Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread ajo duta
Mantap nakan Akmal

Kalaulah nakan Indra Cati bisa menfasilitasi pendidikan untuak Rizky
seperti Peter, maka nama Dt. Indra akan dikenang, bukan hanyo oleh ortu
Rizki, tapi juga oleh Urang Agam, Minangkabau dan bangsa Indonesia. Ya
sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyat kecil, rakyat yang tak berdaya.

Kini bola ditangan nakan ambo Dt Indta Cati, Bupati Kabupaten Agam. Indak
perlu urang dari luar nan terlibat.

Insya Allah nakan, semoga berkah Allah bersamamu. Amin

*---*
*"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
(Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA



2013/11/15 Akmal Nasery Basral 

> Tarimo kasih ateh follow up informasi kanda Indra Catri,
> semoga Rizki Ramadhan segera mendapatkan metode pendidikan yang cocok
> baginya.
>
> Sekadar sharing saja, kebetulan ba'da Subuh tadi (Kamis, 14 November) ambo
> sempat mancaliek film dokumenter di HBO Family berdurasi sekitar 30 menit
> berjudul "Educating Peter". EP adalah kisah tentang seorang anak penderita
> Down Syndrome bernama Peter Gwasdauskas, yang bergabung dengan kelas normal
> murid kelas 3 SD di Blacksburg, Virginia. Peter satu-satunya murid yang
> "berbeda" di kelas itu.
>
>   Peter Gwasdauskas dalam "Educating Peter"
>
> Hari-hari pertama Peter di kelas itu, sikap tantrum (mengamuknya) masih
> sering muncul. Kawan-kawannya ditendang, dipukul, dipiting. Tapi
> kawan-kawannya tak membalas, karena mereka sudah diberitahu oleh ibu guru
> mereka tentang kondisi Peter. Ibu guru dan murid lain berdiskusi bagaimana
> cara mengurangi amuk Peter, akhirnya ketemu jalan keluar: setiap Peter
> berlaku "baik" dan "normal", dia harus selalu didukung, diberikan pujian
> secara tulus. Pelan-pelan cara ini mulai menunjukkan hasil. Jika sesekali
> dia masih memukul kawannya tanpa alasan jelas, ibu guru akan mengajaknya
> berdiskusi: apakah menurut Peter cara itu bagus atau tidak bagus? Ternyata
> menurut Peter cara itu tidak bagus dan tidak boleh dilakukan. Ibu guru
> bertanya lagi, apakah Peter mau minta maaf karena perbuatannya kepada teman
> yang disakiti? Peter bilang mau. Maka ibu guru meninggalkan Peter dan
> kawannya berdua saja, memberi kepercayaan penuh. Dan ternyata Peter memang
> minta maaf dengan cara yang mengharukan. Sebagai anak Down Syndrome, IQ
> Peter juga jauh di bawah kawan-kawannya yang lain, sehingga dia sulit
> sekali mengeja kalimat (terdiri dari 4-5 kata sederhana) yang sudah bisa
> dieja oleh murid kelas 1 SD.
>
> Meski pada bulan 5 (atau ke-6) sesekali tantrum Peter masih muncul, tapi
> secara umum dia sudah bisa bersosialiasi dengan kawan-kawannya yang bisa
> menerima Peter apa adanya, tidak ada yang mengolok-olok dia.
>
> Mengharukan sekali ketika kawan-kawan Peter diwawancara, apa pendapat
> mereka tentang Peter? Jawaban anak-anak kelas 3 SD itu banyak yang
> mengejutkan. Salah satu jawaban yang bagi saya sangat mengesankan diberikan
> seorang anak perempuan. Anak ini bilang, "Sebelum ini kami merasa kami yang
> mengajari Peter bagaimana menghadapi masalah. Tapi sesungguhnya Peter lah
> yang mengajari kami bagaimana harus bersikap menghadapi masalah. Peter
> hanya bisa berubah karena KAMI MENGUBAH CARA KAMI MEMANDANG PETER. Peter
> adalah sahabat kami."
>
> Film ditutup dengan hari terakhir kelas 3, ketika Peter akhirnya juga naik
> kelas, dan dipanggil ke depan untuk menerima penghargaan sebagai murid yang
> paling berkembang. Lalu setelah film usai, ada keterangan bahwa setiap
> tahun ada 60.000 anak serupa Peter yang berbaur dalam SEKOLAH UMUM di AS,
> bukan di sekolah khusus bagi anak berkebutuhan khusus. Dan sepanjang film
> dokumenter itu, saya juga tak melihat ada psikolog (anak) diwawancarai,
> hanya ibu Peter, ibu guru sekolah, dan kawan-kawan Peter.
>
> Itu dari kilasan film dokumenter yang ambo tonton bersama anak-anak ambo
> tadi pagi (mereka sambil sarapan dan persiapan ke sekolah).
>
> Tadi malam, ba'da Maghrib, ambo sempat browse tentang film "Educating
> Peter" ini kanda Indra Catri. Ternyata film yang disutradarai Gerardine
> Wurzburg ini dibuat tahun 1992 dan memenangkan Oscar untuk Film Dokumenter
> Terbaik 1993.
>
>  http://en.wikipedia.org/wiki/Educating_Peter
>
> Apakah film ini selesai sampai di situ saja?
>
> Ternyata tidak. Januari 2003 lalu, Sutradara Gerardine Wurzburg
> menayangkan film lanjutan, 10 tahun setelah film pertama, berjudul
> "Graduating Peter", di mana Peter berhasil menyelesaikan ujian SMA-nya.
>
> [image: Graduating Peter] Peter Gwasdauskas dalam "Graduating Peter"
>
> Kisah singkat dari "Educating Peter" menjadi "Graduating Peter" bisa
> dibaca di sini:
>
> http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=930096
>
>
> Mungkin ini bisa s

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread Akmal Nasery Basral
Setuju Ajo Duta.

Dalam perspektif tindakan "BAIK atau LEBIH BAIK", maka jika Pak Bupati
Indra Catri membantu mencarikan sekolah Rizki seperti sekarang adalah BAIK.
Namun jika -- terinspirasi dari* Educating Peter* -- dibuat pula
dokumentasi proses mulai masuknya Rizki (kembali) ke sekolah nanti (apa pun
sekolah itu), juga selama setahun, akan LEBIH BAIK lagi, karena bisa
menjadi pembelajaran bagi publik, bahwa kesempatan bagi anak (terindikasi)
autisme seperti Rizki pun selalu terbuka jika lingkungan (sekolah) sabar
dalam mengakomodasi mereka. Langkah strategis yang bisa dilakukan (selain
yang kini sudah dijalankan Pak Bupati) antara lain:

1.  Menyewa seorang sutradara/mahasiswa film/seni selama setahun yang juga
punya passion untuk mendokumentasikan kisah kemanusiaan seperti ini.
Sebaiknya sang sutradara itu dipilih dari anak-anak muda di wilayah
Agam/Sumbar yang potensial. Tidak perlu memakai tenaga dari luar Sumbar
apalagi Jakarta.

2. Setelah film dokumenter tentang Rizki selesai, bisa diputar dalam
festival-festival film dokumenter yang ada di tanah air, bahkan dengan
ditambahkan sub title bahasa Inggris, bisa pula diputar di festival film
internasional.

3. Jika yang membuat film adalah pelajar/mahasiswa, bahkan bisa
diikutsertakan untuk Eagle Award (Metro TV) tahun depan. Kebetulan dalam
Eagle Award 2013 ko ambo menjadi salah seorang juri seleksi pada tahap
memilih dari 20 Besar menjadi 10 Besar. Dari 20 Besar itu ada wakil dari
Banda Aceh (setiap tim 2 orang), Lampung, Jogjakarta, Banjarmasin, sampai
Papua, tapi -- mohon maaf -- tak ada yang mewakili Sumatra Barat.

Jadi bak sekali mengayuh dayung, dua-tiga pulau terlampau, pendokumentasian
proses belajar Rizki di sekolah formal, dan normal, bukan saja bermanfaat
bagi Rizki dan keluarga, melainkan juga bisa menjadi pembelajaran bagi
publik, sekaligus mengasah bakat-bakat muda di bidang kreatif
(penyutradaraan/penulisan skenario) yang merupakan satu dari 15 cabang
Ekonomi Kreatif. Apatah lagi jika kelak bisa diputar di festival film
nasional maupun internasional, tentu akan berlipat pula manfaat yang bisa
didapat.

Wassalam,

ANB
45, Cibubur


Pada 15 November 2013 03.07, ajo duta  menulis:

> Mantap nakan Akmal
>
> Kalaulah nakan Indra Cati bisa menfasilitasi pendidikan untuak Rizky
> seperti Peter, maka nama Dt. Indra akan dikenang, bukan hanyo oleh ortu
> Rizki, tapi juga oleh Urang Agam, Minangkabau dan bangsa Indonesia. Ya
> sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyat kecil, rakyat yang tak berdaya.
>
> Kini bola ditangan nakan ambo Dt Indta Cati, Bupati Kabupaten Agam. Indak
> perlu urang dari luar nan terlibat.
>
> Insya Allah nakan, semoga berkah Allah bersamamu. Amin
>
>
> *---*
> *"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
> (Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*
>
> Wassalaamu'alaikum
> Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
> 17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
> Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
> Jakarta - Sterling, Virginia USA
> 
>
>
> 2013/11/15 Akmal Nasery Basral 
>
>> Tarimo kasih ateh follow up informasi kanda Indra Catri,
>> semoga Rizki Ramadhan segera mendapatkan metode pendidikan yang cocok
>> baginya.
>>
>> Sekadar sharing saja, kebetulan ba'da Subuh tadi (Kamis, 14 November)
>> ambo sempat mancaliek film dokumenter di HBO Family berdurasi sekitar 30
>> menit berjudul "Educating Peter". EP adalah kisah tentang seorang anak
>> penderita Down Syndrome bernama Peter Gwasdauskas, yang bergabung dengan
>> kelas normal murid kelas 3 SD di Blacksburg, Virginia. Peter satu-satunya
>> murid yang "berbeda" di kelas itu.
>>
>>   Peter Gwasdauskas dalam "Educating Peter"
>>
>> Hari-hari pertama Peter di kelas itu, sikap tantrum (mengamuknya) masih
>> sering muncul. Kawan-kawannya ditendang, dipukul, dipiting. Tapi
>> kawan-kawannya tak membalas, karena mereka sudah diberitahu oleh ibu guru
>> mereka tentang kondisi Peter. Ibu guru dan murid lain berdiskusi bagaimana
>> cara mengurangi amuk Peter, akhirnya ketemu jalan keluar: setiap Peter
>> berlaku "baik" dan "normal", dia harus selalu didukung, diberikan pujian
>> secara tulus. Pelan-pelan cara ini mulai menunjukkan hasil. Jika sesekali
>> dia masih memukul kawannya tanpa alasan jelas, ibu guru akan mengajaknya
>> berdiskusi: apakah menurut Peter cara itu bagus atau tidak bagus? Ternyata
>> menurut Peter cara itu tidak bagus dan tidak boleh dilakukan. Ibu guru
>> bertanya lagi, apakah Peter mau minta maaf karena perbuatannya kepada teman
>> yang disakiti? Peter bilang mau. Maka ibu guru meninggalkan Peter dan
>> kawannya berdua saja, memberi kepercayaan penuh. Dan ternyata Peter memang
>> minta maaf dengan cara yang mengharukan. Sebagai anak Down Syndrome, IQ
>> Peter juga jauh di bawah kawan-kawannya yang lain, sehingga dia sulit
>> sekali mengeja kalimat (terdiri dari 4-5 kata sederhana) yan

RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread Rina Permadi
Adidunsanak,

 

Berita2 tentang Rizki sebagai anak jenius alah ambo curigai 

Sebab wartawan biasonyo agak melebih2kan

Itu indak bisa kito salahkan sebab ambo mangalami sendiri jo anak ambo 

Divonis autis ringan, Zaki awalnyo dibilang anak jenius sebab bisa berbahasa
Inggris dan mandarin namun terbatas.

Padahal sebenarnya Zaki hanya meniru semua yang diserap melalui CD2 edukasi
yang kami sediakan untuknya.

Tetangga2 melebih2kannya, sebagai anak yang bisa Speking di usia dia yang
baru 3 tahun.

 

Setalah sekolah play group, TK dan Sd skrg kls 2, Zaki ada dibimbing oleh
guru pendidikan khusus.

Setelah saya perhatikan, metodenya hanya pada bagaimana membuat dia focus
dengan apa yang dihadapi. Tidak terpengaruh dengan gangguan diluar yang
dikehendaki. Sebab anak2 begini sangat gampang sekali teralihkan
perhatiannya.

Bila sedang belajar dia mendengar suara kucing. Akan sangat susah
mengembalikan focus dia ke suasana belajar.

 

Namun apabila pembimbing atau orangtua telag berhasil membuat dia bisa
focus, tidak gampang dialihkan perhatiannya. Maka terapinya sudah bisa
dibilang berhasil.

Untuk itu perlu dibantu dengan diet makanan yang mengandung tepung susu,
gandum dan coklat.

Apalagi coklat, itu sama saja seperti memberi seorang pencandu narkobanya.
Maka akan ada tantrum dan kesusahan untuk focus.

Butuh waktu 2 minggu mengembalikan kondisi ke kondisi diet lagi.

 

Alhamdulillah Zaki sudah tidak diet lagi sejak selepas TK.

Dia sudah bisa focus untuk belajar dan bermain seperti anak lain

Serta mulai komukatif dari awalnya yang lebih suka berkomunikasi dengan
bahasa tubuhnya saja.

Kode dg jari dll

Bicara hanya dlm hal terpaksa saja, misalkan Mama.. kecoak.. karena Zaki
sangat takut kecoak supaya mamanya ngusir itu kecoak, padahal mamanya jg
takut haha.

 

Keistimewaan anak autis yang saya perhatikan adalah ketahanannya dalam
melakukan sesuatu. Bila dia sedang memikirkan ikan, maka apapun mengenai
ikan akan terus dikejarnya sampai tidak ada lagi informasi mengenai ikan
yang baru baginya. Syaratnya adalah apabila dia tertarik akan hal tsb.

Tapi bila tidak, maka sangat susah sekali untuk itu.

 

Saya pernah mencoba Zaki untuk membuat tugas2 bahasa Inggris di buku
paketnya

Sewaktu dia kelas 1 SD

Dari selepas maghrib sampai jam 11 malam Zaki bisa menyelesaikan 1 semester
ganjil semua tugas yang ada di buku itu, padahal saparonya belum
dipelajarinya.

Dan ketika dicek hasilnya 90% benar, kesalahan hanya di beberapa penulisan
spellingnya.

Tapi sekarang dia tidak tertarik lagi dengan B. Ing, dia sangat tertarik
dengan IPA terutama dunia hewan. Barusan minggu kemaren raport mid nilainya
di IPA nyaris sempurna. 9.6.

Kami bersyukur akan hasil yang tidak kami sangka bisa diraih Zaki.

Sebab banyaknya kekurangan di diri Zaki.

 

MUngkin sebaiknya setelah tau kondisi Rizki, dia dimasukkan kembali ke
sekolah biasa dan berusaha berbaur dengan anak seusianya layaknya anak yang
normal. Sehingga dia bisa belajar semua yang diajarkan untuk anak normal
lainnya.

 

Saya tidak setuju apabila anak berkebutuhan khusus "dibuang" di sekolah
khusus.

Itu tidak adil baginya.

 

Ohya, sekarang Zaki sudah bisa jadi koki pengganti Mama utk sekedar telur
dan teh panas J

 

Wassalam

Rina, 35, Batam

 

 

 

 

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of Akmal Nasery Basral
Sent: Friday, November 15, 2013 7:36 AM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Setuju Ajo Duta.

 

Dalam perspektif tindakan "BAIK atau LEBIH BAIK", maka jika Pak Bupati Indra
Catri membantu mencarikan sekolah Rizki seperti sekarang adalah BAIK.

Namun jika -- terinspirasi dari Educating Peter -- dibuat pula dokumentasi
proses mulai masuknya Rizki (kembali) ke sekolah nanti (apa pun sekolah
itu), juga selama setahun, akan LEBIH BAIK lagi, karena bisa menjadi
pembelajaran bagi publik, bahwa kesempatan bagi anak (terindikasi) autisme
seperti Rizki pun selalu terbuka jika lingkungan (sekolah) sabar dalam
mengakomodasi mereka. Langkah strategis yang bisa dilakukan (selain yang
kini sudah dijalankan Pak Bupati) antara lain:

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
B

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread noveri1987
Assalamu'alaikum
Uni Rina,

Tarimokasih atas sharing pengalaman Uni mendidik Zaki. Lai lah beberapa kali 
Veri baco carito tentang Zaki di milist ko, tapi baru kini sempat berkomentar 
tentang keteguhan dan kegigihan uni nan terus berusaha mendidik Zaki dengan 
segala keterbatasannyo.

Dulu, sewaktu di Indonesia Mengajar, Veri pun sempat dapat bimbingan untuk 
menghadapi anak berkebutuhan khusus ko dan selama setahun di penempatan pun 
pernah menghadapi anak yang memiliki indikasi kebutuhan khusus kategori ringan. 
Memang indak mudah ni menghadapi mereka dan butuh kesabaran tinggi. Veri pun 
meraso gagal dan tak bisa usaha maksimal untuk menghadapi anak-anak 
berkebutuhan khusus seperti itu. Salut atas kegigihan uni dan mudah-mudahan 
bisa menjadi pelajaran sekaligus ka contoh bagi Veri nantinyo untuk jadi urang 
tuo nan sabar dan gigiah pulo. Amin.

Wassalam,

Veri
26, Lk, Jakpus

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Rina Permadi" 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 15 Nov 2013 12:03:44 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test 
Rezki

Adidunsanak,

 

Berita2 tentang Rizki sebagai anak jenius alah ambo curigai 

Sebab wartawan biasonyo agak melebih2kan

Itu indak bisa kito salahkan sebab ambo mangalami sendiri jo anak ambo 

Divonis autis ringan, Zaki awalnyo dibilang anak jenius sebab bisa berbahasa
Inggris dan mandarin namun terbatas.

Padahal sebenarnya Zaki hanya meniru semua yang diserap melalui CD2 edukasi
yang kami sediakan untuknya.

Tetangga2 melebih2kannya, sebagai anak yang bisa Speking di usia dia yang
baru 3 tahun.

 

Setalah sekolah play group, TK dan Sd skrg kls 2, Zaki ada dibimbing oleh
guru pendidikan khusus.

Setelah saya perhatikan, metodenya hanya pada bagaimana membuat dia focus
dengan apa yang dihadapi. Tidak terpengaruh dengan gangguan diluar yang
dikehendaki. Sebab anak2 begini sangat gampang sekali teralihkan
perhatiannya.

Bila sedang belajar dia mendengar suara kucing. Akan sangat susah
mengembalikan focus dia ke suasana belajar.

 

Namun apabila pembimbing atau orangtua telag berhasil membuat dia bisa
focus, tidak gampang dialihkan perhatiannya. Maka terapinya sudah bisa
dibilang berhasil.

Untuk itu perlu dibantu dengan diet makanan yang mengandung tepung susu,
gandum dan coklat.

Apalagi coklat, itu sama saja seperti memberi seorang pencandu narkobanya.
Maka akan ada tantrum dan kesusahan untuk focus.

Butuh waktu 2 minggu mengembalikan kondisi ke kondisi diet lagi.

 

Alhamdulillah Zaki sudah tidak diet lagi sejak selepas TK.

Dia sudah bisa focus untuk belajar dan bermain seperti anak lain

Serta mulai komukatif dari awalnya yang lebih suka berkomunikasi dengan
bahasa tubuhnya saja.

Kode dg jari dll

Bicara hanya dlm hal terpaksa saja, misalkan Mama.. kecoak.. karena Zaki
sangat takut kecoak supaya mamanya ngusir itu kecoak, padahal mamanya jg
takut haha.

 

Keistimewaan anak autis yang saya perhatikan adalah ketahanannya dalam
melakukan sesuatu. Bila dia sedang memikirkan ikan, maka apapun mengenai
ikan akan terus dikejarnya sampai tidak ada lagi informasi mengenai ikan
yang baru baginya. Syaratnya adalah apabila dia tertarik akan hal tsb.

Tapi bila tidak, maka sangat susah sekali untuk itu.

 

Saya pernah mencoba Zaki untuk membuat tugas2 bahasa Inggris di buku
paketnya

Sewaktu dia kelas 1 SD

Dari selepas maghrib sampai jam 11 malam Zaki bisa menyelesaikan 1 semester
ganjil semua tugas yang ada di buku itu, padahal saparonya belum
dipelajarinya.

Dan ketika dicek hasilnya 90% benar, kesalahan hanya di beberapa penulisan
spellingnya.

Tapi sekarang dia tidak tertarik lagi dengan B. Ing, dia sangat tertarik
dengan IPA terutama dunia hewan. Barusan minggu kemaren raport mid nilainya
di IPA nyaris sempurna. 9.6.

Kami bersyukur akan hasil yang tidak kami sangka bisa diraih Zaki.

Sebab banyaknya kekurangan di diri Zaki.

 

MUngkin sebaiknya setelah tau kondisi Rizki, dia dimasukkan kembali ke
sekolah biasa dan berusaha berbaur dengan anak seusianya layaknya anak yang
normal. Sehingga dia bisa belajar semua yang diajarkan untuk anak normal
lainnya.

 

Saya tidak setuju apabila anak berkebutuhan khusus "dibuang" di sekolah
khusus.

Itu tidak adil baginya.

 

Ohya, sekarang Zaki sudah bisa jadi koki pengganti Mama utk sekedar telur
dan teh panas J

 

Wassalam

Rina, 35, Batam

 

 

 

 

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of Akmal Nasery Basral
Sent: Friday, November 15, 2013 7:36 AM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Setuju Ajo Duta.

 

Dalam perspektif tindakan "BAIK atau LEBIH BAIK", maka jika Pak Bupati Indra
Catri membantu mencarikan sekolah Rizki seperti sekarang adalah BAIK.

Namun jika -- terinspirasi dari Educating Peter -- dibuat pula dokumentasi
proses mulai masuknya Ri

RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread Rina Permadi
Waalaikumsalam Warahmatullahi,

Veri nan baik,

 

Mungkin dek Veri ado pengalaman jo anak kebutuhan khusus, makonyo Veri ado
bahan untuk mananggapi sharing Uni ko.

Ijan dianggap usaho Veri tu gagal yo.

Sebab apo yang kito ajakan, bukan untuk dipakai sesaaat kemudian setelah
diajar.

 

Contohnyo kayak Zaki mamasak tu

Kini inyo bisa bermacam2 jenis masakan dari talua  jo bahan mentega, talua,
merica dan garam.

Sarato berbagai minuman mulai nan dingin sampai nan  angek.

 

Itu dek Zaki mancaliak Mbaknyo atau Uni mampraktekkan di dakeknyo

Atau mungkin acok manengok iklan peralatan masak atau memang acara masak di
Tipi.

 

Walaupun inyo alah lamo sajak dulu menguasai dalam hal teori, tapi
prakteknyo baru kini2 ko sajo.

Kayak tadi malam inyo batanyo ka Uni pas Uni pulang karajo, 

"Mama lapar ?

"Bikin telur ya Ma ?

Mamanyo dek nio lamak sajo, maiyokan

"Sekalian untuk adik ya Bang?," tambuah Mamanyo.

Ondeh, iyo kironyo alah dibueknyo 3 porsi trus dihidangkannyo sekalian jo
nasi masing2, untuk adik jo mama saketek nasinyo dan untuaknyo agak banyak.
Trus piringnyo sasuai lo jo  nan makan.

 

Jadi jan dikecekkan Veri indak berhasil

Mengenai hasil kan bukan urusan kito laih kan ?

Dikitonyo usaha jo doa bukan ?

 

Uni hanyo maraso basalah pabilo masalah nan sehari2 Uni hadapi tentang anak
kebutuhan khusus ko indak namuah lo Uni babagi pengalaman. Sadangkan Pak
BUpati Agam sajo turun tangan dan tanpa diduga muncul di milis awak. 

(Salam takzim Pak Indra..)

 

Apatah lagi hanyo Uni nan urang biaso tapi kebetulan ado saketek pengalaman.

Rasonyo badoso sajo kalo Uni indak mambagikan pengalaman ko.

 

Semoga Veri selalu sukses dalam segala hal yo Diak.

 

Banyak maaf kalau ado salah kato,

Wassalam

Uni, Batam

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of noveri1...@gmail.com
Sent: Friday, November 15, 2013 12:36 PM
To: Milis rantaunet
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Assalamu'alaikum
Uni Rina,

Tarimokasih atas sharing pengalaman Uni mendidik Zaki. Lai lah beberapa kali
Veri baco carito tentang Zaki di milist ko, tapi baru kini sempat
berkomentar tentang keteguhan dan kegigihan uni nan terus berusaha mendidik
Zaki dengan segala keterbatasannyo.

Dulu, sewaktu di Indonesia Mengajar, Veri pun sempat dapat bimbingan untuk
menghadapi anak berkebutuhan khusus ko dan selama setahun di penempatan pun
pernah menghadapi anak yang memiliki indikasi kebutuhan khusus kategori
ringan. Memang indak mudah ni menghadapi mereka dan butuh kesabaran tinggi.
Veri pun meraso gagal dan tak bisa usaha maksimal untuk menghadapi anak-anak
berkebutuhan khusus seperti itu. Salut atas kegigihan uni dan mudah-mudahan
bisa menjadi pelajaran sekaligus ka contoh bagi Veri nantinyo untuk jadi
urang tuo nan sabar dan gigiah pulo. Amin.

Wassalam,

Veri
26, Lk, Jakpus

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: "Rina Permadi"  

Sender: rantaunet@googlegroups.com 

Date: Fri, 15 Nov 2013 12:03:44 +0700

To: 

ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com 

Subject: RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Adidunsanak,

 

Berita2 tentang Rizki sebagai anak jenius alah ambo curigai 

Sebab wartawan biasonyo agak melebih2kan

Itu indak bisa kito salahkan sebab ambo mangalami sendiri jo anak ambo 

Divonis autis ringan, Zaki awalnyo dibilang anak jenius sebab bisa berbahasa
Inggris dan mandarin namun terbatas.

Padahal sebenarnya Zaki hanya meniru semua yang diserap melalui CD2 edukasi
yang kami sediakan untuknya.

Tetangga2 melebih2kannya, sebagai anak yang bisa Speking di usia dia yang
baru 3 tahun.

 

Setalah sekolah play group, TK dan Sd skrg kls 2, Zaki ada dibimbing oleh
guru pendidikan khusus.

Setelah saya perhatikan, metodenya hanya pada bagaimana membuat dia focus
dengan apa yang dihadapi. Tidak terpengaruh dengan gangguan diluar yang
dikehendaki. Sebab anak2 begini sangat gampang sekali teralihkan
perhatiannya.

Bila sedang belajar dia mendengar suara kucing. Akan sangat susah
mengembalikan focus dia ke suasana belajar.

 

Namun apabila pembimbing atau orangtua telag berhasil membuat dia bisa
focus, tidak gampang dialihkan perhatiannya. Maka terapinya sudah bisa
dibilang berhasil.

Untuk itu perlu dibantu dengan diet makanan yang mengandung tepung susu,
gandum dan coklat.

Apalagi coklat, itu sama saja seperti memberi seorang pencandu narkobanya.
Maka akan ada tantrum dan kesusahan untuk focus.

Butuh waktu 2 minggu mengembalikan kondisi ke kondisi diet lagi.

 

Alhamdulillah Zaki sudah tidak diet lagi sejak selepas TK.

Dia sudah bisa focus untuk belajar dan bermain seperti anak lain

Serta mulai komukatif dari awalnya yang lebih suka berkomunikasi dengan
bahasa tubuhnya saja.

Kode dg jari dll

Bicara hanya dlm hal terpaksa saja, misalkan Mama.. kecoak.. karena Zaki
sangat takut kecoak supaya mamanya ngusir itu kecoak, padahal mamanya jg
takut haha.

 

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-14 Thread noveri1987
Uni Rina,

Tarimokasih ni atas pencerahannyo. Memang urusan hasil itu di tangan Allah, nan 
di awak kan sabateh usaho sampai ma kamampuan wak yo ni.

Tarimokasih banyak ni,

Salam,
Veri

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Rina Permadi" 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 15 Nov 2013 13:28:43 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test 
Rezki

Waalaikumsalam Warahmatullahi,

Veri nan baik,

 

Mungkin dek Veri ado pengalaman jo anak kebutuhan khusus, makonyo Veri ado
bahan untuk mananggapi sharing Uni ko.

Ijan dianggap usaho Veri tu gagal yo.

Sebab apo yang kito ajakan, bukan untuk dipakai sesaaat kemudian setelah
diajar.

 

Contohnyo kayak Zaki mamasak tu

Kini inyo bisa bermacam2 jenis masakan dari talua  jo bahan mentega, talua,
merica dan garam.

Sarato berbagai minuman mulai nan dingin sampai nan  angek.

 

Itu dek Zaki mancaliak Mbaknyo atau Uni mampraktekkan di dakeknyo

Atau mungkin acok manengok iklan peralatan masak atau memang acara masak di
Tipi.

 

Walaupun inyo alah lamo sajak dulu menguasai dalam hal teori, tapi
prakteknyo baru kini2 ko sajo.

Kayak tadi malam inyo batanyo ka Uni pas Uni pulang karajo, 

"Mama lapar ?

"Bikin telur ya Ma ?

Mamanyo dek nio lamak sajo, maiyokan

"Sekalian untuk adik ya Bang?," tambuah Mamanyo.

Ondeh, iyo kironyo alah dibueknyo 3 porsi trus dihidangkannyo sekalian jo
nasi masing2, untuk adik jo mama saketek nasinyo dan untuaknyo agak banyak.
Trus piringnyo sasuai lo jo  nan makan.

 

Jadi jan dikecekkan Veri indak berhasil

Mengenai hasil kan bukan urusan kito laih kan ?

Dikitonyo usaha jo doa bukan ?

 

Uni hanyo maraso basalah pabilo masalah nan sehari2 Uni hadapi tentang anak
kebutuhan khusus ko indak namuah lo Uni babagi pengalaman. Sadangkan Pak
BUpati Agam sajo turun tangan dan tanpa diduga muncul di milis awak. 

(Salam takzim Pak Indra..)

 

Apatah lagi hanyo Uni nan urang biaso tapi kebetulan ado saketek pengalaman.

Rasonyo badoso sajo kalo Uni indak mambagikan pengalaman ko.

 

Semoga Veri selalu sukses dalam segala hal yo Diak.

 

Banyak maaf kalau ado salah kato,

Wassalam

Uni, Batam

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of noveri1...@gmail.com
Sent: Friday, November 15, 2013 12:36 PM
To: Milis rantaunet
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Assalamu'alaikum
Uni Rina,

Tarimokasih atas sharing pengalaman Uni mendidik Zaki. Lai lah beberapa kali
Veri baco carito tentang Zaki di milist ko, tapi baru kini sempat
berkomentar tentang keteguhan dan kegigihan uni nan terus berusaha mendidik
Zaki dengan segala keterbatasannyo.

Dulu, sewaktu di Indonesia Mengajar, Veri pun sempat dapat bimbingan untuk
menghadapi anak berkebutuhan khusus ko dan selama setahun di penempatan pun
pernah menghadapi anak yang memiliki indikasi kebutuhan khusus kategori
ringan. Memang indak mudah ni menghadapi mereka dan butuh kesabaran tinggi.
Veri pun meraso gagal dan tak bisa usaha maksimal untuk menghadapi anak-anak
berkebutuhan khusus seperti itu. Salut atas kegigihan uni dan mudah-mudahan
bisa menjadi pelajaran sekaligus ka contoh bagi Veri nantinyo untuk jadi
urang tuo nan sabar dan gigiah pulo. Amin.

Wassalam,

Veri
26, Lk, Jakpus

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: "Rina Permadi"  

Sender: rantaunet@googlegroups.com 

Date: Fri, 15 Nov 2013 12:03:44 +0700

To: 

ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com 

Subject: RE: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test
Rezki

 

Adidunsanak,

 

Berita2 tentang Rizki sebagai anak jenius alah ambo curigai 

Sebab wartawan biasonyo agak melebih2kan

Itu indak bisa kito salahkan sebab ambo mangalami sendiri jo anak ambo 

Divonis autis ringan, Zaki awalnyo dibilang anak jenius sebab bisa berbahasa
Inggris dan mandarin namun terbatas.

Padahal sebenarnya Zaki hanya meniru semua yang diserap melalui CD2 edukasi
yang kami sediakan untuknya.

Tetangga2 melebih2kannya, sebagai anak yang bisa Speking di usia dia yang
baru 3 tahun.

 

Setalah sekolah play group, TK dan Sd skrg kls 2, Zaki ada dibimbing oleh
guru pendidikan khusus.

Setelah saya perhatikan, metodenya hanya pada bagaimana membuat dia focus
dengan apa yang dihadapi. Tidak terpengaruh dengan gangguan diluar yang
dikehendaki. Sebab anak2 begini sangat gampang sekali teralihkan
perhatiannya.

Bila sedang belajar dia mendengar suara kucing. Akan sangat susah
mengembalikan focus dia ke suasana belajar.

 

Namun apabila pembimbing atau orangtua telag berhasil membuat dia bisa
focus, tidak gampang dialihkan perhatiannya. Maka terapinya sudah bisa
dibilang berhasil.

Untuk itu perlu dibantu dengan diet makanan yang mengandung tepung susu,
gandum dan coklat.

Apalagi coklat, itu sama saja seperti memberi seorang pencandu narkobanya.
Maka akan ada tantrum dan kesusahan untuk focus.


Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-16 Thread Nofend St. Mudo
Rizki di Bawah Level Rata-rata
Minggu, 17 November 2013 01:04

BUKITTINGGI, HALUAN— Teka-teki sosok Rizki, bocah berumur 10 tahun
warga Jorong Lurah Surau Baranjuang Kenagarian Kubang Putiah Kecamatan
Banuhampu Kabupaten Agam, yang disebut-sebut memiliki kecerdasan luar
biasa, menguasai banyak bahasa serta disebut-sebut sebagai generasi
Einstein dan BJ Habibie akhirnya terjawab sudah.

Dari hasil pemeriksaan kecer­dasan, tes kreativitas, tes kepribadian
dan sosial yang dilakukan Psikolog Zera Mendoza, M.Psi.,­Psikolog
terhadap Rizki beserta kedua orangtuanya selama tiga hari hingga Kamis
(14/11) sore , diketahui bahwa intelegensi Rizki ternyata berada di
bawah rata-rata.

“Dari skor  secara umum, Rizki tidak termasuk anak yang cerdas, malah
berada pada level di bawah rata-rata. Tapi memang ada beberapa
kemampuan yang tampak menonjol, seperti kemam­puan berbahasa,
kemampuan ketertarikan di teknologi tertentu,” ujar Zera Mendoza
kepada Haluan, Kamis (14/11).

Menurut Zera Mendoza, Rizki juga mengalamai beberapa masalah sosial
dan emosional seperti kemampuan memahami informasi yang disampaikan
orang lain, kemampuan mema­hami tugas-tugas sederhana yang diberikan,
kemampuan mengen­dalikan diri, mengenal orang lain, serta kemampuan
untuk menga­lah.

Zera Mendoza melanjutkan, Rizki merupakan anak yang berkebutuhan
khusus yang butuh pendidikan khusus dan butuh pendekatan khusus.
Menurutnya, Rizki sangat bisa dilatih, dan sangat bisa untuk dididik.
Segala kelemahan Rizki menurutnya bisa untuk diatasi, sementara
potensi yang sudah dimiliki Rizki masih bisa ditingkatkan lagi dengan
penanganan yang tepat.

“Banyak tugas yang diberikan, tapi Rizki bisa betah, bisa melakukan
perintah, bahkan sangat disiplin. Kami tidak mentoleransi sedikitpun
keterlam­batan, namun dia bisa mengikuti dengan nyaman. Rizki memang
harus disekolahkan khusus,” jelas Zera Mendoza.

Ia menambahkan, tes yang dilakukan Rizki dan keluarga telah selesai
serta tidak ada tes lanjutan. Menurutnya, dalam waktu dekat dirinya
akan memberikan hasil tes secara tertulis kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten Agam.

Zera Mendoza juga mengkla­rifikasi beberapa pemberitaan yang
menyudutkan dirinya. Ia mene­gaskan tidak pernah menya­takan bahwa
Rizki adalah anak yang cerdas. Selama memberikan tes kepada Rizki juga
tidak semuanya menggunakan Bahasa Inggris.

Hasil tes yang dikeluarkan psikolog ini sangat mengejutkan dan
bertolak belakang dengan berbagai opini dan dugaan yang mengapung di
masyarakat, mengingat selama ini Rizki disebut-sebut sebagai anak yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Sementara itu, Isra selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Agam
mengatakan, Pemda Agam masih menunggu hasil tertulis dari psikolog,
sebelum melakukan langkah selanjutnya. Ia tidak memper­salahkan Rizki
bersekolah di Kota Bukittinggi atau dimana saja, sesuai yang
diinginkan orangtua Rizki. Menurutnya, Pemda Agam tetap akan
memberikan bantuan pendidikan bagi Rizki. (h/wan)


-- 
*
*
*Wassalam

*
*Nofend St. Mudo
37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
Tweet: @nofend  | YM: rankmarola
*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-17 Thread ajo duta
Iko komentar tentang Rizky di milis subalah

Rizky ini mungkin seperti yang dibilang di Amerika anak 2E (twice
exceptional) artinya ada hal2 dimana dia sangat menonjol dan ada hal2
dimana dia kemampuannya sangat rendah. Akibatnya kalau IQ dirata2 dia bisa
jadi compositenya average atau di bawah average atau slightly di atas
average. Yg perlu diperhatikan ialah jangan sampai kemampuan dia yang
menonjol jadi hilang krn dipaksa jadi seperti 'rata2', atau jangan sampai
dia rendah diri krn ada kemampuan yang rendah. Nurture his strength, build
up his weaknesses.

Typical surat kabar indonesia -- headlinenya nggak mengenakkan ... (sin of
omission ?). Kebayang tidak bgmn keluarga Rizki perasaannya dengan headline
spt itu ? Mungkin sehrsnya si psikolog jangan bilang IQ total di bawah
rata2 ttp bisa bilang bhw dia mnonjol/sangat2 berbakat dalam abc, ttp agak
kurang di d, e, f ... Einstein sptnya juga spt itu ... mungkin kl IQ rata2
ditest sama psikolog hasilnya bisa2 spt Rizki, ttp spt Rizki, dia punya
kemenonjolan yg tinggi (Rizki bid.. bhs, Einstein bid math and physics).

Wassalam
Dian

*---*
*"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
(Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA



2013/11/17 Nofend St. Mudo 

> Rizki di Bawah Level Rata-rata
> Minggu, 17 November 2013 01:04
>
> BUKITTINGGI, HALUAN— Teka-teki sosok Rizki, bocah berumur 10 tahun
> warga Jorong Lurah Surau Baranjuang Kenagarian Kubang Putiah Kecamatan
> Banuhampu Kabupaten Agam, yang disebut-sebut memiliki kecerdasan luar
> biasa, menguasai banyak bahasa serta disebut-sebut sebagai generasi
> Einstein dan BJ Habibie akhirnya terjawab sudah.
>
> Dari hasil pemeriksaan kecer­dasan, tes kreativitas, tes kepribadian
> dan sosial yang dilakukan Psikolog Zera Mendoza, M.Psi.,­Psikolog
> terhadap Rizki beserta kedua orangtuanya selama tiga hari hingga Kamis
> (14/11) sore , diketahui bahwa intelegensi Rizki ternyata berada di
> bawah rata-rata.
>
> “Dari skor  secara umum, Rizki tidak termasuk anak yang cerdas, malah
> berada pada level di bawah rata-rata. Tapi memang ada beberapa
> kemampuan yang tampak menonjol, seperti kemam­puan berbahasa,
> kemampuan ketertarikan di teknologi tertentu,” ujar Zera Mendoza
> kepada Haluan, Kamis (14/11).
>
> Menurut Zera Mendoza, Rizki juga mengalamai beberapa masalah sosial
> dan emosional seperti kemampuan memahami informasi yang disampaikan
> orang lain, kemampuan mema­hami tugas-tugas sederhana yang diberikan,
> kemampuan mengen­dalikan diri, mengenal orang lain, serta kemampuan
> untuk menga­lah.
>
> Zera Mendoza melanjutkan, Rizki merupakan anak yang berkebutuhan
> khusus yang butuh pendidikan khusus dan butuh pendekatan khusus.
> Menurutnya, Rizki sangat bisa dilatih, dan sangat bisa untuk dididik.
> Segala kelemahan Rizki menurutnya bisa untuk diatasi, sementara
> potensi yang sudah dimiliki Rizki masih bisa ditingkatkan lagi dengan
> penanganan yang tepat.
>
> “Banyak tugas yang diberikan, tapi Rizki bisa betah, bisa melakukan
> perintah, bahkan sangat disiplin. Kami tidak mentoleransi sedikitpun
> keterlam­batan, namun dia bisa mengikuti dengan nyaman. Rizki memang
> harus disekolahkan khusus,” jelas Zera Mendoza.
>
> Ia menambahkan, tes yang dilakukan Rizki dan keluarga telah selesai
> serta tidak ada tes lanjutan. Menurutnya, dalam waktu dekat dirinya
> akan memberikan hasil tes secara tertulis kepada Dinas Pendidikan
> Kabupaten Agam.
>
> Zera Mendoza juga mengkla­rifikasi beberapa pemberitaan yang
> menyudutkan dirinya. Ia mene­gaskan tidak pernah menya­takan bahwa
> Rizki adalah anak yang cerdas. Selama memberikan tes kepada Rizki juga
> tidak semuanya menggunakan Bahasa Inggris.
>
> Hasil tes yang dikeluarkan psikolog ini sangat mengejutkan dan
> bertolak belakang dengan berbagai opini dan dugaan yang mengapung di
> masyarakat, mengingat selama ini Rizki disebut-sebut sebagai anak yang
> memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
>
> Sementara itu, Isra selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Agam
> mengatakan, Pemda Agam masih menunggu hasil tertulis dari psikolog,
> sebelum melakukan langkah selanjutnya. Ia tidak memper­salahkan Rizki
> bersekolah di Kota Bukittinggi atau dimana saja, sesuai yang
> diinginkan orangtua Rizki. Menurutnya, Pemda Agam tetap akan
> memberikan bantuan pendidikan bagi Rizki. (h/wan)
>
>
> --
> *
> *
> *Wassalam
>
> *
> *Nofend St. Mudo
> 37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
> Tweet: @nofend  | YM: rankmarola
> *
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, m

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-17 Thread ZulTan


Nampaknyo ingin dipapanjang dek Ajo Duta.  Bialah ambo tambahan saketek lai.

Manuruik saya perlu second opinion.  Paling tidak ada 10 alasan:

01. Psikolog bukan Tuhan.

02. Tidak ada manusia yang tidak salah.

03. Untuk menghilangkan keraguan.

04. Dua pendapat lebih baik daripada satu.  Membeli rumah, mobil bahkan motor 
pun memerlukan beberapa pendapat sebelum diputuskan. 

05. Tes psikologi, kejiwaan, atau kecerdasan bukanlah tes yang “kasat mata” 
yang dapat diukur seperti diabetes, kolesterol, atau darah tinggi sehingga 
tidak memerlukan second opinion.

06. Ini akan jadi stigma seumur hidup bagi penderita. 
 Adalah sebuah keniscayaan untuk mencari pendapat lain.

07. Dalam upaya mencari advis terbaik, bagaimana mungkin tanpa membandingkan?

08. Ada saja pendapat pakar yang keliru.  Di luar negeri pun terjadi kekeliruan 
antara autis dan genius. (Pernah saya share perihal si Jake yang saat ini 
tengah mengejar Nobel Prize di usia 14 tahun.)

09.  Ini agak berat mengatakannya, yakni tingkat kepakaran, metode, dan 
perangkat serta pengalaman yang dimilikinya akan mempengaruhi hasil.

10. Terakhir, paling berat untuk dikatakan, jangan sampai pendapat yang dibuat 
karena akan menguntungkannya. 

Catatan:  Pakar bilang, para profesional ini seharusnya memberi kesempatan 
kepada pasien untuk mencari second opinion. Jika justru menghambat atau 
tersinggung apalagi marah, Anda perlu meragukan kualifikasi mereka.


Salam,
ZulTan, L, 53, Bogor

-Original Message-
From: ajo duta 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sun, 17 Nov 2013 22:49:57 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test 
Rezki

Iko komentar tentang Rizky di milis subalah

Rizky ini mungkin seperti yang dibilang di Amerika anak 2E (twice
exceptional) artinya ada hal2 dimana dia sangat menonjol dan ada hal2
dimana dia kemampuannya sangat rendah. Akibatnya kalau IQ dirata2 dia bisa
jadi compositenya average atau di bawah average atau slightly di atas
average. Yg perlu diperhatikan ialah jangan sampai kemampuan dia yang
menonjol jadi hilang krn dipaksa jadi seperti 'rata2', atau jangan sampai
dia rendah diri krn ada kemampuan yang rendah. Nurture his strength, build
up his weaknesses.

Typical surat kabar indonesia -- headlinenya nggak mengenakkan ... (sin of
omission ?). Kebayang tidak bgmn keluarga Rizki perasaannya dengan headline
spt itu ? Mungkin sehrsnya si psikolog jangan bilang IQ total di bawah
rata2 ttp bisa bilang bhw dia mnonjol/sangat2 berbakat dalam abc, ttp agak
kurang di d, e, f ... Einstein sptnya juga spt itu ... mungkin kl IQ rata2
ditest sama psikolog hasilnya bisa2 spt Rizki, ttp spt Rizki, dia punya
kemenonjolan yg tinggi (Rizki bid.. bhs, Einstein bid math and physics).

Wassalam
Dian

*---*
*"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
(Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA



2013/11/17 Nofend St. Mudo 

> Rizki di Bawah Level Rata-rata
> Minggu, 17 November 2013 01:04
>
> BUKITTINGGI, HALUAN— Teka-teki sosok Rizki, bocah berumur 10 tahun
> warga Jorong Lurah Surau Baranjuang Kenagarian Kubang Putiah Kecamatan
> Banuhampu Kabupaten Agam, yang disebut-sebut memiliki kecerdasan luar
> biasa, menguasai banyak bahasa serta disebut-sebut sebagai generasi
> Einstein dan BJ Habibie akhirnya terjawab sudah.
>
> Dari hasil pemeriksaan kecer­dasan, tes kreativitas, tes kepribadian
> dan sosial yang dilakukan Psikolog Zera Mendoza, M.Psi.,­Psikolog
> terhadap Rizki beserta kedua orangtuanya selama tiga hari hingga Kamis
> (14/11) sore , diketahui bahwa intelegensi Rizki ternyata berada di
> bawah rata-rata.
>
> “Dari skor  secara umum, Rizki tidak termasuk anak yang cerdas, malah
> berada pada level di bawah rata-rata. Tapi memang ada beberapa
> kemampuan yang tampak menonjol, seperti kemam­puan berbahasa,
> kemampuan ketertarikan di teknologi tertentu,” ujar Zera Mendoza
> kepada Haluan, Kamis (14/11).
>
> Menurut Zera Mendoza, Rizki juga mengalamai beberapa masalah sosial
> dan emosional seperti kemampuan memahami informasi yang disampaikan
> orang lain, kemampuan mema­hami tugas-tugas sederhana yang diberikan,
> kemampuan mengen­dalikan diri, mengenal orang lain, serta kemampuan
> untuk menga­lah.
>
> Zera Mendoza melanjutkan, Rizki merupakan anak yang berkebutuhan
> khusus yang butuh pendidikan khusus dan butuh pendekatan khusus.
> Menurutnya, Rizki sangat bisa dilatih, dan sangat bisa untuk dididik.
> Segala kelemahan Rizki menurutnya bisa un

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-17 Thread ajo duta
Iko ciek lai dari warung sabalah :

Thomas Alva Edison, bersama dengan Leonardo Da Vinci, Alexander Graham
Bell, Steven Spielberg, Tom Cruise , Muhammad Ali, Ingvar Kamprad (boss
IKEA, pernah menjadi orang terkaya di dunia), dll (daftar lebih panjang
bisa di lihat di sini
http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/famous-dyslexics.html) ,
'menderita' suatu gejala yang disebut Dyslexia.

Dyslexia adalah salah satu gejala specific learning difficulties dimana
otak 'penderita' memproses informasi, dalam hal ini membaca-menulis, dengan
cara berbeda dengan 'orang kebanyakan'. Dalam prakteknya di sekolah
murid-murid penderita dyslexia seringkali dianggap buta huruf, bodoh,
malas, pembuat onar dan lain-lain stigma negatif yang bila tidak ditangani
dengan hati-hati bisa menghantam kepercayaan diri mereka dan sering menjadi
'true prophecy'.

Anyway, sistem pendidikan di tanah air, dengan penekanan pada kemampuan
membaca bahkan pada level TK, hafalan/rote learning, seleksi masuk, test
dan ujian dll., sangat tidak memadai untuk mendiagnosa apalagi menangani
anak2 dyslexic. Ahirnya ya para guru dan pihak sekolah mengambil jalan
pintas dengan memberikan label2 seperti diatas, meninggalkan anak yang
'bodoh' dan berkonsentrasi pada mereka yang 'pintar' serta tindakan extrem
seperti men DO atau mendesak orangtua untuk memindahkan anaknya karena akan
merusak Nilai NEM sekolah tersebut.

Diluar sekolah, juga tidak banyak lembaga-lembaga yang berkemampuan
menangani dyslexia (Dibanding dengan lembaga yang menangani autism,
misalnya). Hal ini cukup mengherankan karena ada penelitian yang menyatakan
bahwa di English Speaking Countries 5-15% dari murid bisa dikategorikan
sebagai dyslexic. Bayangkan, dalam typical  kelas yang berisi 40 murid, ada
2 sampai 6 orang mereka harus berjuang praktis tanpa dukungan.

Kisah perjuangan salah satu anak dyslexic Indonesia, yang beruntung karena
orang tuanya cepat menyadari dan mempunyai kemampuan (finansial) untuk
mengintervensi bisa dibaca di tautan ini
http://nasional.kompas.com/read/2010/08/24/11200242

Nah kira-kira apa yang bisa IDN lakukan untuk membantu  mereka?

Salam pagi dari Brisbane, Australia
Oki

*---*
*"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
(Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA



2013/11/18 ZulTan 

>
>
> Nampaknyo ingin dipapanjang dek Ajo Duta. Bialah ambo tambahan saketek lai.
>
> Manuruik saya perlu second opinion. Paling tidak ada 10 alasan:
>
> 01. Psikolog bukan Tuhan.
>
> 02. Tidak ada manusia yang tidak salah.
>
> 03. Untuk menghilangkan keraguan.
>
> 04. Dua pendapat lebih baik daripada satu.  Membeli rumah, mobil bahkan
> motor pun memerlukan beberapa pendapat sebelum diputuskan.
>
> 05. Tes psikologi, kejiwaan, atau kecerdasan bukanlah tes yang “kasat
> mata” yang dapat diukur seperti diabetes, kolesterol, atau darah tinggi
> sehingga tidak memerlukan second opinion.
>
> 06. Ini akan jadi stigma seumur hidup bagi penderita.
>  Adalah sebuah keniscayaan untuk mencari pendapat lain.
>
> 07. Dalam upaya mencari advis terbaik, bagaimana mungkin tanpa
> membandingkan?
>
> 08. Ada saja pendapat pakar yang keliru. Di luar negeri pun terjadi
> kekeliruan antara autis dan genius. (Pernah saya share perihal si Jake yang
> saat ini tengah mengejar Nobel Prize di usia 14 tahun.)
>
> 09. Ini agak berat mengatakannya, yakni tingkat kepakaran, metode, dan
> perangkat serta pengalaman yang dimilikinya akan mempengaruhi hasil.
>
> 10. Terakhir, paling berat untuk dikatakan, jangan sampai pendapat yang
> dibuat karena akan menguntungkannya.
>
> Catatan: Pakar bilang, para profesional ini seharusnya memberi kesempatan
> kepada pasien untuk mencari second opinion. Jika justru menghambat atau
> tersinggung apalagi marah, Anda perlu meragukan kualifikasi mereka.
>
> Salam,
> ZulTan, L, 53, Bogor
> ------
> *From: * ajo duta 
> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com
> *Date: *Sun, 17 Nov 2013 22:49:57 +0700
> *To: *rantaunet@googlegroups.com
> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil
> Test Rezki
>
> Iko komentar tentang Rizky di milis subalah
>
> Rizky ini mungkin seperti yang dibilang di Amerika anak 2E (twice
> exceptional) artinya ada hal2 dimana dia sangat menonjol dan ada hal2
> dimana dia kemampuannya sangat rendah. Akibatnya kalau IQ dirata2 dia bisa
> jadi compositenya aver

Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test Rezki

2013-11-17 Thread anwardjambak
Kanda Zultan,

Dan semuanya Musnah dengan teori Relatifitas...

Dan semuanya tiada yg Mustahil dgn Kun Fa Yakun...


Sangenek...





Wassalam,
anwardjambak 45+, 
mudiak Pyk, kanakan Dt Rajo Malano(Maulana), 

"Maminteh Sabalun Hanyuik!!!

Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: "ZulTan" 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sun, 17 Nov 2013 23:24:33 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test 
Rezki



Nampaknyo ingin dipapanjang dek Ajo Duta.  Bialah ambo tambahan saketek lai.

Manuruik saya perlu second opinion.  Paling tidak ada 10 alasan:

01. Psikolog bukan Tuhan.

02. Tidak ada manusia yang tidak salah.

03. Untuk menghilangkan keraguan.

04. Dua pendapat lebih baik daripada satu.  Membeli rumah, mobil bahkan motor 
pun memerlukan beberapa pendapat sebelum diputuskan. 

05. Tes psikologi, kejiwaan, atau kecerdasan bukanlah tes yang “kasat mata” 
yang dapat diukur seperti diabetes, kolesterol, atau darah tinggi sehingga 
tidak memerlukan second opinion.

06. Ini akan jadi stigma seumur hidup bagi penderita. 
 Adalah sebuah keniscayaan untuk mencari pendapat lain.

07. Dalam upaya mencari advis terbaik, bagaimana mungkin tanpa membandingkan?

08. Ada saja pendapat pakar yang keliru.  Di luar negeri pun terjadi kekeliruan 
antara autis dan genius. (Pernah saya share perihal si Jake yang saat ini 
tengah mengejar Nobel Prize di usia 14 tahun.)

09.  Ini agak berat mengatakannya, yakni tingkat kepakaran, metode, dan 
perangkat serta pengalaman yang dimilikinya akan mempengaruhi hasil.

10. Terakhir, paling berat untuk dikatakan, jangan sampai pendapat yang dibuat 
karena akan menguntungkannya. 

Catatan:  Pakar bilang, para profesional ini seharusnya memberi kesempatan 
kepada pasien untuk mencari second opinion. Jika justru menghambat atau 
tersinggung apalagi marah, Anda perlu meragukan kualifikasi mereka.


Salam,
ZulTan, L, 53, Bogor

-Original Message-
From: ajo duta 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sun, 17 Nov 2013 22:49:57 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: Educating Peter, Educating Rizki... Re: [R@ntau-Net] Hasil Test 
Rezki

Iko komentar tentang Rizky di milis subalah

Rizky ini mungkin seperti yang dibilang di Amerika anak 2E (twice
exceptional) artinya ada hal2 dimana dia sangat menonjol dan ada hal2
dimana dia kemampuannya sangat rendah. Akibatnya kalau IQ dirata2 dia bisa
jadi compositenya average atau di bawah average atau slightly di atas
average. Yg perlu diperhatikan ialah jangan sampai kemampuan dia yang
menonjol jadi hilang krn dipaksa jadi seperti 'rata2', atau jangan sampai
dia rendah diri krn ada kemampuan yang rendah. Nurture his strength, build
up his weaknesses.

Typical surat kabar indonesia -- headlinenya nggak mengenakkan ... (sin of
omission ?). Kebayang tidak bgmn keluarga Rizki perasaannya dengan headline
spt itu ? Mungkin sehrsnya si psikolog jangan bilang IQ total di bawah
rata2 ttp bisa bilang bhw dia mnonjol/sangat2 berbakat dalam abc, ttp agak
kurang di d, e, f ... Einstein sptnya juga spt itu ... mungkin kl IQ rata2
ditest sama psikolog hasilnya bisa2 spt Rizki, ttp spt Rizki, dia punya
kemenonjolan yg tinggi (Rizki bid.. bhs, Einstein bid math and physics).

Wassalam
Dian

*---*
*"Komunitas RN Harus Hidup Terus Melebihi Usia Kami Yang Tua-tua Ini"
(Bunda Nizmah pada acara HUT RN 20 Tahun)*

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA



2013/11/17 Nofend St. Mudo 

> Rizki di Bawah Level Rata-rata
> Minggu, 17 November 2013 01:04
>
> BUKITTINGGI, HALUAN— Teka-teki sosok Rizki, bocah berumur 10 tahun
> warga Jorong Lurah Surau Baranjuang Kenagarian Kubang Putiah Kecamatan
> Banuhampu Kabupaten Agam, yang disebut-sebut memiliki kecerdasan luar
> biasa, menguasai banyak bahasa serta disebut-sebut sebagai generasi
> Einstein dan BJ Habibie akhirnya terjawab sudah.
>
> Dari hasil pemeriksaan kecer­dasan, tes kreativitas, tes kepribadian
> dan sosial yang dilakukan Psikolog Zera Mendoza, M.Psi.,­Psikolog
> terhadap Rizki beserta kedua orangtuanya selama tiga hari hingga Kamis
> (14/11) sore , diketahui bahwa intelegensi Rizki ternyata berada di
> bawah rata-rata.
>
> “Dari skor  secara umum, Rizki tidak termasuk anak yang cerdas, malah
> berada pada level di bawah rata-rata. Tapi memang ada beberapa
> kemampuan yang tampak menonjol, seperti kemam­puan berbahasa,
> kemampuan ketertarikan di teknologi tertentu,” ujar Zera Mendoza
> kepada Haluan, Kamis (14/11).
>
> Menurut Zera Mendoza, Rizki jug