Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-07 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Di Lua Nagari Urang Awak ditembak...
Di Nagari Awak cuma awak talok basorak-sorak...

Ditembak di Malaysia, Warga Pesisir Selatan Dipulangkan 

 [image: 
PDF] 

 [image: 
Cetak] 

 [image: 
Surel] 

 Sabtu, 
08 Agustus 2015 03:38 

*PADANG, HALUAN —* “SW” (30), satu dari tiga Warga Negara Indonesia (WNI) 
asal Kabupaten Pe­sisir Selatan (Pessel) ber­inisial (SW) (30), yang 
didu­ga terlibat tindak kejahatan di rumah ahli perniagaan atau pengusaha 
di Jalan Pulau Angsa U10, Bandar Nusa Rhu, Bukit Jelutong, akhir Juni lalu, 
diterbang­kan ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Jumat (7/8) sore. 
Begitu sampai, jenazah langsung dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan 
Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan.

Informasi yang berhasil dikumpulkan *, *SW beserta dua rekannya yang juga 
war­ga Pessel berinisial SL (30) dan AD (30), ditembak ke­polisian Malaysia 
pada 26 Juni lalu karena diduga melakukan perampokan. Saat ini baru jenazah 
SW yang sampai di Indonesia, sedangkan dua jenazah lain­nya masih menjalani 
proses identifikasi data dan penge­cekan DNA. “Sebelum dipu­langkan ke 
Indonesia, jena­zah telah lebih dulu di­pro­ses di KBRI kita di Malay­sia. 
Tapi, kami belum men­dapatkan informasi soal pemulangan dua jenazah 
lainnya. Yang pasti setelah nanti sampai di sini, akan langsung dibawa ke 
kam­pung halaman masing-ma­sing,” kata Kepala Bidang (Kabid) Penempatan dan 
Pengembangan Tenaga Ker­ja Sumbar Zulkifli N kepada 

Kisah kekecewaan terlontar dari keluarga “SW” terkait pemu­langan jenazah 
ke kampung hala­man.  Pihak keluarga, Is Sugiarto, mengeluhkan terkait 
tidak adanya keikutsertaan pemerintah dalam proses administrasi kepada 
peme­rintah Malaysia untuk pemula­ngan jenazah ke Indonesia.  
“Ke­leng­kapan administrasi ke peme­rintah Malaysia menelan biaya hingga 
Rp19 juta. Kami memin­jam sana-sini dan menggadai sawah untuk mengurusnya. 
Kami berharap pemerintah kita bisa membantu,” katanya.

Sementara itu, Kasi Penyia­pan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 
Padang Basl­i­yuzar kepada sejumlah wartawan mengatakan, terkait 
dipulang­kannya korban SW ia tak meneri­ma surat resmi dari pemerintah 
Malaysia terkait sebab penem­bakan dilakukan. Satu-satunya surat yang 
terlampir hanyalah surat serah terima jenazah.

Namun Basliyuzar memas­tikan, jika korban memiliki Kartu Tanda Kerja Luar 
Negeri (KTKLN) resmi, maka korban memiliki hak-hak tertentu yang bisa 
diperjuangkan, seumpama asuransi dari kilang tempat kor­ban bekerja, 
asuransi dari pe­merintah Indonesia dan lain sebagainya. “Kita pastikan 
dulu status korban,” jelasnya.

Dalam proses pemulangan tersebut, tampak Bupati Pesisir Selatan, Nasrul 
Abit juga ikut hadir di Bandara. Nasrul Abit mencoba menenangkan keluarga 
“SW” yang tak kuasa menahan sedih atas meninggalkan sanak saudara mereka.

Sebelumnya, kepada warta­wan di Pesisir Selatan, Kapolres setempat AKBP 
Deni Yuhasdi didampingi Kasat Intel AKP Suhendri Yatno mengaku pi­haknya 
telah mendapatkan la­poran dari keluarga korban. “Memang benar ada laporan 
tiga warga Pessel meninggal dunia akibat ditembak mati polisi Malaysia. 
Untuk memastikanya, kami sudah memerintahkan petu­gas menelusuri ke 
lapangan,” ungkapnya.  *(h/mg-isq)*



On Thursday, August 6, 2015 at 11:43:17 PM UTC-7, Maturidi Donsan wrote:
>
>  Sadiang tapacik diulunyo, kamngaa wak.
>
>
> Maturidi
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Maturidi Donsan
 Sadiang tapacik diulunyo, kamngaa wak.


Maturidi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: Balas: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Maturidi Donsan
Bana Zorion Anas.ado tarif nan jaleh, batokok dari ateh, indak patuah
kerahkan satpol pp.

 Tapi Wakot io sahayun ja nan pacik badia, kalau indak tagandala jo.

Kalau nasi, sambanyo indak batarif, icak-icak bali aqua galeh sajolah,
permisi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: Balas: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik 'asfarinalnanang' via RantauNet
dinas parawisata bukan hanya mendampingi tetapi yg mengeluarkan regulasi 
terkait parawisata, bahkan memungkinkan dinas mengeluarkan maupun tindakan 
administrasi kepada pwngisaha industri parawisata


Nanang, Jkt

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
  Original Message  
From: zorionanas
Sent: Friday, 7 August 2015 11:20
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Balas: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

sabana mudah mengawasi dengan mewajibkan semua warung dan resto memasang daftar 
tarif semua makanan yg dijual. Dasar pejabar pamaleh indak amanah

Salam ZorionAnas

Sjamsir Sjarif  menulis:

>“Memang kami bisa mengawasi semua pedagang. Pekerjaan kami masih banyak yang 
>lain,” ucapnya.
>
>Aa kecek pajabaik ko haaa... 
>Labiah mamalak lo dari pamalak!
>Asa mangecek se nyo mah mahelah-helah indak bakarunciangan 
>
>
>-- Nyit
>
>-- 
>.
>* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
>wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
>* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>===
>UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>* DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. Email One Liner.
>* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
>mengirimkan biodata!
>* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
>subjeknya.
>===
>Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/
>--- 
>Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
>Grup.
>Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
>email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Balas: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik zorionanas
sabana mudah mengawasi  dengan mewajibkan semua warung dan resto memasang 
daftar tarif semua makanan yg dijual. Dasar pejabar pamaleh indak amanah

Salam ZorionAnas

 Sjamsir Sjarif  menulis:

>“Memang kami bisa mengawasi semua pedagang. Pekerjaan kami masih banyak yang 
>lain,” ucapnya.
>
>Aa kecek pajabaik ko haaa... 
>Labiah mamalak lo dari pamalak!
>Asa mangecek se nyo mah mahelah-helah indak bakarunciangan 
>
>
>-- Nyit
>
>-- 
>.
>* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
>wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
>* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>===
>UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>* DILARANG:
>  1. Email besar dari 200KB;
>  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
>  3. Email One Liner.
>* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
>mengirimkan biodata!
>* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
>subjeknya.
>===
>Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
>http://groups.google.com/group/RantauNet/
>--- 
>Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
>Grup.
>Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
>email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
“Memang kami bisa mengawasi semua pedagang. Pekerjaan kami masih banyak yang 
lain,” ucapnya.

Aa kecek pajabaik ko haaa... 
Labiah mamalak lo dari pamalak!
Asa mangecek se nyo mah mahelah-helah indak bakarunciangan 


-- Nyit

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Nofend St. Mudo
Mita Agnesia Amarta ‎Padang
Backpacker Community



Assalamualaikum uda/uni. Mau berbagi sedikit tentang perjalanan saya ke
carocok minggu lalu. Ini kelihatan sepele tapi manurut saya tindakan mereka
keterlaluan.
Saya dan teman2 (2motor) berangkat ke carocok dri padang. Sampai di gerbang
masuk ke carocok kami di wajibkan membayar masuk sebanyak 5ribu/org, 4org x
5rb = 20rb. Tapi petugas disna memberikan karcis masuk 1 buah saja seharga
5000.
Saya protes ke petugas itu knpa hanya di berikan 1 karcis sedangkan di
karcis tersebut jelas tertulis 5ribu sedangkan kan saya bayar 2. Tpi
dia malah menjawab "kalau ada yg macam2 di dalam bilang se ka awak".
Terjadi perdebatan dgn saya tpi mereka hanya jadi memberikan kami 2 tiket
saja.

Jadi singkat saja kemana uang yg 10.000 lgi.? Masuk ke kantong petugas
itu.?? Atau premanisme.?

Ini terjadi bukan hanya kepada saya saja.. mungkin banyak yg mengalami tpi
tidak menyadari atau tidak mau melaporkan kecurangan ini.??
Kepada siapa kita harus melaporkan kecurangan ini.??
Setahu saya kita lagi gencar melakukan promosi wisata sumbar tpi petugasnya
malah melakukan kecurangan. Dan apakah kita dipaksa diam.?
Maaf kalau kata2 saya ada yg salah.
Wassalam

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204725164592524&set=gm.865453193504218&type=1

Pada 7 Agustus 2015 07.58, Nofend St. Mudo  menulis:

> KADISPAR SALAHKAN WISATAWAN SOK KAYA
> [image:
> PDF]
> [image:
> Cetak]
> [image:
> Surel]
> Jumat,
> 07 Agustus 2015 02:22
>
> *HARGA MAKANAN DI PANTAI PADANG MENCEKIK*
>
>
-- 



*Wassalam*



*Nofend St. Mudo38th+/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok
SelatanTweet: @nofend  | YM: rankmarola *

*https://www.facebook.com/nofend *

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Nofend St. Mudo
KADISPAR SALAHKAN WISATAWAN SOK KAYA
[image:
PDF]
[image:
Cetak]
[image:
Surel]
Jumat,
07 Agustus 2015 02:22

*HARGA MAKANAN DI PANTAI PADANG MENCEKIK*

Harga makanan di tempat wisata di Kota Padang masih saja main *pakuak.
*Pengunjung
sering *terpekik, *karena harga sangat tidak wajar. Tapi, Disparbud Kota
Padang malah menyalahkan pengunjung yang sok kaya.

*PADANG, HALUAN *—  Ter­nyata tak salah keluhan dan kritikan Menteri
PPN/Bap­penas Andrinof Chaniago yang menilai pejabat Pemko Padang yang
mengelola pari­wisata tidak professional. Ketika wisatawan mengeluh atas
layanan pariwisata, bu­kan­nya layanan yang diper­baiki, tapi malah
wisatawan yang disalahkan. Soal harga makanan di Pantai Muara Padang yang
main *pakuak, *Kadisparbud Kota  Padang, Dian Fakhri, malah menya­lahkan
pengunjung yang sok kaya. Mengapa tidak ber­tanya harga sebelum belanja.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadis­parbud) Kota Padang Dian
Fakhri Rabu (5/8) di Muaro Lasak, mengatakan penga­duan mengenai tarif menu
makanan di tempat wisata seperti di Muaro Lasak, Pantai Padang sudah sering
dia terima. Tetapi, kecer­dasan pengunjung tidak juga berubah. Dia juga
sering mendapat pengakuan dari pengunjung dan sering mem­baca di media
sosial bahwa harga makanan di tempat wisata tidak normal. Malah ada yang
mengatakan harga dua kali lipat di atas harga normal.

Sedangkan harga menu yang ditentukan oleh dinas pariwisata masih dalam
batas normal. Seperti harga mie rebus dipatok dengan harga Rp15.000,
kerupuk kuah Rp5.000, langkitang Rp5.000 serta minuman lainnya yang masih
normal. Menurutnya menu memang dibuat oleh pemilik lapak,

tapi telah disetujui Disparbud Kota Padang. Jadi tidak ada istilah
‘takicuah’ kalau menanyakan harga menu makanan sebelum memesan. Dia juga
tidak bisa melarang kalau pemilik toko memiliki harga menu sendiri. Untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan dinas pariwisata tetap meminta
pembeli untuk mena­nyakan harga makanan dan mi­numan sebelum memesannya.

“Janganlah sok kaya ketika kita mengunjungi tempat wisata. Tanyakan dulu
harganya per menu makanan dan minuman berapa. Jangan pesan dulu, itu kita
yang sok kaya namanya,” jelas Dian Fakhri.

Sorotan menu harga di tempat wisata tidak terjadi saat ini saja, kata Dian.
Pengunjung seharusnya sudah bisa belajar kepada wisata­wan barat. Karena
wisatawan barat sebelum memakan maka­nan ditanya dulu harganya. Lagi pula
jumlah penjual makanan di tempat wisata cukup banyak. Seperti di kawasan
Muaro Lasak dan Danau Cimpago jumlah pe­dagangnya lebih 100 orang. Dengan
petugas yang terbatas, menurut Dian memang tidak bisa mengontrol hal
seperti itu setiap waktu. “Kita ini ndak seperti itu. Dipesan banyak-banyak
setelah itu baru tanya harganya. Kalau harganya tinggi barulah terkejut.
Mana bisa seperti itu,” pungkas Dian.

Diapun mengakui kalau pe­dagang di Muaro Lasak atau di tempat wisata
lainnya tidak satu menu harga makanan atau harga tidak seragam. Karena
pedagang beralasan belanja bahan makanan berbeda-beda. Ada perbedaan setiap
warung makanan. Untuk menghindari tipuan sebaiknya pengunjung menanyakan
harga dulu.

“Kita sudah berulang kali mengatakan tanyakan dulu harga makanan sebelum
dipesan. Nanti dinas pariwisata pula yang disa­lahkan karena tidak bisa
me­ngawasi. Memang kami bisa mengawasi semua pedagang. Pekerjaan kami masih
banyak yang lain,” ucapnya.

Seperti diketahui, pengelolaan tempat wisata Kota Padang me­mang jauh dari
sikap profesional. Layanan yang tidak ramah hingga pemerintah yang cepat
puas de­ngan hasil pembenahan wisata.

Hal ini menjadi sorotan pelaku wisata dan pengamat wisata Ridwan Tulus dan
James Hellyward. Ridwan Tulus menilai jika berbicara masalah pelayanan maka
tolak ukurnya kepuasan. Jika konsumen jasa atau kon­sumen layanan tidak
puas maka dipastikan akan terjadi komplain atau komentar dari pihak terkait.

Untuk menghindari atau me­muaskan pelaku wisata dinas terkait harus bisa
menerima pengaduan dari pelaku wisata. Jangan hanya dari masyarakat atau
pedagang di tempat wisata saja. “Makanya wajar saja seting­kat menteri yang
mengomentari pelayanan wisata di Kota Padang khususnya dan di Sumbar
umum­nya. Tapi komentar yang mem­bangun itupun ditolak atau tidak diakui,”
terang Ridwan.

Ridwan menilai Dinas Pari­wisata Kota Padang memang tidak bisa menerima
kritikan yang membangunan dari penikmat wisata. Baginya ketika sudah
melakukan tugas atau perbaikan wisata maka pelayanan sudah maksimal.

“Jika masih berpikir seperti itu tidak akan maju wisata kita. Yang namanya
kritikan tentu memba

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-08-06 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Hotel-hotel nan indak mambayia Pajak ko samo juo kategorinyo jo Pamalak yo?

http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/42367-hotel-di-pessel-masih-banyak-belum-bayar-pajak-

-- Nyit
On Friday, July 31, 2015 at 3:33:28 AM UTC-7, asmun sjueib wrote:
>
> Aww. Menarik berbagai attitutes dan perilaku suku Minangkabau tsb.?Apokah 
> indak ka ado solusinyo? Kalau nak baiyo iyo tantunyo ado lah jalan nan 
> dapeik wak pelokin basamo-samo. Baa gak ati rang Minang?
> Wass. Haasma ( Lk/70/Depok)
>
>
>
> Pada Rabu, 29 Juli 2015 8:29, "Akhir, Zainul (zainula)" <
> zai...@chevron.com > menulis:
>
>
> Sumbang saran dari ambo senek bisa kita berpedoman dengan Walikota 
> Pariaman yang dulunya punya kasus yang sama dengan Bkt namun berkat 
> gigihnya beliau mensosialisasikan kemasyarakat Alhamdulillah sudah banyak 
> berobah dan tamu yang datang tidak banyak lagi kecewa dg parkir, harga 
> makanan dan ticket masuk tempat wisata serta perlakuan kasar dllnya.
> Mari kita minta Pemda untuk bisa merangkul semua lapisan agar bisa saling 
> menyadari dan memberikan dampak positif buat kita semua terutama buat 
> daerah dengan banyaknya uang beredar dan promosi daerah yang murah dari 
> mulut ke mulut .
>  
> Mohon maaf kalua kurang berkenan
>  
> Wassalam,
> Zainul Akhir Tanjung, 53 th Pku-Riau 
>  
> *From:* rant...@googlegroups.com  [mailto:
> rant...@googlegroups.com ] 
> *Sent:* Thursday, July 23, 2015 2:11 PM
> *To:* rant...@googlegroups.com 
> *Cc:* rant...@googlegroups.com 
> *Subject:* Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya
>  
> Sanak sapalanta nan ambo hormati, Bulan puaso menjelang lebaran ambo 
> sebagai Praktisi Wisata alah cubo Batamu yo Komisi yang membidangi Parkir 
> dan Wakil KETUA DPRD Bukittinggi , ado beberapa kesimpulan yang ambo 
> simpulkan al ; 
> 1. Memang betul Ada oknum aparat / preman yang beking parkir liar 
> 2. Muncul nya Titik parkir baru saat lebaran yang tidak menjadi tanggung 
> jawab Pemko 
> 3.secara politis wako yg mencalon kembali menjadi cawako merasa tidak 
> strategis juga dan takut banyak kehilangan suara nantinya  Kalau tegas 
> membrantas kelompok2 Pemuda 
> 4.adanya anggapan hanya sekali setahun / anggaplah sumbangan perantau Hari 
> Raya buat pengangguran
>  
> Solusi ; 
> 1. Menambah / menetapkan perda Titik parkir insidentil saat2 lebaran, 
> libur sekolah dan tahun baru 
> 2. Adanya tingkatan Harga sesuai Tempat parkir ( walaupun mahal tapi resmi 
> tidak Akan masaalah / Hukum demand supply dan uang masuk Kas Daerah ) 
> 3. Adanya plank merk Parkir 
> 4. Adanya aparat kepolisian/ Polisi Wisata  yang standby di setiap Titik 
> parkir menjaga kenyamanan Mobil Saat di tinggal 
>  
> Tapi apapun solusi nya Tampa adanya niat politis dan politisasi , 
> kenyamanan Daerah  adalah tergantung Pada Kepala daerahnya 
>  
>  
> Wassalam 
> Zuhrizul Chaniago 
> 43 / 
> www.lawangpark.com
> www.minanghomestay.com 
> www.ikarsatour.com 
> www.mitrahrd.com 
>
>
> Sent from my iPhone
>
> On 23 Jul, 2015, at 6:51, Andrinof A Chaniago  > wrote:
>
> Sekarang mulai heboh dg perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di 
> Sumbar. Ketika saya dg posisi yg sdh menyandang jabatan menteri berbicara 
> menyorot scr khusus  perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar 
> beberapa waktu lalu, harusnya ditangkap bahwa masalah ini sudah serius. 
> Tapi, yg saya sesalkan waktu itu Walikota Padang berusaha membantah. 
> Akhirnya, saya buat tiga grup utk berkunjung diam-diam ke Pantai Air Manis. 
> Setelah fakta pemungutan uang ala preman itu dibuktikan oleh tiga grup yg 
> saya kirim dan muncul menjadi berita di Padang Ekspres, respon dari aparat 
> Pemko yg saya dengar lagi-lagi bikin jengkel. Mereka mengatakan kpd staf 
> saya bhw yg saya lakukan menjebak mereka. Sungguh aneh dan menjengkelkan 
> menemukan sikap aparat spt ini. Mrk tidak paham membedakan antara tindakan 
> menjebak dan membuktikan kebenaran. Sekarang, bisakah keluhan yg meluas ini 
> dijadikan momentum utk membasmi penyakit mental preman di tempat2 wisata di 
> Sumbar ini? Atau akan terus menjadi suara musiman yg tidak perlu 
> ditindaklanjuti?
> Wass., 
> Andrinof A Chaniago 
> --
>
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis N

RE: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-28 Terurut Topik Akhir, Zainul (zainula)
Sumbang saran dari ambo senek bisa kita berpedoman dengan Walikota Pariaman 
yang dulunya punya kasus yang sama dengan Bkt namun berkat gigihnya beliau 
mensosialisasikan kemasyarakat Alhamdulillah sudah banyak berobah dan tamu yang 
datang tidak banyak lagi kecewa dg parkir, harga makanan dan ticket masuk 
tempat wisata serta perlakuan kasar dllnya.
Mari kita minta Pemda untuk bisa merangkul semua lapisan agar bisa saling 
menyadari dan memberikan dampak positif buat kita semua terutama buat daerah 
dengan banyaknya uang beredar dan promosi daerah yang murah dari mulut ke mulut 
.

Mohon maaf kalua kurang berkenan

Wassalam,
Zainul Akhir Tanjung, 53 th Pku-Riau

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com]
Sent: Thursday, July 23, 2015 2:11 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: RantauNet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

Sanak sapalanta nan ambo hormati, Bulan puaso menjelang lebaran ambo sebagai 
Praktisi Wisata alah cubo Batamu yo Komisi yang membidangi Parkir dan Wakil 
KETUA DPRD Bukittinggi , ado beberapa kesimpulan yang ambo simpulkan al ;
1. Memang betul Ada oknum aparat / preman yang beking parkir liar
2. Muncul nya Titik parkir baru saat lebaran yang tidak menjadi tanggung jawab 
Pemko
3.secara politis wako yg mencalon kembali menjadi cawako merasa tidak strategis 
juga dan takut banyak kehilangan suara nantinya  Kalau tegas membrantas 
kelompok2 Pemuda
4.adanya anggapan hanya sekali setahun / anggaplah sumbangan perantau Hari Raya 
buat pengangguran

Solusi ;
1. Menambah / menetapkan perda Titik parkir insidentil saat2 lebaran, libur 
sekolah dan tahun baru
2. Adanya tingkatan Harga sesuai Tempat parkir ( walaupun mahal tapi resmi 
tidak Akan masaalah / Hukum demand supply dan uang masuk Kas Daerah )
3. Adanya plank merk Parkir
4. Adanya aparat kepolisian/ Polisi Wisata  yang standby di setiap Titik parkir 
menjaga kenyamanan Mobil Saat di tinggal

Tapi apapun solusi nya Tampa adanya niat politis dan politisasi , kenyamanan 
Daerah  adalah tergantung Pada Kepala daerahnya


Wassalam
Zuhrizul Chaniago
43 /
www.lawangpark.com<http://www.lawangpark.com>
www.minanghomestay.com<http://www.minanghomestay.com>
www.ikarsatour.com<http://www.ikarsatour.com>
www.mitrahrd.com<http://www.mitrahrd.com>


Sent from my iPhone

On 23 Jul, 2015, at 6:51, Andrinof A Chaniago 
mailto:andri...@gmail.com>> wrote:

Sekarang mulai heboh dg perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar. 
Ketika saya dg posisi yg sdh menyandang jabatan menteri berbicara menyorot scr 
khusus  perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar beberapa waktu 
lalu, harusnya ditangkap bahwa masalah ini sudah serius. Tapi, yg saya sesalkan 
waktu itu Walikota Padang berusaha membantah. Akhirnya, saya buat tiga grup utk 
berkunjung diam-diam ke Pantai Air Manis. Setelah fakta pemungutan uang ala 
preman itu dibuktikan oleh tiga grup yg saya kirim dan muncul menjadi berita di 
Padang Ekspres, respon dari aparat Pemko yg saya dengar lagi-lagi bikin 
jengkel. Mereka mengatakan kpd staf saya bhw yg saya lakukan menjebak mereka. 
Sungguh aneh dan menjengkelkan menemukan sikap aparat spt ini. Mrk tidak paham 
membedakan antara tindakan menjebak dan membuktikan kebenaran. Sekarang, 
bisakah keluhan yg meluas ini dijadikan momentum utk membasmi penyakit mental 
preman di tempat2 wisata di Sumbar ini? Atau akan terus menjadi suara musiman 
yg tidak perlu ditindaklanjuti?

Wass.,

Andrinof A Chaniago
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke 
rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com<mailto:rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com>.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik Dody Osmon
pengalaman 2 kali parkir di kota bukittinggi di minta 10 rb, pertama parkir
di kampung cino di minta di awal parkir tanpa karcis. kedua beberapa hari
setelah itu di gedung parkir dekat bank bni. yang jadi pertanyaan gedung
yang sudah punya sistim pintu portal otomatis itu masih bayar manual sama
tukang parkir yang tanpa karcis juga. yang jadi pertanyaan duit parkir itu
lari kemana? kenapa nggak pakai sistim yang transparan dengan di catat oleh
komputer. padahal cctv aja sudah ada lengkap lagi.

Salam,
Dody , Bekasi
On Jul 27, 2015 6:11 PM, "Sjamsir Sjarif"  wrote:

> Maturidi: "Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi,
> keperluan  makan dan perumahan tak usah mikir
>
> Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang,.."
>
> Iyo, untuak nan punyo Tanah Ulayat; "manggadang-gadangan cirik sajo"
> karajonyo  jadih lah ...
>
> Tapi nan mamalak ka nan indak bakualifikasi batanah ulayat ..., bahkan
> banyak nan "pendatang haram ka Ranah Minang" ...
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik Maturidi Donsan
Mak Ngah dd ZD, ado milis Mak Ngah barusan:

"Iyo, untuak nan punyo Tanah Ulayat; "manggadang-gadangan..." karajonyo
jadih lah ...

Baa, baitu bana Mak Ngah, ado dandam nan tak lapeh ka pawaris tanah ulyat
ko..

Suda kito lupoan ulayat-ulayat tu

Kembali ke tulisan dd ZD, uraiannyo sangek jaleh.

Sapendek pangatahuan ambo, nan ambo tangkok dari uraian dd Zd, rakyat bawah
nan alun mampu ko ka dibao agar inyo manyasuaikan jo kabutuhan nan alah
mampu, lai indak kabatambah bansek penduduak ranah yang hampir seluruhnya
petani.


Maturidi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik Zaid Dunil
Kanda MD  dan sanak sapalanta RN  n a h

Angko angko nan ambo kemukakan dalam tulisan ambo tu adalah angko
angko dari BPS berdasarkan terbitan BPS terakhir dengan judul “Sumatra
Barat dalam angka  2014. ” Katalog BPS No. 1102001.3 yang bisa di
unduh dari website BPS.

Nan ambo persoalkan adalah masalah pengangguran terbuka di Sumbar yang
tinggi yang menjadi akar dari penyakit masyarakat, seperti premanisme
(termasuk pemalakan, parkir liar dsb) dan kaitannya dengan masalah
investasi dan  pembangunan ekonomi Sumbar. Pembangunan ekonomi itu
adalah semua kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat diukur  melalui pedekatan
Pendapatan Regional Bruto,dan  pendapatan percapita. Karena pendapatan
perkapita bukan jaminan bagi kesejahteraan  masyarakat tertentu
diusahakan pula agar distribusi pendapatan itu tidak timpang. Itulah
pokok dasar dari tujuan  pembangunan ekonomi.

Karena kebutuhan manusia itu tidak terbatas hanya pada makan dan
perumahan saja, mereka memerlukan banyak sekali barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Barang dan jasa itu disediakan oleh produsen
(pengusaha). Semakin banyak orang berusaha dalam kegiatan produksi dan
pemberian jasa, maka semakin hidup ekonomim itu. Mall itu adalah
kebutuhan masyarakat juga, yang menjadi tempat masyarakat menyenangkan
diri dan menikmati hasil pembangunan ekonomi. Perkembangan dan
kemajuan ekonomi itu diukur dari segala aspek, termasuk nilai barang
dan jasa yang diproduksi yang terakumulasi dalam Pendapatan Regional
Bruto itu.

Pasar tradisional saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
. Dimana mana seperti itu. Di Bekasi Barat saja terdapat sekitar 15
Mall yang setiap harinya menjadi tempat masyarakat menyenangkan diri.
( Di Padang hanya ada dua Mall, satahu ambo, dan ukurannya tidak
besar).

Hal itu hanya mungkin kalau masyarakat itu mempunyai penghasilan yang cukup.

Di Jakarta maupun di Bekasi, pasar tradisional itu tetap hidup, tidak
terganggu dengan Mall Mall yang megah itu. Masing masing punya segmen
sendiri, dan orang gedongan juga tidak semua belanja ke Mall, sebagian
besar belanjanya tetap  ke pasar tradisonal. Tidak ada pasar
tradisional di Bekasi dan Jakarta yang mati karena Mall yang banyak
itu. Semua berkembang bersama, dan itulah buah dari pembangunan
ekonomi.

Kalau kita merasa cukup dengan pasar tradisional saja, boleh. Tapi
kita tidak bisa melarang tumbuhnya usaha usaha lain yang mungkin
merugikan usaha  tertentu, karena persaingan yang tidak seimbang.
Umumnya persaingan tidak seimbang itu   sifatnya hanya sementara,
usaha yang dirugikan itu biasanya kemudian menyesuaikan diri dan
akhirnya dapat pula mengimbangi sehingga usahanya tetap hidup.
Terjadilah keseimbangan baru.

Kemajuan pembangunan ekonomi suatu daerah juga terlihat dari
perkembangan fisik (sarana, prasarana, gedung dsbnya) pada suatu
daerah.  Kalau suatu daerah tidak maju ekonominya,  maka daerah itu
akan nampak sebagai daerah tertinggal. Kalau  penduduknya tidak puas
dengan kondisi daerah itu , karena tidak tersedianya lapangan kerja ,
karena pembangunan ekonomi tidak jalan, maka mereka akan keluar dari
daerah itu, merantau mengadu nasib sekaligus menikmati kemajuan
ekonomi di daerah lain itu. Orang Minang meratau , banyak dengan motif
mencari kerja atau berusaha di daerah lain karena Sumbar tidak dapat
menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang bersangkutan.

Wass
 Dunil Zaid, 72. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia, Pdg. Tingga di Jkt.

2015-07-27 19:06 GMT+07:00 'asfarinalnanang' via RantauNet
:
> mak, nan ma unyi saputaran rel nan ado dr Padang sampai kiktinggi taruih ka 
> payokumbuah, sia tu kiro2. iko nan pernah dikeluhkan kapalo daerah Bukik 
> tinggi dulu. ingin nyo realosasikan, sayang daerah lain hanap sajo
>
> Nanang sedang di ternate
>
> Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
>   Original Message
> From: Sjamsir Sjarif
> Sent: Monday, 27 July 2015 20:11
> To: RantauNet
> Reply To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya
>
> Maturidi: "Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi, 
> keperluan makan dan perumahan tak usah mikir
>
> Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang,.."
>
> Iyo, untuak nan punyo Tanah Ulayat; "manggadang-gadangan cirik sajo" 
> karajonyo jadih lah ...
>
> Tapi nan mamalak ka nan indak bakualifikasi batanah ulayat ..., bahkan banyak 
> nan "pendatang haram ka Ranah Minang" ...
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawar

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik 'asfarinalnanang' via RantauNet
mak, nan ma unyi saputaran rel nan ado dr Padang sampai kiktinggi taruih ka 
payokumbuah, sia tu kiro2. iko nan pernah dikeluhkan kapalo daerah Bukik tinggi 
dulu. ingin nyo realosasikan, sayang daerah lain hanap sajo

Nanang sedang di ternate

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
  Original Message  
From: Sjamsir Sjarif
Sent: Monday, 27 July 2015 20:11
To: RantauNet
Reply To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

Maturidi: "Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi, 
keperluan makan dan perumahan tak usah mikir

Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang,.."

Iyo, untuak nan punyo Tanah Ulayat; "manggadang-gadangan cirik sajo" karajonyo 
jadih lah ...

Tapi nan mamalak ka nan indak bakualifikasi batanah ulayat ..., bahkan banyak 
nan "pendatang haram ka Ranah Minang" ...

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Maturidi: "Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi, 
keperluan  makan dan perumahan tak usah mikir

Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang,.."
 
Iyo, untuak nan punyo Tanah Ulayat; "manggadang-gadangan cirik sajo" karajonyo  
jadih lah ...

Tapi nan mamalak ka nan indak bakualifikasi batanah ulayat ..., bahkan banyak 
nan "pendatang haram ka Ranah Minang" ...

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-27 Terurut Topik Maturidi Donsan
Mak Ngah, dd ZD, Fitrianto, Nanang dan pak  E. Dt Marajo nan Tuo n.a.h



Dari Panyakik Mamakuak yang Membudaya  ke Pengangguran dan Investor



Menarik data penganguran dari dd ZD

Pememalak parkir hampia ado disatiok tampek tapi Kiktinggi kok taekspos
banna

Memang io lah coitu bana paremannyo. Nan pemalak parkir ko io mungkin murni
pengangguran tapi panjual nasi diwarung kok satolo mamalak.



Ada peribahasa di sebagian anak muda  “Tidak perlu kerja tetap, yang perlu
tetap bekerja, yang penting baik dan halal” Baik dan halal ini
yangmungkin  kadang
tertingggal.



Sekarang di nagari usaha mencegah pengangguran ini sudah mulai nampak,
investornya Bank setempat.

Dibeberapa nagari pengangguran diarahkan atau kesadaran sendiri
berusaha  membudi
dayakan Singkong/Ubi kayu, Jahe/sipadeh , langkuweh, sayuran dll, ditanah
ulayat baik HPT sendiri atau menyewa HPT lain mereka berhasil dan dapat
pula menarik penganggur lainnya sebagai tenaga kerja.

Hanya mereka ini masih terdaftar pengangguran di Depnaker setempat.



Kalau cerita dari ranah,yang  sulit adalah  pengangguran  ex SLTA/PT

Perlu pembinaan agar mereka cinta kerja, yang penting baik dan halal.

Untuk SLTA, sekarang sudah ada SMK pertanian hampir ditiap  kecamatan
Sumbar, hanya mungkin belum maksimal. Mereka yang tamat SMK itu masih
enggan membuka lahan tanah ulayat, banyak yang ingin di belakang meja
meskipun harus menunggu tahunan.



Nakan Fitrianto.

Untuk kesejahtraan, tanah ulayat itu ada berkostribusi seperti kebun jahe
dan singkong diatas, hanya belum maksimal, karena SMK yang ada sekarang
mungkin belum bisa mendekati Ins Kayu Tanam dan SOMA (Sekolah Oekoer
Matua/Matur) tempo dulu.

Konstribusi konvensional  tanah ulayat adalah untuk perumahan dan garapan
untuk pangan.

Dari lima kebutuhan dasar kehidupan, 2 terdapat dengan cuma-cuma di minang
jaitu untuk Papan (rumah) dan Pangan,

Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi, keperluan  makan
dan perumahan tak usah mikir

Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang, kalau hilang nasib orang
minang akan sama dengan daerah lain yang sudah kehabisan  tanah, terutama
kalangan bawah, yang hanya tamat SD/SLTP/SLTAyang harus memaksakan diri
jadi TKI dan TKW untuk  makan.



Dari Nanang

Ada 4 point yang  menarik:

1. Baraja awak ka permasalh pertanahan di Bali… nan tajadi, pribumi manjadi
penonton.

 Pribumi jadi penonton tentu kita tak mau, apalagi jadi kuli investoar
berketerusan.

 Untuk Minang janganlah tanah dilepas/jual lepas  habis ke ivestor


2. Awak liek lo di sekitar Kab. Gianyar atau desa Ubud… sabahagian gadang
diijin kan hanyo sewo.



Sistim seo/sewo ko paliang cocok untuk penggunaan tanah ulayat di Minang.
Tanah bisa produktif tapi tidak lepas dari yang punya.



 3. Kalau masalh investasi Silom jo hyper mark ko, target… bagi peodusen
sistem di pasa modren ko inyo manitip babeda jo pasa rakyaik, produsen nan
manantukan (sales nyo mungkikn).

 Kok dapek untuak Minangkabau pasar rakyat sajo ditingkatkan kebersihan dan
penertibannyo. Mal dan berbagai hypermart tak perlu di Sumbar.

Apalagi sekarang Mal dan Hypermart ini sudah begitu licik, mereka cukup
punya gedung, dalamnya petani desa yang menyediakan dengan harga ditentukan
bos mal/hm itu, akhirnya disamping membunuh pasar tradisional juga
berangsur membunuh petani.

  4. Takah di Lombok…



Caro Lombok ko rancak bana di Minang. Tepatlah  modal dari pemerintah
jangan dari investor



Pak  E. Dt Marajo nan Tuo n.a.h



Kalau warung alah pakai sertifikat dari Wako dan jaleh tarifnyo, io sanang
ati balanjo.

Tapi kalau sarupo warung nasi Kiktinggi nan dikaluahkan tu io bedomah.

Indak kamasuak paruik lapa, kalua awak mangarutok, io sakli tu sajonyo,
anggap sajolah ka ubek.



Ado ciek nan taraso: Membangun Minang kita tak usah ikut pola Jakarta.

Jakarta hanya tempat menghabiskan uang rakyat dan menggadaikannya ke orang
luar.

Padang, Bukittinggi dll kota Sumbar lainnya jangan kita korbankan pula,
cukuplak Jakarta saja.

Menurut pak Amin Rais di TV ONE , 97 % Jakarta itu sudah dikuasai asing,
dan menurut Ir. Bambang Pamungkas 87 % Jawa itu sudah dikuasi asing dan non
pri.



Akibat yang kita lihat dari ke dua informasi diatas:

1. Penduduk Betawi sudah berserakan menjauh terkonservasi di Condet,
itupunm masih dikejar dengan imingan uang agar mereka mau melepas tanahnya.

2. Kehabisan tanah garapan dan perumahan telah menyebabkan anak bangsa ini
harus menjadi budak untuk sesuap nasi ke luar negeri.

Mengenai kebenaran data dari kedua bapak-bapak  diatas biarlah BPS
menengahinya.



Awak dirantau, kadang soman si bisu barasian

Ado ide untuak perbaikan ranah, kamaa kadi tembakkan

Saran dari perorangan indak kadi caliak  doh.

Kapai kakantua apak-apak tu, alun lo tantu basuo.



Mungkin Nanag  nan biaso bagalimang disitu bisa mambari saran.



Wass,



Maturidi (L/77) Talang, Solok, Kutianyia,  Duri Riau

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~d

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-26 Terurut Topik 'asfarinalnanang' via RantauNet
Menarik diskusi ko ambo perhatian, masalh investasi berkaitan erat tabukaknyo 
lahan karajo bagi anak nagari. disatu sisi, nagari awak ko banyaknyo tanah 
pusako tinggi. dan disisi lain ado kecurigaan muatan misionaris.

Baraja awak ka permasalh pertanahan di Bali yg lua biaso inbas dr parwisata. 
awak bisa baraja dr bagaimana tanah di sekitar kab. Badung atau labiah mudahnyo 
kawasan Kuta, siminyak dan sekitarnyo nan lah baraliah ka para investor. a nan 
tajadi, pribumi manjadi penonton.
Awak liek lo di sekitar Kab. Gianyar atau desa Ubud yg utk urusan tanah ko 
hampia sabahagian gadang diijin kan hanyo sewo jangka panjang. awak masih 
maliek banyaknyo urang Bali nan bapanghiduik an makmur bahkan kayo rayo bagi 
nan punyo tanah didaerah strategis.

Kalau masalh investasi Silom jo hyper mark ko, target mereka tinggi utk 
investasi di dlm negeri ko. ambo sabalum puaso di Kota Baubau Buton. kini ko 
angek pasaran dek di Bupati Buton ko dituka guliangnyo Kantua bupati lamo ( 
ibukota Buton Pindah ka Pasar Wajo). dibangun Hypermark dan Siloam Hospital.
tapi dikacamato ambo, budaya ka pasa rakyaik ko masih tinggi disinan. soal isu 
kristenisasi ko yo alun tadanga. cuma kok kota2 kaciak ko nan ka rusak yo pasa 
tradisional ko. bagi peodusen sistem di pasa modren ko inyo manitip babeda jo 
pasa rakyaik, produsen nan manantukan (sales nyo mungkikn).
tapi dinagari awak nan indah ko, tantu induatri kreatif nan ambo raso bisa 
manggarikan gairah ekonomi. urang awak terkenal kreatif ( konotasi terserah 
kacamato masiang2). kaau indeks nan disampaikan pak Danil takah itu, memang 
namuah ndak namuah interfensi pusat kedalm bentuk program, buekanlah ajuan 
proposal. kaau awak takuik jo misi misionaris nan dibayangkan dibonceng dg 
kedok investasi, cubo buek dan ajukan supayo pemerintah pusat tu namuah ma 
investasikan pitihnyo. Takah di Lombok dibuek pinjaman dr pemerintah utk 
pengembangan parawisata, di bentuk lah badan pengelolanyo, samo bantua badan 
pengelola kawasan wisata Nusa Duo Bali. kalu ndak salah kawasan Mandeh ko 
kadidorpng atau alah maah dek Pak Mentri Kito Pak Andrinof.
kini dukuang lah, supayo kamuko akan banyak lo investasi pemerintah pusat ko dg 
model2 lainnyo. saraiknyo jan hibah, kalu hibah kurang raso kapemilikan jo 
tantangan sarto tangguang jawab.

sagetek pa agek2 diskusi mnjalang sampai ka Bandara manuju Ternate.


Nanang, manuju Soeta

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.
  Original Message  
From: Fitrianto
Sent: Sunday, 26 July 2015 22:20
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

Pak Zaid,

Penjelasan yg menarik, Pak.
Tapi seandainyo nan datang bukan Kaum missionaries, sacaro umum tatap gagal 
terhalang kondisi tanah ulayat.

Nah, dek rang Minang tu batanah pusako saluruahnyo, apo indak adoh kontribusi 
tanah pusako tuk kesejahteraan rang Minang?

Wassalam
Fitr

Sent from my iPad

> On Jul 26, 2015, at 8:02 AM, Zaid Dunil  wrote:
> 
> Kanda MD , Mak Ngah dan sanak sapalanta RN n a h
> 
> Manurik pandapek ambo, masalah ini bukan masalah budaya semata. Bukan
> masalah kemerosotan moral masyarakat minang. Akar masalahnya ada di
> soal ekonomi.
> 
> Ekonomi Sumbar itu tumbuh seirama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
> secara nasional. Namun bagi Sumbar pertumbuhan itu tidak memadai
> karena tidak mengurangi tingkat pengangguran di Sumbar
> 
> Tinggkat pengangguran semakin tinggi secara ansolut. Perkembangan
> angka pengangguran terbuka di Sumbar sejak 2009 s.d 2013 sbb:
> 
> Tahun Pengangguran Terbuka
> 
> 2009 173.080
> 
> 2010 152.586
> 
> 2011 142.788
> 
> 2012 142.274
> 
> 2013 150.760
> 
> Angka pengangguran terbuka berjumlah 150.760 itu relatif sangat
> tinggi . Pertumbuhan ekonomi sumbar yang berada sedikit diatas 6 %
> pertahun (rata-rata) ternyata tidak mampu mengurangi pengangguran.
> Dilain pihak Investasi baru (Asing dan Nasional) setiap tahun
> jumlahnya relatif kurang signifikan jika dikaitkan dengan kemampuan
> nya dalam menyerap tenaga kerja. Realisasi investasi selama lima tahun
> sejak 2009 sbb:
> 
> Tahun Jmlh Proyek Nilai (Milyar Rp) Tenaga kerja yg diserap
> 
> 2009 11 761 656
> 
> 2010 17 398 1.316
> 
> 2011 23 1.678 880
> 
> 2012 20 750 111
> 
> 2013 31 874 1.392
> 
> Jumlah tenaga kerja yang diserap selama lima tahun oleh investasi baru
> itu adalah 3175 tenaga kerja atau rata rata pertahun hanya 635 orang.
> 
> Dari data lain didapat pula angka TKI yang dikirim ke LN mencapai
> angka sekitar 830 orang pertahun. Total tenaga kerja yang mampu
> dikurangi dalam setahun hanya sekitar 1465 orang (635 + 830).
> Pertanyaan besarnya adalah kapan pengangguran terbuka yang berjumlah
> lebih dari 150.000 itu akan dapat dikurangi secara signifikan, kalau
> daya serap tenaga kerja setiap tahun seperti

Balas: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-26 Terurut Topik zoriona
setuju bana jo analisa pak DZ ko. jadi nan manulak lippo dulu sanang maliek 
pakuak mamakuak samakin dareh di ranah dek pengangguran makin batambah. ndak 
baitu pak DZ?

 Zaid Dunil  menulis:

>Kanda MD , Mak Ngah dan sanak sapalanta RN n a h
>
>Manurik pandapek ambo, masalah ini bukan masalah budaya semata. Bukan
>masalah kemerosotan moral masyarakat minang. Akar masalahnya ada di
>soal ekonomi.
>
>Ekonomi Sumbar itu tumbuh seirama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
>secara nasional. Namun bagi Sumbar pertumbuhan itu tidak memadai
>karena tidak mengurangi tingkat pengangguran di Sumbar
>
> Tinggkat pengangguran semakin tinggi secara ansolut. Perkembangan
>angka pengangguran terbuka di Sumbar sejak 2009 s.d 2013 sbb:
>
>TahunPengangguran Terbuka
>
>2009   173.080
>
>2010152.586
>
>2011142.788
>
>2012142.274
>
>2013150.760
>
> Angka pengangguran terbuka berjumlah 150.760 itu relatif sangat
>tinggi . Pertumbuhan ekonomi sumbar yang berada sedikit diatas 6 %
>pertahun (rata-rata) ternyata tidak mampu mengurangi pengangguran.
>Dilain pihak Investasi baru (Asing dan Nasional) setiap tahun
>jumlahnya relatif kurang signifikan jika dikaitkan dengan kemampuan
>nya dalam menyerap tenaga kerja. Realisasi investasi selama lima tahun
>sejak 2009 sbb:
>
>Tahun Jmlh Proyek  Nilai (Milyar  Rp) Tenaga kerja yg diserap
>
>  2009 11 761  656
>
>  2010 17  398   1.316
>
>  2011  231.678 880
>
>  2012   20  750 111
>
>  201331 874   1.392
>
>Jumlah tenaga kerja yang diserap selama lima tahun oleh investasi baru
>itu adalah 3175 tenaga kerja atau rata rata pertahun hanya 635 orang.
>
>Dari data lain didapat pula angka TKI yang dikirim ke LN mencapai
>angka sekitar 830 orang pertahun. Total tenaga kerja yang mampu
>dikurangi dalam setahun hanya sekitar 1465 orang (635 + 830).
>Pertanyaan besarnya adalah kapan pengangguran terbuka yang berjumlah
>lebih dari 150.000 itu akan dapat dikurangi secara signifikan, kalau
>daya serap tenaga kerja setiap tahun seperti ini  ?
>
>Kalau Pemerintah Daerah dan terlebih lebih masyarakat tidak melakukan
>usaha yang efektif untuk membuka lapangan kerja dengan mencari
>investor baru untuk investasi di Sumbar, maka mungkin sampai kapanpun
>kondisi pengannguran terbuka yang tinggi itu tidak akan dapat
>dikurangi.
>
>Pengangguran itu selalu menimbulkan “penyakit masyarakat” antara lain :
>
>   - Premanisme dalam segala bentuknya
>
>-  Perampokan/pencurian /penipuan dan kejahatan lainnya
>
>-  Dekadensi moral seperti  pelacuran dengan segala bentuknya
>
>-  Rasa rendah diri
>
>-  Pemiskinan . Jumlah yang menganggur itu menjadi beban bagi
>keluarganya yang bekerja sehingga kesejahteraan mereka sulit meningkat
>
>Jadi tukang palak di tempat parkir daerah daerah wisata pelakunya
>adalah dari golongan mereka yang ada dalam kelompok Penganggur terbuka
>itu. Merka tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan karena itu
>apapun akan dilakukan untuk memperoleh uang. Sepanjang pengangguran
>itu jumlahnya masih tinggi, usaha apapun untuk mencegah perbuatan
>mereka tidak akan efektif. Akarnya ada di masalah ekonomi, bukan pada
>budaya dan tidak terkait dengan ABS SBK. Untuk mengisi perut lapar ,
>soal budaya atau ABS SBK , bagi mereka  itu merupakan prioritas yang
>ke sekian. Prioritas utama adalah bahgaimana agar bisa dapat uang
>untuk makan sehari hari.
>
>Saya mengemukakan diatas ,  bahwa masyarakat juga perlu berperan ,
>setidaknya tidak menghambat orang luar yang akan invest di Sumbar.
>Penolakan teradap Lippo diwakrtu lalu hendaknya tidak terjadi lagi.
>Konon Lippo dulu itu akan invest di Sumbar dan dijanjikan akan dapat
>menampung 3000 tenaga kerja dalam segala tingkatan, dan jumlah itu
>kira kira sama dengan 5 tahun  penyerapan tenaga kerja yang
>terrealisir selama tahun 2009 s/d 2013.
>
>Kita memerlukan investor (dari manapun mereka berasal ) untuk menumbuh
>kembangkan ekonomi daerah , dilain pihak nampaknya masyarakat kita (
>setidaknya tokoh tertentu) ingin memperketat persyaratan investasi
>yang masuk. Sebenarnya boleh saja diperketat, hanya harus diingat
>bahwa investor itu juga memilih untuk menanam investasinya pada daerah
>atau propinsi yang lebih fafourabel bagi mereka. Kalau kita terlalu
>ketat , mungkin kita tidak dipilih. Kenyataannya tidak ada investasi
>besar yang ingin masuk setelah Lippo ditolak. Kedepan kalau tidak ada
>terobosan yang signifikan,  ekonomi kita akan semakin sulit berkembang
>dan pengangguran terbuka tetap tinggi dan sebagai dampak langsungnya,
>maka penyakit masayrakat akan semakin marak yang akhirnya masyarakat
>(orang Minang ) akan seperti tidak lagi ber ABS SBK.
>
>Wass
>
>Dunil Zaid, 72

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-26 Terurut Topik Fitrianto
Pak Zaid,

Penjelasan yg menarik, Pak.
Tapi seandainyo nan datang bukan Kaum missionaries, sacaro umum tatap gagal 
terhalang kondisi tanah ulayat.

Nah, dek rang Minang tu batanah pusako saluruahnyo, apo indak adoh kontribusi 
tanah pusako tuk kesejahteraan rang Minang?

Wassalam
Fitr

Sent from my iPad

> On Jul 26, 2015, at 8:02 AM, Zaid Dunil  wrote:
> 
> Kanda MD , Mak Ngah dan sanak sapalanta RN n a h
> 
> Manurik pandapek ambo, masalah ini bukan masalah budaya semata. Bukan
> masalah kemerosotan moral masyarakat minang. Akar masalahnya ada di
> soal ekonomi.
> 
> Ekonomi Sumbar itu tumbuh seirama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
> secara nasional. Namun bagi Sumbar pertumbuhan itu tidak memadai
> karena tidak mengurangi tingkat pengangguran di Sumbar
> 
> Tinggkat pengangguran semakin tinggi secara ansolut. Perkembangan
> angka pengangguran terbuka di Sumbar sejak 2009 s.d 2013 sbb:
> 
> TahunPengangguran Terbuka
> 
> 2009   173.080
> 
> 2010152.586
> 
> 2011142.788
> 
> 2012142.274
> 
> 2013150.760
> 
> Angka pengangguran terbuka berjumlah 150.760 itu relatif sangat
> tinggi . Pertumbuhan ekonomi sumbar yang berada sedikit diatas 6 %
> pertahun (rata-rata) ternyata tidak mampu mengurangi pengangguran.
> Dilain pihak Investasi baru (Asing dan Nasional) setiap tahun
> jumlahnya relatif kurang signifikan jika dikaitkan dengan kemampuan
> nya dalam menyerap tenaga kerja. Realisasi investasi selama lima tahun
> sejak 2009 sbb:
> 
> Tahun Jmlh Proyek  Nilai (Milyar  Rp) Tenaga kerja yg diserap
> 
>  2009 11 761  656
> 
>  2010 17  398   1.316
> 
>  2011  231.678 880
> 
>  2012   20  750 111
> 
>  201331 874   1.392
> 
> Jumlah tenaga kerja yang diserap selama lima tahun oleh investasi baru
> itu adalah 3175 tenaga kerja atau rata rata pertahun hanya 635 orang.
> 
> Dari data lain didapat pula angka TKI yang dikirim ke LN mencapai
> angka sekitar 830 orang pertahun. Total tenaga kerja yang mampu
> dikurangi dalam setahun hanya sekitar 1465 orang (635 + 830).
> Pertanyaan besarnya adalah kapan pengangguran terbuka yang berjumlah
> lebih dari 150.000 itu akan dapat dikurangi secara signifikan, kalau
> daya serap tenaga kerja setiap tahun seperti ini  ?
> 
> Kalau Pemerintah Daerah dan terlebih lebih masyarakat tidak melakukan
> usaha yang efektif untuk membuka lapangan kerja dengan mencari
> investor baru untuk investasi di Sumbar, maka mungkin sampai kapanpun
> kondisi pengannguran terbuka yang tinggi itu tidak akan dapat
> dikurangi.
> 
> Pengangguran itu selalu menimbulkan “penyakit masyarakat” antara lain :
> 
>   - Premanisme dalam segala bentuknya
> 
> -  Perampokan/pencurian /penipuan dan kejahatan lainnya
> 
> -  Dekadensi moral seperti  pelacuran dengan segala bentuknya
> 
> -  Rasa rendah diri
> 
> -  Pemiskinan . Jumlah yang menganggur itu menjadi beban bagi
> keluarganya yang bekerja sehingga kesejahteraan mereka sulit meningkat
> 
> Jadi tukang palak di tempat parkir daerah daerah wisata pelakunya
> adalah dari golongan mereka yang ada dalam kelompok Penganggur terbuka
> itu. Merka tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan karena itu
> apapun akan dilakukan untuk memperoleh uang. Sepanjang pengangguran
> itu jumlahnya masih tinggi, usaha apapun untuk mencegah perbuatan
> mereka tidak akan efektif. Akarnya ada di masalah ekonomi, bukan pada
> budaya dan tidak terkait dengan ABS SBK. Untuk mengisi perut lapar ,
> soal budaya atau ABS SBK , bagi mereka  itu merupakan prioritas yang
> ke sekian. Prioritas utama adalah bahgaimana agar bisa dapat uang
> untuk makan sehari hari.
> 
> Saya mengemukakan diatas ,  bahwa masyarakat juga perlu berperan ,
> setidaknya tidak menghambat orang luar yang akan invest di Sumbar.
> Penolakan teradap Lippo diwakrtu lalu hendaknya tidak terjadi lagi.
> Konon Lippo dulu itu akan invest di Sumbar dan dijanjikan akan dapat
> menampung 3000 tenaga kerja dalam segala tingkatan, dan jumlah itu
> kira kira sama dengan 5 tahun  penyerapan tenaga kerja yang
> terrealisir selama tahun 2009 s/d 2013.
> 
> Kita memerlukan investor (dari manapun mereka berasal ) untuk menumbuh
> kembangkan ekonomi daerah , dilain pihak nampaknya masyarakat kita (
> setidaknya tokoh tertentu) ingin memperketat persyaratan investasi
> yang masuk. Sebenarnya boleh saja diperketat, hanya harus diingat
> bahwa investor itu juga memilih untuk menanam investasinya pada daerah
> atau propinsi yang lebih fafourabel bagi mereka. Kalau kita terlalu
> ketat , mungkin kita tidak dipilih. Kenyataannya tidak ada investasi
> besar yang ingin masuk setelah Lippo ditolak. Kedepan kalau tidak ada
> terobosan yang signifikan,  ek

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-26 Terurut Topik Zaid Dunil
Kanda MD , Mak Ngah dan sanak sapalanta RN n a h

Manurik pandapek ambo, masalah ini bukan masalah budaya semata. Bukan
masalah kemerosotan moral masyarakat minang. Akar masalahnya ada di
soal ekonomi.

Ekonomi Sumbar itu tumbuh seirama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
secara nasional. Namun bagi Sumbar pertumbuhan itu tidak memadai
karena tidak mengurangi tingkat pengangguran di Sumbar

 Tinggkat pengangguran semakin tinggi secara ansolut. Perkembangan
angka pengangguran terbuka di Sumbar sejak 2009 s.d 2013 sbb:

TahunPengangguran Terbuka

2009   173.080

2010152.586

2011142.788

2012142.274

2013150.760

 Angka pengangguran terbuka berjumlah 150.760 itu relatif sangat
tinggi . Pertumbuhan ekonomi sumbar yang berada sedikit diatas 6 %
pertahun (rata-rata) ternyata tidak mampu mengurangi pengangguran.
Dilain pihak Investasi baru (Asing dan Nasional) setiap tahun
jumlahnya relatif kurang signifikan jika dikaitkan dengan kemampuan
nya dalam menyerap tenaga kerja. Realisasi investasi selama lima tahun
sejak 2009 sbb:

Tahun Jmlh Proyek  Nilai (Milyar  Rp) Tenaga kerja yg diserap

  2009 11 761  656

  2010 17  398   1.316

  2011  231.678 880

  2012   20  750 111

  201331 874   1.392

Jumlah tenaga kerja yang diserap selama lima tahun oleh investasi baru
itu adalah 3175 tenaga kerja atau rata rata pertahun hanya 635 orang.

Dari data lain didapat pula angka TKI yang dikirim ke LN mencapai
angka sekitar 830 orang pertahun. Total tenaga kerja yang mampu
dikurangi dalam setahun hanya sekitar 1465 orang (635 + 830).
Pertanyaan besarnya adalah kapan pengangguran terbuka yang berjumlah
lebih dari 150.000 itu akan dapat dikurangi secara signifikan, kalau
daya serap tenaga kerja setiap tahun seperti ini  ?

Kalau Pemerintah Daerah dan terlebih lebih masyarakat tidak melakukan
usaha yang efektif untuk membuka lapangan kerja dengan mencari
investor baru untuk investasi di Sumbar, maka mungkin sampai kapanpun
kondisi pengannguran terbuka yang tinggi itu tidak akan dapat
dikurangi.

Pengangguran itu selalu menimbulkan “penyakit masyarakat” antara lain :

   - Premanisme dalam segala bentuknya

-  Perampokan/pencurian /penipuan dan kejahatan lainnya

-  Dekadensi moral seperti  pelacuran dengan segala bentuknya

-  Rasa rendah diri

-  Pemiskinan . Jumlah yang menganggur itu menjadi beban bagi
keluarganya yang bekerja sehingga kesejahteraan mereka sulit meningkat

Jadi tukang palak di tempat parkir daerah daerah wisata pelakunya
adalah dari golongan mereka yang ada dalam kelompok Penganggur terbuka
itu. Merka tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan karena itu
apapun akan dilakukan untuk memperoleh uang. Sepanjang pengangguran
itu jumlahnya masih tinggi, usaha apapun untuk mencegah perbuatan
mereka tidak akan efektif. Akarnya ada di masalah ekonomi, bukan pada
budaya dan tidak terkait dengan ABS SBK. Untuk mengisi perut lapar ,
soal budaya atau ABS SBK , bagi mereka  itu merupakan prioritas yang
ke sekian. Prioritas utama adalah bahgaimana agar bisa dapat uang
untuk makan sehari hari.

Saya mengemukakan diatas ,  bahwa masyarakat juga perlu berperan ,
setidaknya tidak menghambat orang luar yang akan invest di Sumbar.
Penolakan teradap Lippo diwakrtu lalu hendaknya tidak terjadi lagi.
Konon Lippo dulu itu akan invest di Sumbar dan dijanjikan akan dapat
menampung 3000 tenaga kerja dalam segala tingkatan, dan jumlah itu
kira kira sama dengan 5 tahun  penyerapan tenaga kerja yang
terrealisir selama tahun 2009 s/d 2013.

Kita memerlukan investor (dari manapun mereka berasal ) untuk menumbuh
kembangkan ekonomi daerah , dilain pihak nampaknya masyarakat kita (
setidaknya tokoh tertentu) ingin memperketat persyaratan investasi
yang masuk. Sebenarnya boleh saja diperketat, hanya harus diingat
bahwa investor itu juga memilih untuk menanam investasinya pada daerah
atau propinsi yang lebih fafourabel bagi mereka. Kalau kita terlalu
ketat , mungkin kita tidak dipilih. Kenyataannya tidak ada investasi
besar yang ingin masuk setelah Lippo ditolak. Kedepan kalau tidak ada
terobosan yang signifikan,  ekonomi kita akan semakin sulit berkembang
dan pengangguran terbuka tetap tinggi dan sebagai dampak langsungnya,
maka penyakit masayrakat akan semakin marak yang akhirnya masyarakat
(orang Minang ) akan seperti tidak lagi ber ABS SBK.

Wass

Dunil Zaid, 72. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia, Pdg, Tingga di Jkt.





2015-07-26 11:40 GMT+07:00 Sjamsir Sjarif :
> Angku Maturidi talalalu tagageh mancokoknyo sabalun dihelo baliak, alah 
> dihapuih.
> -- Nyit
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib men

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-25 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Angku Maturidi talalalu tagageh mancokoknyo sabalun dihelo baliak, alah 
dihapuih.
-- Nyit

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-25 Terurut Topik Maturidi Donsan
Sinetron lawak maalo nan baunduh komak Ngah

Tarik lah ko , digalakannyo awak dicucu beko

Maturidi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-25 Terurut Topik Maturidi Donsan
Menarik jo usulan sana Ju. St. Chaniago untuak diinok-inok-an.

Nan diangko 1, preventif,usul ambo,  awak barayo jo, tapi kakampuang awak
sajo.

Tampek lain tu tamasuak daerah pakuak mamakuak tu, kito numpang lewat sajo.



Anko 2, bao sajo nasi jo samba ala kadarnyo, cari tampek makan nan nyaman



Anko 3, iko babahayo, jaan dicuboan lo ka pareman pakir tu. Awak dalam
pajalanan, beko diimbau lo kakantua.

 Jo caro itu lai nampaknyo nan salamek awak kalau pulang kampuang.



Io mungkin sepi tampek wisata minang.samantaro, antah ko daerah wisata
 pangawasan
Zuhrizul nan lai aman.



Kito mausul untuk perbaikan ranah dari rantau payah, pak Andrnof sajo
dilecehkan apolagi dari perorangan badari saroman kito sibanyak ko.

Jadi caro nan diusulkan Ju St Chaniago tu rancak juo kecuali angko 3.



Wass,



Maturidi (L/77) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-25 Terurut Topik ju . st . chaniago
Assmlkum wr.wb.
Sanak sapalanta nan ambo hormati, 
Sabananyo buliah dikatokan sadonyo awak lah tahu permasalahanko, lah banyak 
pulo saran2 nan disampaikan, ambo sato pulo ciek maagiah saran walaupun rada2 
nyeleneh dih, sbb.  :

1. Tindakan preventif ; hindari sajo permasalahanko, ndak usah bahari rayo di 
"ranah" (Kiktinggi, dsb). Ado kan gerakan massal perantau utk tdk barayo di 
ranah nan tun, sosialisasikan/kampanyekan secara luas ke seluruh perantau di 
seluruh nusantara bahkan dunia. Cubokan agak 3 tahun ko dulu. In sya Allah ado 
nilai2 pembelajaran disiko. sesuai jo pepatah : sayang ka kampuang, kampuang 
ditinggakan, sayang ka isteri, isteri di"pukul". Kalaupun paralu pulang ka 
ranah, pulanglah di lua nuansa rayo tu.

2. Masih Prepentif : sebelum membeli apapun, termasuk makan minum di kadai, 
buat kesepakatan pasti ttg harga terlebih dahulu, kalau tdk sepakat, jangan 
beli.

3. Lawan tukang palak tu, pasamokan / lakak  rami2, agaih ampu kaki gai.

Sangan tu se lu yo.
Salam,
Ju. St. Chaniago/56 th.
(Perantau yg merindukan kenyamanan barayo di ranah).

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "'Zuhrizul' via RantauNet" 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Thu, 23 Jul 2015 14:10:48 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: RantauNet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

Sanak sapalanta nan ambo hormati, Bulan puaso menjelang lebaran ambo sebagai 
Praktisi Wisata alah cubo Batamu yo Komisi yang membidangi Parkir dan Wakil 
KETUA DPRD Bukittinggi , ado beberapa kesimpulan yang ambo simpulkan al ; 
1. Memang betul Ada oknum aparat / preman yang beking parkir liar 
2. Muncul nya Titik parkir baru saat lebaran yang tidak menjadi tanggung jawab 
Pemko 
3.secara politis wako yg mencalon kembali menjadi cawako merasa tidak strategis 
juga dan takut banyak kehilangan suara nantinya  Kalau tegas membrantas 
kelompok2 Pemuda 
4.adanya anggapan hanya sekali setahun / anggaplah sumbangan perantau Hari Raya 
buat pengangguran

Solusi ; 
1. Menambah / menetapkan perda Titik parkir insidentil saat2 lebaran, libur 
sekolah dan tahun baru 
2. Adanya tingkatan Harga sesuai Tempat parkir ( walaupun mahal tapi resmi 
tidak Akan masaalah / Hukum demand supply dan uang masuk Kas Daerah ) 
3. Adanya plank merk Parkir 
4. Adanya aparat kepolisian/ Polisi Wisata  yang standby di setiap Titik parkir 
menjaga kenyamanan Mobil Saat di tinggal 

Tapi apapun solusi nya Tampa adanya niat politis dan politisasi , kenyamanan 
Daerah  adalah tergantung Pada Kepala daerahnya 


Wassalam 
Zuhrizul Chaniago 
43 / 
www.lawangpark.com
www.minanghomestay.com 
www.ikarsatour.com 
www.mitrahrd.com 


Sent from my iPhone

On 23 Jul, 2015, at 6:51, Andrinof A Chaniago  wrote:

> Sekarang mulai heboh dg perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar. 
> Ketika saya dg posisi yg sdh menyandang jabatan menteri berbicara menyorot 
> scr khusus  perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar beberapa 
> waktu lalu, harusnya ditangkap bahwa masalah ini sudah serius. Tapi, yg saya 
> sesalkan waktu itu Walikota Padang berusaha membantah. Akhirnya, saya buat 
> tiga grup utk berkunjung diam-diam ke Pantai Air Manis. Setelah fakta 
> pemungutan uang ala preman itu dibuktikan oleh tiga grup yg saya kirim dan 
> muncul menjadi berita di Padang Ekspres, respon dari aparat Pemko yg saya 
> dengar lagi-lagi bikin jengkel. Mereka mengatakan kpd staf saya bhw yg saya 
> lakukan menjebak mereka. Sungguh aneh dan menjengkelkan menemukan sikap 
> aparat spt ini. Mrk tidak paham membedakan antara tindakan menjebak dan 
> membuktikan kebenaran. Sekarang, bisakah keluhan yg meluas ini dijadikan 
> momentum utk membasmi penyakit mental preman di tempat2 wisata di Sumbar ini? 
> Atau akan terus menjadi suara musiman yg tidak perlu ditindaklanjuti?
> 
> Wass.,
> 
> Andrinof A Chaniago
> 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/g

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-23 Terurut Topik 'Zuhrizul' via RantauNet
Sanak sapalanta nan ambo hormati, Bulan puaso menjelang lebaran ambo sebagai 
Praktisi Wisata alah cubo Batamu yo Komisi yang membidangi Parkir dan Wakil 
KETUA DPRD Bukittinggi , ado beberapa kesimpulan yang ambo simpulkan al ; 
1. Memang betul Ada oknum aparat / preman yang beking parkir liar 
2. Muncul nya Titik parkir baru saat lebaran yang tidak menjadi tanggung jawab 
Pemko 
3.secara politis wako yg mencalon kembali menjadi cawako merasa tidak strategis 
juga dan takut banyak kehilangan suara nantinya  Kalau tegas membrantas 
kelompok2 Pemuda 
4.adanya anggapan hanya sekali setahun / anggaplah sumbangan perantau Hari Raya 
buat pengangguran

Solusi ; 
1. Menambah / menetapkan perda Titik parkir insidentil saat2 lebaran, libur 
sekolah dan tahun baru 
2. Adanya tingkatan Harga sesuai Tempat parkir ( walaupun mahal tapi resmi 
tidak Akan masaalah / Hukum demand supply dan uang masuk Kas Daerah ) 
3. Adanya plank merk Parkir 
4. Adanya aparat kepolisian/ Polisi Wisata  yang standby di setiap Titik parkir 
menjaga kenyamanan Mobil Saat di tinggal 

Tapi apapun solusi nya Tampa adanya niat politis dan politisasi , kenyamanan 
Daerah  adalah tergantung Pada Kepala daerahnya 


Wassalam 
Zuhrizul Chaniago 
43 / 
www.lawangpark.com
www.minanghomestay.com 
www.ikarsatour.com 
www.mitrahrd.com 


Sent from my iPhone

On 23 Jul, 2015, at 6:51, Andrinof A Chaniago  wrote:

> Sekarang mulai heboh dg perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar. 
> Ketika saya dg posisi yg sdh menyandang jabatan menteri berbicara menyorot 
> scr khusus  perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar beberapa 
> waktu lalu, harusnya ditangkap bahwa masalah ini sudah serius. Tapi, yg saya 
> sesalkan waktu itu Walikota Padang berusaha membantah. Akhirnya, saya buat 
> tiga grup utk berkunjung diam-diam ke Pantai Air Manis. Setelah fakta 
> pemungutan uang ala preman itu dibuktikan oleh tiga grup yg saya kirim dan 
> muncul menjadi berita di Padang Ekspres, respon dari aparat Pemko yg saya 
> dengar lagi-lagi bikin jengkel. Mereka mengatakan kpd staf saya bhw yg saya 
> lakukan menjebak mereka. Sungguh aneh dan menjengkelkan menemukan sikap 
> aparat spt ini. Mrk tidak paham membedakan antara tindakan menjebak dan 
> membuktikan kebenaran. Sekarang, bisakah keluhan yg meluas ini dijadikan 
> momentum utk membasmi penyakit mental preman di tempat2 wisata di Sumbar ini? 
> Atau akan terus menjadi suara musiman yg tidak perlu ditindaklanjuti?
> 
> Wass.,
> 
> Andrinof A Chaniago
> 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> --- 
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
> email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-22 Terurut Topik Nofend St. Mudo
https://www.youtube.com/watch?v=KCzJkXPZ1n8

Pada 23 Juli 2015 09.25, Nofend St. Mudo  menulis:

>
> http://harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/41924-liburan-idul-fitri-wisatawan-merasa-diperas
> Liburan Idul Fitri, Wisatawan Merasa Diperas
> [image:
> PDF]
> [image:
> Cetak]
> [image:
> Surel]
> Kamis,
> 23 Juli 2015 01:25
>
> Sikap *urang bagak* di tempat parkir, pedagang yang menjajakan makanan
> dengan harga selangit dan pungutan yang mengatasnamakan pemuda menjadi sisi
> buruk liburan Idul Fitri di Sumbar. Kejadian ini terus berulang setiap
> tahun. Walikota atau Bupati seperti tak berdaya “mengurus” penguasa jalanan.
>
>
-- 



*Wassalam*



*Nofend St. Mudo38th+/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok
SelatanTweet: @nofend  | YM: rankmarola *

*https://www.facebook.com/nofend *

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-22 Terurut Topik Nofend St. Mudo
http://harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/41924-liburan-idul-fitri-wisatawan-merasa-diperas
Liburan Idul Fitri, Wisatawan Merasa Diperas
[image:
PDF]
[image:
Cetak]
[image:
Surel]
Kamis,
23 Juli 2015 01:25

Sikap *urang bagak* di tempat parkir, pedagang yang menjajakan makanan
dengan harga selangit dan pungutan yang mengatasnamakan pemuda menjadi sisi
buruk liburan Idul Fitri di Sumbar. Kejadian ini terus berulang setiap
tahun. Walikota atau Bupati seperti tak berdaya “mengurus” penguasa jalanan.

*BUKITTINGGI, HALUAN *— Ulah segelintir orang yang mengatasnamakan tu­kang
parkir, pemuda dan serta kelompok masyarakat lainnya mencoreng citra
pariwisata Sumbar sepanjang liburan Idul Fitri. Pusat-pusat wisata di
Bukittinggi, Kota Padang serta daerah lainnya di Sumbar “tak ter­urus” dan
dikuasai segelintir orang. Sepanjang libur Idul Fitri, daerah ini seperti
tak bertuan.

Salah seorang pengun­jung objek wisata yang me­n­dapatkan kesan diperas itu
adalah jurnalis sebuah sta­siun televisi nasional di Padang, Jhon Nedy
Kam­bang. Kepada*Haluan*, ia merasakan mahalnya tarif parkir di Kota Wisata
ini, sama dengan keluhan pe­ngunjung lainnya yang da­tang berwisata ke
Bu­kittinggi.

“Saya memarkir ken­daraan tak jauh dari The Hill Hotel, dekat Jam Gadang.
Bersama keluarga, kami ingin menikmati suasana Lebaran di Kota Bukittinggi.
Tapi saat memarkir kendaraan, seorang juru parkir tanpa identitas me­minta
uang Rp20 ribu untuk sewa parkir. Ini jelas tak lazim. Saya menolak,” kata
John Nedy Kambang.

John menuturkan, saat ia mempertanyakan tarif yang sudah keluar dari aturan
yang ditetap­kan itu, juru parkir itu menjawab sambil membelalakkan matanya
dan nada suara mengancam. “Tak masalah kalau Bapak tak bayar, tapi jika
Bapak tak mau bayar, saya tak jamin keselamatan mobil Bapak,” kata John
Nedy Kam­bang menirukan ucapan petugas parkir nakal.

Ia menilai, tarif tak lazim itu merupakan suatu bentuk teror yang harus
diusut. Ia juga menilai, jika dipatok tarif sebesar Rp5 ribu per mobil
merupakan suatu hal yang wajar saat lebaran, meski tetap diatas tarif
Perda. Namun tarif Rp20 ribu menurutnya sudah sangat tidak wajar.

“Waktu itu, saya tak mau ada masalah, lalu membayar parkir sebesar 20 ribu
rupiah. Saya jadi heran, kemana walikotanya, masa tidak tahu problem di
daerahnya. Masa iya walikota tidak bisa mengendalikan kotanya sendiri. Kami
bisa saja mengangkat isu ini ke tingkat nasional jika kami mau,” tegasnya.

Di Padang, di laman *face­book*-nya, Indra Sakti Nauli mela­porkan soal
sindiran soal layanan kepariwisataan di kawasan wisata pantai Air Manih,
Padang. Status yang ia sebut sebagai petunjuk itu menggambarkan biaya yang
mung­­kin dikeluarkan oleh pe­ngunjung lokasi wisata Batu Malin Kundang
itu, mulai dari gerbang masuk, lalu kutipan untuk kelompok masyarakat
tertentu, uang parkir, dan biaya lainnya.

Selain itu di Pantai Padang, Eko, pengunjung kawasan ter­sebut juga
dikagetkan dengan mahalnya biaya makan di Pantai Padang. “*Kami makan
batigo, amuah lho kanai Rp500 ribu. Baa tu da*,”katanya kepada Haluan.

*Bukittinggi akan Ditinggal*

Menanggapi kejadian-keja­dian ini, Ikatan agen tour dan perjalanan
Indonesia atau Asita (Association of the Indonesian Tours and Travel
Agencies) terus memantau perkembangan kasus ‘tarif parkir mencekik’ di Kota
Bukittinggi. Jika tidak ada tinda­kan tegas dari Pemko Bu­kittinggi, Asita
Sumbar berjanji akan me­ngeluarkan surat saktinya.

“Kabarnya Pemko Bu­kit­tinggi sudah menangkap 9 petugas parkir yang
memungut biaya parkir di luar ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda.
Kami akan terus memantau kasus tersebut, serta akan berko­or­dinasi dengan
teman-teman di Bukittinggi,” ujar Ketua DPD ASITA Sumbar Ian Hanafiah, Rabu
(22/7).

Menurut Ian Hanfiah, tidak terlalu sulit untuk mengatasi kenakalan petugas
parkir nakal, jika pemda betul-betul serius untuk mengatasinya.
Menu­rut­nya, tarif parkir mencekik di Bukittinggi merupakan problem klasik
yang tidak pernah teratasi.

Ia juga memberikan solusi kepada Pemko Bukittinggi untuk membuat plang
tarif parkir sesuai perda di banyak lokasi wisata dan tempat parkir,
sehingga pengun­jung tau berapa sebenarnya tarif parkir yang harus dibayar.

Namun yang paling penting menurutnya adalah membangun Posko
Ketidaknyamanan. Tapi Ian Hanfiah berharap posko itu tidak diisi oleh
polisi, dengan alasan banyaknya warga yang malas dan takut jika harus
ber­hadapan dengan polisi.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asita, Asnawi Baharmengatakan,
pihaknya ma­sih menunggu pernyataan resm

Re: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya

2015-07-22 Terurut Topik Benny Farlo
Ass.w.w
Terima Kasih atas responnya pak,
kalau kita hanya banyak duduk saja dibelakang meja, keluhan2 dilapangan tidak 
kelihatan..

Budaya Responsive, ikut merasakan dan mencari solusi, perlu dihidupkan di 
Negeri ini.

Wass,
Tbunsu 
  - Original Message - 
  From: Andrinof A Chaniago 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Thursday, July 23, 2015 6:51 AM
  Subject: [R@ntau-Net] Penyakit Mamakuak yg Membudaya


  Sekarang mulai heboh dg perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar. 
Ketika saya dg posisi yg sdh menyandang jabatan menteri berbicara menyorot scr 
khusus  perilaku pemalakan di tempat-tempat wisata di Sumbar beberapa waktu 
lalu, harusnya ditangkap bahwa masalah ini sudah serius. Tapi, yg saya sesalkan 
waktu itu Walikota Padang berusaha membantah. Akhirnya, saya buat tiga grup utk 
berkunjung diam-diam ke Pantai Air Manis. Setelah fakta pemungutan uang ala 
preman itu dibuktikan oleh tiga grup yg saya kirim dan muncul menjadi berita di 
Padang Ekspres, respon dari aparat Pemko yg saya dengar lagi-lagi bikin 
jengkel. Mereka mengatakan kpd staf saya bhw yg saya lakukan menjebak mereka. 
Sungguh aneh dan menjengkelkan menemukan sikap aparat spt ini. Mrk tidak paham 
membedakan antara tindakan menjebak dan membuktikan kebenaran. Sekarang, 
bisakah keluhan yg meluas ini dijadikan momentum utk membasmi penyakit mental 
preman di tempat2 wisata di Sumbar ini? Atau akan terus menjadi suara musiman 
yg tidak perlu ditindaklanjuti?

  Wass., 

  Andrinof A Chaniago 


  -- 
  .
  * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
  * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
  ===
  UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
  * DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
  * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
  * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
  * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
  * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
  ===
  Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
  --- 
  Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
  Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
  Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.