
 Kewarganegaraan di teras
  depan 

Ant: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Danardono HADINOTO


Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] schrieb:
 .beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo 
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)...

 

DH: betul. US dan negara negara ASxlo Saxon mengikuti faham Ius Soli atau 
Hukum Bumi, jadi siapa yang lahir dibumi itui (atau kapal dan pesawat 
berbendera mereka), automatis berhak mendapatrkan ke WN mereka.

Indonsia mengikuti hukum Belanda, yang menganut faham Ius Sanguinis atau 
Hukum Darah. Disini yang dimaksud adalah darah Bapak, sebagai kepala RT. Jadi 
siapa yang menjadi anak si Bapak, maka mengikuti ke WN bapak.

Di Uni Eropa kini dikembangngkan azas campuran, jadi pada dasarnya, seperti 
lazim di Eropa kontinental, berlaku Ius Sanguinis, namun dengan jangka tertentu 
diberlakukan Ius Soli (tidak demikian menginjak bumi, seperti di US).

Salam

Danardono

 



 

Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
laki2 lebih besar dari anak perempuan.
dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)


   
 partogi samosir   
 [EMAIL PROTECTED] 
 ahoo.com  To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan 
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
pada pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi

AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
menikah dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang
 

Re: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Ambon
Di Israel dan Polandia mengikuti ibu, apabila tidak ada kehendak lain untuk 
dirubah. Perubahan harus dilakukan  paling lama dalam waktu 3 bulan setelah 
anak lahir. Bila tidak ada perubahan yang dikehendaki, automatis anak itu 
ikut kewarganegaraan ibu.


- Original Message - 
From: Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 24, 2005 10:36 AM
Subject: Ant: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, 
Mending Tak Menikah




 Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] schrieb:
 .beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
 otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo 
 setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan 
 Bapaknya.
 (klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
 perempuan)...



 DH: betul. US dan negara negara ASxlo Saxon mengikuti faham Ius Soli 
 atau Hukum Bumi, jadi siapa yang lahir dibumi itui (atau kapal dan 
 pesawat berbendera mereka), automatis berhak mendapatrkan ke WN mereka.

 Indonsia mengikuti hukum Belanda, yang menganut faham Ius Sanguinis atau 
 Hukum Darah. Disini yang dimaksud adalah darah Bapak, sebagai kepala RT. 
 Jadi siapa yang menjadi anak si Bapak, maka mengikuti ke WN bapak.

 Di Uni Eropa kini dikembangngkan azas campuran, jadi pada dasarnya, 
 seperti lazim di Eropa kontinental, berlaku Ius Sanguinis, namun dengan 
 jangka tertentu diberlakukan Ius Soli (tidak demikian menginjak bumi, 
 seperti di US).

 Salam

 Danardono







 Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
 hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
 dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
 laki2 lebih besar dari anak perempuan.
 dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
 warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
 usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
 kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
 otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
 setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan 
 Bapaknya.
 (klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
 perempuan)



 partogi samosir
 [EMAIL PROTECTED]
 ahoo.com  To
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc
 ups.com
   Subject
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah


 Please respond to
 [EMAIL PROTECTED]
  ups.com






 dear Mbak Ani,
 1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
 konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
 mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
 pada pria.
 2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
 Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
 sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
 sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
 melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
 bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
 3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
 itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
 kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
 4. nice to know you too
 togi

 AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
 perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
 perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
 kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang 
 Togi.

 Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

 AniDj

 partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

 derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria 
 WNA
 (tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
 menikah dengan wanita WNA.
 Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
 togi

 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Iwan Wibawa
pesan dari berita ini adalah, berpikirlah 2 kali sebelum kawin sama bule, kalau 
ada pilihan, pilihlah pria Indonesia, cintailah produk dalam negeri.
karena produk dalam negeri banyak juga yang berkualitas eksport.
 
salam
Iwan

Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
laki2 lebih besar dari anak perempuan.
dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)


   
 partogi samosir   
 [EMAIL PROTECTED] 
 ahoo.com  To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan 
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
pada pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi

AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
menikah dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah
dari
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu,
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule.
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Carla Annamarie

really...bnyk yang udah gak suka lagi sama produk lokal karena kualitasnya
gak bagus, gampang rusak, gak rapi buatannya banyak flaws, klo dijual lagi
juga udah harganya mungkin gak sampe setengah harga beli, emang seh produk
lokal ada dimana2, murah lagi..:)), daya pakainya gak tahan
lama..:))...ngapain juga gitu loh.:))
pesen gw..: hati2 beli produk lokal, teliti dulu sebelum beli.., jgn
rugi..:))



   
 Iwan Wibawa   
 [EMAIL PROTECTED] 
 com   To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan 
 06/24/2005 04:20  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




pesan dari berita ini adalah, berpikirlah 2 kali sebelum kawin sama bule,
kalau ada pilihan, pilihlah pria Indonesia, cintailah produk dalam negeri.
karena produk dalam negeri banyak juga yang berkualitas eksport.

salam
Iwan

Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
laki2 lebih besar dari anak perempuan.
dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)



 partogi samosir
 [EMAIL PROTECTED]
 ahoo.com  To
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc
 ups.com
   Subject
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah


 Please respond to
 [EMAIL PROTECTED]
  ups.com






dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
pada pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi

AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
menikah dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi


Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Iwan Wibawa
siapa bilang, orang amerika saja pake baju buatan Indonesia, jangan bangga dulu 
pake jeans bermerk Levis Strauss, atau Tommy Hillfilnger karena ternyata itu 
dibikin di Indonesia.
produk lokal memang sering diremehkan, padahal sudah mendunia. Dari segi 
kebersihan produk lokal jelas lebih bersih, habis buang air selalu dibersihkan 
dengan air, (gak kayak si bule yang dibersihin cuma pake tissue atau malah 
kadang gak dicuci). Belum bau nya lagi
mungkin banyak yang beraroma bir dan alkohol...
teliti dulu sebelum membeli, tidak semua produk import sesuai dengan iklim 
Indonesia.
 
salam
Iwan

Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] wrote:

really...bnyk yang udah gak suka lagi sama produk lokal karena kualitasnya
gak bagus, gampang rusak, gak rapi buatannya banyak flaws, klo dijual lagi
juga udah harganya mungkin gak sampe setengah harga beli, emang seh produk
lokal ada dimana2, murah lagi..:)), daya pakainya gak tahan
lama..:))...ngapain juga gitu loh.:))
pesen gw..: hati2 beli produk lokal, teliti dulu sebelum beli.., jgn
rugi..:))



   
 Iwan Wibawa   
 [EMAIL PROTECTED] 
 com   To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan 
 06/24/2005 04:20  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




pesan dari berita ini adalah, berpikirlah 2 kali sebelum kawin sama bule,
kalau ada pilihan, pilihlah pria Indonesia, cintailah produk dalam negeri.
karena produk dalam negeri banyak juga yang berkualitas eksport.

salam
Iwan

Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
laki2 lebih besar dari anak perempuan.
dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan Bapaknya.
(klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
perempuan)



 partogi samosir
 [EMAIL PROTECTED]
 ahoo.com  To
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc
 ups.com
   Subject
   Re: [ppiindia] Derita Perempuan
 06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
 PMMending Tak Menikah


 Please respond to
 [EMAIL PROTECTED]
  ups.com






dear Mbak Ani,
1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
pada pria.
2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
4. nice to know you too
togi


Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Mas Bagong
Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak...
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung...
Itulah kunci menjadi warga negara yang baik...
DG


***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-24 Terurut Topik Samsul Bachri
Ehm...kita nih produk mana yach?

- Original Message -
From: Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED]
To: ppiindia@yahoogroups.com
Cc: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 24, 2005 11:32 PM
Subject: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini,
Mending Tak Menikah



 really...bnyk yang udah gak suka lagi sama produk lokal karena kualitasnya
 gak bagus, gampang rusak, gak rapi buatannya banyak flaws, klo dijual lagi
 juga udah harganya mungkin gak sampe setengah harga beli, emang seh produk
 lokal ada dimana2, murah lagi..:)), daya pakainya gak tahan
 lama..:))...ngapain juga gitu loh.:))
 pesen gw..: hati2 beli produk lokal, teliti dulu sebelum beli.., jgn
 rugi..:))




  Iwan Wibawa
  [EMAIL PROTECTED]
  com   To
  Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
  [EMAIL PROTECTED]  cc
  ups.com
Subject
Re: [ppiindia] Derita Perempuan
  06/24/2005 04:20  Bersuami Bule - Tahu Begini,
  PMMending Tak Menikah


  Please respond to
  [EMAIL PROTECTED]
   ups.com






 pesan dari berita ini adalah, berpikirlah 2 kali sebelum kawin sama bule,
 kalau ada pilihan, pilihlah pria Indonesia, cintailah produk dalam negeri.
 karena produk dalam negeri banyak juga yang berkualitas eksport.

 salam
 Iwan

 Carla Annamarie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Togi, UU perkawinan no 1 th 1974 tidak ada pemihakan dalam pembagian
 hak waris menggunakan hukum waris barat, beda dengan pembagian hak waris
 dalam hukum waris Islam. dimana pembagian waris untuk anak khususnya anak
 laki2 lebih besar dari anak perempuan.
 dan UU kewarganegaraan, dimana apabila ada anak hasil perkawinan dari 2
 warga negara yang berbeda, dan anak tersebut bukan merupakan WNI sampai
 usia tertentu (klo gak salah akil balik) baru bisa mengganti
 kewarganegaraannya. beda dengan yang ada di US, klo anak yang lahir di US
 otomatis menjadi warga neg US, even orang tuanya bukan WN US. klo di Indo
 setiap anak yang lahir di indo otomatis mengikuti kewarganegaraan
Bapaknya.
 (klo hal ini saya setuju dengan pak Togi ada ketidakadilan bagi kaum
 perempuan)



  partogi samosir
  [EMAIL PROTECTED]
  ahoo.com  To
  Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
  [EMAIL PROTECTED]  cc
  ups.com
Subject
Re: [ppiindia] Derita Perempuan
  06/24/2005 01:37  Bersuami Bule - Tahu Begini,
  PMMending Tak Menikah


  Please respond to
  [EMAIL PROTECTED]
   ups.com






 dear Mbak Ani,
 1. Konteks diskusi kita adalah status kewarganegaraan dan hak waris. Dalam
 konteks itu, penderitaan hanya dialami oleh perempuan WNI. Pria WNI tidak
 mengalaminya, karena UU Kewarganegaraan dan UU Perkawinan kita berpihak
 pada pria.
 2. Kasus Marcelina hanya menambah daftar kepedihan wanita Indonesia. Jika
 Mbak Ani ikut milis ini sejak bulan Mei 2005, Mbak akan baca betapa
 sedihnya jadi wanita Indonesia:. silahkan baca diskusi tentang poligami
 sebagai hak sah suami (istri harus terima lho Mbak - kalau menolak artinya
 melanggar ajaran agama), tentang peraturan berpakaian yang hanya berlaku
 bagi perempuan (pria sih bebas sesukanya), dll.
 3. Silahkan juga baca file milis kita ini mengenai apa sikap saya terhadap
 itu semua. Nanti Mbak Ani akan memahami satire saya ketika saya menulis
 kecian deh lu perempuan. Hihihihi...
 4. nice to know you too
 togi

 AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu
 perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang
 perempuan yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas
 kepedihan orang lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang
Togi.

 Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

 AniDj

 partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote:

 derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria
WNA
 (tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang
 menikah dengan wanita WNA.
 Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
 togi

 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
  http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm
 
  Derita Perempuan Bersuami Bule
  Tahu Begini, Mending Tak Menikah
 
  MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota
  Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang
  dibayangkan

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-23 Terurut Topik AniDj

Saya lebih sedih waktu membaca  komentar bang Togi kecian deh lu 
perempuan.Hihihihihi dari pada waktu membaca kepedihan seorang perempuan 
yg menderita dalam perkawinannya. Janganlah tertawa diatas kepedihan orang 
lain. Kepedihan itu milik semua orang juga milik bang Togi.

Saya punya teman laki2 WNA ( suku Jawa) yg married dengan wanita bule 
(Prancis). Mereka menikah di Prancis karena teman saya ini katakanlah namanya 
Amir menyelesaikan pendidikan sarjana tehniknya di sana. Dia mengawini Anne ( 
samaran) setelah mereka berpacaran 1 th. Amir dan Anne punya 1 anak perempuan 
Sari (samaran ) mereka milih nama Indonesia untuk anak mereka. Setelah Sari 
berusia 3 th Amir berniat mengajak keluarganya kembali ke Indonesia dan berniat 
menetap di Indonesia. Tapi sayangnya Anne menolak ajakan suaminya dengan alasan 
tidak cocok dengan udara Indonesia yg panas kotor dan tidak aman. Sejuta cara 
amir membujuk Anne untuk mau ikut tinggal di Jakarta paling tidak mencoba dulu 
2 atau 3 bulan tinggal di Jakarta. Tapi Anne juga dengan sejuta alasan menolak 
ajakan suaminya dan memilih bercerai daripada harus ikut suaminya tinggal di 
Jakarta. Semula Amir mencoba menuruti kemauan istrinya untuk tetap tinggal di 
Prancis tapi malang tidak dapat dihindari, ayah Amir meninggal
 dunia karena kecelakaan dan Amir terpaksa harus kembali ke Jakarta untuk 
menghadiri pemakaman ayahanda tercintanya. Ringkas ceritanya Amir harus 
meneruskan roda perusahaan ayahnya karena memang itulah permintaan terakhir 
ayahnya. Sementara itu Anne sang istri tetap kukuh tidak mau pindah ke Jakarta. 
2 th kemudian mereka bercerai karena tidak memungkinkan untuk Amir harus mondar 
mandir Jakarta Prancis tiap 2-3 bulan sekali. Amir sekarang sudah menikah lagi 
dengan sepupu saya setelah menduda 5 th. Siapa bilang duka perkawinan campur 
itu cuma milik kaum perempuan Duka perkawinan itu milik semua orang. Duka itu 
ada dimana mana bukan cuma dalam perkawinan campur dalam perkawinan 1 suku pun 
tidak luput dari duka dan cobaan.

Untuk Marcellina jangan putus asa, anda masih muda, smart dan pasti juga masih 
cantik. Percayalah derita yg kamu pikul itu tidak selama jadi milik kamu. Tuhan 
tidak akan menurunkan cobaan melebihi kekuatan umatnya. Kata2 itu bukan klise. 
Serahkan semua urusan kamu pada Tuhan karena cuma DIAah yg Maha Tau Maha 
Pengasih dan penyayang juga Maha pengampun. Kamu harus tau bahwa derita 
perkawinan kamu itu bukan cuma terjadi dalam perkawinan campuran tapi juga bisa 
terjadi dalam perkawinan 1 suku. Jangan berkecil hati sayangku perjalanan kamu 
masih panjang jangan bicara masalah mati.Karena cuma DIA yg tau.

Salam kenal untuk bang Togi dan Marcellina

AniDj

 

 



partogi samosir [EMAIL PROTECTED] wrote: derita ini hanya berlaku bagi wanita 
indonesia yang menikah dengan pria WNA (tidak hanya bule). Derita ini tidak 
berlaku bagi pria Indonesia yang menikah dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin 
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari 
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak 
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras 
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, 
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. 
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika 
 Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.

 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan 
 kita sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus 
 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

 Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
 terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan 
 ini untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun 
 dikaruniai dua anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina 
 mengaku happy saat kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas 
 dalam benaknya bakal ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.

 Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
 memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah 
 mereka di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-22 Terurut Topik sawi dewi
 
alamak jang, repot kali jadi orang Indonesia ini
aku juga berencana kawin dengan orang luar 
waduh cek mana ini..
bah bisa kacau juga...
 
ini benar-benar pelanggaran HAm berat atas nama hukum dalam negeri yang 
birokratis dan penuh dengan semak belukar penuh uang.
ampun deh..


Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm




Derita Perempuan Bersuami Bule
Tahu Begini, Mending Tak Menikah


MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan berumah 
tangga beda negara ini. 

Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin campur 
antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari pada 
menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak menikah, 
cetusnya jengkel. 

Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras depan 
ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, dipadu 
selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. Marcellina 
berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika Serikat, Tom Mustric, 
Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat. 

Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan kita 
sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus pengajar 
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan terus 
berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan ini untuk 
sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun dikaruniai dua anak, 
masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina mengaku happy saat kedua 
anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya bakal ada 
segunung permasalahan menghadangnya kelak. 

Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah mereka di 
Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik violence). 

Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua putri 
tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa dibawa serta ke 
Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan anak.

Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana Paspor 
(SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat khusus itu 
bertajuk alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui Kedubes Indonesia 
di Amerika.

Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira permasalah 
kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, rambu-rambu hukum terus 
menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan, Sonya 
dan Julian, otomatis mengikuti kewarganegaraan ayahnya. 

Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak mengasuh 
darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah menteri 
terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk Sonya dan 
Yulian. 

Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal, ujar perempuan yang kerap 
bicara dengan nada cepat ini. 

Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke kepolisian, 
kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan propinsi. 
Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya maupun Yulian 
tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, tuturnya, Sonya sudah 
masuk Play Group (Pra Taman kanak-kanak). Nantinya, secara tak langsung oleh 
dinas terkait, ia disarankan masuk sekolah internasional. Itu biayanya mahal 
sekali Mas, keluhnya.

Kedua anak blasteran inipun tak mempunyai hak waris tanah (properti) milik 
ibunya. Setelah lewat usia 18 tahun, kedua anak saya baru bisa memilih 
kewarganegaraan. Tapi, apa jadinya kalau saya meninggal sebelum mereka dewasa? 
Siapa yang akan mengurus mereka, ujarnya dengan mata sendu.JBP/den/bie

[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-22 Terurut Topik Ambon
Saya punya kenalan orang Indonesia, kawin sama orang Indonesia. Lama mereka 
berdiam di luar negeri, dan kehilangan warganegara karena katanya lupa atau 
bagaimana dengan soal perpanjangkan paspor mereka. Kurang jelas. Mereka 
pulang ke Indonesia, masalah kewarganegaraan mereka menjadi problem. Sudah 
pakai advokat, bayar duit dibawah meja untuk petugas A,B dan C yang 
menjanjikan bisa membereskan  kewarganegaraan Indonesia mereka, masalahnya 
sudah 4 tahun tak kunjung selesai. Rupanya mereka tak punya pendukung yang 
kuat. Padahal kakak dari suami teman saya itu seorang jenderal yang cukup 
terkenal dalam elit kemiliteran, cuma saja dia sudah pensiun. Kalau masih 
aktif mungkin soal mereka bisa diselesaikan sebagaimana mestinya. Jadi 
rupanya prosedur hukum normal dan resmi itu ada embel-embel tak resmi yang 
tidak tertulis.



- Original Message - 
From: sawi dewi [EMAIL PROTECTED]
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 22, 2005 7:11 AM
Subject: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, 
Mending Tak Menikah



 alamak jang, repot kali jadi orang Indonesia ini
 aku juga berencana kawin dengan orang luar
 waduh cek mana ini..
 bah bisa kacau juga...

 ini benar-benar pelanggaran HAm berat atas nama hukum dalam negeri yang 
 birokratis dan penuh dengan semak belukar penuh uang.
 ampun deh..


 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm




 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah


 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin 
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari 
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak 
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras 
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, 
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. 
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika 
 Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.

 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan 
 kita sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus 
 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

 Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
 terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan 
 ini untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun 
 dikaruniai dua anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina 
 mengaku happy saat kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas 
 dalam benaknya bakal ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.

 Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
 memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah 
 mereka di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik 
 violence).

 Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
 Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua 
 putri tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa 
 dibawa serta ke Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan 
 anak.

 Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana 
 Paspor (SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat 
 khusus itu bertajuk alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui 
 Kedubes Indonesia di Amerika.

 Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira 
 permasalah kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, 
 rambu-rambu hukum terus menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 
 tentang kewarganegaraan, Sonya dan Julian, otomatis mengikuti 
 kewarganegaraan ayahnya.

 Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
 dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak 
 mengasuh darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah 
 menteri terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk 
 Sonya dan Yulian.

 Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal, ujar perempuan yang 
 kerap bicara dengan nada cepat ini.

 Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke 
 kepolisian, kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan 
 propinsi. Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya 
 maupun Yulian tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, 
 tuturnya, Sonya sudah

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-22 Terurut Topik partogi samosir
derita ini hanya berlaku bagi wanita indonesia yang menikah dengan pria WNA 
(tidak hanya bule). Derita ini tidak berlaku bagi pria Indonesia yang menikah 
dengan wanita WNA.
Enaknya jadi pria Indonesia. Kecian deh kalian perempuan2. hihihi
togi

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm

 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah

 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
 berumah tangga beda negara ini.

 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin 
 campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari 
 pada menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak 
 menikah, cetusnya jengkel.

 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras 
 depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, 
 dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. 
 Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika 
 Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.

 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan 
 kita sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus 
 pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

 Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
 terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan 
 ini untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun 
 dikaruniai dua anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina 
 mengaku happy saat kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas 
 dalam benaknya bakal ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.

 Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
 memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah 
 mereka di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik 
 violence).

 Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
 Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua 
 putri tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa 
 dibawa serta ke Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan 
 anak.

 Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana 
 Paspor (SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat 
 khusus itu bertajuk alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui 
 Kedubes Indonesia di Amerika.

 Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira 
 permasalah kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, 
 rambu-rambu hukum terus menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 
 tentang kewarganegaraan, Sonya dan Julian, otomatis mengikuti 
 kewarganegaraan ayahnya.

 Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
 dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak 
 mengasuh darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah 
 menteri terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk 
 Sonya dan Yulian.

 Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal, ujar perempuan yang 
 kerap bicara dengan nada cepat ini.

 Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke 
 kepolisian, kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan 
 propinsi. Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya 
 maupun Yulian tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, 
 tuturnya, Sonya sudah masuk Play Group (Pra Taman kanak-kanak). Nantinya, 
 secara tak langsung oleh dinas terkait, ia disarankan masuk sekolah 
 internasional. Itu biayanya mahal sekali Mas, keluhnya.

 Kedua anak blasteran inipun tak mempunyai hak waris tanah (properti) milik 
 ibunya. Setelah lewat usia 18 tahun, kedua anak saya baru bisa memilih 
 kewarganegaraan. Tapi, apa jadinya kalau saya meninggal sebelum mereka 
 dewasa? Siapa yang akan mengurus mereka, ujarnya dengan mata 
 sendu.JBP/den/bie
__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. 

Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, Mending Tak Menikah

2005-06-22 Terurut Topik Mas Bagong
Makanyo kawin aja sama bangsa sendiri... mereka juga PAKDHE lho ...
Tahu khan PAKDHE? PAnjang Kuat dan geDHE (awas jangan ngeres nanti
viktor mubarok lagi...)
Huehehe...

On 6/22/05, sawi dewi [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 alamak jang, repot kali jadi orang Indonesia ini
 aku juga berencana kawin dengan orang luar
 waduh cek mana ini..
 bah bisa kacau juga...
 
 ini benar-benar pelanggaran HAm berat atas nama hukum dalam negeri yang 
 birokratis dan penuh dengan semak belukar penuh uang.
 ampun deh..
 
 
 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm
 
 
 
 
 Derita Perempuan Bersuami Bule
 Tahu Begini, Mending Tak Menikah
 
 
 MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
 Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
 dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
 berumah tangga beda negara ini.
 
 Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin campur 
 antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari pada 
 menikah dengan bule. Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak menikah, 
 cetusnya jengkel.
 
 Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
 selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras depan 
 ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).
 
 Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, dipadu 
 selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. Marcellina 
 berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika Serikat, Tom 
 Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.
 
 Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan kita 
 sama-sama pengajar, ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus pengajar 
 Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.
 
 Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
 terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan ini 
 untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun dikaruniai dua 
 anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina mengaku happy saat 
 kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya bakal 
 ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.
 
 Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
 memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah mereka 
 di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik violence).
 
 Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
 Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua 
 putri tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa dibawa 
 serta ke Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan anak.
 
 Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana Paspor 
 (SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat khusus itu 
 bertajuk alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui Kedubes 
 Indonesia di Amerika.
 
 Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira 
 permasalah kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, 
 rambu-rambu hukum terus menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 
 tentang kewarganegaraan, Sonya dan Julian, otomatis mengikuti kewarganegaraan 
 ayahnya.
 
 Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
 dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak 
 mengasuh darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah 
 menteri terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk Sonya 
 dan Yulian.
 
 Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal, ujar perempuan yang 
 kerap bicara dengan nada cepat ini.
 
 Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke kepolisian, 
 kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan propinsi. 
 Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya maupun Yulian 
 tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, tuturnya, Sonya 
 sudah masuk Play Group (Pra Taman kanak-kanak). Nantinya, secara tak 
 langsung oleh dinas terkait, ia disarankan masuk sekolah internasional. Itu 
 biayanya mahal sekali Mas, keluhnya.
 
 Kedua anak blasteran inipun tak mempunyai hak waris tanah (properti) milik 
 ibunya. Setelah lewat usia 18 tahun, kedua anak saya baru bisa memilih 
 kewarganegaraan. Tapi, apa jadinya kalau saya meninggal sebelum mereka 
 dewasa? Siapa yang akan mengurus mereka, ujarnya dengan mata 
 sendu.JBP/den/bie
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 ***
 Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
 Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org