[wanita-muslimah] Syeikh Dr. As Su’aidi: Berhari Raya Bersama Mayoritas

2008-09-18 Terurut Topik caklis

  Syeikh Dr. As Su'aidi: Berhari Raya Bersama Mayoritas



Friday, 19 September 2008 01:11



Jika ada dua pendapat antara hisab dan rukyah dalam penentuan Hari Raya.
Maka pendapat siapa seharusnya yang diambil? Ulama Saudi Syeikh Su'aidi
menjawabnya kepada www.hidayatullah.com 


   Hidayatullah.com--Jika di sebuah negara ada banyak lembaga fatwa yang
berfatwa tentang masuknya Ramadhan dan Syawal, fatwa siapa yang hendak
diambil? Syaikh As Suadi menyatakan bahwa puasa dan hari raya adalah
bagian dari syiar Islam, yang semestinya semua umat Islam serentak
melakukannya, di dalam sebuah negeri. Dan jangan sampai umat terpecah
dalam keadaan ini.
Karena menurut beliau, penentuan masalah itu, adalah masalah dhann.
Tidak perlu umat terpecah hanya karena masalah dhann. Menurut beliau,
dalil bahwa penetapan ini adalah masalah dhann, adalah, bahwa Rasulullah
shallahu alaihi wa sallam menggunakan seorang saksi untuk masuk ramadhan
dan 2 saksi untuk masuk syawal. Satu atau dua masih terjadi peluang
salah.

Dengan demikian, tidak mengapa ulama memakai metode hisab atau ru`yah,
karena keduanya sama-sama dhann alias bukan qath'i. Akan tetapi akan
menjadi sebuah masalah jika terjadi khilaf dalam mengamalkan puasa dan
hari raya, hingga dalam satu negara ada dua hari raya, tegas, ulama yang
memiliki spesialisasi dalam bidang ushul fiqih ini, kepada
www.hidayatullah.com   belum lama ini.

Sebenarnya, bagaimana ulama terdahulu meyikapi perbedaan masalah
penentuan puasa dan hari raya? Ulama yang rutin menjadi nara sumber
dalam acara Rihab Al Haramain di radio Idza'ah Al Qur'an Saudi
ini menyatakan, "Para ulama terdahulu berselisih tentang rukyah dan
hisab, sebagaimana mereka juga berselisih dalam masalah puasa hari syak,
akan tetapi dalam penerapan, mereka kebanyakan tidak terjadi ikhtilaf.
Mereka berpuasa, saat mayoritas berpuasa, dan berbuka saat mayoritas
berbuka," ujarnya.

Mengenai dalil bahwa umat Islam hendaknya berpuasa mengikuti mayoritas
beliau menyatakan, "Silahkan dirujuk dalam Nail Al Authar atau
Tuhfah Al Ahwadzi (syarh Sunan At Tirmidzi), penjelasan tentang hadits
Rasulullah shallahhau alaihi wasallam: "Puasa pada hari kalian
berpuasa, dan berbuka di hari kalian berbuka…" Imam At Tirmidzi
menyatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Beberapa ulama menafsirkan
hadits ini, mereka menyatakan bahwa puasa dan berbuka bersama
jama'ah dan mayoritas umat".

Oleh karena itu, seperti di Indonesia, Syeikh As Su'aidi menyarankan
agar umat Islam mengikuti fatwa resmi (negara) dalam penentuan hari
raya, berang siapa fatwanya menyelisihi fatwa resmi,  maka tetap hal itu
dihitung sebagai khilaf fiqih. Akan tetapi jangan sampai hal itu
menyebabkan umat berbeda dalam merayakan hari raya dan menjalankan
puasa. Karena yang diutamakan adalah persatuan mereka, karena hal itu
adalah syi'ar, dan ini lebih diutamakan, daripada khilaf, karena
semuanya adalah hasil ijtihad dhanni. [tho/www.hidayatullah.com
 ]



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Umi Fadlun: Dokumen Pornografi di Rumah Habib

2008-09-12 Terurut Topik caklis

Umi Fadlun: Dokumen Pornografi di Rumah Habib Rizieq Barang Bukti Kasus
Pornogafi



Friday, 12 September 2008 04:20



Istri Habib Rizieq, Umi Syarifah Fadlun kecewa dengan cara polisi
menuduh suaminya berkaitan dokumen pornografi. Padahal itu adalah barang
bukti kasus pornografi. "Ada usaha melakukan pembunuhan karakter,
" katanya



Hidayatullah.com--Istri Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq,
Umi Syarifah Fadlun kecewa terhadap kinerja aparat kepolisian yang
tiba-tiba menjadikan majalah Playboy dan beberapa majalah porno sebagai
salah satu barang bukti yang dihadirkan ke persidangan suaminya sebagai
terdakwa kasus insiden Monas 1 Juni.



Menurut Umi Fadlun, beberapa hari suaminya dinyatakan sebagai tersangka,
beberapa aparat kepolisian berwajah sangar datang dan menggeledah
rumahnya.



"Ketika itu saya sudah mengingatkan, mengapa barang-barang ini
diambil? Soalnya barang-barang ini adalah barang bukti kasus pornografi,
" ujarnya kepada www.hidayatullah.com. "Tapi mereka tak
mendengarkan dan langsung ambil saja. Wajah mereka itu sangar-sangar,
" tambahnya.



Umi Fadlun mengakui, sebelum suaminya menginap di tahanan Polda Metro
Jaya, di rumahnya memang ada banyak barang bukti kejahatan kemaksiatan.
Termasuk majalah Playboy dan beberapa foto porno Putri Indonesia yang
ikut miss universe.



"Harap tahu, FPI pernah memperkarakan masalah pornografi dan
Playboy. Dan sekarang kasusnya sedang kasasi. Barang-barang bukti itulah
yang tiba-tiba diambil polisi," ujarnya.



Umi Fadhlun meminta masyarakat paham. Bila, suaminya, Habib Rizieq
Shihab adalah ketua organisasi pemberantas maksiat yang –tentu
saja—sangat bersinggungan dengan barang-barang bukti seperti itu
meski dirinya dan sang suami tidak pernah menyentuhnya. Barang-barang
seperti itu, menurut Umi Fadhlun sering datang atas laporan berbagai
masyarakat. Dan biasanya, Habib menyuruh meletakkannya begitu saja.



"Boro-boro memeloti barang-barang maksiat seperti itu. Jika tidak
membuat soal-soal bahan pengajian, waktu Habib di rumah sering
dihabiskan di luar kota melayani jamaah, " ujarnya.  "Jadi
pekerjaan beliau itu nggak ada bengongnya, "tambahnya.



Umi Fadhlun merasa kecewa tiba-tiba barang-barang haram itu diajukan
dalam sidang kasus Monas. "Polisi sengaja membelokkan fakta. Ada
usaha melakukan pembunuhan karakter terhadap suami saya, "tambahnya.



Sebagaimana diketahui, Senin kemarin, Rizieq Shihab menyatakan keberatan
dan melayangkan protes keras atas diajukannya majalah Playboy dan
beberapa majalah porno sebagai salah satu barang bukti yang dihadirkan
ke persidangan.

Sidang yang menghadirkan Rizieq sebagai terdakwa kasus insiden Monas 1
Juni itu mendengarkan kesaksian seorang penyidik kepolisian bernama H
Sumaryono. Di mana dalam kesaksiannya, Sumaryono mengatakan bahwa dari
penggeledahan dan penyitaan yang dilakukan di rumah Rizieq dan markas
FPI, petugas menyita beberapa VCD serta majalah Playboy, majalah porno,
dan foto bugil Putri Indonesia saat mengikuti kontes ratu dunia.
Bukti-bukti itulah yang tiba-tiba ditunjukkan polisi di persidangan.
[cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]



http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id\
=7562:umi-fadhlun-vcd-porno-di-rumah-habieb-rizieq-barang-bukti-kasus-po\
rnogafi&catid=1:nasional&Itemid=54






[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] “40 Keajaiban Ramadhan"

2008-09-07 Terurut Topik caklis
"40 Keajaiban Ramadhan"


Selama Ramadhan, Imam Syafi'i menghatamkan Al-Quran enam puluh kali,
dua kali dalam semalam di dalam shalat. Inilah 'rahasia 40 Keajaiban
Ramadhan' [bagian pertama]


Klik:
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id\
=7533:-q40-keajaiban-ramadhanq&catid=87:kajian&Itemid=71


Hidayatullah.com—Selama Ramadhan, Allah memerintahkan seluruh
penghuni surga berhias. Rasulullah Saw. bersabda:"…Adapun yang
keempat, sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla memerintahkan surga-Nya,
Ia berfirman: "Bersiap-siaplah, dan hiasilah dirimu untuk para
hamba-Ku, sehingga mereka bisa segera beristirahat dari kelelahan (hidup
di) dunia menuju negeri-Ku dan kemulyaan-Ku…" [HR. Baihaqi]. Itulah
sisi menarik keajaiban bulan Ramadhan yang tak banyak orang tahu.


Hidayatullah.com, mengurai 40 Keajaiban bulan Ramadhan. Tulisan ini akan
disarikan empat seri.


1. Ramadhan jalan menuju ketaqwaan


Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kalian puasa sebagaimana diwajibkan atas kaum sebelum kalian, agar
kalian bertaqwa". (Al Baqarah: 183).


Ayat di atas menerangkan bahwa puasa adalah sebab yang bisa mengantarkan
pelakunya menuju ketaqwaan, karena puasa mampu meredam syahwat. Ini
sesuai dengan salah satu penafsiran yang disebutkan Imam Al Qurthubi,
yang berpatokan kepada hadits riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan bahwa
puasa adalah perisai.


2. Ramadhan bulan mujahadah


Para ulama' salaf adalah suri tauladan bagi umat, mujahadah mereka
dalam mengisi bulan Ramadhan amat perlu dicontoh. Seperti Imam
Asyafi'i, dalam bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al-Quran dua kali
dalam semalam, dan iti dikerjakan di dalam shalat, sehingga dalam bulan
Ramadhan beliau menghatamkan Al-Quran enam puluh kali dalam sebulan.
Imam Abu Hanifah juga menghatamkan Al-Quran dua kali dalam sehari selama
Ramadhan.


3. Puasa Ramadhan menumbuhkan sifat amanah


Wahbah Zuhaili dalam bukunya Al Fiqh Al Islami berpendapat bahwa puasa
mengajarkan rasa amanat dan muraqabah di hadapan Allah Ta'ala, baik
dengan amalan yang nampak maupun yang tersembunyi. Maka tidak ada yang
mengawasi seseorang yang berpuasa agar menghindari hal-hal yang dilarang
dalam berpuasa kecuali Allah Ta'ala


4. Puasa Ramadhan melatih kedisiplinan

Puasa juga melatih kedisplinan, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa seorang
yang berpuasa harus makan dan minum dalam waktu yang terbatas. Bahkan
dalam berbuka puasapun harus disegerakan.


5. Puasa Ramadhan menumbuhkan rasa solidaritas sesama muslim

Wahbah Zuhali juga menjelaskan bahwa puasa Ramadhan menumbuhkan rasa
solidaritas di antara sesama muslim. Pada bulan ini semua umat Islam,
dari timur hingga barat diwajibkan untuk menjalankan puasa. Mereka
berpuasa dan berbuka dalam waktu yang sama, dikarenaka mereka memiliki
Rabb yang satu.


Seorang yang merasa lapar dan dahaga akhirnya juga bisa ikut merasakan
kesengsaraan saudara-saudaranya yang kekurangan atau tertimpa bencana.
Sehingga  tumbuh perasaan kasih sayang terhadap umat Islam yang lain.
6. Puasa Ramadhan melatih kesabaran
Bulan Ramadhan adalah bulan puasa di mana pada siang hari kita
diperintahkan meninggalkan makanan yang asalnya halal, terlebih lagi
yang haram. Begitu pula di saat ada seseorang mengganggu kita.
Rasulullah Saw. bersabda: "Bila seseorang menghina atau mencacinya,
hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku sedang puasa" (HR. Bukhari)


7. Puasa Ramadhan menyehatkan

Rasulullah bersabda: "Berpuasalah, maka kamu akan sehat" (HR.
Ibnu Sunni), ada yang menyatakan bahwa hadits ini dhoif, akan tetapi ada
pula yang menyatakan bahwa derajat hadits ini sampai dengan tingkat
hasan (lihat, Fiqh Al Islami wa Adilatuh, hal 1619).


Tapi makna matan hadist bisa tetap diterima, karena puasa memang
menyehatkan. Al Harits bin Kaldah, tabib Arab yang pernah mengabdi
kepada Rasulullah Saw. juga pernah menyatakan:"Lambung adalah tempat
tinggal penyakit dan sedikit makanan adalah obatnya".
8. Lailatul Qadar adalah hadiah dari Allah untuk umat ini

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha', dia telah mendengar
dari seorang ahlul ilmi tsiqah yang telah mengatakan: "Sesungguhnya
telah diperlihatkan usia-usia umat sebelumnya kepada Rasulullah Saw.,
atau apa yang telah Allah kehendaki dari hal itu, dan sepertinya usia
umat beliau tidak mampu menyamai amalan yang telah dicapai oleh
umat-umat sebelumnya, maka Allah memberi beliau Lailatul Qadar yang
lebih baik daripada seribu bulan." (HR. Malik).
9. Ramadhan bulan ampunan

Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, Rasulullah Saw. bersabda: "Dan
siapa yang berpuasa Ramadhan dengan didasari keimanan dan pengharapan
ridha Allah, diampunkan untuknya dosa yang telah lalu." (HR.
Bukhari)
10. Siapa yang dilihat Allah, maka ia terbebas dari adzab-Nya

Dari Jabir bin Abdullah ra. Rasulullah Saw. bersabda: "Pada bulan
Ramadhan umatku dianugerahi lima perkara yang tidak diberikan kepada
nabi-nabi sebelumku. Yang pertama, sesungguhnya jika Allah melihat
mereka di awal malam dari bulan Ramadhan, dan

[wanita-muslimah] Terpikat Suara Azan, Tatiana Pilih Islam

2008-09-05 Terurut Topik caklis

Terpikat Suara Azan, Tatiana Pilih Islam






06  September 2008 09:58



Gadis Slowakia ini terbuka hatinya selepas mendengar suara azan saat
berkunjung ke Kairo, Mesir. "Tak berapa lama saya pun
bersyahadah," ujarnya

Hidayatullah.com--Gadis asal Slowakia itu terbuka hatinya kepada Islam
selepas mendengar suara azan kala berkunjung ke Kairo, Mesir.
"Ketika mendengar suara azan, jujur saja, saya merasakan
getaran-getaran aneh dalam hati. Ketika itu saya seakan terhipnotis dan
tak mendengar suara lain kecuali suara yang berkumandang melalui menara
mesjid itu," akunya. Sekembalinya ke Slowakia dia memperdalam Islam
dengan dibantu Muslimah di sana . Bahkan internet juga sangat
membantunya dalam mengenal Islam. Alhasil, dia pun memeluk Islam dan
kini menjalani hari-hari yang dikatakannya sebagai begitu indah dan
nikmat terasa. Itulah Tatiana Fatimah, yang kami rangkum dari beberapa
situs.

***

"Sejuta kata-kata tak cukup untuk mengekspresikan bagaimana
kecintaan saya kepada Allah. Inilah yang saya rasakan saat ini. Islam
ibarat darah yang mengalir di sekujur tubuh hingga ke ujung jari saya.
Ketika bercakap-cakap dengan Allah di dalam shalat, sangat indah,"
kata Tatiana.

"Saya berterima kasih kepada Allah SWT atas hadiah yang sangat
berharga ini, yakni menjadikan saya sebagai seorang Muslim. Sepanjang
hidup kini hanya untuk memuji dan mensyukuri nikmat-Nya," kata dia
lagi.


---delete--

Baca juga:

* Tahun Depan Penetapan Awal Ramadhan Rawan Perbedaan

* "Infiltrasi" Zionis-Israel di Kawasan Iraq

* Masjidil Haram Miliki Imam Baru

* Bantuan Rp 4,4 Miliar3.700 Guru TPA Padang

* 84 Ribu Orang di-PHK di Amerika Pada Bulan Agustus

* Ramadhan, Serangan Taliban Meningkat Tajam

* Hukum Menghack Situs Amerika dan Israel


Klik di:   www.hidayatullah.com




[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Anas Urbaningrum: Ahmadiyah Jadikan Agama Sendiri Cetak halaman ini Ki

2008-05-10 Terurut Topik caklis
Anas Urbaningrum: Ahmadiyah Jadikan Agama Sendiri
[Cetak halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Sabtu, 10 Mei
2008
Salah satu Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menyatakan,
jalan keluar yang paling mudah Pemerintah adalah menegaskan Ahmadiyah
sebagai agama sendiri

Hidayatullah.com--Salah satu Ketua DPP Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum, di Jakarta, Jumat, menyatakan, jalan keluar yang paling
mudah dan murah bagi umat Islam Indonesia maupun Pemerintah, ialah, jika
Ahmadiyah memutuskan serta menegaskan sebagai agama sendiri.

"Ini mungkin solusi dengan harga paling murah bagi semua pihak, termasuk
buat Ahmadiyah sendiri," katanya kepada Antara.

Sebab, jika tetap mau menyebut sebagai beragama Islam, menurut mantan
Ketua Umum PB HMI ini, Ahmadiyah mutlak harus mengikuti akidah.

"Jangan melanggar akidah Islam-lah. Dan kemudian kalau sudah mengikuti
akidah itu, kemudian mengorganisasikan diri sebagai organisasi
kemasyarakatan (Ormas) seperti NU, Muhammadiyah, Persis dan lain-lain,"
ujarnya lagi.

Paksa jadi agama

Sementara itu, jika Ahmadiyah tidak mau memilih dua alternatif tadi,
demikian Anas Urbaningrum, sebaiknya SKB Menteri Agama, Menteri Dalam
Negeri, dan Kejaksaan Agung segera diterbitkan.

"Ini alternatif ketiga. Yakni atas nama kemaslahatan umat (Islam
Indonesia), maka Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang pelarangan
Ahmadiyah perlu segera diterbitkan. Sebab menurut saya, menjaga akidah
tidak bisa dinilai sebagai pelanggaran HAM," tegasnya.

Memang, menurutnya, masih ada alternatif lain. "Yakni, dengan cara
negara memaksa Ahmadiyah untuk menjadi agama tersendiri, bukan agama
Islam, dan itu dimasukkan menjadi ketentuan di dalam SKB nanti,"
tandasnya.

Artinya di sini, katanya, bagaimana Negara melindungi para penganut
Ahmadiyah sebagai warga negara dari kekerasan pihak-pihak lain.
"Satu hal lagi yang perlu digarisbawahi, bahwa melakukan kekerasan
terhadap warga Ahmadiyah adalah pelanggaran HAM. Karena itu, aparat
keamanan harus berlaku tegas terhadap pelaku kekerasan," tegas Anas
Urbaningrum lagi. [ant/www.hidayatullah.com
 ]


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kedudukan Lembaga Fatwa dan Kebatilan Pendapat

2008-05-06 Terurut Topik caklis
Kedudukan Lembaga Fatwa dan Kebatilan Pendapat


www. hidayatullah.com, Rabu, 07 Mei 2008



Para ulama salaf dalam beberapa kitab menyebut kedudukan "fatwa" mulzim
(wajid diikuti). Terutama menyangkut akidah seperti Ahmadiyah. Hanya
saja, di lapangan perlu kekuatan politik


Oleh: Thoriq*




"MUI sesat, bubarkan MUI," begitu kata sebagian orang. Bahkan
dalam laporan terbaru Mei 2008,  Majalah Mingguan TEMPO, memintah para
ulama (dalam hal ini MUI) segera meminta maaf kepada penganut Ahmadiyah.
Boleh jadi, baru kali inilah dalam sejarah, sebuah media –bukan
otoritas ulama— meminta sebuah lembaga yang di dalamnya terhimpun
kalangan ahli hukum Islam & ulama-ulama fikih meminta maaf (dengan
bahasa lain mengaku salah) kepada Ahmadiyah yang oleh ijma' ulama
sedunia dinyatakan "sesat".

Umpatan, kecaman bahkan hujatan terhadap otoritas ulama memang marak
akhir-akhir ini. Lebih-lebih, setelah media massa (yang umumnya tak pak
paham hukum-hukum Islam) memberi tempat kepada mereka-mereka yang juga
tak paham hukum-hukum Islam "mengecam" MUI.

Ketidakpahaman media yang paling "mengerikan"
–lebih-lebih—menganggap, semua tokoh Islam adalah ahli dalam
hukum Islam (fikih). Bisa dipahami jika banyak polarisasi dan
kesemrawutan pendapat yang ujungnya akan membingungkan masyarakat. (Baca
juga tulisan, "Benarkah Semua Pendapat Boleh Diikutil?"
(www.hidayatullah.com  , 02 Oktober 2006).

Sekedar contoh kecil. Sungguh musykil,  ketika media massa berpijak pada
pendapat kepada Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma'arif, Dr. Musdah Mulia
bahkan termasuk nama seperti Adnan Buyung Nasution dan Ade Armando.

Dengan segala rasa hormat, dan permintaan maaf saya kepada nama-nama
yang saya sebut tadi, semua orang paham siapa dan apa latar belakang
mereka. Buya Ahmad Syafii, begitu para simpatisannya memanggil, memang
bekas pemimpin Muhammadiyah. Namun beliau adalah ahli dibidang sejarah
Islam. Bukan fikih. Musdah Mulia sarjana S1 nya bidang Adab dari IAIN
Alauddin, Ujung Pandang . Sementara S2 dan S3  bidang studi sejarah dan
pemikiran politik Islam. Tak ada sangkut-pautnya dengan masalah hukum
Islam  atau bidang fikih.

Adnan Buyung, dikenal lulusan hukum konvesional (umum). Sedang Ade
Armando justru berlatar belakang komunikasi. Anehnya, nama yang terakhir
ini dalam tulisan terbarunya di Majalah Madina berjudul, "Preman
Berjubah, Pemerintah dan Ahmadiyah", Ade Armando "membela"
Ahmadiyah terhadap segala ancaman "preman berjubah". Tentusaja
yang dimaksud "preman" itu adalah umat Islam penolak Ahmadiyah.

Istilah "preman berjubah" pertama kali dikemukan Ahmad Syafii
Maarif dalam kolom Resonansi di Republika. Padahal yang juga memfatwakan
Ahmadiyah sebagai kelompok di luar Islam adalah organisasi perkumpulan
ulama Islam Internasional, Majma Fiqh Al Islami, dan sudah lebih dari 48
buku yang dikarang oleh para ulama untuk menjelaskan kesesatan kelompok
ini. Sedangkan di Pakistan masalah ini sudah final, bahwa Ahmadiyah di
luar masyarakat Muslim.

Dan Dr. Zein An Najah, pakar fikih dari Al Azhar menyatakan bahwa hingga
saat ini, tidak ada satupun ulama di dunia yang menyatakan bahwa
Ahmadiyah termasuk golongan Muslim. Ribuan ulama dunia Islam secara
tidak langsung oleh Ade Armando, Musdah Mulia atau Syafii Maarif adalah
"preman berjubah". Oh hebat benar orang-orang ini.

Yang jelas, keberanian tokoh-tokoh ini mengomantari masalah-masalah yang
sudah disepakati ulama adalah "keberanian" nekad yang cukup
memalukan. Sebab, masalahnya, ia bukanlah orang-orang yang memiliki
keahlian dan tidak otoritatif dalam hukum Islam.

Kedudukan Fatwa

Kedudukan fatwa dalam Islam sangatlah penting dan tidak bisa dengan
mudah diabaikan, apalagi digugurkan. Karena sangat pentingnya dengan
keberadaan fatwa dalam Islam, sampai-sampai beberapa  ulama berpendapat
diharamkan tinggal di sebuah tempat yang tidak terdapat seorang mufti
yang bisa dijadikan tempat bertanya tentang persoalan agama (Lihat Kitab
Al Bahr Ar Ra'iq 6/260, Al Furu' 4/119, Al Majmu' 1/47,
Kasyaf Al Qana' 4/177).

Maka dari itu, wajib bagi penguasa untuk memperhatikan sarana-sarana
penting guna mempersiapkan para mufti dalam rangka menciptakan
kemaslahatan bagi masyarakat, sekaligus melarang bagi mereka yang tidak
mempunyai keahlian dalam berfatwa. (Lihat Al Majmu' 1/ 69, I'lam
Al Muwaqqi'in 4/214, Al Faqih wa Al Mutafaqqih 2/55, Al Ahkam Al
Sulthoniyah, 55).

Karena sangat pentingnya bahwa mufti di hadapan umat memiliki posisi
seperti halnya nabi di hadapan umat, karena mufti memberi kabar dari
Allah Subhana wa ta'ala seperti nabi. Oleh karena itu, mereka
dinamakan ulil amri yang mana ketaatan pada mereka disejajarkan dengan
taatnya seorang hamba kepada Allah dan RasulNya. Dalam Al Qur'an
surat An Nisa' 59 Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang
beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul
beserta ulil amri dari kalian" (Lihat Kitab Al Muwafaqat 4/178-179).

Imam Al Qarafi sendiri menyatakan bahwa mufti dihadapan Allah ibarat s
kedudukan eoarang penerjema

[wanita-muslimah] Ahli Fikih Himbau Pengecam MUI untuk Tahu Diri

2008-05-01 Terurut Topik caklis

  Ahli Fikih Himbau Pengecam MUI untuk Tahu Diri



www.hidayatullah.com  , Jumat, 02 Mei 2008



Kalangan ahli fikih (hukum Islam) meminta tokoh Islam dan pengecam fatwa
MUI harus tahu diri. "Mohon tahu dirilah kalau bukan bidangnya,"
ujar Prof Dr. Huzaemah



Hidayatullah.com—Kalangan ahli fikih dan hukum Islam beramai-ramai
meminta para intelektual untuk lebih tahu diri terhadap segala komentar
dan pernyataannya menyangkut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
terhadap Ahmadiyah.



Seruan kalangan ahli fikih dan hukum Islam ini datang dari Guru Besar
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Prof Dr Huzaemah Tahido Yanggo, pakar hukum
syariah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr Muinudinillah,
MA serta ahli fikih Dr. Zain an-Najah.



Ketika dihubungi oleh www.hidayatullah.com
  secara terpisah, mereka meminta agar
kalangan intelektual dan tokoh Islam yang tak mengerti lebih jauh
tentang hukum Islam untuk tak memberikan pernyataan, ucapan atau
statemen yang membingungkan masyarakat, apalagi mengecam fatwa MUI
menyangkut Ahmadiyah.



Prof Dr Huzaemah yang juga Ketua MUI bidang Komisi Remaja dan Perempuan
kepada  www.hidayatullah.com   mengatakan,
beberapa hari ini dirinya merasa sedih melihat media massa dan TV memuat
pernyataan para pukur hukum dan bahkan tokoh-tokoh Islam menyangkut
keputusan fatwa MUI tentang Ahmadiyah.



"Masyarakat harus tahu siapa-siapa yang berkomentar itu. Dan saya
meminta, yang tak  paham hukum Islam jangan bicara seenaknya,"
ujarnya.



Menurut ahli fikih lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini, dalam prinsip
hukum Islam, setelah Al-Quran dan Al-Hadits, sandaran hukum berikutnya
adalah ijma' ulama.  Sebab 'Al ulama-u waratsatu al anbiya' (ulama
adalah pewaris para Nabi), katanya.



"Kalau tidak kepada ulama, kita akan bertanya kepada siapa lagi
menyangkut masalah berkaitan dengan hukum Islam ini," ujarnya.
Karena itu, tambah Huzaimah, apa yang telah dilakukan oleh MUI dalam
kasus fatwa tentang Ahmadiyah adalah sudah benar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muinudinillah. Pakar hukum Syariah
lulusan Riyad ini mengatakan, jika ada perdebatan terhadap suatu masalah
dalam masyarakat, maka, yang harus dijadikan sandaran adalah orang-orang
yang lebih ahli. Baginya, sangat tidak sopan jika orang-orang diluar
ahli,  khususnya masalah yang berkaitan dengan hukum Islam tiba-tiba
memberikan pernyataan seenaknya.



"Jika saya ditanya masalah ilmu sejarah atau soal yang tak ada
kaitannya dengan hukum Islam saya juga akan tahu diri, " tambahnya.



Direktur Pascasarjana Studi Islam UMS ini mengatakan, selama ini, para
intelekual membela Ahmadiyah dengan alasan mereka `dizolimi'.
"Lantas bagaimana dengan sikap Ahmadiyah yang "mendzolimi"
akidah Islam soal kenabian Muhammad?" tambahnya.



Lebih jauh, Muinudinillah mempertanyakan sikap tokoh-tokoh Islam yang
justru mengecam fatwa MUI. "Seharusnya mereka itu ber wala'
(loyalitas) kepada Islam. Mengapa justru sebaliknya?".



Sebagaimana diketahui, menyusul pernyataan Badan Koordinasi Pengawas
Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) yang menyatakan aliran Ahmadiyah
menyimpang dari ajaran Islam dan harus dihentikan. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) ikut dituduh menjadi penyebab utama terjadinya aksi
kekerasan.



Yang cukup mengagetkan, komentar dan pernyataan yang bernada serangan
justru datang dari tokoh-tokoh Islam yang sesungguhnya tak punya latar
belakang hukum Islam. Termasuk diantaranya Adnan Buyung Nasution dan
Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma'arif yang lebih dikenal pengamat sejarah.



Pelecehan Ulama



Menyangkut kecaman-kecaman terhadap fatwa MUI terhadap Ahmadiyah, Adian
Husaini dari Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization
(INSISTS) mengatakan, sudah tepat jika MUI mengeluarkan soal fatwa
keagamaan dalam Islam. Lain halnya jika MUI mengeluarkan fatwa diluar
bidangnya.



"Sudah benar jika MUI mengeluarkan fatwa. Apalagi masalah Ahmadiyah.
Masa MUI mengeluarkan resep. Itu kan tugas dokter, " jawabnya
pandek.



Hal serupa juga dinyatakan Dr. Ahmad Zain An Najah.  Mantan Ketua
Majelis Tarjih dan Tajdid, PCIM Kairo Mesir ini mengatakan, fatwa itu
adalah hak ulama, bukan perorangan. Dan yang mengerti urusan fatwa
adalah mereka-mereka yang tahu dan mengerti secara baik hukum Islam.
Karenanya, jika ada orang meskipun dikenal tokoh Islam, tapi bukan
berlatar belakang hukum Islam atau fikih, mereka tak memiliki hak. 
Anehnya, menurut Zain, setiap ada fatwa MUI, semua media massa termasuk
TV justru meminta komentar tokoh-tokoh yang tak ahli dalam hukum Islam.



"Nah, seharusnya media massa dan televisi mengerti. Ke mana
seharusnya masalah fatwa ini ditanyakan. Tapi, kok, orang-orang yang tak
paham hukum Islam diminta pendapat dan terus-menerus mendapatkan tempat.
Ada apa ini?, "ujarnya.



Pria asal Klaten yang meraih predikat summa cumlaude dengan disertasi
Al-Qadhi Husain wa Atsaruhu Al-

[wanita-muslimah] Diancam Bunuh Setelah Bersyahadat

2008-04-01 Terurut Topik caklis
Diancam Bunuh Setelah Bersyahadat[Cetak
halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Senin, 31 Maret
2008
Perjuangannya "memeluk" Islam dilakukan dengan penuh resiko, ia
bahkan diancam bunuh. Dulu ia ingin 'mengkristen-kan' orang. Kini malah
mengislamkan orang


  [Image] PENGANTAR. Semenjak memeluk Islam, ibunya sudah tak mengakui
lagi ia sebagai anak. Ayahnya bahkan hendak menembaknya pula. Sang kakak
menganggap ia sudah gila. Lalu suami menceraikannya. Oleh pengadilan dia
divonis tak punya hak mengasuh kedua anaknya, kecuali meninggalkan
Islam. Belum selesai sampai disitu, setelah mengenakan jilbab ia malah
dikeluarkan dari tempat kerjanya. Begitulah ujian demi ujian datang
menerpa Aminah Assilmi setelah memeluk Islam. Namun perempuan Amerika
ini tetap tegar. Alhasil, dengan kuasa Allah, beberapa tahun kemudian
neneknya yang telah berusia 100 tahun masuk Islam. Lalu bapaknya,
diikuti ibu, kakak, anak lelakinya yang telah berusia 21 pun kemudian
memeluk Islam. Bahkan, enam belas tahun setelah bercerai, mantan
suaminya juga masuk Islam. Kini ia banyak diundang memberikan ceramah di
berbagai tempat di Amerika. Satu kalimatnya yang terkenal: "Bagi
saya, profesi terbaik adalah menjadi seorang ibu." Berikut kisah
lengkapnya seperti dituangkan dalam www.islamfortoday.com.




Aminah Assilmi dulunya seorang juru baptis, penganut feminis yang
radikal dan juga seorang jurnalis radio. Tapi kini, selepas memeluk
Islam, dia bagaikan seorang duta besar bagi agama Islam. Sebagai
Direktur International Union of Muslim Women atau Persatuan Wanita
Muslim Internasional dia benar-benar menyuarakan kebenaran Islam. Aminah
kerap mengadakan perjalanan, berceramah di kampus-kampus, menyeru
pentingnya kepedulian terhadap masyarakat banyak serta berbagi pemahaman
atas keyakinan yang dianutnya kini.

Aminah sendiri, jauh sebelum mengenal Islam, awalnya berada di garda
terdepan kelompok pembenci Islam. Dalam buku yang dikarangnya
"Choosing Islam", Aminah menceritakan perjumpaannya dengan
Islam.

Berawal dari kesalahan komputer

Aminah dikenal sebagai gadis yang cerdas hingga memperoleh beasiswa
selama kuliah. Disamping itu ia juga mengembangkan bisnis sendiri,
berkompetisi secara professional hingga akhirnya memperoleh penghargaan
(awards). Semua itu berlangsung semasa masih kuliah di perguruan tinggi.
Ada kejadian menarik tatkala ia memasukkan data registrasi mata kuliah
ke komputer di kampusnya. Berawal dari sinilah ia mengenal Islam hingga
di kemudian hari kehidupannya berubah secara total.

"Kejadian itu pada tahun 1975 ketika pertama kali pendaftaran mata
kuliah menggunakan sistem komputer. Waktu itu saya melakukan registrasi
sebuah mata kuliah. Setelah mendaftar saya pun berangkat ke Oklahoma
untuk urusan bisnis," kisahnya mengenang. Urusan bisnisnya sedikit
lama, membuatnya tertunda kembali ke kampus. Dan baru muncul di kampus
dua minggu setelah kuliah dimulai. Bagi dia ketinggalan pelajaran dan
tugas-tugas mata kuliah tidak masalah. Namun yang membuatnya sangat
terkejut adalah ketika diketahui komputer salah dalam melakukan
registrasi. Di komputer namanya tertera sebagai peserta kelas Theatre,
sebuah kelas dimana para mahasiswa musti unjuk kebolehan di depan
peserta lainnya.

"Saya ini gadis pendiam. Bagi saya berdiri di depan kelas adalah hal
yang sangat menakutkan. Tentu saja membatalkan mata kuliah tidak mungkin
lagi. Sudah sangat terlambat. Tidak hadir sama sekali selama kuliah,
juga bukan pilihan yang tepat. Sebabnya saya menerima beasiswa. Bila
nilai saya jatuh, beasiswa bisa dicabut," tambahnya.

Suami Aminah menyarankan agar ia menemui dosennya guna mencari solusi
alternatif lain. Oleh sang dosen ia dianjurkan untuk masuk ke kelas
lain. Namun alangkah terkejutnya Aminah tatkala masuk ke kelas
alternatif itu.

"Saya tak menduga di kelas itu banyak sekali wanita Arab berjilbab.
Waktu itu saya menyebut mereka dengan "para penunggang unta".
Kontan gairah saya hilang," kenangnya.

Aminah tidak jadi ikut kelas tersebut dan pulang ke rumah."Saya
tidak mau berada di tengah-tengah orang-orang Arab. Saya tidak mau duduk
bareng dengan orang-orang kafir kotor itu!," tulis Aminah dalam
bukunya. Suaminya, seperti biasa, tetap tenang menghadapinya.

Dengan kalem sang suami menyebut bahwa Tuhan punya maksud tertentu atas
segala apa yang terjadi. Ia lalu meminta Aminah untuk berpikir
masak-masak sebelum memutuskan berhenti kuliah. Konon lagi pemberi
beasiswa telah mengeluarkan dana untuk studinya itu. Selama dua hari
Aminah mendekam di kamarnya guna mengambil keputusan. Akhirnya dia
memutuskan kembali ke kampus. Kala itu, menurut Aminah, dia seperti
merasakan seolah-olah Tuhan memberinya tugas untuk mengkristenkan
mah

[wanita-muslimah] Syahrur: Mengingkari Hadits Nabawi dan "Kumpul Kebo" Halal

2008-01-29 Terurut Topik caklis
Syahrur: Mengingkari Hadits Nabawi dan "Kumpul Kebo" Halal
[Cetak halaman ini]

Selasa, 29Januari 2008

Dr. Moh Syahrur, pemrakarsa teori batas (nadhâriyah hudÇ"diyah)
yang juga "guru" kaum liberal mengatakan, "kumpul kebo"
boleh alias halal

Hidayatullah.com—Rujukan kaum liberal asal Suriah, Dr. Mohammad
Syahrur di tengah kunjungannya di Emirat beberapa hari lalu
mengeluarkan pendapat kotroversial. Ia mengatakan bahwa hadits
Rasulullah saw. tidak harus diikuti, tidak mengakui fatwa ulama, serta
mengatakan bahwa hubungan remaja lawan jenis tanpa didasari pernikahan,
alias kumpul kebo hal yang "halal" menurutnya.

Ketika situs berita Al Arabiya menanyakan masalah pergaulan bebas yang
banyak menjangkiti para remaja Suriah, Syahrur mengatakan bahwa apa yang
dilakukan para remaja itu, jika hal itu sesuai dengan kemauan mereka,
tanpa akad, atau tanpa didampingi seorang syekh atau tanpa mendapat
izin, maka hal itu halal, katanya.

"Bacalah Kitabullah, jangan takut kepadanya, kamu semua bisa
melakukan itu tanpa perantara dan tanpa guru, dan pergaulan bebas halal,
dengan syarat ada persetujuan diantara kedua pihak," ujarnya.

Ia menyatakan juga, bahwa pergaulan pergaulan bebas antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan adalah ganti atas pernikahan, dan tanpa
akad tertulis, adalah "halal, secara syar'i."

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu para praktisi hukum Suriah
menyoroti fenomena kumpul kebo yang melanda remaja Suriah dan mereka
menekankan, agar para pelakunya segera melakukan pernikahan, yang
dilegalkan negara.

Lebih jauh, Syahrur juga mengeluarkan pernyataan pengingkaran terhadap
hadits-hadits Nabawi, dengan alasan adanya hal-hal yang ghaib, karena ia
hanya mempercayai hal-hal ghaib yang disebutkan dalam Al-Quran saja.

"Saya tidak beriman kepada Hadits Nabi, Allah berfirman,
"Taatlah kalian kepada rasul". Maka ketaatan hanya kepada rasul,
bukan kepada Nabi. Dan hadits-hadits Nabi adalah hal-hal yang ghaib,
seperti adzab, gambaran kiamat, alam barzakh. Ini semua adalah kenabian,
dan rasul tidak mengetahui hal yang ghaib. Cukuplah bagi kita
perkara-perkara ghaib yang ada dalam Al-Quran," tambahnya.

Ia juga menolak merujuk pemahaman para sahabat Rasulullah terhadap
Al-Quran, yang telah menyaksikan wahyu turun dan belajar langsung kepada
Rasulullah. Katanya, "Kitabullah sudah cukup, tidak perlu "hal
lain" untuk memahaminya, "kuncinya" ada di dalam, bukan di
luar. Maka kita tidak perlu Abu Hurairah, tidak perlu Ibnu Abbas,"
tambahnya.

Akan tetapi, pernyataan Syahrur tentang "halalnya" hubungan
lawan jenis tanpa nikah dibantah oleh Syeikh Kaftaro, seorang ulama
ternama di Suriah, menurut Syeikh Kaftaro, hubungan lawan jenis
terlarang kecuali ada ikatan hokum secara syar'i.

"Hubungan bebas lawan jenis tidak boleh, hal itulah yang terjadi di
Barat. Diharuskan ada akad syar'i yaitu adanya saksi adil dan mahar,
dan persetujuan wali. Adapun "kumpul kebo" tidak ada hubungannya
sama sekali dengan syari'ah, " ujar Kaftaro.

Bukan ahli fikih

Syahrur mulai dikenal setelah menulis Al Kitab wa Al Qur'an,
Qira'ah Mu'ashirah (Tela'ah Kontemporer Al Kitab dan
Al-Quran). Namun tulisannya ini sudah dibantah 15 buku pada waktu
singkat setelah terbitnya di Damaskus pada tahun 90-an.

Syahrur sebenarnya bukan seorang ahli dalam hukum Islam. Setelah lulus
dari sekolah menengahnya di lembaga pendidikan `Abd al-Rahman
al-Kawakibi, Damaskus tahun 1957 ia mendapatkan beasiswa pemerintah
untuk studi teknik sipil (handasah madâniyah) di Moskow, Uni Sovyet.

Ia berhasil meraih gelar Diploma dalam teknik sipil pada 1964 dan
kemudian bekerja sebagai dosen Fakultas Teknik Universitas Damaskus.
Syahrur lantas dikirim oleh pihak Universitas ke Irlandia –Ireland
National University– untuk memperoleh Master dan Doktoralnya dalam
spesialisasi Mekanika Pertanahan dan Fondasi( 1969). Dan gelar doktornya
di jurusan yang sama dia selesaikan tahun 1972.

Syahrur dikenal penolak hijab. Di beberapa tulisannya, apalagi dalam
bukunya yang berjudul Nahwa Ushul Jadid li Af Fiqh Al Islami (Menuju
Metode Baru dalam Fiqih Islam) sangat menentang hijab. Bukunya, Al
Kitâb wa Al Qur'an: Qira'ah Mu'ashirah, yang sangat
kontroversial tiba-tiba membuat namanya menjadi terangkat.

Entahlah, meski nyeleneh, tulisan ahli pertanahan ini tiba-tiba dianggap
menawarkan metode tafsir baru oleh para penganut liberal. Pemikiran
Syahrur bahkan dipuji-puji oleh para penggemarnya, termasuk di Indonesia
dan menyebutnya sebagai "pembaharu".
[Alarabiya/thoriq/www.hidayatullah.com]


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Berhati-hatilah dengan ucapan Salam!

2008-01-19 Terurut Topik caklis



http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6210&I\
temid=1



Berhati-hati dengan "Salam"
  [Cetak halaman ini] 
[Kirim halaman ini melalui E-mail] 
  Sabtu, 19 Januari 2008
Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan
"salam" yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi
"cacian" dan kata "jorok". Lho bagaimana bisa?
  ÇáÓáÇã Úáíßã æÑÍãÉ Çááå æÈÑßÇÊå



  [Image] Hidayatullah.com--Ucapan "Assalamu'alaikum",
ÇáÓáÇã Úáíßã  , merupakan
anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama,
dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang
yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo'akan agar mereka
mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan
saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan
membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara
kalian." [HR Muslim dari Abi Hurairah]

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga
beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya
pun macam-macam. Ada yang singkat seperti "Asw" atau "Aslm". Ada yang
sedikit lebih panjang seperti ; "Ass Wr Wb" atau
"Aslmwrwb" .  Namun yang  sering saya dapatkan, adalah singkatan
"Ass". Singkatan terakhir ini paling umum dan paling sering digunakan.
Bagi saya, ini adalah singkatan yang tidak enak untuk dibaca, terlebih
kalau mengerti artinya.

Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya
punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris itu adalah
sebagai berikut;

"Ass" berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai.
Kedua, orang yang bodoh. Don't be a silly (Janganlah sebodoh itu). Dan
ketiga, Vlug (pantat).

Padahal seperti kita ketahui ucapan Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan
kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan
do'a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain. Maka, apabila
kita mengucap salam dengan hanya menuliskan "Ass", secara tidak sadar
mungkin kita malah mendoakan hal yang buruk terhadap saudara kita.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin
cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa
mempercepat pekerjaan. Karena itu, penulis menyarankan, jika memang
keadaan sedang tidak memungkinkan untuk menulis salam lewat SMS dengan
kalimat lengkap karena sedang menyetir di jalan, misalnya, solusinya
cukup mudah adalah menulis pesan to the point saja. Tulislah "met
pagi, met siang, met malam dan seterusnya. Ini masih lebih baik
dibandingkan kita harus memaksakan diri menggunakan singkatan dari doa
keselamatan Assalamu'alaikum menjadi "Ass" (pantat).

Jangan sampai awalnya kita ingin menyampaikan doa keselamatan yang
terjadi justeru sebaliknya, mendoakan keburukan.  Kalau boleh saya
mengistilahkah, niat baik ingin berdoa, jadinya malah ucapan kotor.

Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati
dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah
penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang
serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu
kerjakan.

Hasa saja, kalau kita mengganti ucapan kalimat salam arti awalnya sangat
mulia, maka, yang terjadi adalah sebaliknya, salah dan bisa-bisa menjadi
umpatan kotor.

Karena itu, jika tidak berhati-hati, mengganggati ucapan
Assalamu'alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya
menjadi "Ass" (pantat), ini mirip dengan mengganti doa yang baik
dengan mengganti dengan bahasa jalanan orang Jakarta, yang artinya
kira-kira, berubah arti menjadi (maaf) "Pantat Lu!"
Singkatan ala Rasulullah
Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita
(Islam). Ucapan Assalamu alaikum ÇáÓáÇã Úáíßã
  dalam Bahasa Arab, digunakan oleh
kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk
merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan
salam, hukumnya adalah sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib
untuk menjawabnya. Itulah agama kita.

Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan
salam yang lain, seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu
tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi
Assalamu `alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala
duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur'an mengatakan, bahwa
salam adalah salah satu ciri-ciri Al

[wanita-muslimah] Re: Kanada: Ayah Bunuh Anak Karena Jilbab

2007-12-14 Terurut Topik caklis
Haiyaa
Kalian berkomentar juga
memangnya sudah merasakan jadi orantua seperti dia?
Coba aja kalo kalian jadi bapak seperti dia

huh!

==
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Apakah ini pemahaman Islam yg sesungguhnya atau sekedar penerapan
> nilai2 budaya lokal Pakistan?  Sering kita rancu dalam mengartikan 
dan
> membedakan antara AJARAN ISLAM, PEMAHAMAN ISLAM DAN PENERAPAN ISLAM.
> 
> Tidak mungkin ada ajaran agama di manapun yg membenarkan pembunuhan
> anak sendiri demi menegakkan simbol agama.  Tuhan tidak mungkin
> sedangkal ini pemikirannya.
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> >
> > Prinsip siapa tu yang "lebih baik dipaksa masuk sorga
> > > daripada dibebaskan masuk neraka?" ... ?
> > 
> > Kasihan juga si bapak ini, asal comot dan implementasi 
'celotehan' 
> > ndak jelas! Kalo saja si bapak arif untuk 'memaksa' si anak masuk 
> > sorga a la Allah atau Rasul atau para shahabat atau ulama 
> > salafushshalih, tentu tidak akan demikian hasilnya ... 'niat' 
mungkin 
> > baik tapi cara salah ...! Turut berduka cita dan bela sungkawa 
atas 
> > derita keluarga orang-orang beriman ini ... dan hanya hukum Allah 
di 
> > Mahkamah-Nya kelak yang pasti memberi sound judgement dan 
impartial 
> > standing buat si bapak dan juga si anak ...! Semoga yang 
ditinggal 
> > diberi kesabaran, dan si bapak bisa lebih melihat the error of 
his 
> > ways ... Ami ... :-)
> > 
> > salam,
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi W. Soegardi" 
> >  wrote:
> > >
> > > Inna lillahi wa inna ilahi raji'un.
> > > 
> > > Di Kanada seorang Muslim didakwa mencekik anak perempuannya yang
> > > berusia 16 tahun sampai mati, diduga karena penampilan busana 
anak
> > > (termasuk foto tak berjilbab di Facebook) dan ayah yang memaksa
> > > anaknya untuk berjilbab.
> > > 
> > > Inikah salah satu implementasi "lebih baik dipaksa masuk sorga
> > > daripada dibebaskan masuk neraka?"
> > > 
> > > http://www.thestar.com/News/GTA/article/284350
> > > 
> > > Dad charged in teen's death
> > > 
> > > December 11, 2007
> > > Bob Mitchell
> > > Jim Wilkes
> > > staff reporters
> > > 
> > > A 16-year-old girl is dead and her father has been charged with 
> > murder
> > > after an attack in a Mississauga home.
> > >
> >
>




[wanita-muslimah] "Duel" Ulil vs Amran di hidayatullah.com

2007-12-04 Terurut Topik caklis
Yang Sembrono dari Ulil Abshar[Cetak
halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Rabu, 05 Desember
2007

Tulisan saya di hidayatullah.com   ditanggapi
Ulil dengan judul "Amran dan Beberapa Kekeliruan". "Ayolah
Ulil, tunjukkan di mana kebebasan dan toleransi Barat?"
Oleh: Amran Nasution *

Ketika masih wartawan, saya menulis sebuah laporan utama sepulang
melakukan liputan di Filipina Selatan. Pak Amir Daud, Redaktur Pelaksana
waktu itu, 1981, memanggil saya ke mejanya. `'Berapa usia
Anda?'', katanya. Tentu saya kaget. Untuk apa usia ditanya kalau
masalahnya ada pada tulisan. Tapi saya jawab melihat ia sangat serius.

''Kalau begitu Anda masih bisa berubah. Mulai sekarang,
berubahlah,'' ujarnya. Lalu ia menunjuk kesalahan itu. Ternyata,
saya sembarangan meletakkan titik dan koma. Di mata Pak Amir, saya
sembrono.

Ya, sembrono. Itulah yang saya lihat setelah membaca tulisan Ulil
Abshar-Abdalla dari Departmen of Near Eastern Languages and
Civilizations, Harvard University, yang dimuat di Milist ICRP juga
dimuat dalam kolomnya di situs Jaringan Islam Liberal (JIL), tanggal 30 
November 2007. Ia menanggapi artikel saya, Dari Moshaddeg Sampai Mount
Carmel (www.hidayatullah.com, 23 dan 24  November 2007).

Ia mengabaikan begitu saja pendapat bahwa sanksi penistaan agama yang
terjadi di Eropa dan Amerika jauh lebih kejam dan lebih sektarian.

Tapi kesemboronon Ulil tak terbatas titik, koma. Ia malah berbuat
seenaknya dengan fakta, sesuatu yang di kalangan wartawan ditempatkan
pada posisi amat tinggi. Tentu juga mestinya di kalangan intelektual
semacam Ulil. Bagaimana mungkin dia membuat analisa yang benar, kalau
faktanya salah. Garbage in, garbage out. Yang masuk sampah, pasti
keluarnya sampah.

Berikut saya tunjukkan sampah itu.

Dia menyebut semua sekte, aliran, mazhab, dan keyakinan bisa berkembang
bebas di negeri Barat. Sebagai contoh ia tunjuk Mormon yang salah satu
pengikutnya, Mitt Romney, pernah menjadi gubernur dua priode di negara
bagian Massachusetts. Romney sekarang menjadi bakal calon presiden dari
Partai Republik.

Saya mulai dari garbage kecil ini. Adalah bohong kalau dikatakan Romney
(nama lengkapnya Willard Mitt Romney, 60 tahun) menjabat gubernur dalam
dua priode. Ia cuma satu priode Gubernur Massachusetts, 2002 – 2006.
Pada 1994, eksekutif sukses ini pernah mencalonkan diri menjadi anggota
Senat mewakili Partai Republik, tapi dikalahkan Edward M.Kennedy (Partai
Demokrat). Penyebab terpenting kekalahannya, ya soal agama Mormonnya itu
(lihat artikel Michael Paulson, the Boston Globe, 9  November 2002).

Dalam pemilihan gubernur 2002 yang dimenangkannya, Romney menghadapi
Shannon O'Brien, seorang Katolik. Untuk diketahui Massachusetts
cukup heterogen, banyak etnik dan agama. Tapi mayoritas penduduknya
Katolik (44%), lalu Kristen 22%, sisanya Atheis, Yahudi, Buddha, Hindu,
Islam, dan Mormon.

Pada masa kampanye kali ini soal Mormonnya tak ditembaki lawan.
Masalahnya, lawan juga sedang grogi bila agama dibawa-bawa. Isu
penyelewengan seksual oknum pastor dengan anak altar sedang menghangat
waktu itu. Kemudian nama Romney lagi berkibar sebagai penyelanggara
Olimpiade Musim Dingin di Salt Lake City. Perhelatan akbar itu nyaris
gagal karena panitia dilanda berbagai skandal. Romney muncul sebagai
penyelamat.

Bagaimana peluangnya kini sebagai bakal calon Presiden Partai Republik?
Tipis sekali. Penyebabnya agamanya itu. Itulah sekarang yang menjadi isu
hangat di sekitar pencalonan Romney. Survei the Wall Street Journal/NBC,
awal November lalu, menunjukkan mayoritas responden tak bisa menerima
seorang Mormon menjadi Presiden Amerika Serikat. Yang menyatakan bisa
hanya 38% (the Washington Post, 28  November 2007). Nah, benar kan?
Kalau masukan salah analisa salah pula.

Sekarang mengancik ke soal sampah yang lebih serius. Kata Ulil, Mormon
bebas berkembang di Amerika. Dari mana cerita itu didapatnya? Sejarah
menunjukkan banyak darah berceceran di sekitar eksistensi sekte yang
resminya disebut the Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints.

Pencetus dan pemimpin pertama Mormon adalah Joseph Smith, lahir di
Vermont pada 1805. Smith mengaku bertemu langsung dengan Tuhan dan
Malaikat lalu mendapat petunjuk untuk menyebarkan ajarannya yang ia
peroleh dari tulisan di piring emas di pegunungan New York. Tulisan ia
terjemahkan selama berbulan-bulan dan menjadi kitab suci orang Mormon,
the Book of Mormon. Jadi Mormon agama yang lahir di Amerika. Ajarannya
mirip Kristen tapi mengharamkan arak, menghalalkan poligami.

Tentu Joseph Smith dan pengikutnya tak bisa diterima masyarakat. Ia
dianggap menyebarkan ajaran aneh yang bid'ah. Konflik sering
terjadi. Mereka terlibat beberapa perkelahian dengan penduduk Mi

[wanita-muslimah] Israel Besar, Amerika Kecil

2007-12-03 Terurut Topik caklis
Israel Besar, Amerika Kecil [Cetak
halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Jumat, 30
November 2007
Dua professor terkemuka membongkar praktek "Lobi Israel".
Ternyata rakyat Amerika amat dirugikan. Baca edisi khusus bagian pertama
dari 3 tulisan
Oleh: Amran Nasution *

  [Image] Hidayatullah.com--Penampilan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad
di Auditorium Roone Arledge, Columbia University, New York, 24 
September 2007, jelas memancing kemarahan kelompok Yahudi fanatik atau
garis keras. Ini bisa disebut sebuah kebobolan bagi Lobi Yahudi di
Amerika yang selama ini begitu perkasa.

Berbagai kelompok Lobi sudah mencoba menggagalkan forum di salah satu
kampus tertua di Amerika itu. The Jewish Defence Organization, salah
satu di antaranya, mengecam rencana itu, sembari menjuluki Ahmadinejad
sebagai Hitler dari Iran. Dewan Kota New York turut mengimbau pembatalan
acara. Juru Bicara Dewan Kota Christine Quinn berkata, `'Kedatangan
Ahmadinejad ke kota ini hanya untuk satu keperluan: menyebarkan
kebencian di panggung dunia.''

Nyatanya, Ahmadinejad mendapat sambutan meriah. Itu luar biasa, bila
diingat New York adalah ''kota Yahudi'', sebab di kota inilah
orang Yahudi Amerika paling banyak tinggal. Ruang Auditorium penuh sesak
600-an undangan. Di luar, di sebuah taman disediakan pesawat TV monitor
yang disesaki ratusan mahasiswa. Jawaban Ahmadinejad yang cerdas dan
tangkas dalam forum diskusi itu menyebabkan ia berkali-kali mendapat
tepukan dan applaus hadirin. Demonstrasi menentang acara itu oleh
ratusan mahasiswa yang mengusung bendera Israel `'Bintang
David'' di lingkungan kampus, seakan kehilangan makna.

Agaknya kini mulai banyak orang Amerika yang sadar bahwa mereka tak bisa
terus-menerus hanya mengurusi kepentingan orang Yahudi Amerika yang
hanya 3% dari populasi negeri itu. Tak sedikit orang Amerika mulai
bertanya secara terbuka, kenapa selama ini mereka terus-menerus seperti
orang kena tenung, mengikuti saja semua kemauan Israel. Apalagi ternyata
itu semua bukan karena alasan obyektif. Itu bukan karena besarnya
pengaruh Israel. Bukan pula karena strategisnya posisi negeri itu di
Timur Tengah. Semua berkat hasil kerja dari apa yang dinamakan Lobi
Israel di Amerika.

Awal September lalu, terbit sebuah buku  yang membongkar seluk-beluk
Lobi Israel, ditulis dua akedemisi terkemuka, Profesor John Mearsheimer
dan Profesor Stephen Walt. Buku itu berjudul: The Israel Lobby and U.S.
Foreign Policy (Lobi Israel dan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat),
484 halaman, diterbitkan Farrar, Straus & Giroux.

Lobi Yahudi – atau disingkat Lobi -- memang sudah lama menjadi isu.
Tapi tampaknya baru kali ini soal yang amat peka itu ditulis dalam
sebuah buku yang utuh oleh dua profesor terkemuka pula. Maka kontroversi
yang seru tak terhindarkan.

Serangan terhadap buku dan penulisnya meledak: mulai dari tuduhan
anti-semit, ilmuwan gampangan, sampai bermacam boikot. Acara peluncuran
buku yang sudah direncanakan di enam tempat di berbagai kota Amerika,
awal September lalu, tiba-tiba dibatalkan tanpa alasan yang jelas. Tapi
semakin kuat tekanan kepada kedua penulis, semakin meyakinkan pula
kebenaran yang mereka tulis. Apalagi sejauh ini tak ada satu pun
bantahan yang kuat, yang menyangkut substantif.

Meski pun koran arus utama seperti the Washington Post dan the New York
Times tampak memberi kesempatan luas kepada para penyerang. Yang muncul
lebih banyak caci-maki dan sumpah-serapah. Itu terutama datang dari
orang-orang Yahudi fanatik, kelompok Neocon, dan para pendukungnya.

Contohnya, serangan kasar dari Alan Morton Dershowitz dari Harvard Law
School. Keturunan Yahudi yang menjadi Profesor termuda dalam sejarah
Harvard ini bilang, buku itu banyak mengutip referensi dari situs
teroris di internet. Jelas tuduhan itu ngawur dan emosional. Sebab semua
referensi tercantum di dalam buku, bisa dicek oleh siapa saja.
''Tak ada satu pun dari situs teroris. Semua jelas,'' kata
Stephen Walt.

Memata-matai Amerika

Penulis buku ini bukan ilmuwan kacangan. Profesor John Mearsheimer,
adalah ahli ilmu politik internasional dari University of Chicago, dan
temannya, Profesor Stephen Walt, ahli hubungan internasional dari
Kennedy School of Government, Harvard University. Keduanya sudah menulis
banyak buku, dan mengantongi sejumlah penghargaan ilmiah. Mearsheimer,
60 tahun, meraih Ph D dari Cornell University, dikenal luas karena teori
relasi internasional yang dikembangkannya, antara lain, melalui bukunya,
The Tragedy of Great Power Politics. Stephen Walt, 52 tahun, memperoleh
Ph D dari University of California, Berkeley, mengembangkan teori
keseimbangan ancaman (balance of threat theory).

Sebetulnya, buku ini adalah pengembangan -- elaborasi dan up-dating

[wanita-muslimah] Dari Moshaddeq Sampai Mount Carmel

2007-11-22 Terurut Topik caklis
Dari Moshaddeq Sampai Mount Carmel
[Cetak halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Jumat, 23
November 2007
Sanksi penistaan agama bukan monopoli Indonesia. Itu juga terjadi di
Eropa. Amerika jauh lebih kejam dan lebih sectarian.  Bagian pertama
dari dua tulisan

Oleh: Amran Nasution



  [Image] Hidayatullah.com--Hiruk-pikuk urusan nabi palsu Ahmad Mushaddeg
dan kelompok al-Qiyadah al-Islamiyah, begitu cepat mencapai antiklimaks.
Jumat, 9 November 2007, Moshaddeg bertobat, menyadari kekhilafannya
mengaku nabi, sekalian minta maaf kepada ummat Islam yang perasaannya ia
cederai.
Di hadapan sejumlah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Polda
Metro Jaya, tempat ia ditahan, nabi palsu itu membacakan pernyataan
tertulis, antara lain, meminta semua pengikutnya bertobat pula. Dengan
demikian, hiruk-pikuk segera mengempes.
Lagi pula kasus nabi palsu, malaikat palsu, bahkan Tuhan palsu,
sesungguhnya bukan gejala baru. Juga bukan cuma terjadi di sini. Itu
sudah dikenal hampir sepanjang sejarah agama-agama, dan terjadi di mana
saja, menyangkut agama apa saja.

Polisi menangani kasus hukumnya sesuai peraturan atau undang-undang yang
berlaku. Klaim Moshaddeg sebagai nabi, lalu mengubah syahadat seenaknya
– sesuatu yang paling prinsipil di dalam Islam – tentu harus
berhadapan dengan pasal-pasal hukum. Apalagi itu sempat menimbulkan
kemarahan di mana-mana.

Di beberapa tempat, ummat sempat merusak bangunan milik anggota kelompok
Al-Qiyadah. Itu memang harus disesalkan. Tapi, menyusul taubatnya
Mosaddeg, suasana terlihat begitu cepat mencair. Mungkin betul apa yang
dikatakan sementara pengamat bahwa orang Indonesia itu mudah marah,
mudah pula memaafkan.

Yang tersisa sekarang, adalah perdebatan sejumlah orang yang meletakkan
kebebasan di atas segalanya, melawan kelompok Islam yang meyakini Allah
di atas segalanya. Untuk kelompok kedua, jelas bahwa keyakinan kepada
Allah tak bisa ditawar. Kalau bisa dikurangi, bukan keyakinan lagi
namanya.

Tapi kebebasan? Perdana Menteri Malaysia dulu, Mahatir Mohammad, memberi
contoh yang tepat, betapa kebebasan itu memang harus terbatas.
''Kalau dengan dalih kebebasan, orang bertelanjang bulat di tempat
umum, polisi akan menangkapnya,'' katanya dalam beberapa
kesempatan. Artinya, dalam tafsir Mahatir, kebebasan seseorang tak boleh
kebablasan mengganggu orang lain, tak boleh pula melanggar hukum yang
ada. Klop.

Nyatanya bagi kaum Liberal, kebebasan sudah setingkat agama. Maka
penulis dari Oxford, Inggris, Richard Webster, dalam buku A Brief
History of Blasphemy (The Orwel Press, 1990), menyebutkan bahwa konflik
yang terjadi di pengujung 1980-an, menyusul terbitnya novel Salman
Rushdie, the Satanic Verses (Ayat-ayat Setan), bukanlah antara
otoritarianisme dengan kebebasan – seperti dikampanyekan kaum
Liberal di seluruh dunia waktu itu. Tapi antara dua bentuk kekakuan
sikap (rigidity). Dua bentuk dari fundamentalisme. Mau lebih jelas
maksudnya: agama Islam versus agama Liberal.

Intelektual Liberal, menurut Webster, sering kali gagal memahami sejarah
puritanisme dan munculnya sikap refresif dari doktrin kebebasan mereka.
Dengan ini, Richard Webster hendak mengatakan bahwa the Satanic Verses
– dengan sangat kasar dan brutal menyerang Islam – adalah bentuk
serangan yang disengaja dari kelompok Liberal terhadap Islam, demi
doktrin kebebasan.

Di Belanda, Ayaan Hirsi Ali, perempuan asal Somalia, dipuja-puji karena
menyerang Islam seenaknya. Ia memperoleh berbagai fasilitas, bahkan
entah bagaimana caranya, perempuan itu sempat menjadi anggota Parlemen
Belanda.

Belakangan, ia merepotkan Pemerintah setempat. Ternyata, ketika masuk ke
negeri itu, 1992, ia menggunakan data palsu. Perempuan itu terbukti
menipu maka paspornya dicabut. Berkat perjuangan gigih pendukungnya,
paspor diberikan kembali. Tapi ia harus mundur dari Parlemen pada 2006
(The New York Times, 4 Oktober 2007).

Mulai kurang laku di Belanda, ia pindah ke Amerika. Ia diterima dengan
tangan terbuka oleh the American Enterprise Institute, lembaga tink-tank
milik kelompok neo-conservative (neo-con) di Washington. Institut yang
tergabung dalam lobi Israel ini dulu paling getol berkampanye menyerang
Iraq, kini menyerang Iran, Suriah, atau Pakistan.

Meski terbukti penipu, lembaga itu rupanya butuh Hirsi, tentu karena
bisa dipakai menyerang Islam. Maka terbitlah buku Infidel (Kafir), kisah
hidupnya yang ia tulis sendiri (Free Press, 2007). Entah berapa persen
isi buku yang bisa dipercaya. Yang pasti, dollar pun mengalir deras ke
koceknya.

Sekarang dia terlibat konflik dengan Pemerintah Belanda, soal uang
pembayaran body-guard, pengawal pribadi. Ia merasa terancam sejak
temannya, Van Gogh, mati ditusuk seorang pemuda Islam di Belanda. Warga
Bela

[wanita-muslimah] Fatwa MUI dan Pandangan Fuqaha Tentang Nabi Palsu

2007-11-21 Terurut Topik caklis
Fatwa MUI dan Pandangan Fuqaha Tentang Nabi Palsu

 [Cetak halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Kamis, 22
November 2007
Dalam Mahzab Syafi'i, jika seseorang mengatakan, "Seandainya
fulan itu menjadi nabi, maka aku membenarkannya", maka, perkataan
seperti itu sudah murtad



Oleh:Thoriq*



Fatwa MUI tentang sesatnya aliran Al-Qiyadah disambut positif oleh
mayoritas umat Islam Indonesia yang menghendaki kejelasan hukum atas
kehadiran kelompok ini. Akan tetapi seperti biasa, kelompok liberal
tidak akan rela dengan munculnya fatwa itu. Salah satu diantara mereka
adalah penulis "Sesatnya Kriteria Sesat", Mohamad Guntur Romli. 
(Jawapos, 14/11). Intinya, ia tidak setuju dengan kriteria sesat yang
telah ditetapkan MUI, karena ia berpendapat bahwa penyesatan hanya milik
Allah.

Tentu, pernyataan si penulis ini otomatis batal dengan perkataan ia
sendiri, karena ia sendiri "menyesatkan" kriteria MUI. Kita bisa
pakai logika si penulis juga, mengapa dia berani "menyesatkan"
fatwa MUI? Bukankah ia menyatakan bahwa sesat dan tidak sesat adalah hak
Allah? Ini menunjukkan bahwa si penulis "plin-plan" terhadap
sikapnya. Karena, kalau ia konsisten, tentu ia tidak perlu
"menyesatkan" fatwa MUI.

Ia juga berpendapat bahwa para ulama tidak memiliki wewenang untuk
menghukumi seseorang kafir atau tidak. Pendapat ini perlu dalil shorih
yang menjelaskan bahwa ulama memang tidak boleh mengkafirkan seseorang
yang sudah jelas-jelas tidak mengakui seluruh atau sebagian
syari'at, atau mengingkari risalah Rasulullah atau mengingkari
hal-hal yang mutawatir atau mengingkari bahwa Rasulullah adalah utusan
terakhir. Dan tidak cukup sampai di situ, si penulis juga harus bisa
menunjukkan dalil sharih yang menyatakan bahwa orang yang sudah
melakukan pengingkaran sampai tahap itu masih bisa dianggap Muslim.

Tentu yang ada hanyalah dalil bolehnya ulama mengkafirkan mereka yang
sudah jelas kafir. Yaitu dalil-dalil yang memerintahkan agar umat Islam
berpegang teguh dengan nash Al Quran dan Sunnah. Dan Al Quran dan Sunnah
telah menjelaskan kriteria mukmin dan kafir, yang berfungsi untuk
membedakan siapa yang masih disebut mukmin dan siapa yang disebut kafir.
Hingga tidak salah jika ulama menghukumi seseorang sebagai kafir, dengan
mengambil pedoman dari Al Quruan dan Sunnah, bahkan wajib demi menjaga
agama ini.

Nabi Palsu dalam Pendangan Fuqaha

Masalah munculnya nabi-nabi palsu telah direspon serius oleh para ulama
sejak dulu. Tak hanya hari ini. Karena hal ini menyangkut masalah yang
amat serius pula, yaitu masalah keimanan. Ini disebabkan dalil
qath'i baik dari Al Quran, Sunnah, serta ijma telah menyatakan bahwa
Rasulullah Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir, dan tidak ada
syari'at yang harus diikuti kecuali syari'at yang telah beliau
bawa.

Atas dasar nash-nash itulah para fuqaha menyatakan bahwa mereka yang
mengaku-ngaku sebagai nabi otomatis telah kufur, bagitu juga mereka yang
mengikutinya. Al Muthi'i dalam Syarh Al Muhadzab (20/371), salah
satu kitab pokok dalam madzhab Syafi'i menyebutkan, "Begitu juga
(telah murtad) orang yang mengaku nabi setelah Nabi Muhammad saw. serta
orang yang mengikutinya".

Ia juga menyebutkan bahwa para ulama telah bersepakat, jika ada
seseorang mengatakan, "Seandainya fulan itu menjadi nabi, maka aku
membenarkannya", maka, menurut Al Muthi'i,  ia telah murtad. Al
Muthi'i juga merujuk perkataan Imam Syafi'i yang
menyatakan,"Ada beberapa orang yang murtad setelah Islam, mereka
adalah Thalhah, Musailamah, `Ansa beserta para pengikut mereka".

Ulama dari kalangan madzhab Hambali pun memiliki pendapat yang serupa,
Ibnu Al Qudamah dalam Al Mughni (2/2181), rujukan pokok madzhab Hambali,
menyatakan,"Barang siapa mengaku-ngaku sebagai nabi atau membenarkan
seruannya, maka ia telah murtad!".

Imam Al Qurthubi dan "bisikan" hati

Ulama dari Madzhab Maliki, Imam Al Qurthubi dalam Al Jami' li Ahkami
Al Quran (4/37) menyatakan,"Termasuk dalam golongan ini (Musailamah
dan sejenisnya) seseorang yang menolak fiqih dan sunnah yang dipegang
para salaf, dan ia mengatakan, "Hatiku berbisik kepadaku
begini", lalu dia jadikan bisikan hatinya itu sebagai hukum dan ia
menganggap bahwa itu disebabkan kesucian hatinya dari kotoran, hingga
nampaklah ilmu-ilmu ilahiyah dan hakikat rabaniyah, akhirnya ia
mencukupkan bisikan hatinya daripada hukum syari'at. Lalu ia
mengatakan, "Syari'at hanya berlaku kepada orang awam, sedangkan
orang-orang istimewa tidak perlu menggunakannya"… Ini adalah
perkataan zindiq dan orang yang mengatakannya telah kafir, pelakunya
harus dibunuh, tanpa diminta bertaubat terlebih dahulu, karena dengan
begitu otomatis ia menetapkan bahwa ada nabi setelah Nabi kita Muhammad
saw.

Muhammad Syafi', ulama madzhab Hanafi yang sekaligus menjadi mufti

[wanita-muslimah] Pemerintah Inggris Takut Jamaah Tabligh?

2007-11-12 Terurut Topik caklis
Pemerintah Inggris Takut Jamaah Tabligh?   
[Cetak halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Selasa, 13
November 2007
Suhu politik Inggris memanas ketika Jamaah Tabligh (JT) berencana
membangun masjid besar di wilayah London. Untuk menggagalkan, aparat
menuduh "teroris"

  [Image] Hidayatullah.com—Suhu politik Inggris tiba-tiba memanas
ketika Jamaah Tabligh (JT), organisasi Muslim terbesar di Inggris,
melontarkan rencana akan membangun sebuah masjid terbesar di Eropa,
tepatnya di London.

Beberapa kalangan, termasuk anggota parlemen Inggris, menentang rencana
tersebut. Alasannya, JT memiliki kaitan dengan dua pelaku bom London
2005 silam.

Menurut rencana, masjid tersebut akan dibangun di sebuah lahan bekas
pabrik kimia seluas 18 acre (72.83 meter persegi) di kawasan Abbeymills,
London Timur. Warga setempat, didukung beberapa anggota parlemen
Inggris, menentang rencana tersebut. Untuk menunjukkan aspirasinya, awal
tahun ini, sekitar 280 orang menandatangani petisi online di situs yang
dikelola kantor PM Inggris Gordon Brown.

"Saya tidak antiMuslim. Bahkan, saya ingin membicarakan masalah ini
ketimbang saling teriak menyalahkan," kata Alan Craig, politikus yang
menentang rencana tersebut. Craig, yang juga anggota Christian
People's Alliance Party (Partai Aliansi Rakyat Kristen), menekankan
bahwa objek keberatannya bukanlah Islam, melainkan JT.

"Warga Muslim berhak punya masjid seperti Kristen berhak punya gereja,"
katanya. Namun, dia keberatan dengan JT yang berada di balik pembangunan
masjid tersebut karena dianggap sebagai salah satu kelompok
fundamentalis.

Tahun lalu, Michael Gove, anggota parlemen Inggris, menyebut dua pelaku
bom London Juli 2005 memiliki kaitan langsung dengan salah satu masjid
yang dikelola JT di Dewsbury, Inggris Utara. Sejak aksi bom bunuh diri
di stasiun kereta bawah tanah yang menewaskan 52 orang itu, warga Muslim
Inggris sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan.

Tudingan itu langsung dibantah JT. Dalam situsnya, JT mengklaim bahwa
mereka tidak terkait dengan aksi terorisme atau teroris itu sendiri.
Mereka mendeskripsikan dirinya sebagai penyebar Islam dan gerakan
pembaruan. "Kami tidak mengajarkan gerakan ekstremis. Tapi, kami juga
tidak bisa menjelaskan dengan detail siapa saja yang datang ke masjid
kami," katanya.

Lika-Liku

Perjuangan aktivis JT untuk bisa membangun masjid ini bukan perkara
mudah. Selain dituduh terlibat tindakan terror, beberapa media massa
yang seharusnya bersikap netral juga ikut memperkeruh suasana.

Salah satu media massa yang melakukan kampanye anti pembangunan masjid
itu adalah tabloid Evening Standard. Sementara itu kelompok kiri British
National Party dalam menggelar polling lewat internet dan mengatakan
bahwa rencana pembangunan masjid itu, sejauh ini merupakan "simbol
terbesar kolonisasi Islam di Inggris. "

Penasehat Dewan Kota Newham Allain Craig yang juga anggota parlemen dari
Aliansi Masyarakat Kristen, juga menjadi salah seorang politisi di
Inggris yang menentang pembangunan masjid agung di Newham.

Warga Muslim mengecam sikap Craig. "Craig adalah seorang pengecut
dan rasis, " kata Faisal Hammad.

Warga Newham lainnya, Graham Hyde, melontarkan kecaman yang sama.
"Para politisi seperti Craig bisa tega menjual ibu-ibu mereka demi
beberapa baris berita di media massa, " tukas Hyde.

"Saya malu dengan cara orang ini menimbulkan perpecahan. Dia harus
di pecat dari kantornya, " sambungnya, seraya menyatakan bahwa
keluarganya yang non-Muslim tidak keberatan dengan rencana pembangunan
masjid tersebut.

Namun Walikota Inggris, Ken Livingstone mengecam kampanye yang menentang
pembangunan masjid itu. Ia menyatakan, kampanye itu adalah upaya untuk
menimbulkan kebencian antara warga Muslim dan Non Muslim. Menurutnya,
rencana pembangunan masjid di Newham merupakan tanda harmonisnya
hubungan antara masyarakat beragama di Inggris.

Dalam cetak biru rencana pembangunan, masjid yang akan dibangun di atas
tanah seluas 18 hektar ini, akan dilengkapi dengan fasilitas sekolah,
arena bermain dan taman. Masjid agung ini diperkirakan mampu menampung
12 ribu jamaah.

Sebagaimana diketahui, Jamaah Tabligh lahir sekitar tahun 1920-an di
India dan kemudian berkembang ke berbagai penjuru dunia.

Profesor Yoginder Sikand, mengaku tahu seluk-beluk JT. Dosen Jamia
Millia Islamia, sebuah universitas di New Delhi, itu menegaskan,
struktur organisasi tersebut jauh dari gambaran sebuah kelompok teroris.
Selama ini JT dikenal berdakwah dengan cara memakmurkan masjid-masjid .

Menurut Sikand, pembangunan masjid itu memiliki arti lain. "Selain
tempat ibadah, masjid tersebut menjadi simbol identitas warga Muslim
yang merasa terancam," katanya. Ketakukan pemerintahan Inggris
menunjukkan ketidak

[wanita-muslimah] Ramadhan Pertama di Lereng Senduro

2007-09-28 Terurut Topik caklis
Ramadhan Pertama di Lereng Senduro

hidayatullah.com, Sabtu, 29 September 2007

//Teh manis dan kopi panas menandai puasa pertama sekitar 227 muallaf
lereng gunung Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Bagaimana Ramadhan mereka
ke depan?//

Hidayatullah.com--Sore itu, Ahad, 16 September, suasana alam lereng
gunung Senduro begitu cerah. Di lokasi yang terletak di ketinggian
lereng gunung, berjarak sekitar 8 km dari gunung Bromo nampak seperti
biasa. Di ufuk Barat, tak terlihat rona merah mega senja yang berarak
mengiringi mentari. Rona alam Senduro kala itu hanya diselimuti kabut
putih. Sejauh mata memandang hanya hamparan putih yang terlihat.Tak
ketinggalan, hawa dingin pun menyeruak menusuk kulit, seolah-olah tiga
lapis kain pun tak cukup untuk melindungi badan dari sengatanya.

Adzan Magrib segera berkumandang. Beberapa orang tua-muda juga anak-anak
nampak mengelilingi meja kecil dan sebuah tikar. Tepat di dekat meja dan
tikar itu menyala tungku api. Suasa nampak hangat.

"Bismillahirrahmaanirahiim", ujar Natoyo (40), warga Desa
Argosari, Senduro, Lumajang, segera menyeruput teh panas. 
"Alhamdulillah," ucapnya. Beberapa orang nampak mengikutinya.
Suasana jadi riuh dan ramai.

Jangan keliru, ini, adalah suasana Ramadhan pertama bagi warga lereng
gunung Senduro. Tepatnya, warga dari tiga desa, yaitu desa Wonocempoko,
desa Argosari, dan desa Burno. Di sinilah, pada tanggal 17 Mei 2007
lalu, sebanyak 227 warga mengucapkan dua kalimat syahadat.

Seperti halnya Natoyo, aktivitas selepas maghrib ini merupakan hal baru.
Sebelumnya Natoyo bersama 226 rekan lainnya beragama Hindu. Meski makan
malam merupakan budaya turun-temurun, namun memulai makam malam sambil
menunggu adzan maghrib, apalagi disertai puasa sehari penuh, baru ia
lalukan kali ini.

Natoyo tahu, konsekwensi syahadat yang ia ucapkan empat bulan lalu,
membuat ia harus melakukan beberapa kewajiban sebagaimana dilakukan kaum
Muslim lainnya. Selain berpuasa, ia –juga diikuti warga dari tiga
desa lainnya--  bahkan telah memperbaharui pernikahannya yang kini telah
dikaruniai tiga putra.

Selain itu, ia bersama warga lain, juga mengganti status mereka yang ada
dalam kartu tanda penduduk dan menggantinya dengan kata "Islam".
Tak sekedar itu, mayoritas warga dewasa, bahkan umurnya sudah
kakek-kakek, terpaksa melakukan khitan.

Suka dan Duka

Walau baru empat bulan mereka memeluk Islam, animo para muallaf Senduro
untuk berpuasa sangat tinggi.  Sebagaimana dituturkan Ust. Ali Farkhu,
salah satu dai Hidayatullah yang juga pembina muallaf Senduro sudah
tujuh puluh persen muallaf berpuasa.

Sikap antusias ini memang sudah nampak jauh hari. Sebelum bulan Ramadhan
tiba, selain diajarkan shalat juga mengenal sarat dan rukun Islam,
mereka juga diajarkan cara berpuasa. Sebelum ini, mereka tak penah
melakukan puasa. Apalagi sampai sebulan penuh.

"Tapi puasa itu asik walau lapar tidak terasa. Tahu-tahu sudah tiba
waktu berbuka," kata Natoyo.  Lain lagi bagi Giman (42), dia memilih
untuk tidak berpuasa, sebab kalau berpuasa maka dia tidak bisa
mencangkul.  "Gak kuat. Lha , siapa yang mau memberi makan
keluarganya kalau puasa?", tuturnya beralasan.

Tak sekedar berpuasa semata. Para muallaf baru ini, juga mengikuti
Shalat tarawih bersama yang dilaksanakan di Musolah Mubarak. Karena
Musolanya terlalu kecil, maka tak mampu menampung jumlah jamaah,
sehingga para jamaah harus Shalat di pelataran Musolah dengan beralaskan
terpal dan karpet.

Ba'da tarawih biasanya ada tausyiah yang disampaikan oleh para
pembina muallaf, materinya tentang dasar-dasar berislam antara lain
rukun iman dan Islam.

Sebelum Islam datang, setiap Magrib terdengar suara bacaan doa dari Pura
tempat peribadatan agama Hindu setempat. Namun sejak warga Senduro
memeluk Islam, kini suara azdhan dan lantunan ayat suci Al-Quran
terdengar membahana di lereng gunung nan indah itu. Apalagi di bulan
Ramadhan ini, banyak anak-anak Senduro tadarusan setiap malam.

Malam harinya, untuk membangunkan masyarakat guna makan sahur, biasanya
jam 2.00 ada pengumuman sahur  dari Musolah lewat alat pengeras suara.
Dulu, sebelum Islam, bukan hal lumrah jika harus bangun mempersiapkan
masakan. Namun, setelah mengenal Islam, ibu-ibu juga harus bangun,
memasak dan mempersiapkan makanan untuk sahur keluarganya.

Suasana baru Ramadhan di lereng Senduro tahun ini, ibarat cahaya di
tengah-tengah gelapnya malam lereng Gunung Bromo.  Senduro berada di
kawasan Taman nasional Bromo, Taman Nasional pegunungan dan lembah
seluas 50.273,3 Hektar.  Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas
permukaan laut.

Semangat para muallaf Senduro ini sungguh membanggakan. Namun tak hanya
sekedar ucapan membanggakan yang dibutuhkan mereka.  Perhatian dan
bantuan para aghiniya' dan perhatian kaum Muslim lainnya. Ibarat
benih yang sedang tumbuh subur, mereka harus disiram dan dijaga dari
hama. Jika tidak, mereka akan menjadi makanan empuk bagi kristensisasi
yang yang sedang gencar-gencarnya membeli akidah mereka dengan sebungkus
mie instan.

Hari ini inim m

[wanita-muslimah] Menegoisasi Masa Depan Syariah dan Negara [1]

2007-08-03 Terurut Topik caklis
http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5127&I\
temid=1


Menegoisasi Masa Depan Syariah dan Negara [1]
[Cetak halaman ini] 
  [Kirim halaman ini
melalui E-mail] 
Sabtu, 04 Agustus
2007
Jawaban Abdullah an-Naim tentang `Islam dan Negara Sekuler"
terlalu sederhana tak terlalu ilmiah. Bagaimana bisa dijadikan duta AS
untuk kampanye anti-syariah?

[Catatan untuk Abdullah Ahmed An-Naim]



Oleh: Henri Shalahuddin



Jum'at, 27 Juli 2007 yang lalu, penerbit Mizan mengadakan diskusi dan
bedah buku "Islam dan Negara Sekular: Menegoisasikan Masa Depan Syariah"
di MP Book Point Cipete Jakarta dengan menghadirkan penulisnya, Abdullah
Ahmed An-Naim (Sudan), yang saat ini menjabat sebagai Professor of Law,
Emory University, Atlanta, Georgia, U.S.A. Di samping itu, Dr. Hamid
Fahmy Zarkasyi, M.Ed, M.Phil (Presiden Direktur INSISTS) diundang
sebagai pembedah utama dan dua pembedah lainnya dari majalah Sabili dan
Hizbut Tahrir.

An-Naim secara khusus didatangkan untuk menjajakan idenya tentang negara
sekuler dan ketidaksesuaian syariah untuk dijadikan dasar negara pada
serangkaian acara diskusi dan bedah buku di beberapa kota besar
Indonesia. Penerbitan buku dalam edisi bahasa Indonesia justru
mendahului penerbitan dalam edisi bahasa yang dikuasai
penulisnya--paling tidak-- Arab dan Inggris. Edisi bahasa Inggrisnya
baru akan diterbitkan pada tahun 2008 oleh Hardvard University Press.
Dan menurut rencananya akan dipublikasikan dalam tujuh bahasa lainnya,
Arab, Parsia hingga Rusia.

Saya menyempatkan diri untuk menghadiri diskusi dan bedah buku di Cipete
untuk mengobati rasa penasaran saya terhadap ketokohan an-Naim yang
disambut dengan segala penghormatan dan dipromosikan secara berlebihan
oleh kalangan modernis-liberal cabang Indonesia. Dalam bayangan saya,
sang penulis, an-Naim yang disebut profesor di bidang syariah dan HAM
itu, akan menjelaskan beberapa poin mendalam seputar syariah, negara dan
sekularisme dalam acara diskusi dan bedah buku yang seharusnya dimulai
pk 15.00, namun sayangnya, acara baru mulai menjelang pk 16.00.

Saya pribadi telah familiar dengan beberapa tokoh intelektual Sudan, dan
bagi saya mereka mempunyai tempat tersendiri dalam mengembangkan
intelektualitas saya. Di International Islamic University Malaysia, saya
belajar dua matakuliah, Early Development of Islamic Thought dan
Islamization of Knowledge pada Prof. Dr. Ibrahim Zein, yang juga menjadi
pembimbing kedua untuk tesis saya. Beliau adalah salah seorang murid
(alm) Ismail Raji al-Farouqi.

Dan terlebih lagi pada tanggal 29 Juni 2007, INSISTS mengundang Prof.
Dr. Mudhakkir Abdurrahim (yang juga salah seorang guru Ibrahim Zein)
untuk berbicara tentang Western Policy to Islam. Sehingga dalam dugaan
saya, kapasitas an-Naim tidak jauh berbeda dari mereka berdua. Ternyata
apa yang saya duga jauh dari realitas.

An-Naim terlalu simplistik dalam menjelaskan makna negara, syariah dan
hubungannya antara satu dengan lainnya. Misalnya diawal presentasinya
dan seperti yang dipublikasikan di The Jakarta Post sehari sebelum acara
itu, 26 Juli 2007, dia menjelaskan bahwa negara (state) baru muncul
setelah masa penjajahan (post-colonial period). Sedangkan syariah adalah
sistem normatif berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.

Namun begitu syariah adalah produk penafsiran, produk pemikiran dan
produk pengalaman manusia. Jadi syariah bukanlah produk Tuhan, tidak
abadi (eternal) dan tidak mengikat (not binding). Syariah, menurut dia, 
mempunyai konteksnya sendiri. Jadi an-Naim menolak segala klaim
penerapan syariah melalui negara. Negara adalah institusi sekuler,
negara tidak bisa diimani, negara adalah benda mati (inanimate being),
jadi negara tidak bisa menjadi atau disebut Islami.

Di samping itu, negara, kata dia, adalah institusi politik, di mana
warganya diperlakukan setara. Jadi ide negara syariah berarti
mengesampingkan kemungkinan perlakuan yang sama terhadap warga negara.
Dalam sistem negara sekular, Anda tidak bisa melakukan diskriminasi
terhadap warga non-Muslim atau kepada warga yang Muslim seperti yang ada
dalam sistem syariah. Gerakan syariah adalah tren yang berbahaya. Sebab
apa yang diharamkan (illegitimate) dan dianggap salah, hanya didasarkan
dari sudut pandang Islam. Inilah yang dimaksud an-Naim bahwa negara
syariah jelas melanggar HAM internasional, seperti yang disuarakannya
dalam artikel-artikelnya.

Menurut an-Naim, istilah "Syariah" tidak ditemukan dalam abad pertama
hijriyah. Istilah ini baru dikenal dalam abad kedua dan ketiga.
Al-Qur'an juga tidak pernah menyebutkan kata "Syariah" dalam pengertian
seperti apa yang kita diskusikan ini, demikian juga Sunnah. "Anda
juga tidak menemukan negara Islam (Islamic state) dan kodifikasi syariah
sepanjang sejarah hingga runtuhnya

[wanita-muslimah] Rasa Takut Yang Produktif

2007-05-13 Terurut Topik caklis
Rasa Takut Yang Produktif  


Senin, 14 Mei 2007

//Perasaan takut adalah sebuah hal yang manusiawi. Tapi bagaimana
mengelola rasa takut menjadi lebih bertanggung jawab?//

Keberanian sangat diperlukan dalam hidup ini untuk memudahkan
tercapainya maksud dan tujuan yang ingin kita capai. Seorang  ulama 
tunanetra  ketika disuguhi hidangan ayam panggang berujar, "Seandainya
kamu seekor elang tidaklah mungkin diperlakukan orang seperti ini" .
Artinya kalau seseorang memiliki keberanian, tidaklah mudah
diperlakukan seenaknya oleh orang yang ingin berbuat dan bertindak
terhadap dirinya. 

Inilah sebagian manfaat keberanian itu. Namun disisi lain rasa takut
juga diperlukan. Tentu rasa takut bukan dalam konotasi pengecut,
tetapi dalam pengertian takut melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma dan penggarisan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT. 

Sebagai contoh dapat kita kemukakan perjalanan kepemimpinan Umar Ibnu
Khottab.  Dia terkenal seorang yang sangat pemberani. Semasa belum
Islam oleh orang Arab dikenal dengan sebutan "Si kidal yang
pemberani".  Selalu siap menantang jago-jago yang datang untuk
bertarung di Pasar Ukasy dan selalu menang. Namun setelah Islam,
apalagi setelah menjadi Khalifah dia termasuk orang yang sangat
penakut.  Takut terhadap pertanggung jawaban kepemimpinannya di hari
kemudian. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa buah dari rasa takut yang
dimiliki Umar Ibnu Khottab ini dapat membuahkan hasil yang sulit
dicari tandingannya sepanjang sejarah kepemimpinan dalam Islam.  Rasa
takut seperti ini dapat digolongkan sebagai rasa takut yang produktif.
Bukan rasa takut yang mematikan.

Hasil dari rasa takut

Masih berhubungan dengan kepemimpinan Umar Ibnu Khottab.  Sebagai
manifestasi rasa tanggung jawab dalam memimpin dan rasa takutnya
kepada Alah SWT hampir setiap malam dia ngeluyur ke tengah-tengah
kampung,  keluar masuk lorong untuk melakukan check on the spot untuk
mengetahui langsung apa yang terjadi pada rakyatnya. Kalau-kalau ada
yang kelaparan; ada yang sakit atau kena mausibah-musibah lain. Ketika
 berhenti sejenak disebuah rumah kecil milik seorang janda miskin dia
mendengar sebuah dialog antara ibu dengan anak prempuanya.  Sang ibu
menyuruh anaknya mencampur  susu yang akan dijual besok dengan air
karena sedikit sekali hasil perahan yang diperoleh tadi siang. Menurut
sang ibu kalau tidak dicmpur bakal tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan untuk hari ini. Sang anak gadis tidak setuju dengan
pendapat orang tuanya dengan alasan, Khalifah melarang keras kita
berbuat demikian. Sang ibu megnemukakan alasan bahwa, " Kan Khalifah
tidak juga mengetahui pebuatan kita ini".

Sang anak dengan penuh keseriusan mencoba meyakinkan orang tuanya
bahwa, "Khalifah Umar memang tidak mengetahui tapi Tuhan Yang Maha
Kuasa pasti mengetahuinya. Saya minta dengan sangat jangan sampai ibu
berbuat demikian".

Peristiwa itu terjadi menjelang subuh. Umar Ibnu Khattab menuju mesjid
smbail menangis haru. Usai shalat Subuh anaknya yang bernama Ashim
diperintahkan menyelidiki rumah orang tua miskin yang mempunyai
seorang gadis itu. Setelah  Ashim kembali menceritakan segala sesuatu
tentang keluarga itu, Umar Ibnu Khottab memerintahkan anaknya yang
memang sudah berkeinginan  untuk nikah agar menikahi gadis miskin tapi
suci itu.  Mudah-mudahan dari hasil pernikahan itu, kata Umar Ibnu
Khottab, lahir seorang pemimpin Arab. 

Ternyata kemudian memang terbukti do'a dan harapan itu. Dari hasil
penikahan itu lahirlah seorang perempuan yang bernama Laila yang
akhirnya dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dari hasil pernikahan
ini lahirlah Umar bin Abdul Aziz yang kelak menjadi khalifah mewarisi
kepemimpinan kakeknya, Umar Ibnu Khottab. 

Umar bin Abdul Aziz dikenal sangat berwibawa serta jujur dan adil
didalam menjalankan mekanisme pemerintahannya.  Digambarkan  sebagai
seorang yang dikepalanya terdapat akal bijak, didadanya terdapat hati
pahlawan, dimulutnya terdapat lidah sastrawan. Kelak dia menguasai
negeri-negeri Maroko, Aljazair, Tunisia, Tripoli, Mesir, Hijaz, Najed,
Yaman, Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Iraq, Armenia,
Afghanistan, Bukhar sampai Samarkand.

Kendati dia tetap tinggal di sebuah rumah kecil  yang tidak lebih
bagus dari rumah penduduk pada umumnya. Sehingga utusan-utusan
negara-negara lain yang ingin menemuinya pusing mencari rumahnya,
karena jauh diluar bayangannya kalau rumahnya sejelek itu.

Ini adalah buah dari rasa takut yang dimiliki oleh perempuan miskin
disudut kota yang menarik hati Khalaifah Umar Ibnu Khattab untuk
menikahkan dengan putranya. Lalu melahirkan seorang Laila yang tumbuh
dalam iman dan taqwa kepada Allah SWT. Gadis suci dan cantik itu
kemudian dipersunting oleh seorang yang tepandang di Madinah karena
iman dan taqwanya pula, Abdul Aziz bin Marwan.

Satu lagi cerita yang menggambarkan buah dari rasa takut melakukan
perbuatan dosa. Seorang anak yang memungut buah delima yang ranum dari
sungai. Setelah dimakan lalu timbul penyesalan. Dia sangat menyesal
memakan buah itu ta

[wanita-muslimah] 20 Tahun "Rencana Islam “Menghijaukan” Amerika

2007-04-22 Terurut Topik caklis

http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4593&Itemid=1

20 Tahun "Rencana Islam "Menghijaukan" Amerika
[Catatan ketakutan seorang evangelis Amerika terhadap Islam] 
 

Senin, 23 April 2007 

//Evangelis Amerika, Dr. Anis Shorrosh melakukan analisa terhadap
kemungkinan Islam akan `merebut' Amerika 20 tahun ke depan.  Khawatir
Islam  menguasai AS!// 


Hidayatullah.com—Dr. Anis Sorrosh, seorang pendeta asal Arab-Palestina
yang kini hidup di Amerika adalah seorang evangelis cukup terkenal. Ia
pernah beberapa kali berdebat dengan almarhum Ahmad Deedat, seorang
Kristolog terkemuka dunia.  Sorrosh juga pernah menulis "The True
Furqan". Buku ini secara sengaja diterbitkan untuk mengaburkan bacaan
kaum Muslimin terhadap Kitab Suci, Al-Quran. Di antaranya, ia
mengganti arti  "Bismillah" dengan "Bismil Abi, Wal Ibni, Waruu hil
Quds" (dengan nama Tuhan Bapak, Anak dan roh kudus).  Seolah-olah
Al-Quran itu meyakini ketuhanan Yesus.  Namun usaha pemalsuan
Al-Qur'an ini tak ada efek berarti di kalangan Muslim. Sebab,
kebanyakan kaum Muslim hafal ayat-ayat suci sehingga cepat ketahuan
mana yang asli dan mana yang palsu. 
Baru-baru ini, ia menulis sebuah artikel berjudul, "Twenty-Year Plan:
Islam Targets America", Shorrosh memaparkan kemungkinan Islam dalam 20
tahun ke depan di Amerika Serikat. Menurutnya, ada 20 kemungkinan kaum
Muslim `menghijaukan' AS.  
Karena sebagian di antara analisanya itu bisa dikategorikan fitnah dan
provokasi, www.hidayatullah.com menurunkan dan merubah judulnya
menjadi, "20 Tahun "Rencana Islam "Menghijaukan" Amerika": [Catatan
ketakutan seorang evangelis Amerika terhadap Islam]." 
Analisa Sorrosh ini menunjukkan rasa kekhawatiran seorang evangelis
yang tinggi bila selama dua puluh tahun ke dapan, tepatnya tahun 2020,
 Islam akan mampu `merebut' Amerika Serikat.  Di bawah ini kutipannya.
20 poin analisis Islam `mengambil alih' Amerika pada Tahun 2020
•   Menggantikan kebebasan berpendapat orang Amerika dengan sikap
kebencian di seluruh dunia.
•   Berperang dengan kata-kata yang berasal dari pemimpin berkulit
hitam, bahwa Islam di Amerika adalah agama asli di sana. Anehnya tidak
ada satupun fakta yang menyebutkan bahwa orang-orang Arab menangkap
dan menjual mereka sebagai budak. Yang ada adalah penyebutan untuk
orang kulit hitam dan budak adalah sama yaitu "Abed."
•   Perlawanan terhadap publik Amerika akan kebaikan Islam.
•   Mencalonkan simpatisan Muslim ke meja politik.
•   Mengambil alih media dan internet dengan membeli perusahannya atau
pemegang saham.
•   Mendorong ketakutan terhadap terbatasnya/habisnya persediaan minyak
di Timur Tengah.
•   Memprotes setiap saat akan kritik terhadap Islam atau analisis
tentang Al-Quran di area publik.
•   Menempati posisi pemerintahan, mendapat keanggotaan dalam panggung
sekolah lokal, memberikan pelatihan kepada orang-orang Muslim sebagai
doktor-doktor untuk mendominasi bidang kesehatan, penelitian, dan
perusahan farmasi. Belum pernah diketahui keberadan jumlah
doktor-doktor Muslim di Amerika.
•   Mempercepat pertumbuhan Islam melalui:
a.Perpindahan besar-besaran (100.000 tiap tahun sejak 1961)
b.Menikahi orang-orang Amerika dan mengislamkan mereka (10.000
pertahun)
c.Mengubah kemarahan, menjadikan orang-orang kulit hitam
sebagai Islam militan  (2000 tahanan telah bergabung dengan Al-Qaidah)
•Masjid-masjid dan pusat pendidikan harus mengajarkan kebencian
terhadap Yahudi, evangelis Kristen dan demokrasi. Ratusan sekolah
Muslim harus lebih loyal kepada Al-Quran bukan pada hukum Amerika.
•   Memberikan bantuan kepada perguruan tinggi dan universitas di
Amerika untuk pengembangan "pusat studi Islam".
•   Memberitahukan bahwa kata-kata teroris telah `membajak Islam',
padahal sebenarnya tidak, dan bahwa Islam-lah yang `membajak teroris'.
•   Menyeru kepada orang-orang Amerika untuk bersimpati terhadap
orang-orang Muslim yang ada di Amerika dengan menggambarkan sebagai
imigran terbesar yang negaranya tertindas.
•   Meruntuhkan pengertian Amerika dari keamanan dengan kesalahfahaman
bahwa akan ada penyerangan terhadap, jembatan, terowongan, persediaan
air, bandara, gedung apartemen dan mal-mal.
•   Menghasut narapidana dengan permintaan akan hukum Islam, bukan hukum
Amerika.
•   Menaikan dana/amal melalui dolar tapi digunakan untuk mendanai aksi
keislaman/teror Islam.
•   Menumbuhkan kecintaan terhadap Islam di kampus dan universitas
dengan meminta kepada mahasiswa baru untuk mengambil mata kuliah atau
kursus keislaman. Meyakinkan pada orang amerika, orang-orang Kristen,
dan para sarjana bahwa Al-Quran dapat menangani kekerasan melalui
cinta damai, spiritual dan aspek keagamaan
•   Berkonsolidasi dengan orang-orang Muslim,  masjid, pusat studi Islam
dan media melalui internet dan menangani acara tahunan untuk menyusun
rencana penyebaran dakwah.
•   Menyebarkan pesan ketakutan kepada orang yang berusaha mengkritik
terhadap Islam 

[wanita-muslimah] Dan Al-Quran itu Lantas "Didoakan..."

2007-04-08 Terurut Topik caklis
Dan Al-Quran itu Lantas "Didoakan..." 

www.hidayatullah.com, Jumat, 06 April 2007 

//Pria dan wanitanya berbaju Muslim.lalu, mereka "mendoakan"
Al-Quran, "..kita mengusir.. esensi roh-roh yang melekat pada `buku'
ini.." //

Hidayatullah.com--Inilah video ini sudah beredar di tengah masyarakat
dan 'menggegerkan' umat Islam di Batu dan Malang, Jawa Timur. Bahkan,
sebagian sudah beredar di luar negeri. Warga Indonesia yang tengah
bekerja di Hongkong pun, kabarnya sudah mendapatkan kopinya.

Video berdurasi sekitar satu jam ini sebenarnya hanyalah rekaman
sebuah training ruhani dari sebuah kelompok agama. Tak  banyak yang
istimewa. Selain hanya kata-kata pujian, nyanyian doa-doa dan
petuah-petuah agama dari beberap sang pemimpin agama.

Hanya saja, diantara isinya yang cukup meresahkan adalah beberapa
potongan kalimat dan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai
pelecehan atau penistaan agama.

Isi ringkas video ini dimulai dari nyanyian lagu-lagu ruhani olah
jamaah pria dan wanita. Sebagaimana khas baju kebesaran kaum Muslim,
sang wanita, rata-rata menggunakan kerudung dan baju Muslimah. Sedang
sebagaian besar pria menggunakan sarung, baju koko dan kopiah haji
berwarna putih. 

Beberapa menit kemudian, jamaah menghentikan nyanyiannya untuk
mendengar petuah seseorang.  "Ada hal yang akan menghalangi pertemuan
kita dengan Tuhan malam hari ini, yaitu dosa….sebagai kerendahan hati
kita pada Tuhan. Marilah kita mengambil posisi sujud ke hadirat Tuhan." 

Para jamaah kemudian duduk. Sebagian ada yang bersujud. Mereka berdoa
sembari dipandu salah seoarang yang memimpin doa. Tak beberapa lama,
acara dilanjutkan  menyanyikan lagu puji-pujian kembali. Acara seperti
ini, berlangsung beberapa menit. 

Acara dilanjutkan rehat, panitia acara kemudian memutarkan beberapa
aksi kegiatan keagamaan mereka di tengah-tengah masyarakat dalam
sebuah tayangan foto yang ditampilkan dama layar LCD. Dalam gambar,
Nampak beberapa foto kegiatan bertuliskan; "Pelayanan Dalam Stop Out
Malang". Ada gambar beberapa orang melakukan pelayanan sosial
ditengah-tengah masyarakat. Gambar dilanjutkan dengan empat foto. Ada
orang berkumpul, beberapa orang nampak mengenakan jilbab. Di atas foto
ada tulisan besar berbunyi, "Friendship Evangelism" dan "Pelayanan
Komunitas". Dilanjutkan foto-foto kegiatan bertuliskan, "Profesional
Disciplesship Training (PDT)". 

Tayangan lantas terputus

Puncaknya, ketika ada seseorang menggunakan kopiyah putih (kemungkinan
salah satu pemimpin) berdiri di antara para jamaah yang sedang duduk
mengelilingi. Sambil berkhotbah, di tangan kirinya terlihat sedang
memegang dua kitab. (belakangan kitab itu adalah Al-Quran dan Injil). 

"…..kalau kita dalam keadaan sehat, semata-mata karena anugrah Tuhan
yang ajaib…."  

"Tuhan mempercayakan kita tinggal di Indonesia, kita tinggal diantara
90% mereka yang belum percaya. Kita mengalami bersama bagaimana
perlakuan mereka kepada kita. Kita menyaksikan bersama
perbuatan-perbuatan mereka. Kita mendengar bersama rencana-rencana
mereka. Hati kita turut merasakan apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Saudara, adakah belas kasihan dalam hati kita, adakah kerinduan kita
untuk menjangkau mereka. Mungkin, mereka itu adalah sanak-famili.
Mungkin masih mertua kita. Mungkin saudara-saudara kita satu kampung,
satu desa. Pada kesempatan ini kita tahu, bahwa ada masalah besar yang
sedang mereka hadapi. Ada penyebab utama kenapa saudara-saudara kita
mengalami hal demikian." (Lalu… tangan kanan pria ini, lantas
mengangkat sebuah kitab tebal).

"Di tangan saya, saudara,  saya angkat demikian, supaya saudara
mengetahuinya. melihatnya dengan jelas. Mengenali isi buku ini…"
(kamera lantas mengarahkan kitab yang ternyata tak lain adalah
Al-Quranul Karim edisi terjemahan). 

"Di dalam buku ini. Terdapat ajaran-ajaran yang menyesatkan
berjuta-juta orang. Melalui ajaran dalam buku ini, membawa mereka dan
menuntun mereka menuju Neraka." (jamaah lantas diminta berdiri)

"Ulurkan tanganmu. Arahkan pandangan hatimu kepada mereka yang masih
jauh. Pada kesempatan ini, tunjuk, ulurkan tanganmu pada benda ini!.
Benda yang mengakibatkan penyesatan begitu banyak orang. Yang
menyebabkan menyebabkan radikalisme  sedemikian rupa. Yang menyebabkan
pemberontakan-pemberontakan. Kebencian yang diajarkan…." (video
terpotong. Selanjutnya, Al-Quran sudah berada di bawah. Sejajar dengan
kaki para jamaah yang masih mengelilingnya sambil berdiri).

"Malam ini kita akan melakukan hal yang besar. Kita akan melakukan
yang radikal, saudara-saudara!. Dengan berbelas kasihan pada Allah
(bukan Alloh, red) , mari bersama-sama berdoa, kita mengusir… esensi
roh-roh yang melekat pada buku ini. Dan kitakan di dalam nama Tuhan
Yesus….." (suara lantas gemuruh. Ada yang spontan bilang amen!.amen!
Dan sebagian mengatakan sesuatu sambil menunjuk-nunjuk arah Al-Quran.
Mirip merukyah jin.  Gemuruhnya suasana membuat suara sang imam tak
terdengar secara jelas) 

"….kita katakan kepada pemimpin-pemimpin mereka yang telah menjadi
provokator, 

[wanita-muslimah] "Geger" Penistaan Islam di Malang

2007-04-04 Terurut Topik caklis
 "Geger" Penistaan Islam di Malang  

hidayatullah.com, Rabu, 04 April 2007

//Puluhan wanita berjilbab dan  pria berbaju Muslim bernyanyi. Lalu, 
Al-Qur'an itu berada sejajar dengan kaki mereka ...itulah sekelumit
penistaan agama di Malang//

Hidayatullah.com—Puluhan pasangan menari dan bernyanyi. Para wanitanya
berjilbab dan yang pria berbaju koko layaknya seorang Muslim dan
Muslimah. Jangan keliru, mereka bukan warga Muslim. Tapi, warga
berstatus agama lain.

Penampilan mereka yang terekam dalam video inilah yang minggu-minggu
ini `menggegerkan' kota Batu Malang. Tak hanya kota di kota Apel,
video itu juga telah beredar di Pasuruan, Madura dan bahkan sampai ke
luar negeri.

"Saya mendapatkanya dari teman,  minggu lalu, " kata Linda, seorang
TKW asal Indonesia yang bekerja di Hongkong.  "Di sini sudah ramai pak
orang lihar VCD nya, "tambah Agus,  (22) mahasiswa sebuah perguruan
tinggi di  Malang .

Video berdurasi sekitar satu jam itu menceritakan aktivitas sekitar 30
orang yang melakukan ritual khusus. Penampilan peserta seperti terekam
dalam VCD, cukup beragam. Peserta laki-laki ada yang memakai sarung
dan ada juga yang memakai celana.

Sementara, peserta perempuan sebagian terlihat memakai jilbab. Selama
durasi 60 menit lima detik itu tergambar aktivitas kelompok yang
dikomando seorang pemimpin. Setelah memberi pengarahan dan instruksi,
sang pemimpin lalu mengangkat Al-Qur'an dan mengarahkan peserta lain
untuk berdiri melingkar.

Tak beberapa lama, dalam gambar, Al-Quran sudah berada di lantai.
Sejajar dengan kaki para peserta yang mengitarinya.

Di belakang mereka, terpampang tulisan Lembaga Pelayanan Mahasiswa
Indonesia (LPMI) sebagai penyelenggara. Kegiatan ini dilakukan di
salah satu hotel di Kota Batu mulai 17-20 Desember 2006.

Salah seorang pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Malang,
Nidhom Hidayatullah mengatakan, kasus ini sebagai penistaan dan
pembajakan identitas Islam. "Ini bukan kasus biasa. Ini adalah
pembajakan identitas Islam", ujarnya saat dihubungi www.hidayatullah.com

Pihak MUI sendiri, sebagaimana disampaikan Nidhom, sudah melaporkan
kasusnya ke pihak Polwil Malang dan MUI Pusat. "Kami sudah
melaporkannya. Sebab sebagian masyarakat sudah resah", tambahnya.

Kapolwil Malang, Kombes Pol M Amin Saleh, sebagaimana dikutip harian
Surya  (3/4) telah memeriksa lima lebih orang sebagai saksi. Mereka
adalah peserta yang tergabung dalam forum itu.  [gus/hud/cha]

 

Untuk detil berita isi rekaman, ikuti terus di www.hidayatullah.com
edisi besok




[wanita-muslimah] Gadis Rusia Dapat Hidayah

2007-04-03 Terurut Topik caklis
Gadis Rusia Dapat Hidayah

hidayatullah.com, Rabu, 04 April 2007

//"For me, Islam does make more sense," ujar Alina. Dan akhirnya, 
gadis keturunan Rusia yang telah menetap di California ini 
mengikrarkan diri masuk Islam//


Oleh: M. Syamsi Ali *)
 

Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum kedatangan seorang 
peserta baru. Seorang gadis berkulit putih dan tinggi semampai 
memasuki ruang kelas itu dengan pakaian muslimah yang sangat rapih. 
Pada awalnya memang saya mengira bahwa dia adalah seorang Muslimah 
keturunan Albania . Bahkan sangkaan saya ini berminggu-minggu, 
hingga suatu ketika saya tanyakan "when did you convert?". Dengan 
sedikit tersipu dia menjawab: "I am still learning. I really want to 
know more before taking any decision".

Saya tentunya terkejut dengan jawaban itu. Sebab selama ini dia 
menampilkan diri di kelas persis seperti Muslim. Kata-kata "insya 
Allah", "masya Allah", dll., keluar dari mulutnya persis seorang 
Muslimah. Bahkan dalam beberapa kasus, dia terkadang menyelah 
penjelasan saya dengan tambahan, atau beberapa kali mengoreksi poin 
yang dianggapnya kurang tepat. Setiap waktu pun shalat pasti ikut 
melakukan shalat dengan jama'ah lainnya.

Ketika seorang non Muslim menanyakan tentang gambar dalam Islam, 
apakah boleh atau tidak? Saya menjelaskan bahwa itu tergantung 
gambar apa dan bagaimana serta untuk tujuan apa. Dia kemudian seolah 
mengoreksi bahwa "pictures of living creatures are not allowed. I 
read about this in the hadith Imam", selahnya. Dalam beberapa 
kesempatan terpaksa saya harus jelaskan bahwa menyampaikan Islam itu 
mutlak memakai "pendekatan" yang tidak sekaligus.

Alina, demikian dia memanggil namanya. Gadis ini berasal Rusia, tapi 
telah lama menetap di Amerika. Menurutnya, sejak kelas 3 SD dia 
sudah tinggal di California hingga tamat SMA bersama orang tuanya 
yang merupakan imigran dari Rusia. Setamat SD , Alina melanjutkan 
sekolahnya di New York City University dengan spesialisasi 
accounting. Sejak tamat dari universitas, Alina diterima bekerja 
pada sebuah Accounting firm yang cukup besar di kota New York .

Di saat menjadi mahasiswa itulah Alina mulai mengenal Islam lewat 
teman kuliahnya. Pergaulan dengan teman itulah yang membuatnya 
semakin tertarik untuk mendalami Islam. Hingga suatu ketika,  
menurutnya, dia sangat meyakini, "for me, Islam does make more 
sense". Tapi menurutnya lagi, yang paling menarik perhatiannya 
adalah kenyataan bahwa mayoritas umat Islam "committed with the 
teachings". Sementara dia sendiri beragama Yahudi tidak lebih dari 
sebuah "cultural inheritance" (warisan budaya). "In fact, we don't 
really believe in God", kenangnya.

Sekitar dua bulan Alina , mengikuti "Islamic Forum" di Islamic 
Center New York . Saya tidak melihat ada satu hal mendasar yang dia 
tidak ketahui atau ragukan di agama ini. Tapi nampaknya juga masih 
bersikap "dingin" untuk masuk ke agama ini. Biasanya saya tidak 
pernah mengajak langsung atau menanyakan "kapan seseorang akan 
pindah agama" walaupun orang tersebut suah menampakkan simpatik yang 
besar terhadap Islam. Tujuan saya adalah menjaga "image" the Forum 
bahwa itu ditujukan untuk "convert" orang ke agama Islam.

Membela Rasulullah SAW

Hingga sekitar sebulan lalu, Alina berkunjung ke Pasadena , salah 
satu bagian dari California , untuk menemui kedua orang tuanya. 
Menurutnya, suatu ketika di saat dia berjalan di kota tersebut, tiba-
tiba ada seseorang yang berteriak-teriak dengan microphone mencaci 
Rasulullah, Muhammad SAW. Tidak tahan melihat perlakuan orang 
tersebut, Alina mendatanginya dan berdebat dengannya mengenai 
Muhammad SAW. Tapi karena orang tersebut memakai pembesar suara, 
orang-orang di sekitar itu tidak mendengarkan pembelaan Alina 
terhadap Rasulullah. "I was so sad and crying" katanya.

Sejak kejadian itu, Alina nampak semakin kalem. Dalam beberapa saat 
ketika kelas dimulai Alina datang terlambat. Hingga suatu ketika 
saya tanyakan, "Why you always come late lately?". Saya terkejut 
ketika dia menjawab: "I do my istikharah". Saya tanyakan "Istikharah 
untuk apa?". Saya justru menyangka, mungkin istikharah karena ada 
calon suami, dll. Ternyata menurutnya, "I do my istikharah to ask 
God, if the time has already come for me to be a Muslim". Saya 
sempat tidak bisa menahan geli dan menjawab: "What you do itself 
(istkharah) is the best indication that Goad wants you to be a 
Muslim right away".

Alhamdulillah, dua Minggu lalu Alina menelpon dan menyampaikan 
keinginan untuk bersyahadah. Saya sempat bercanda, "Are you going to 
take shahadah with me or with some one else". Dia menjawab, "I will 
do take my shahadah only with you". Saya tanyakan kapan dia ingin 
bersyahadah? Diapun menyebutkan hari Sabtu.

Sabtu kemarin, 31 Maret 2007, secara formal Alina menyatakan 
menerima Islam sebagai petunjuk hidupnya. Disaksikan oleh 
peserta "Islamic Forum" dan dengan mata yang berlinang, Alina 
menyaksikan, "Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah 
peseruh Allah". 

[wanita-muslimah] Orientalisme dan Hujatan Terhadap Rasulullah

2007-03-15 Terurut Topik caklis

Sumber: Hidayatullah.com

Orientalisme dan Hujatan Terhadap Rasulullah  

Kamis, 15 Maret 2007  

//Hinaan terhadap Rasulullah Muhammad tak hanya dilakukan media 
Barat, kaum orientalis sudah melakukannya sangat lama. Bahkan dengan 
bungkus "ilmiah" [1]//

Oleh: Adnin Armas 

 

Di kalangan Yahudi-Kristen, telah umum beredar hinaan atau celaan 
terhadap Nabi Muhammad. Misalnya penggunaan istilah pseduopropheta 
(nabi palsu). Johannes dari Damascus Ioannou tou Damaskhenou alias 
Johannes Damascenus atau John of Damascus (±652-750)] adalah orang 
yang paling awal menganggap Rasulullah sebagai nabi palsu. 

 

Johannes menyebut Rasulullah sebagai Mamed. Dikutip dalam buku John 
of Damascus: The Heresy of the Ishmaelites oleh Daniel J Sahas 
(1972), John atau Johannes berpendapat bahwa Mamed adalah seorang 
nabi palsu dan secara kebetulan mengetahui isi Perjanjian Lama dan 
Perjanjian Baru serta berpura-pura pernah bertemu dengan Arius. 
Setelah itu, Mamed membuat sendiri ajaran sesatnya. Johannes 
menegaskan Mamed sendiri tidak sadar kalau menerima wahyu karena 
mendapatkannya ketika sedang tidur. 

 

Tak cukup itu, Johannes juga mengatakan bahwa Mamed bukanlah seorang 
nabi (alias nabi palsu) karena perilakunya yang tidak bermoral. 
Mamed, katanya, membolehkan mengawini banyak perempuan dan ia 
sendiri mengawini istri anak angkatnya sendiri. Ada banyak sebutan 
untuk Nabi. Umumnya, bernada hujatan. Sebutan seperti; Mamed, 
Mawmet, Mahound, Mahoun, Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet, yang 
kesemua kata tersebut bermakna setan (devil) dan berhala (idol) 
telah berkumandang keras khususnya pada zaman pertengahan. Hujatan 
terhadap Rasulullah terus dilakukan oleh para tokoh terkemuka 
Kristen. 

 

Pastor Bede (673-735) menganggap Mamed sebagai a wild man of desert 
(seorang manusia padang pasir yang liar), kasar, cinta perang dan 
biadab, buta huruf, status sosialnya rendah, bodoh tentang dogma 
Kristen, tamak kuasa sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim 
dirinya sebagai seorang rasul (nuntius/apostolus). 

 

Hujatan kepada Rasulullah juga dilakukan oleh para rahib terkemuka 
Kristen yang lain. Misalnya dilontarkan oleh Pierre Maurice de 
Montboissier yang juga dikenal sebagai Petrus Venerabilis alias 
Peter the Venerable (1049-1156), seorang kepala biara Cluny di 
Perancis. 

 

Dalam buku Popular Attitudes Towards Islam in Medieval Europe, juga 
dalam Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe 
(editor Michael Frasseto and Davis R Blanks), Pierre Maurice pernah 
menegaskan bahwa Mahomet adalah an evil man (orang jahat) dan satan 
(setan) karena mengajarkan anti-Kristus. Hujatan demi hujatan terus 
berlanjut. Ricoldus de Monte Crucis alias Ricoldo da Monte Croce 
(±1243-1320), seorang biarawan Dominikus, menulis beberapa karya 
yang juga menghujat Islam. Menurut 

 

Ricoldo, yang mengarang Al-Qur`an dan membuat Islam adalah setan. 
Kata Ricoldo, sebagaimana dikutip Patrick O'Hair Cate dalam Each 
Other's Scripture: 

 

"Pengarang bukanlah manusia tetapi setan, yang dengan kejahatannya 
serta izin Tuhan dengan pertimbangan dosa manusia, telah berhasil 
untuk memulai karya anti-Kristus. Setan tersebut, ketika melihat 
iman Kristiani semakin bertambah besar di Timur dan berhala semakin 
berkurang, dan Heraclius, yang menghancurkan menara menjulang yang 
dibangun oleh Chosroes dengan emas, perak dan batu-batu permata 
untuk menyembah berhala-berhala, mengatasi Chosroes pembela berhala. 
Dan ketika setan melihat palang salib Kristus diangkat oleh 
Heraclius, dan tidaklah mungkin lagi untuk membela banyak tuhan atau 
menyangkal Hukum Musa dan Bibel Kristus, yang telah menyebar ke 
seluruh dunia, setan tersebut merancang sebuah bentuk hukum (agama) 
yang pertengahan jalan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, 
dalam rangka untuk menipu dunia. Dengan maksud ini ia memilih 
Muhammad." 

 

Hujatan Ala Martin Luther 

 

Seolah terpengaruh dengan pemikiran Ricoldo, Martin Luther (1483-
1546) berpendapat, “The devil is the ultimate author of the Qur`an 
(setan adalah pengarang terakhir Al-Qur`an). Pendapat Luther 
didasarkan kepada penafsirannya terhadap Yohannes 8 (44). Luther 
berpendapat bahwa setan adalah a liar and murderer (seorang 
pembohong dan pembunuh). Al-Qur`an mengajarkan kebohongan dan 
pembunuhan. Oleh sebab itu, yang mengarang Al-Qur`an (Mahomet) 
dikontrol oleh setan. Luther juga menyatakan, "Jadi ketika jiwa 
pembohong mengontrol Mahomet, dan setan telah membunuh jiwa-jiwa 
Mahomet dengan Al-Qur`an dan telah menghancurkan keimanan orang-
orang Kristen, setan harus terus mengambil pedang dan mulai membunuh 
tubuh-tubuh mereka." (Lihat Martin Luther, On War Against the Turk, 
penerjemah Charles M Jacobs).

 

Menurut Luther, Mahomet, Al-Qur`an, dan orang-orang Turki semuanya 
adalah produksi setan. "Namun sebagaimana Paus yang anti-Kristus, 
begitu juga orang-orang Turki yang merupakan penjelmaan setan," ujar 
Luther. Sebagaimana Ricoldo, Luther menganggap Tuhan orang-oran

[wanita-muslimah] Seminar Pembaruan Islam Dibanjiri Peserta

2007-02-04 Terurut Topik caklis
Seminar Pembaruan Islam Dibanjiri Peserta


Senin, 05 Pebruari 2007

//Meski banjir melanda Jakarta, seminar "Evaluasi 37 Tahun Gerakan
Pembaruan Islam di Indonesia" yang digelar tanggal 3 Februari 2007,
dibanjiri oleh peserta//

Hidayatullah.com--Di tengah kepungan banjir di wilayah Jakarta dan
sekitarnya, ternyata Seminar "Evaluasi 37 Tahun Gerakan Pembaruan
Islam di Indonesia" yang digelar 15 Muharram 1428 H/3 Februari 2007,
dibanjiri oleh pesarta. Lebih dari 300 peserta memenuhi lantai dasar
Gedung Menara Dakwah, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Jalan Kramat
Raya 45 Jakarta Pusat, tempat berlagsungnya acara.

Semula, menurut Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Adian Husaini,
acara itu nyaris dibatalkan, mengingat kondisi wilayah Jakarta dan
sekitarnya yang dikepung banjir. Karena yang mendaftar sudah lebih
dari 300 orang, panitia tetap bertekad melangsungkan acara tersebut,
berapa pun yang hadir. Jika perlu, menurut Adian, acara itu dilakukan
dua kali, untuk mengakomodasi peserta yang berhalangan hadir karena
kondisi dan situasi yang serba sulit.

Padahal peserta ditarik infak Rp 25.000 per orang. Sebagian besar
peserta adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta,
aktivis dakwah, dan tokoh masyarakat. Namun tidak sedikit ibu-ibu yang
hadir dalam acara tersebut. Ada juga lembaga dakwah dari Malaysia yang
secara khusus mengirimkan utusannya untuk hadir dalam acara yang
berlangsung mulai pukul 10.00-15.30 WIB.

Untuk sampai ke tempat acara juga bukan hal yang mudah. Salah satu
pemakalah, Dr. Mukhlis Hanafi, harus berjuang sekitar 5 jam,
menghindari banjir, untuk sampai ke tempat bacara.

Acara seminar ini diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
(STID) Mohammad Natsir, yang bernaung di bawah Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia (Dewan Da'wah). Acara dibuka oleh Ketua STID Ulil Amri, MA.
Kemudian, dilanjutkan oleh pidato pembukaan oleh Ketua Dewan Da'wah
Adian Husaini.

Bertindak sebagai pemakalah adalah Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi (Direktur
INSISTS), Adnin Armas MA (Direktur Eksekutif INSISTS dan anggota
Majlis Tarjih PP Muhammadiyah), dan Dr. Mukhlis Hanafi (pakar tafsir
alumnus Universitas al-Azhar Kairo).

Dalam pidatonya, Adian menjelaskan urgensi membahas masalah pembaruan
Islam di Indonesia, yang secara formalnya dimulai oleh Nurcholish
Madjid pada 2 Januari 1970. Adian mengritik anggapan para pendukung
Nurcholish Madjid yang sering menulis bahwa para pengkritik Nurcholish
Madjid tidak memahami atau menyalahpahami ide-ide Nurcholish Madjid.
"Sering dibuat opini, seolah-olah yang mendukung Nurcholish pasti
paham, dan yang tidak mendukung pasti tidak paham," kata Adian.
Padahal, lanjutnya, para pendukung Nurcholish juga banyak yang tidak
paham dan tidak membaca buku-buku Nurcholish, alias taklid buta saja.

Ia menjelaskan, ketika Nurcholish melontarkan idenya, tahun 1970, dia
baru sarjana S-1, sedang pengritik utamanya, Prof. HM Rasjidi adalah
guru besar lulusan Sorbonne University. Dalam makalahnya yang berjudul
"Menelusuri Jejak Gagasan Nurcholish Madjid tentang Sekularisasi",
Adnin Armas mengupas secara rinci kronologis dan anatomi gagasan
sekularisasi Nurcholish Madjid.

Adnin yang sedang menulis disertasi S-3 nya di ISTAC-IIUM, menguliti
gagasan Nurcholish dan membandingkannya dengan pemikiran Harvey Cox
dan Robert N. Bellah, yang dijadikan rujukan Nurcholish. Setelah
mengupas ide-ide sekularisasi Nurcholish Madjid tersebut, Adnin
menyimpulkan, sebenarnya yang salah paham bukan para pengkritiknya,
tetapi Nurcholish Madjid sendiri yang salah paham atau membuat orang
salah paham terhadap gagasan sekularisasi.

Bahkan, Adnin menilai, gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid sendiri,
selain merupakan fotokopi gagasan pemikir Kristen tertentu, juga bukan
merupakan pemikiran yang serius. Pada makalahnya 2 Januari 1970, ia
hanya menulisnya pada 1 lembar kertas. Karena itu, membesar-besarkan
gagasan Nurcholish sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari unsur politis
dan permainan media massa. Seharusnya, kata Adnin pada penutup
makalahnya, ilmuwan Muslim bersikap kritis saat mengadopsi
gagasan-gagasan dari Barat.

Dalam makalahnya, Adian membeberkan fakta pengalaman pembaruan agama
lain dalam merespon modernitas. Pengalaman Yahudi dan Kristen itu,
katanya, kemudian juga diterapkan oleh kalangan pembaru ke dalam
Islam. "Itu dilakukan dengan menyamakan karakter ajaran Islam dan
sejarah Islam dengan karakter ajaran Yahudi dan Kristen dan sejarahnya
di Barat," paparnya.

Padahal, menurut Adian, masing-masing-masing agama atau tradisi
memiliki cara sendiri dalam menghadapi modernitas. Misalnya, kaum
Yahudi di Jerman yang melakukan pembaruan dalam agama Yahudi dengan
membuat gerakan Yahudi Liberal. Ada pun Islam, lanjut Adian, tidak
menolak pembaruan.Tetapi, dalam arti tajdid, bukan asal pembaruan.

Sebagai agama final dan sempurna, Islam memiliki konsep teks kitab
suci yang juga sudah final, yakni Alquran, yang terjaga otentisitas
teks dan maknanya. Konsep ini sangat berbeda dengan konsep

[wanita-muslimah] Ibnu Arabi dan Wahdatul Wujud (2)

2006-10-05 Terurut Topik caklis

//Kepercayaan Tuhan menjelma di mana-mana atau `manunggaling kawula
lan gusti' tak pernah surut. Nabi sendiri tidak pernah memposisikan
dirinya lebih dari `hamba Tuhan'//


Oleh: Dr. Syamsuddin Arif *)

 
Suatu hari, seorang pengembara mengetuk pintu rumah Junayd, tokoh sufi
terkemuka pada zamannya. "Siapa di situ?" tanyanya. Si tamu menjawab:
"Aku Sang Kebenaran (ana l-haqq)!" Mendengar itu Junayd berkata: "Anta
bi l-Haqq. Engkau bakal membinasakan kayu bakar". Ramalan Junayd
terbukti. Pada hari Selasa 24 Dzulqa'dah 309 Hijriah bertepatan dengan
26 Maret 922 Masehi, sang pengembara yang tidak lain adalah Abu
l-Mughits al-Husayn ibn Manshur al-Hallaj dihukum mati di alun-alun
kota Baghdad. Ucapan-ucapannya –yang tertuang dalam bentuk prosa
maupun puisi- dinilai menyimpang dan mengelirukan karena mengajarkan
pantheisme dan manunggaling kawula lan gusti.

 

Pantheisme ialah kepercayaan bahwa Tuhan menjelma di mana-mana, bahwa
segala yang wujud di alam ini adalah perwujudannya. Sedangkan
`manunggaling kawula lan gusti' secara literal berarti menyatu hamba
dan Tuhan. Ajaran mistis ini pernah menggegerkan Kerajaan Islam Demak
sehingga Syekh Siti Jenar (Lemah Abang) dieksekusi oleh para Wali
Sanga. Sesudahnya pernah juga heboh kasus Haji Mutamakkin yang
menganggap ibadah-ibadah zahir tidak perlu bagi orang yang sudah
menyatu dengan Tuhan (Lihat: P.J. Zoetmulder, Pantheïsme dan Monisme
dalam Sastra Suluk Jawa, terj. Dick Hartoko, Jakarta: Gramedia, 1991
dan Subardi, The Book of Cabolek, The Hague: Martinus Nijhoff, 1975).

Kasus-kasus tersebut di atas tidak pernah -untuk tidak mengatakan
mustahil- terjadi ketika Nabi SAW masih hidup. Di zaman Rasulullah,
kenyelenehan paling jauh yang kita ketahui ialah dakwaan Musailamah si
pendusta. Penguasa Yamamah (Najd) dan kepala suku Bani Hanifah ini
memang memproklamirkan diri sebagai nabi, namun ia tidak pernah
mengaku bersatu (ittihad) dengan Tuhan dan tidak pula mendaku Tuhan
masuk, berada atau bersemayam (hulul) dalam dirinya. 

Mustahil, sebab Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah memposisikan
dirinya lebih dari sekadar `hamba Tuhan' (`abdullah) dan utusanNya
(rasuluhu). Tidak terdapat satu hadis pun yang mengabarkan pada kita
tentang ucapan-ucapan mengarut (syathahat) semisal "Maha suci aku",
"Tuhan ada dalam jubahku" dan sebagainya keluar dari mulut beliau.
Rasulullah SAW selalu menggunakan kata ganti orang kedua tunggal
(dhamir al-mukhathab al-mufrad) dan kata ganti orang ketiga tunggal
(dhamir al-gha'ib al-mufrad) apabila beliau berkata tentang dan kepada
Tuhan. Misalnya: "Maha suci Engkau. Tak terhitung pujian bagiMu.
Engkau sebagaimana Kau puji diriMu" (subhanak allahumma la nuhshi
tsana'an `alayka anta kama atsnayta `ala nafsika), atau "Maha suci
Tuhanku yang maha tinggi" (subhana rabbiya l-a`la). Semua ini tentu
saja sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam firman-Nya (e.g. QS 2:32,
17:1, 21:87, 36:83, 37:180).

Selain al-Hallaj, tokoh sufi favorit yang kerap dikaitkan dengan
pantheisme ialah Ibnu Arabi (w. 638 H/ 1240 M). Kepada pemikir
kontroversial asal Murcia, Andalusia ini telah disematkan label `sufi
liberal' dan `pluralis'. Kepadanya jua dinisbatkan doktrin wahdatu
l-wujud yang telah menimbulkan polemik tak berkesudahan di kalangan
ulama maupun `sufaha' hingga hari ini. (Lihat: al-Biqa`i, Masra`
al-Tashawwuf, aw, Tanbih al-Ghabi ila Takfir Ibn `Arabi, ed. `Abd
ar-Rahman al-Wakil (Bilbis: Dar al-Taqwa, 1989) dan al-Suyuthi, Tanbih
al-Ghabi fi Takhti'ati Ibn `Arabi, ed. `Abd ar-Rahman Hasan Mahmud
(Kairo: Maktabat al-Adab, 1990). Peliknya, istilah `wahdatu l-wujud'
sendiri tidak ditemukan dalam karya-karya Ibnu Arabi. Menurut William
Chittick, istilah ini kemungkinan besar pertama kali diperkenalkan
oleh Shadruddin al-Qunawi (w. 637 H/1274 M), murid setia sekaligus
anak tiri Ibnu Arabi, dan dipopulerkan oleh penulis-penulis sesudahnya
semisal Ibn Sab`in (w. 646 H/1248 M) dan Afifuddin at-Tilimsani (w.
690 H/1291).

Konotasi negatif yang melekat pada istilah wahdatul-wujud kian menguat
sesudah dikritik habis oleh Ibnu Taymiyyah (w. 728 H/1328 M). Bagi
ulama yang wafat dalam penjara Damaskus ini, wahdatul wujud bukanlah
tawhid, melainkan pantheisme terselubung yang mengingkari eksistensi
Tuhan karena menganggap Tuhan ada dimana-mana dan menganggap alam
semesta (termasuk manusia) sebagai manifestasinya: "ma tsamma mawjud
illa hadza l-`alam al-masyhud". Inti paham ini, tegasnya,
mengidentikkan wujud Tuhan dengan dengan wujud segala yang ada: "anna
wujuda l-ka'inat huwa `aynu wujudillah" (Lihat: Dar'u t-Ta`arudh
al-`Aql wa n-Naql, ed. M. Rasyad Salim, Dar al-Kunuz al-Adabiyyah,
3:163 dan Majmu`at Rasa'il Ibn Taymiyyah, ed. S.M. Rasyid Ridha, Kairo
1349 H, 4:4 dan 1:71).

Dikenal pemberani, jujur dan bernalar tajam, Ibnu Taimiyah tidak asal
tuduh. Sebagai bukti ditunjuknya dua bait puisi Ibn Arabi dalam
pembukaan kitab al-Futuhat al-Makkiyah (paragraf 6) yang berbunyi:
"Tuhan adalah benar-nyata, tetapi hamba juga benar-nyata. Aduhai
lantas siapa yang dibebani 

[wanita-muslimah] Ibnu Arabi dan Pluralisme Agama

2006-10-05 Terurut Topik caklis
Sumber www.hidayatullah.com 

Ibnu Arabi dan Pluralisme   

//Beberapa kalangan mengutip dan mencatut nama Ibnu Arabi. Sayangnya,
mereka kemudian memanipulasi pendapatnya, untuk digunakan  merusak
aqidah Islam//


Oleh: Dr Syamsuddin Arif *)


Di bulan suci Ramadhan ini, sebuah perkumpulan di bilangan Utan Kayu,
Jakarta menggelar kajian pemikiran Ibnu Arabi (w. 638 H/ 1240 M).
Tokoh asal Andalusia, Spanyol, yang bernama lengkap Muhyiddin Abu
Abdillah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdillah
al-Hatimi at-Tha'i ini sengaja dipilih karena-menurut mereka- ia
merupakan sosok "sufi liberal".

Memang sejak beberapa dasawarsa terakhir tokoh yang telah menulis
lebih dari 400 karya ini oleh sebagian kalangan acapkali diklaim
sebagai pelopor paham pluralisme agama. Namanya dicatut dan dijadikan
bemper untuk membenarkan konsep `agama perennial' atau religio
perennis yang dipopulerkan oleh Frithjof Schuon, Seyyed Hossein Nasr
dan William C. Chittick dalam tulisan-tulisan mereka.

Sebagai dalih dikutiplah tiga bait puisi Ibn Arabi yang berbunyi:

"Hatiku telah mampu menerima aneka bentuk dan rupa;

ia merupakan padang rumput bagi menjangan,

biara bagi para rahib, kuil anjungan berhala,

ka`bah tempat orang bertawaf,

batu tulis untuk Taurat,

dan mushaf bagi al-Qur'an.

Agamaku adalah agama cinta, yang senantiasa kuikuti kemana pun langkahnya;

itulah agama dan keimananku:"

Berdasarkan puisi ini, Nasr mendakwa Ibn Arabi konon "menyadari bahwa
jalan-jalan yang diturunkan Tuhan mengantarkan ke satu puncak yang
sama (came to realize that the divinely revealed paths lead to the
same summit)."

Meski sekilas tampak meyakinkan, pemaparan golongan ini jika dikaji
lebih teliti sebenarnya jauh panggang dari api. Ibn Arabi bukanlah
seorang pluralis atau transendentalis sebagaimana mereka khayalkan.

Maksud ungkapannya itu telah ia jelaskan dalam kitab yang ditulisnya
sendiri: Dzakha'ir al-A`laq syarh Tarjuman al-Asywaq. Di sana jelas
dikatakan bahwa `agama cinta' yang ia maksud ialah agama Nabi Muhammad
SAW, merujuk kepada firman Allah SWT dalam al-Quran, surah Al Imran,
ayat 31, yang artinya: "Katakanlah [hai Muhammad!], kalau kalian
betul-betul mencintai Allah, maka ikutilah aku! --niscaya Allah akan
mencintai kalian." (Lihat: kitab Dzakha'ir al-A`laq syarh Tarjuman
al-Asywaq, ed. Muhammad Salim al-Unsi (Beirut, 1312 H), hlm. 39-40 =
ed. Dr. Muhammad `Alamuddin as-Syaqiri (Kairo: Ein for Human and ocial
Studies, 1995), hlm. 245-6)

Pengertian cinta dalam ayat tersebut juga diterangkannya dalam kitab
al-Futuhat al-Makkiyyah (bab 178, fi maqam al-mahabbah) , dimana ia
mengurai empat jenis cinta. Yaitu pertama, cinta kepada Tuhan (hubb
ilahi). Kedua, cinta spiritual (hubb ruhani). Ketiga, cinta kodrati
(hubb thabi`i). Dan keempat, cinta material (hubb `unshuri). Setelah
menjelaskannya satu persatu, Ibn Arabi lantas menegaskan bahwa cinta
kepada Tuhan harus dibuktikan dengan mengikuti syariat dan sunnah
Rasul-Nya saw (al-ittiba` li-rasulihi shallallahu alayhi wa sallam
fima syara`a).

Jadi, `agama cinta' yang dimaksud Ibn Arabi adalah Islam, yaitu agama
syari`at dan sunnah Nabi Muhammad saw, dan bukan la religion du coeur
versi Schuon dan para pengikutnya itu.

Selain bait puisi di atas, kaum transendentalis juga giat mencari
pernyataan-pernyata an Ibn Arabi yang dapat diplintir sesuka-hati. Ini
biasanya disertai dengan interpretasi yang bersifat rekaan. Lebih
teruk lagi, dan ini yang perlu cermati, adalah praktek menggunting dan
membuang bagian dari teks asli yang tidak mendukung asumsi mereka.

Sebagai contoh, mari kita lihat buku Chittick yang berjudul Imaginal
Worlds: Ibn Arabi and the Problem of Religious Diversity (1994). Buku
ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Dunia
Imajinal Ibn Arabi: Kreativitas Imajinasi dan Persoalan Diversitas
Agama. Sayang, penerjemahnya tidak memberikan kritik terhadap
Chittick, tetapi justru memberi kata pengantar berjudul "Titik Temu
Agama dalam Realitas Ketuhanan," yang isinya mengesankan seolah-olah
Ibn Arabi memang menganut ide "kesatuan agama".

Buku Chittick ini sangat perlu dikritisi. Sebagai contoh, ketika ia
mengutip sebuah paragraf dari Futuhat (bab 339) yang mengungkap
pendapat Ibn Arabi mengenai status agama-agama lain dalam hubungannya
dengan Islam, Chittick tidak memuatnya secara utuh. Ia seakan sengaja
memotong bagian-bagian penting yang tidak sesuai dengan asumsinya:

"All the revealed religions (shara'i`) are lights. Among these
religions, the revealed religion of Muhammad is like the light of the
sun among the lights of the stars. When the sun appears, the lights of
the stars are hidden, and their lights are included in the light of
the sun. Their being hidden is like the abrogation of the other
revealed religions that takes place through Muhammad's revealed
religion. Nevertheless, they do in fact exist, just as the existence
of the light of the stars is actualized. This explains why we have
been required in our all-inclusive religion t

[wanita-muslimah] Undangan Seminar 'Islamic Science'

2006-06-24 Terurut Topik caklis

http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3303&Itemid=65

Seminar 'Islamic Science'

Minggu, 25 Juni 2006 - 10:09:35 WIB

//Jika tak ada aral melintang, 1 Juli mendatang INSISTS akan menggelar
seminar penting tentang "Islamic Science da Westren Sains" menampilkan
salah satu pakar science Islam di Asia//


Hidayatullah.com--Seminar yang bertempat di Hotel Sofyan jam 09-14.00,
itu menurut panitian dilatarbelakangi oleh satu fakta yang
menyedihkan, bahwa masih banyak kalangan muslim dan kalangan
cendekiawan yang belum menyadari, bahwa akar persoalan umat adalah
pada kekacauan dalam dunia ilmu dan pendidikan.
 
Hegemoni Barat (sekular-liberal) dalam dunia ilmu adalah akar seluruh
bencana yang sedang menimpa umat manusia saat ini. Hegemoni Barat
dalam natural science, social science, bahkan  religious science"
(ulumuddin), merupakan masalah terbesar yang dihadapi umat islam saat
ini. 
Pada dekade 1980-an, pernah populer istilah "Islamisasi Ilmu Pengetahuan".
 
Tetapi, karena pengembangan konsepnya yang keliru dalam dunia ilmu dan
pendidikan, akhirnya isu itu kurang bergema, bahkan banyak yang
kemudian menjadi apriori dengan istilah "Islamisasi Sains".
 
Padahal, Islamisasi Sains adalah kunci solusi problematika keilmuan
yang dihadapi umat Islam saat ini. Seminar ini isnyaallah akan
memaparkan, bagaimana konsep Islamisasi Sains yang sebenarnya. Di
Indonesia, misalnya, kekeliruan konsep Islamisasi Sains begitu
terlihat nyata, dimana I3T yang bertugas menjalankan agenda Islamisasi
Ilmu, justru dipimpin oleh Dawam Rahardjo, tokoh sekular terkemuka di
Indonesia saat ini, yang aktif menentang konsep Islamisasi.
 
Seminar akan ditampilkan seorang pakar Islamic Sains terkemuka di Asia
Tenggara saat ini, yaitu Dr. Adi Setia. Selain dosen bidang Islamic
Sains di Universitas Islam Internasional Malaysia, Adi Setia juga
tercatat sebagai penulis masalah-masalah Islamic Sains berkaliber
internasional. Sangat disayangkan, jika momentum penting ini
dilewatkan kaum Muslim Indonesia.
 
Selain itu, juga akan ditampilkan dua pembicara utama INSISTS yaitu
Hamid Fahmy Zarkasyi, MA MPhil, Direktur INSISTS dan Direktur Pusat
Studi Orientalisme dan Oksidentalisme di Institut Studi Islam
Darusalam PP Gontor Ponorogo. Tulisan-tulisan Hamid Fahmy tentang
hermeneutika, worldview, dan filsafat di Majalah Ilmiah ISLAMIA --
yang dia juga sebagai Pemimpin Redaksinya -- sudah banyak diminati
oleh pembaca majalah ISLAMIA. Saat ini, Hamid Fahmy sedang menunggu
ujian doktornya di ISTAC-IIUM Kuala Lumpur.
 
Pembicara ketiga adalah Adnin Armas MA. Sebagai direktur eksekutif
INSISTS, Adnin Armas telah
melahirkan karya yang sangat monumental dalam bidang studi al-Quran di
Indonesia, melalui bukunya, "Metodologi Bibel dalam Studi Quran:
Kajian Kritis" (GIP:2005). Buku ini dijadikan buku rujukan di beberapa
perguruan tinggi Islam, dan berhasil mengungkap dengan jelas,
bagaimana pengaruh studi Bibel di Barat terhadap studi al-Quran di
berbagai PT Islam saat ini. Adnin  menyelesaikan masternya di ISTAC
dalam bidang pemikiran Islam, dengan tesis berjudul "Fakhruddin
al-Razi on Time".
 
Ia berhasil mengungkapkan bahwa teori waktu al-Razi lebih maju 500
tahun ketimbang teori waktunya Newton.
 
Seminar akan dipandu oleh Adian Husaini MA, yang juga kandidat doktor
di ISTAC-IIUM dan Ketua Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. Karya-karya
tulis Adian telah banyak tersebar dalam bentuk buku dan media massa.
Bukunya, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Sekular Liberal, telah menyabet penghargaan terbaik dalam kategori
non-fiksi, dalam acara Islamic Book Fair tahun 2006 di Jakarta. 
 
Nah, selamat mengikuti seminar penting ini.  Karena perlu biaya untuk
sewa tempat dan makan siang, makalah, dan sebagainya, INSISTS dengan
terpaksa menarik infaq untuk peserta: (mahasiswa Rp 80.000, dan umum
Rp 150.000). Peminat silakan hubungi kantor INSISTS: 021-7940381, atau
HP Henry Shalahuddin MA (sekretaris INSISTS) 0813-35205040. 
[cha/hidayatullah] 






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM
~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reje

[wanita-muslimah] Re: Diskusi JIL "Kebebasan Berekspresi di Tengah Konservatisme Agama"

2006-04-24 Terurut Topik caklis




Diskusi seperi ini sudah bisa ditebak. Wong sudah ada kesimpulannya.
Kesimpulannya, Kelompok Konservatif (bagi yang tak setuju JIL) adalah
agitatif, provokatif, mempengaruhi  opini publik awam dan cenderung
anarkis. 

Dan mereka semua (lagi-lagi kecuali JIL) berpotensi melanggar HAM.
Sudah. Ngapain lagi diskusi??

Bulannya JIL lebih agitatif dan provokatif dalam pemikiran???
Enak aja tuduh yang lain konservatif dan dia moderat.

Ayoo siapa yang ngaku moderat? nanti dapat bantuan AS
Cepetan, ajukan proposal diri, ngaku-ngaku moderat. Keburu habis tahun
ini jatah bantuannya. Kalau tidak, berarti Anda konservatif>

Hehehe.






--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ---=GuN=-- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   
>  Diskusi Bulanan JIL
>  7 Tahun KBR 68H
>   Penyelenggara: KBR 68H dan Jaringan Islam Liberal
> Tempat: Teater Utan Kayu Jln Utan Kayu 68H
> Waktu: Selasa, 25 April 2006 Pukul 19.00-22.00 WIB
> "Kebebasan Berekspresi di Tengah Konservatisme Agama" 
> 
> 
> Narasumber:  Nirwan Dewanto, Ade Armando, dan Hamid Basyaib  
> 
>  Moderator : Abd Moqsith Ghazali 
> 
>   Kebebasan berekspresi di Indonesia mengalami gangguan, terutama
dari  agamawan konservatif. Kelompok ini intensif menghalau agar
kebebasan  berekspresi tidak kian deras menabrak rambu dan
ketentuan-ketentuan  harafiah agama. terjadi. Gerakan  kelompok ini
kiranya tak bisa dibiarkan berjalan karena ia potensial  melanggar hak
yang asasi dari manusia, yaitu kebebasan berekspresi.  Perampasan hak
bebas berekspresi ini pun bertentangan dengan  Undang-Undang dasar
1945. Tema inilah yang akan dibahas dalam diskusi  bulanan Jaringan
Islam Liberal kali ini. Diskusi ini terselenggara atas  kerja sama JIL
dengan Radio Utan Kayu Jakarta 89,2 FM.
> 
> -
> [Selengkapnya »]
>  -->  
> politik / sindikasi pemilu -->  
>     
> -
> Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for
just 2¢/min with Yahoo! Messenger with Voice.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>











Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Women
  
  
Islam
  
  
Muslimah
  
  


Women in islam
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "wanita-muslimah" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[wanita-muslimah] Gerakan Feminisme Kembali ke ‘Sunnatullah’?

2006-04-22 Terurut Topik caklis





Klik saja http://hidayatullah.com/content/view/3036/60/



Gerakan Feminisme Kembali ke `Sunnatullah'?      

Sabtu, 22 April 2006 - 15:16:42 WIB

//Feminisme Barat menggambarkan perubahan besar gerakan feminisme.
Ujungnya kesadaran bahwa perbedaan pria dan wanita memang bersifat
biologis . Dimanakah posisi feminisme Indonesia?//

Artikel ini ditulisan untuk menyambut Hari Kartini 21 April 2006


oleh Santi Soekanto*

 


Salah satu icon feminisme Barat, Gloria Steinem, menulis dalam majalah
kaum feminis terkemuka Ms. (edisi musim panas 2003), sebuah artikel
yang bernostalgia tentang kehidupan manusia primitif Australia berabad
lalu. Menurut Steinem kehidupan kaum primitif Australia itu ditandai
pembagian kekuasaan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, dan
antara manusia dengan alam, karena semuanya adalah bagian dari satu
kesatuan yang sama.

Dalam artikel berjudul Remember Our Power (Ingatlah Kekuatan/Kekuasaan
Kita) itu Steinem menggambarkan harmoni ketika para kepala suku memang
dipilih dari kalangan pria tetapi dengan mendengarkan nasihat kaum
wanita. "Semua ini memiliki satu tujuan, keseimbangan, antara pria dan
wanita, antara tiap manusia dengan masyarakatnya, antara manusia dan
alam– kalau pun memang semuanya itu dianggap terpisah satu sama lain."

Sungguh kedengaran indah dan harmonis, bukan? Namun bandingkan dengan
artikel Steinem di majalah Ms. Oktober 1978 yang berjudul If Men Could
Menstruate (Kalau Saja Lelaki Bisa Menstruasi) yang penuh dengan
olok-olok tentang betapa apa pun yang melekat pada diri pria akan
dijadikannya alasan untuk menancapkan supremasi kekuasaan mereka.
Kalau saja lelaki bisa mens, menurut Steinem, maka akan terjadilah
male competition tentang misalnya "Saya ganti pembalut 3 kali sehari,
Anda berapa?" "Berapa lama Anda mens? Wah, banyakan juga saya!" atau
bahkan dijadikannya mens sebagai syarat untuk menjadi tentara ("Anda
harus meneteskan darah diri sendiri sebelum meneteskan darah orang
lain!").

Salah satu icon feminisme lainnya adalah Germaine Greer yang sekitar
30 tahun lalu menulis buku terkenal berjudul The Female Eunuch. Dia
berargumentasi bahwa menjadi perempuan dan ibu rumah tangga saja
tidaklah cukup bagi wanita. Buku ini menjadi semacam kitab suci kaum
feminis. Pada tahun 1999 Greer menerbitkan buku barunya, The Whole
Woman, yang menggambarkan perjalanan melelahkan kaum feminis dalam
upaya mereka memperjuangkan kesetaraan gender.

Greer menggambarkan betapa pada akhir 60-an, yang disebut kebebasan
seakan-akan demikian dekat dan dapat dicapai. Pada tahun 1999, yang
mereka saksikan adalah semakin memudarnya cita-cita mereka – bukan
saja karena negara dan pemerintahan dianggapnya masih terus
mempertahankan pola kekuasaan lama, tetapi juga tidak bertambah
banyaknya perempuan yang mengadopsi konsep feminisme yang pertama kali
diusung di Barat ini. Selain itu, yang terpenting, Greer masih
menyoroti apa yang dianggapnya sebagai dominasi pria, tetapi juga
tampak mulai menyadari bahwa ada hal-hal yang tak bisa diubah dari
spesies yang bernama manusia ini.

Greer menggambarkan betapa sesudah berpuluh tahun gerakan feminisme,
gadis-gadis kita masih dijajah oleh konsep "wanita cantik" yang sama –
miliaran anak perempuan berdiet keras dan menghabiskan uang untuk
kosmetika dan fashion agar menjadi objek seks dan kegairahan pria.
Bahkan, menurut Greer, "kebebasan seks yang menyertai revolusi gender
malahan lebih sering merugikan wanita." Apa yang disebut "kebebasan
seks" hanya menguntungkan pria, kata Greer, karena wanita terus saja
harus merasakan efek terpentingnya yakni kehamilan, sementara tubuh
laki-laki sama sekali tidak terpengaruh.

Satu lagi area yang menggambarkan betapa feminisme berpuluh tahun
tidak berefek baik pada wanita adalah pornografi. Greer menyoroti
betapa sesudah feminisme yang berusaha menjadikan wanita sebagai
subjek, industri pornografi yang menghina dan merendahkan wanita dan
menjadikannya objek seks terus menggelembung menjadi industri miliaran
dolar tiap tahunnya!

Akhirnya Germaine Greer mengakui bahwa berbagai strategi yang dipakai
di tahun 1960-an tidaklah membawa hasil yang jelas kalau bukan malahan
membawa kerusakan. Yang terjadi saat ini bukanlah pembebasan wanita
dari ketertindasan tetapi tidak lebih dari sekedar menggantikan
ketergantungan wanita dari satu hal ke hal lainnya. Wanita memberontak
dari ketergantungannya terhadap pria di awal gerakan feminisme,
terutama di tahun 1970-an, tetapi mereka kini ganti tergantung pada
hal-hal lain seperti industri kosmetika dan fashion.

Contoh terakhir adalah satu lagi icon feminisme, perempuan aktivis
feminisme dari kalangan Yahudi yang ikut berperan besar dalam
penggodokan Plan of Action Konferensi Beijing 1995 yang bernama Bella
Abzug. Selama puluhan tahun Bella berada di garis depan kaum feminisme
yang menyuarakan kemandirian dan kesamaan hak bagi perempuan di segala
lini. Ketika Bill Clinton berkuasa, dia menjadi salah satu pendukung
vokal Partai Demokrat. Di belakang wanita ya

[wanita-muslimah] Tirani Dibalik Seni

2006-03-23 Terurut Topik caklis
Ass Wr Wb
Ada artikel menarik bagi pengagum feminisme Indonesia.

Wass
Caklis


http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2913&Itemid=1


"Tirani Dibalik Seni"

Kamis, 23 Maret 2006

//Kaum feminis Barat sangat mengecam pornografi bahkan tergabung dalam
Women Against Pornography (WAP). Kaum feminis Indonesia sebaliknya.
Malah menganggap mengekang perempuan dan seni//

Oleh: Syamsuddin Arif *)

Musim panas 1978, seorang guru besar fotografi dan seni di Universitas
Cornell, Jacqueline Livingston, dipecat dari jabatannya. Keputusan itu
dikeluarkan tidak lama setelah Jacqueline memamerkan foto-foto aurat
suami, mertua dan anak lelakinya. Bagi Jacqueline, hasil jepretan
kameranya itu adalah karya seni yang bermaksud menjelajahi batas-batas
kebebasan dan kesusilaan, kebiadaban dan kesopanan. Namun tidak
demikian halnya bagi pihak universitas, dinas sosial dan masyarakat
pelindung anak-anak Amerika. Jacqueline dinilai telah `bertualang
terlalu jauh' dan telah melakukan pelecehan seksual. Di tengah
hangatnya kontroversi Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi (RUU APP) saat ini, kisah profesor seni tersebut bisa
menjadi pelajaran, betapa seni tidak boleh buta nurani, estetika
jangan mengabaikan etika.

Berbagai macam alasan penolakan terhadap draf undang-undang anti
pornografi dan pornoaksi itu memang menarik untuk dicermati. Misalnya
kekhawatiran jika disahkan undang-undang tersebut bakal memasung kaum
perempuan, mematikan kreativitas seni, merampas hak privasi dan
kebebasan anggota masyarakat. Juga kecemasan apabila ia menjadi pintu
masuk pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia. Namun semua alasan ini
hanya prima facie masuk akal, jika tidak terkesan berlebihan.
Seolah-olah Indonesia adalah negara pertama dan satu-satunya yang
hendak membuat aturan tersebut.

Kalau kita menengok ke negeri-negeri lain, undang-undang serupa
berkaitan `industri seks' (istilah ini menunjuk segala kegiatan
produksi, promosi, exhibisi, sirkulasi, distribusi, komersialisasi dan
konsumsi apa saja yang dikategorikan sebagai pornografi maupun
pornoaksi (adegan erotis, pentas cabul, perzinaan, pelacuran,
penyimpangan seksual, dan sebagainya) telah lama dibuat.

Di Amerika Serikat, ada Comstock Act yang berlaku sejak 1873, meskipun
belakangan diamandemen atas dasar hak pribadi dan kebebasan individu
yang diakui oleh konstitusi negara itu - seperti tercermin dalam
putusan Supreme Court untuk kasus Stanley v. Georgia (1969) dan
Lawrence v. Texas (2003). Selain itu juga ada undang-undang khusus
untuk melindungi anak bangsa dari pornografi (Child Pornography
Prevention Act 1996).

Demikian pula Inggris mempunyai undang-undang anti cabul (Obscene
Publications Act) sejak 1857 dan anti pelanggaran seksual (Sexual
Offences Act 2003). Perancis mengaturnya dalam undang-undang hukum
pidana (pasal 222-32 du code pénal 1994) yang merupakan revisi dari
pasal 330 undang-undang sama yang diterbitkan pada 13 Mei 1863.

Kreativitas seni tidak semestinya muncul dari, karena dan untuk
seksualitas belaka. Kalau mau jujur, ekploitasi aurat dalam bentuk
tulisan, gambar, patung, nyanyian dan adegan cabul sebenarnya lebih
sering bermotif ekonomi ketimbang seni. Industri hiburan dan jasa
berbau seks memang salah satu ladang bisnis yang keuntungannya
terbukti paling menggiurkan. Laporan CBS News (edisi September 5,
2004, "Porn In The U.S.A.") menemukan, masyarakat Amerika
membelanjakan tidak kurang dari 10 milyar dolar per tahun untuk
konsumsi pornografi saja. Wajarlah jika pengusaha-pengusaha besar
berduyun-duyun menanamkan modalnya di sektor ini.

"I was rather shocked to find that these are pretty bright business
people who are in it to make a profit. And that is what it's about,"
ungkap Bill Lyon yang mewakili 900 serikat bisnis porno di negeri itu.
Mereka menjadi besar dan mempunyai daya tawar karena di California
saja industri aurat ini tiap tahun menyetor sebanyak 36 juta dolar
pajak kepada Pemerintah. Tidak seberapa, dibanding jumlah ratusan juta
dolar yang rutin diperoleh DirecTV dari apa yang diistilahkan sebagai
`hiburan orang dewasa' itu. Sementara para pelakonnya berlindung di
balik ekspresi seni.

"The way I look at it is, this is kind of an art to me. I'm
performing. I'm doing it because this is my job and I'm entertaining
the masses," ujar seorang penari erotis remaja, Jenna Jameson,
berkilah seraya mengaku telah meraup lebih dari 1 juta dolar dalam
setahun dari pentas dan jasa yang dilakoninya. Mereka yang panen uang
dari sektor ini jelas tidak peduli sama sekali terhadap dampak buruk
yang terjadi: runtuhnya moralitas, meningkatnya kriminalitas, dan
maraknya hedonisme.

Pemberantasan pornografi dan pornoaksi sesungguhnya senafas dan sejiwa
dengan sila kedua dasar negara kita: menjunjung tinggi dan berupaya
mewujudkan nilai-nilai "kemanusiaan yang adil dan beradab", bukan
nilai-nilai kebinatangan yang tida

[wanita-muslimah] Pornografi dan Liberalisme

2006-03-14 Terurut Topik caklis

//Wartawan senior Indonesia menuduh RUU APP  `berbau Arab'. Nabi dan
Imam Syafi'i juga orang Arab, tapi mengapa kita mau mengikutinya?
Catatan Akhir Pekan Adian Husaini ke 139//


http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2871&Itemid=1



"Pornografi dan Liberalisme"

Selasa, 14 Maret 2006


Oleh: Adian Husaini


Menyusul maraknya aksi penolakan terhadap RUU Anti-pornografi (APP),
beberapa hari lalu, seorang muslim yang tinggal di Bali menelepon
saya, dan memberitahukan kondisi kaum Muslim Bali yang semakin
terjepit. Kadangkala, mereka mendapat tuduhan, bahwa RUU APP adalah
salah satu bentuk Islamisasi.

Jika RUU itu nantinya disahkan, maka Bali pun akan diislamkan, dan
wanitanya dipaksa memakai jilbab. Entah dari mana isu itu ditiupkan di
Bali, sehingga sampai muncul ancaman, jika RUU APP diterapkan, maka
Bali akan memerdekakan diri dari Indonesia.

Ancaman semacam ini dulu juga nyaring terdengar di kalangan kaum
Kristen tertentu, ketika RUU Pendidikan Nasional akan disahkan. Mereka
mengancam, Papua dan Maluku akan memisahkan diri, jika RUU Pendidikan
Nasional disahkan. Tetapi, ketika RUU itu disahkan menjadi UU,
gertakan mereka juga kurang terdengar lagi.

Kaum Muslim Bali dan banyak komponen masyarakat lainnya di sana, jelas
sangat mengharapkan lahirnya satu Undang-undang yang bersikap tegas
terhadap tayangan-tayangan pornografi dan pornoaksi yang semakin
meruyak di belantara tanah air Indonesia.  Pada tahun 1945, kaum
Muslim juga ditekan untuk mengganti Piagam Jakarta, dengan alasan
ancaman separatisme wilayah tertentu.

Pornografi adalah musuh umat manusia beradab, sehingga selama ini
selalu ada upaya agar manusia yang masih bertelanjang, diberikan
pekaian penutup tubuh mereka. Anehnya, sebagian argumentasi penolakan
RUU APP justru berorientasi kepada primitivisme.

Ada yang berpendapat, jika RUU ini diterapkan maka suku-suku tertentu
yang selama ini biasa hidup telanjang akan terkena ancaman pidana.  
Logika kaum liberal ini sebenarnya carut-marut dan paradoks.

Pada satu sisi mereka mengagungkan progresivitas (dari bahasa Latin :
progredior, artinya, saya maju ke depan), tetapi pada sisi lain,
mereka justru mundur ke belakang, dengan memuja nativitas dan
primitivitas.

Sayangnya, suara-suara masyarakat yang sehat, seakan tersekat. Logika
mereka tersumbat oleh gegap gempitanya gerakan penolakan RUU APP 
dimotori oleh LSM-LSM dan public figure tertentu yang berpaham
liberal, yang meyakini `kebebasan' sebagai ideology dan agama mereka.
Kebebasan, menurut mereka, adalah keimanan, yang tidak boleh diganggu
gugat. Karena itu mereka menolak berbagai pembatasan, baik dalam hal
agama atau pakaian. Kata mereka, itu wilayah privat, wilayah pribadi
yang tidak boleh dicampurtangani oleh negara. Maka mereka pun
berteriak: biarkan kami berperilaku dan berpakaian semau kami, ini
urusan kami! Bukan urusan kalian! Bukan urusan negara! Negara haram
mengatur wilayah privat! Itulah logika dan keimanan kaum liberal,
pemuja kebebasan.

Karena RUU APP dianggap melanggar wilayah privat, maka mereka
berteriak lantang: tolak RUU APP! Ketika kasus Inul mencuat, seorang
tokoh liberal menulis dalam sebuah buku berjudul "Mengebor
Kemunafikan": "Agama tidak bisa "seenak udelnya" sendiri masuk ke
dalam bidang-bidang itu (kesenian dan kebebasan berekspresi) dan
memaksakan sendiri standarnya kepada masyarakat…Agama hendaknya tahu
batas-batasnya."

Logika kaum liberal yang mendikotomikan antara wilayah privat dan
wilayah publik itu sebenarnya logika primitif, yang di negara-negara
Barat sendiri sudah kedaluwarsa. Sejak lama manusia sudah paham, bahwa
kebebasan individu selalu akan berbenturan dengan kebebasan publik.

Karena itulah, di negara-negara Barat yang memuja liberalisme, ada
peraturan yang membatasi kebebasan manusia, yang memasuki dan mengatur
wilayah privat, baik dalam soal tayangan TV, pakaian, minuman keras,
dan sebagainya.

Ada kode etik dalam setiap jenis aktivitas  manusia. Tidak bisa atas
nama kebebasan, orang berbuat semaunya sendiri. Masalahnya, karena
peradaban Barat adalah peradaban tanpa wahyu, maka peraturan yang
mereka hasilkan, tidak berlandaskan pada wahyu Allah, tetapi pada
kesepakatan akal manusia. Karena itu, sifatnya menjadi nisbi, relatif,
dan fleksibel. Bisa berubah setiap saat, tergantung kesepakatan dan
kemauan manusia.

Di Indonesia, karena liberalisme sedang memasuki masa puber, maka
tampak `kemaruk' (serakah) dan memalukan.

Semua hal mau diliberalkan. Ketika terjadi penolakan masyarakat
terhadap kenaikan harga BBM, seorang aktivis Islam Liberal tanpa
malu-malu menulis di jaringan internet, bahwa jika kita menjadi
liberal, maka harus `kaffah', mencakup segala hal, baik politik,
ekonomi, maupun agama.

Kaum liberal di Indonesia belum mau belajar dari pengalaman
negara-negara Barat, dimana liberalisme telah berujung kepada
ketidakpastian nilai, dan pada akhirnya membawa manusia kepada
ketidakpastian dan kegersangan batin, karena jauh dari keyakinan dan
kebenaran abadi.

M

[wanita-muslimah] "Teori Konspirasi" Anti-Porno

2006-03-09 Terurut Topik caklis
http://www.hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=2855&Itemid=1

"Teori Konspirasi" Anti-Porno

Jumat, 10 Maret 2006

//Bambang Harymurti pemimpin redaksi majalah TEMPO bersemangat 
mengkampanyekan sebuah teori konspirasi. Katanya, RUU AAP, tersembunyi 
konspirasi Timur Tengah//


Jum'at, 10 Maret 2006


oleh Dzikrullah *)

 


Biasanya, majalah TEMPO selalu menolak dengan sinis teori konspirasi 
jika itu diajukan oleh kalangan Muslim. Konspirasi Israel-Neo-Con 
dibalik serangan 9/11,  ditolak. Konspirasi RMS-Kristen Internasional-
kekuatan-kekuatan Barat di balik kerusuhan Ambon-Poso, ditolak juga.  
Konspirasi IMF-Multinational Corporations-Barat Anti-Islam di balik 
kejatuhan Soeharto, ditolak.  Konspirasi Kristenisasi Internasional-
Bisnis Konglomerat-CSIS di balik gerakan pemurtadan umat Islam 
Indonesia, ditolak. Namun, tadi pagi (9/3/2006) di ruang Diponegoro 
hotel Mandarin Jakarta yang adem, Bambang Harymurti pemimpin redaksi 
majalah TEMPO bersemangat mengkampanyekan sebuah teori konspirasi. 
Menurut dia, segala usaha menggolkan RUU Anti-Pornografi-Pornoaksi 
(RUU-APP) semata-mata merupakan agenda politik tersembunyi Ikhwanul 
Muslimin dan Hizbut-Tahrir dari Timur Tengah, demi memaksakan nilai 
dan gaya hidup mereka di sana kepada bangsa Indonesia. Weleh-weleh-
weleh.

Bagi puluhan wartawan bule yang hadir dalam diskusi Jakarta Foreign 
Correspondent Club itu (kebanyakan tentu wartawan politik), sudah 
pasti teori konspirasi Bambang jauh lebih menarik untuk digali, 
ketimbang keprihatinan seorang ibu, Santi Soekanto, pembicara lain 
dalam forum itu. Santi – yang mewakili Aliansi Masyarakat Anti-
Pornogradi dan Pornoaksi, yang juga wartawan senior-- datang membawa 
komputer penuh dengan file berupa gambar, potongan koran, berita 
koran, iklan, clip film dan sinetron Indonesia, yang menunjukkan 
benang merah usaha yang luar biasa raksasa untuk merusak anak-anak dan 
remaja Indonesia lewat pornografi. Salah satu yang ditayangkan di 
forum itu adalah sebuah adegan sinetron remaja di SCTV, di mana 
beberapa pasang pelajar SMA berseragam menonton film porno. Mereka 
digambarkan terangsang, lalu satu per satu meninggalkan ruangan untuk 
memuaskan syahwatnya.

Menanggapi argumen Santi, Bambang yang lulusan Universitas Harvard, 
Amerika, mengatakan, "Kalau berbagai tayangan dan penerbitan porno itu 
menjadi sebab perkosaan dan lain-lain, tentu Skandinavia adalah 
kawasan yang tingkat perkosaannya paling tinggi. Tapi, Timur Tengah 
justeru yang tingkat perkosaannya paling tinggi, di mana peraturan 
justeru sangat ketat." Ck..ck..ck.. serampangan benar tuduhan Bambang 
terhadap negera-negara Timur Tengah itu.

Bambang juga berkali-kali menuduh, bahwa Aliansi (Santi dan kawan-
kawan) sebenarnya tidak peduli pada pornografi. Buktinya, katanya, 
pasal-pasal dalam KUHP sudah cukup untuk menyeret pelaku pornografi, 
namun Aliansi dan mereka yang mengusung RUU-APP tidak pernah melakukan 
tekanan kepada polisi untuk mengambil tindakan tegas guna melaksanakan 
pasal-pasal itu. Meskipun tuduhan "tidak pernah melakukan tekanan 
terhadap polisi" itu asal bunyi (karena usaha-usaha itu nyatanya sudah 
dilakukan), secara jujur memang gejala korupsi di kalangan penegak 
hukum juga harus jadi perhatian kita. "Jadi, mereka (Aliansi) ini 
sebenarnya lebih peduli pada agenda tersembunyi, yaitu mendorong 
pelaksanaan syariat Islam di negeri ini, seperti Taliban di 
Afghanistan. Saya menghawatirkan, potensi gerakan kekerasan jika RUU 
ini diberlakukan."

Analisis ini diamini oleh Leo Batubara, salah satu Ketua Dewan Pers, 
yang berbulan-bulan ini sangat bersemangat membela majalah porno 
Playboy Indonesia agar boleh terbit di sini. "Saya tidak suka 
multiparty system, tapi saya suka multi-posision (dalam melakukan 
hubungan seks)," katanya. "Dari mana saya dan istri saya bisa belajar 
posisi-posisi itu kalau bukan dari media porno?" Hadirin tertawa. 
Menurut Leo, kebutuhan orang dewasa akan pornografi juga harus 
dilindungi dengan undang-undang. Ia menyimpulkan, RUU-APP ini hanya 
salah satu cara pemerintah Presiden SBY untuk menyenangkan hati 
Majelis Ulama Indonesia supaya kekuasannya didukung terus, sekaligus 
mendapatkan cara baru untuk mengontrol kebebasan pers.

Leo juga berkali-kali mengklaim, bahwa 41 juta orang Sunda pasti 
menolak RUU-APP itu, karena akan mengkategorikan tari jaipongan 
sebagai pornoaksi. tayuban di Jawa, tari Bali, dan orang Papua yang 
hanya berkoteka juga dikhawatirkan Leo akan ditangkapi polisi. Suami 
isteri yang berciuman di depan umum juga akan ditangkap. "Ini gerakan 
Taliban Afghanistan, atau Saudi Arabiyah, mau dipaksakan kepada bangsa 
Indonesia," katanya berapi-api. Teori konspirasi lagi.

Berbagai tema yang berkembang di media massa, di ruang-ruang DPR, dan 
di masyarakat seputar RUU-APP tumpah di forum wartawan asing itu. 
Semua keberatan itu dikemas dengan sangat menarik lewat dua isu, 
"konspirasi Islam militan Ikhwanul Muslimin-Hizbut Tahrir-Timur 
Tengah-Pro-Tali

[wanita-muslimah] "Jihadnya Muslimah"

2006-03-04 Terurut Topik caklis



klik di: http://www.hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=2831&Itemid=1

 "Jihadnya Muslimah"

//Pengalaman para Muslimah mempertahankan keyakinanannya menutup 
aurat, adalah 'perjuangan' yang maha berat. Di bawah ini sebuah kisah 
pengalaman nyata mereka//

 

 

Sabtu, 4 Maret 2006 

 

 

 

 


Oleh: Al Shahida
 

 

 

 


 
 

Dalam perjalanan menuju Hackney, London sebelah timur untuk sebuah 
pertemuan. Dua sahabatku sibuk membincang masalah jilbab.

"Saya heran.. kenapa siih jilbab tetap hangat dan sangat kontravesial 
dan masih banyak yang pro dan kontra antara kita sendiri? Saya tidak 
heran siih kalau yang kontra adalah non, yang tak  hentinya meributkan 
soal jilbab, ya engga sis?," kata sister Kosser yang duduk 
disebelahku.
 
"Lah pendapatmu gimana sis?, " balas Nazma yang duduk dibelakang 
bertanya balik.
 
"Kamu sendiri sejak kapan pakai jilbab ?"
"Baru Juli lalu tuuh..kami pulang dari Haji bulan April, " jawab 
Kosser.
 
"O baru tokh...welcome to the club," aku mengucapkan selamat pada 
Kosser.
 
"Memang berat banget sih memulainya. Jadi masalahnya memang musti ada 
pemahaman dulu, gak bisa dipakasain tuuh, " ujarnya.
 
"Jadi gimana tuuh mulanya sis?" desak Nazma penasaran.
 
"Oh cukup panjang ceritanya sis, " jawab Kosser sambil memutar 
badannya kebelakang.
 
"Aku juga bingung sendiri padahal aku khan sudah melakukan ibadah 
haji, aku bener bener bingung loh, malah perang batin dan stres 
sendiri. sampai sepertinya aku mendzalimi diri sendiri," tukasnya 
lagi.
 
"Oh begitu..lalu ditempat kerja gimana, ada masalah ?" tanyanya lebih 
penasaran.
 
"Tidak sih cuma banyak yang terkesima bahkan ada yang agak sinis. Tapi 
yang sinis malah orang kita sendiri... huh dasar. Aku sudah siap ko 
sis,"  menegaskan.
 

Sementara aku sibuk mencari nama jalan, kebetulan memang hari sudah 
cukup gelap.  Percakapan mengenai jilbab kian menghangat dan terus 
berlangsung sampai rumah yang kami cari kita kutemui. Kami parkir pas 
didepan pintu gerbang.
 
"Ntar diterusin lagi ya sis cerita soal jilbab, menarik sekali tuuh," 
pintaku.
 
"OK sis pasti disambung. Ntar ketemuan dong waktu lunch ke kantorku, " 
ia mengundangku.
 
 
Kami tiba di rumah sister Amina yang cukup lama menanti kedatangan 
kami.
Amina, Muslimah yang muallaf,  campuran antara Scottish dan Carribean 
menyambut kedatangan kami. Kami disuguhi  minuman teh panas English 
tea, yaitu teh dicampur susu segar,  lengkap dengan makanan kecil.
 
Petang itu kami rapat membincang masalah pendataan dan merancang 'data 
base' bagi anak anak yatim Indonesia yang akan dipadukan atau 
dijodohkan dengan para calon orang tua asuh atau donatur kami.
 
Rapatpun usai hingga pukul 10 malam, usai itu makanan ala Carribean 
dihidangkan oleh Amina beserta suaminya Abdulkarim pengarang dan 
author the 'The Shadow'. Satu pekerjaan telah selesai, lalu kami pamit 
dan pulang.
 
 
Seminggu kemudian
 
Seperti yang pernah kita janjikan aku akan datang memenuhi undangannya 
sister Kosser, tapi kami ganti menjadi sore,  jam 5, usai kantor untuk 
minum kopi. Kutemui di kantornya yang megah itu..
 
Sister Kosser asli Pakistan. Sosoknya tinggi semampai, satu satunya 
Muslimah yang mengenakan jilbab digedung CityGroups, gedung yang 
bersebelahan dengan Menara Canary Warf, Trade Centernya London, pusat 
perdagangan, perbankan, assuransi, finance dll-nya.
 
Kami mencari coffee shop  yang masih buka dan sudi melayani kami. 
mengingat gedung ini melulu perkantoran maka tak heran rata rata 
warung kopi, kantin dan restoranpun mulai menaikkan kursi kursi diatas 
meja, pertanda warung akan ditutup.
 
Mulailah Kosser berceloteh tentang asal muasal dia berjilbab.
 
"Sis.. pernah lihat film dokumentasi tidak mengenai perjalan Haji..?" 
dia memulai.

Aku mencoba mengingatnya. Ooo.. aku baru sadar kalau dia adalah 
pemerannya, ternyata ia seorang selebriti Muslimah.
 
"Ohh jadi itu kamu sis.. jadi kamu sudah haji dong..?" Kosser 
mengangguk diiringi senyum bangga.
 
"Tapi...aku tertekan sendiri sis, ada perang bathin dalam diriku!" 
tambahnya lagi. Sambil menikmati capuccino mulailah  Kosser 
berceloteh;
 
"Jadi...ceritanya disuatu pagi saat saya bangun tidur, biasanya saya 
langsung kekamar mandi ambil wudhu untuk sholat subuh. Kali ini saya 
duduk lama ditepi tempat tidur. Merenung. Lalu saya bertanya pada diri 
sendiri..kalau tiba tiba saya mati gimana..?" itu yang terbetik 
dibenak saya.
 
"Ya Allah! aku menarik napas dalam dan saya sangat ketakutan, sedih 
dan ngeri..saya sadar kalau saya belum patuh pada perintahNya. Padahal 
pada saat saya berhaji saya telah berjanji untuk berserah diri. Lalu 
saya kekamar mandi. Saya malah menangis dikamar mandi, lama sekali 
setelah itu saya keringkan air mata barulah berwudhu.Saya menarik 
napas dalam dan beristighfar", ujarnya, lalu:
 
"Saya mencoba sholat subuh, memulai takbir tapi koq hati rasanya 
hancur luluh, saya tak paham.. akhirnya saya kekamar mandi lagi 
mengulang whudu, barulah saya bisa sholat denga

[wanita-muslimah] Re: Asyiknya ke "Bandar Poligami" (Mereka Suka)

2006-02-05 Terurut Topik caklis
Aneh yang mengatakan mereka wanita tertindas!. 
Memangnya saat dinikahi mereka di paksa di bawah senjata?
Mereka toh mau dan suka.
Kalau tak suka, kenapa mau dipoligami?
Memangnya nikah kamping apa!

Yang sering mengatakan yang dipoligami itu ditindas itu umumnya para
Aktivis Perempuan atau kelompok Feminisme.
Tak tau, kenapa para aktivis perempuan ini sirik banget.

Dan umunya wanita yang tak laku dipoligami. Hehehe
Atau sudah tuwir umurnya jadinya kaga laku. hehehe

Bagus juga di Indonesia dikampanyekan Poligami, biar aktivis perempuan
meradang!!!

Wass
Caklis



=
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Memang demikian, soalnya harganya mahal gak bisa bersaing.
> Padahal produknya juga sama dengan yg dijual di tempat lain.
> 
> Di Indonesia memang kayaknya 'megap-megap'.
> Mereka masih ' nomaden'. Jika di rasa di suatu tempat tidak
menguntungkan, di bayang2-i
> intel dari indonesia atau malaysia mereka pindah...
> Jadi tak punya aset tetap. Inilah yg membedakan dengan di malaysia. 
> Di Bukit Sentul juga di'awasi' oleh pemerintah
> Lantaran Nurdin M Top mungkin belum ketangkap dan diduga lari ke
kelompok ini, 
> seperti di Pekanbaru juga ada pesantrennya.
> Di sana setiap harinya banyak truk2 tentara, polisi. Juga perlu
pemeriksaan dari satpam. 
> Pakai kartu pas, untuk masuk ke komplek dimana mereka tinggal, yg
juga bercampur dengan 
> masyarakat lain
> Lantas tak ada kepemilikan pribadi, semuanya milik rame2 :-))
> Jika orang luar datang kesana membawa penganan, barang2 khusus untuk
seorang anggota.
> Artinya oleh2 itu juga bisa dipunyai, dinikmati oleh yg lain.
> Mirip negara sosialis mungkin, yg kerja keras dapatnya 100 yg cuma
nikah melulu, juga dapatnya 
> 100 meski dia gak kerja. Menikah itu juga untuk berdakwah katanya. :-)))
> 
> Bayangkan saja seorang kepala keluarga dari perusahaan minyak harus
menyetorkan jerih payahnya
> yg lebih besar ke perkumpulan ini.
> Para isteri2 itu juga tidak dinafkahi lahir batin seperti layaknya
para poligamers di indonesia.
> Bisa saja seorang isteri di tinggal suaminya sampai berbulan-bulan,
tidak di gauli.
> Suaminya lebih lama di tempat yg muda, dengan alasan pekerjaan
dakwah..dlsb. :-)
> Namanya isteri di sana gak boleh ongkang2 kaki mengurus rumah dapat
uang dari suami. Mereka harus bekerja.
> Misal mengurus semua anak2 yg  jumlahnya buanyak sekali. Ada yg
bertugas di dapur umum, Ada yg di klinik.
> Ada yg mengajar. Jangan tanyakan standarnya sesuai atau tidak dengan
kurikulum pemerintah. 
> Para muda itu disiapkan untuk meneruskan perjuangan 'dakwah'
ortunya. Yg laki2 mungkin akan punya banyak isteri.
> Dari bekerja begini mereka mendapatkan uang untuk kehidupannya. 
> Para suami di kumpulan ini adalah orang yg berbahagia [ menurut saya
pribadi]
> Sementara poligamers di indonesia menikah lantaran banyak duit, di
sini gak usah berduit juga bisa 
> punya isteri yg banyak.
> Para perempuan di kumpulan ini adalah orang yg tertindas, sengsara,
kecuali yg no 4.:-)
> Mereka dinikahi, untuk bekerja di barisan belakang.
> 
> l.meilany
> [ punya kerabat di kumpulan ini. ]
> 
>   - Original Message - 
>   From: Ari Condro 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Friday, February 03, 2006 9:10 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Asyiknya ke "Bandar Poligami"
> 
> 
>   Sekilas aktivitas Darul Arqam  sekarang jamaah rufaqah.  Kalau di
>   Indonesia bisnisnya DA nampaknya sedang surut, kalau melihat
conter conter
>   mahal mereka di berbagai toserba makin hilang dari pandangan mata,
suqul
>   umar dan suq lainnya juga
> 
>   Kalau melihat Bandar ini bangunannya oke juga untuk ukuran
Indonesia.  :)
> 
> 
>   salam,
>   Ari Condro
> 
>   - Original Message -
>   Asyiknya ke "Bandar Poligami"
>   PESAWAT yang ditumpangi "PR" mendarat di Bandara Internasional
Kuala Lumpur,
>   Sabtu (14/1), sekira pukul 12.05 waktu setempat. Iseng-iseng, "PR"
bertanya
>   kepada beberapa sopir taksi tentang alamat tujuan yang tertulis di
kertas
>   undangan.
> 
> 
> 
> SALAH satu sudut ruko jemaah Rufaqa' di "Bandar Poligami" Bandar
>   Country Homes (BCH) Rawang Selangor Darul Ehsan Malaysia.* ACHMAD
>   SETIYAJI/"PR"
> 
>   "O, this is islamic village," tutur seorang sopir yang akhirnya
diketahui
>   berasal dari keturunan India.
> 
>   "I am sorry. I don't understand," ungkap "PR" dengan nada menyelidik.
> 
>   "Islamic village is" Belum sempat sopir keturunan India itu
>   menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba datang rekannya yang berasal dari
>   Malaysia. Dia membaca