RE: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Bukannya malu, tapi buat saya gak penting atau setidaknya bukan sesuatu yg perlu ditonjolkan. Tapi kalau masih terjebak dalam kerangka pemikiran yg fokus ke mempertanyakan how moslem are you, mungkin agak susah memahami ini. Padahal, simple aja sebenarnya. Meniru judul lagu yg dibuat temen saya: jadi orang (muslim) itu biasa saja.. hehe.. Human comes first. Tapi bukan berarti jadi humanist yg menganggap semua agama itu sama dan yg penting adalah kebaikan thd sesama. Hehehe.. maaf kalau jadi bingung, ya? Itu cara saya memahami dan memaknai agama sih. Wassalam, Herni From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lina Dahlan Sent: 07 Mei 2008 10:51 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> --- In HYPERLINK "mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com"wanita-muslimah@yahoogroups.com, "herni sri nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Halo mbak Mia, > > The question is not how moslem are you, but... How to be a good person? > > Disimpan muslimnya, dan jadilah manusia saja :-) > > Dearest Mbak Hernie, Kenapa disimpan muslimnya? Malu? Mengapa tidak menjadi How good moslem are you? wassalam, No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.9/1416 - Release Date: 05/05/2008 17:11 No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.9/1416 - Release Date: 05/05/2008 17:11 [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Halo mbak Mia, Mbak Mia emang jeli deh, tau aja kalau saya membajak isunya dan ngomong ngelantur, hehehe... kebiasaan jelek. Maap. Memang itu sebabnya saya lebih senang belajar penafsiran hukum atau penafsiran dalam ilmu humaniora dibandingkan penafsiran yang digunakan dalam ilmu2 teologi. Karena di teologi, memang jadinya adalah pembenaran, atau apa yg dianggap benar. Mau ditafsirin spt apapun, sumber awalnya tidak bisa diubah. Pada akhirnya, statis. Meskipun pake argumentasi sumber awalnya itu bisa fleksibel juga mengikuti jaman. Tapi tetap saja toh, tidak bisa mengubah si sumber. Beda dng aturan hukum atau kitab yg dibuat manusia. Asumsinya memang tidak sempurna. Tapi karena sifat ketidaksempurnaannya ini, yg justru membuka peluang utk melakukan penafsiran dng lebih leluasa. Dan buat saya lebih menarik hehehe.. Tapi ironisnya, justru penafsiran hukum sbg sebuah metode di dalam ilmu hukumnya sendiri tidak terlalu berkembang. Malah yg di ranah teologi yg lebih berkembang. (PS. Makasih mbak lina atas pencerahannya. Kalau boleh, sekalian kasih referensi bacaan, gitu? Jangan yg bikin kepala pusing ya hehe) Kembali ke laptop, mungkin yg perlu dibicarakan adalah titik temu, menempatkan identitas keagamaan kita di ranah privat. Mungkin diskusinya perlu diarahkan ke perubahan cara pandang dalam melihat identitas itu sendiri sbg sebuah identitas yg tidak perlu diperlihatkan. Orang yg berkoar-koar soal identitasnya kan sebenarnya karena takut... takut tidak diselamatkan. Maksudnya, dia butuh pembenaran ke diri sendiri, kalau dia nantinya diselamatkan. Dan mungkn.. setidaknya, kalau hatinya tau bahwa orang lain tidak diselamatkan, kan hatinya jadi lebih tenang. Padahal itu kan ketenangan yg semu, ya gak sih? Jahat juga, kok tenang diatas ketidakselamatan orang lain. Berhentilah menebak2 kata Tuhan. Berpotensi kepeleset jadi tuhan kecil. Yg kedua, kalau identitas spt itu adalah identitas yg tidak perlu diperlihatkan, dalam pengertian disimpan saja di ranah privat. Lantas membuka pertanyaan berikutnya, identitas spt apakah yg perlu diperlihatkan di ranah publik? The question is not how moslem are you, but... How to be a good person? Disimpan muslimnya, dan jadilah manusia saja :-) Mungkin orang agama bisa belajar ma orang hukum, soal pembagian publik-privat ini. Karena di hukum kan ada pembagian hukum publik ma privat. Tapi kemudian jadi blunder terutama di level peraturan perUUan, antara yg publik ma privat, gara2 ke-chaos-an di ranah agama. Lha, lahirnya perda2 sektarian sekarang kan mulanya dari situ? Eh, gak keluar dari box ya? Malah makin ngawur.. Maap deh, lagi pusing sama yg lain. herni From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mia Sent: 06 Mei 2008 18:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> Kembali ke laptop, jadi minimal kita bersetuju dimana? Lina: Jelas, dalam dunia (materialis) ini, orang ini menggunakan akal sehingga dia tidak "dihinakan" (sesuai dengan QS10:100). Lalu apakah orang ini termasuk orang yang "tidak diselamatkan" karena tidak mukmin? Herni: Sebenarnya, keputusan "diselamatkan atau tidak" ini masuk hak eksklusifnya Allah bukan ya? Aku yakin, tanpa bertanya ini pun, kita semua setuju bahwa 'keselamatan hanya Allah yang berkehendak insha allah'. Tapibagaimana konsekuensi dari keyakinan atau kesetujuan kita itu dalam prilaku kita sehari2, itu yang panjang ceritanya. Berdebatlah siang malam, mba Herni dan mba Lina akan mentok juga dengan persepsi atau pentafsiran masing2 dengan Quran. Kita akan menemukan pembenaran masing2. Agama Islamlah yang paling benar di sisi Allah, tapi...orang Yahudi, Kristen para ahli kitab jangan bersedih selama mengikuti kitab masing-masing...etc.. Jadi? What's beyond this? Bagaimana kita bisa berpikir outside the box? Kan cocok tuh dengan judul di atas...seandainya salam Mia --- In HYPERLINK "mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com"wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Dearest Mbak Herni, > > Susah neh kalo bicara ama orang sepinter mbak Herni ini, bahasanya > tinggi dan ngilmiah meski dibawakan dengan nyantai. > > Dalam menangkap makna yg tersirat dari yg tersurat, butuh ilmu. Baca > yang tersurat aja sudah butuh ilmu (paling gak ya ilmu kudu'), > apalagi yang tersirat. Kalau sudah menyangkut ilmu, ya pasti ada > metodologi dan keketatan konsep. Ya, jadinya bagi yang mau tau arti > tersirat itu kudu' punya ilmu tafsir. Lah, saya juga gak punya ilmu > tsb. Baru baca buku mengenai ilmu tafsir saja, eh yang kebaca malah > soal problematiknya. Waduh problematiknya aja buanyak > amat...he..he...jadi males deh. Sehingga Motodenya banyak juga > konsepnya. Wah...berat deh. Bener kalo dibilang ""ilmu pengetahuan > amat luas, sedangkan usia itu pendek". (Bukan otak yang terbatas > tuh, mbak katanya! tapi usia yang pendek). > > Ada yang m
RE: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Halo lagi mbak Lina, Makasih atas pencerahannya. Kalau boleh, minta dicerahkan lebih lanjut lagi dong.. hehehe. Ini terkait dng metode dan keketatan konsep tadi dalam menangkap makna yg tersirat dari yg tersurat tadi. Yg umumnya gimana ya? Kalau di bidang agama, terus terang saya tidak tahu. Saya taunya, metode penafsiran di bidang hukum, hehehe... Kebetulan saya sedang mendalami lagi soal interpretasi hukum ini. Biasa, karena keterbatasan otak saya, pelajaran di bangku kuliah mudah menguap, jadi harus baca2 lagi :-) Kalau di hukum, sebenarnya penafsiran tidak digunakan ketika aturan hukum diterapkan (peradilan) saja tapi juga ketika aturan hukum diciptakan (legislasi). Yg terakhir yg sering dilupakan orang. Malam ini kebetulan ada talkshow di Green Radio jam 8 malam ttg harmonisasi peraturan perUUan. Sebenarnya berkaitan juga dengan topik penafsiran/interpretasi hukum, tapi gak tau apakah isunya akan dibawa kesana, karena kebetulan nanti malam teman saya yg ngisi talkshownya. Saya bisa pingsan duluan kalau disuruh ngomong di depan mic, hehehe. Eniwei, kembali ke laptop, pada penafsiran hukum di peradilan sendiri metodenya bermacam2 dan sangat detail. Faktor perbedaan sistem hukum juga sangat berpengaruh. Pastinya di kajian agama pun demikian ya? Kalau di hukum, interpreting itu bisa diartikan implementing/following the rules or go against it :-) Jadi bisa saja hakim punya pandangan bahwa aturan yg dibikin oleh legislator itu salah. Saya beri tanda kutip karena salah dalam konteks penerapan pada suatu kasus tertentu ditambah observasi hakim dalam menangkap konteks kekinian. Meskipun hakim dibolehkan untuk melakukan hal ini, bukan berarti dijalankan tanpa keketaatan metodologi, malah sebaiknya, tidak saja metodologi tapi juga ketersediaan bahan2 pendukung bagi hakim untuk melakukan ini. Di Indonesia, hal ini sulit dilakukan karena dokumentasi legislasi yg tersedia pun tidak mendukung. Kalau dalam hal penafsiran agama, Sang legislator tentu tidak bisa disalahkan. Tapi toh tetap membuka celah interpretasi untuk go against it dalam pengertian beyond texts. Kata beyond tentu tidak bisa diartikan dng keluar tapi melampaui makna literal dari teks itu sendiri. Ini tentu dua hal yg berbeda, bukan? Sementara keterkaitan teks dng konteks sendiri setau saya dipelopori di kajian2 agama (?) sori, bukan orang filsafat hehehe. Metode yg sama juga mulai dikembangkan oleh para pakar hukum. Saya sudah nemu buku2 mengenai ini, tapi belum khatam2. Pusing bacanya, hehehe. Yg kedua, berkaitan dng si iblis yg mbak bilang, memang pemikiran/ideologi si penafsir pun saya rasa turut ambil bagian. Ada yg bilang elastisitas teks itu sendiri tergantung dari si penafsir. Ada yg tidak mau merentangkannya sama sekali, ada yg merentangkannya jauuh sampai mungkin teksnya sendiri hampir putus, hehe. Tapi dimanakah faktor subyektif si penafsir ini diposisikan dalam metodologi tadi? Dan bagaimana ia bisa ditangkap oleh kita, si pembaca sang penafsir? Mungkin kalau saya mau tau detailnya tidak akan cukup untuk diuraikan disini sih, tapi mungkin mbak Lina bisa memberikan pencerahan lebih lanjut yg umum2 saja soal ini. Makasih sebelumnya dan maaf bila merepotkan mbak Lina. Semoga amal ibadahnya dalam memberikan pencerahan ini dibalas oleh Allah Yang Maha Pemurah, amin :-) Wassalam, Herni From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lina Dahlan Sent: 05 Mei 2008 14:07 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> Mbak Herni, Iya Mbak. Memang sebatas yang tersirat dari yang tersurat saja kok. Betul mbak keketatan metodologi dan konsep diperlukan dalam menelaah ayat. Itulah ilmu tafsir yang ketat metodologinya. Bukan sekedar 'akal-akalan' kita meskipun akal diperlukan. Agama memang untuk (orang) yang berakal. Maksute, agama bukan untuk binatang. Meski, banyak orang mengaku beragama namun kelakuannya melebihi binatang dalam konteks tertentu. Itu karena ada iblis yang menghendaki untuk ingkar, katanya. Sori ya iblis, kamu ta' jadiin gara-gara...:-) Wassalam, --- In HYPERLINK "mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com"wanita-muslimah@yahoogroups.com, "herni sri nurbayanti" mailto:[EMAIL PROTECTED]"[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Lina, > > > > Sebenarnya, keputusan "diselamatkan atau tidak" ini masuk hak eksklusifnya > Allah bukan ya? > > Kalaupun ada penjelasan mengenai hal ini, lebih bersifat menelaah (dng > menggunakan "akal" juga sih) akan maksud2 tersirat dari yg tersurat. > > Menebak2 keputusan atau "pendapat" Allah gimana dalam hal ini. Ke- ketat-an > metodologi dan konsep tetap diperlukan, tapi pada akhirnya... > > siapa yang tau bahwa kita masuk golongan yg diselamatkan atau tidak > nantinya? > > > > Emang hobi manusia untuk menebak2 yg gak keliatan kali ya. > > A dangerous "mind-playing".. berpotensial untuk keterusan jadi tuhan-tuhan > kecil. > > Tapi di sisi lain, perlu ada c
RE: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Mbak Lina, Sebenarnya, keputusan diselamatkan atau tidak ini masuk hak eksklusifnya Allah bukan ya? Kalaupun ada penjelasan mengenai hal ini, lebih bersifat menelaah (dng menggunakan akal juga sih) akan maksud2 tersirat dari yg tersurat. Menebak2 keputusan atau pendapat Allah gimana dalam hal ini. Ke-ketat-an metodologi dan konsep tetap diperlukan, tapi pada akhirnya... siapa yang tau bahwa kita masuk golongan yg diselamatkan atau tidak nantinya? Emang hobi manusia untuk menebak2 yg gak keliatan kali ya. A dangerous mind-playing.. berpotensial untuk keterusan jadi tuhan-tuhan kecil. Tapi di sisi lain, perlu ada counter-pemikiran dalam hal ini juga. Jadinya, debat antar tuhan-tuhan kecil... hehe. Pikiran awam aja sih. Makanya, mohon pencerahannya juga :-) Wassalam, H From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lina Dahlan Sent: 05 Mei 2008 12:19 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> Ki Binasmara, Andai ada orang yang tidak beriman, dalam arti atheist, namun dia sangat menggunakan akalnya untuk menggali ilmu-ilmu duniawi (ilmu fisika bahkan ilmu filsafat), bagaimana kedudukan orang seperti ini menurut ayat-ayat yang telah Ki Bina jelaskan dibawah. Jelas, dalam dunia (materialis) ini, orang ini menggunakan akal sehingga dia tidak "dihinakan" (sesuai dengan QS10:100). Lalu apakah orang ini termasuk orang yang "tidak diselamatkan" karena tidak mukmin (QS10:103) ? Mohon pencerahan. wassalam, Lina --- In HYPERLINK "mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com"wanita-muslimah@yahoogroups.com, "binasmara" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ---> > > Baik-baik Ustadz, semoga saja yang saya salin berikut dapat mudah > dimengeri. Tulisan ini saya buat sambil bersedih hati mendengarkan > ceramah Amir MMI yang menjelaskan Islam harga mati... sehingga bagi > orang Islam itu Hidup yang paling penting itu Syariat Islam. Syariat > Islam itu harga mati.. tidak ada syarat... [berarti tidak boleh berolah > akal dan pikiran, ya?]. > > QS 10-100 (Yunus 100) tentunya diawali paling tidak ayat 99 sbb: > Dan kalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orng di muka bumi > seluruhnya. Apakah engkau HENDAK MEMAKSA manusia supaya mereka menjadi > orang-orang mukmin? > > 100: DAN TIDAKLAH seseorang BERIMAN melainkan dengan IZIN ALLAH, dan > Allah MENIMPAKAN KEHINAAN KEPADA ORANG-ORANG yang tidak MEMPERGUNAKAN > AKALNYA. > > Sebetulnya ada dua ayat lagi yang lebih menegaskan ayat 100 itu yi ayat > 101 dan 102, yang kemudian ditutup oleh ayar 103 pada bahasan tentang > mempergunakan akal dan pikiran itu sbb: "Kemudian KAMI selamatkan rasul- > rasul kami dan orang-orang yang beriman. Demikianlah HAK KAMI > menyelamatkan orang-orang mukmin. > > Rasanya tanpa diulas pun sudah jelas betapa TUHAN menciptakan manusia > itu sebagai makhluk berakal. Dan dengan akal itu diberi kebebasan > memilih untuk beriman atau tidak. Maka Allah menyatakan "...kalau > Tuhanmu menghendaki..." bukan berarti Tuhan menghendaki adanya orang > tidak beriman, tetapi manusialah yang dibebaskan berkehendak jadi > mukmin atau yang selainnya, maka tidak ada orang beriman kecuali atas > IZIZIN ALLAH... bukan take for granted Tuhan menyiptakan si fulan > atau si badu yang mukmin, kemudian si iblis itu ingkar! Tapi ya memang > Iblis menghendaki untuk ingkar. [QS 2: 30-34] --> Iblis dinyatakan oleh > TUHAN termasuk olongan orang-orang yang KAFIR, lho.. bukan musyrik... > hehehehe... mengingkari keimanan karena tidak mempergunakan akalnya > yang telah nyata-nyata ditunjukkan bukti, bahwa Adam lebih 'tahu' dari > mereka karena QALAM Tuhan... dan itu akal... LOGOS.. LOGY.. > > Kemudian di ayat 100 jelas dikemukakan.. bahwa Allah akan menimpakan > kehinaan kepada orang-orang yang TIDAK MEMPERGUNAKAN AKALNYA.. lho kan? > Jelas kan? maka simpulannya ya ada di at-Tiin ayat 4 - 5. Maka sudah > siapkah kita menjadi bagian at-Tiin ayat 5 jika tidak mau menggunakan > akal dalam rangka mewujudkan at-Tin ayat 6-7 sembari meyakini ayat 8? > > > Welh apa sih kamu ini Bina? Ilmumu belum cukup sana belajar > lagi... ber-Iqra' lagi... membaca alam semesta bacalah lagi tanda- > tanda... > - > > Bina Smara Santa > > No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1404 - Release Date: 29/04/2008 18:27 No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1404 - Release Date: 29/04/2008 18:27 [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages K
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Saya setuju... Ki Bina. Tolong dijelaskan QS 10:100 itu dengan bahasa yang sederhana agar mudah ditangkap maknanya oleh pembaca milis ini. Mohon maaf mulai sore ini saya tak aktif dulu di milis hingga pertengahan mei karena saya sedang mempersiapkan makalah untuk The Third International Postgraduate Consortium on Accounting di Universitas Brawijaya Malang pada 8-9 Mei ini. Pada konsorsium itu saya sebagai salah seorang nara sumber "Intuition: Driving Our Business". Wassalam, chodjim - Original Message - From: binasmara To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, May 02, 2008 10:03 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> wah senangnya daku.. ternyata posting SEANDAINYA memperoleh runtutan balasan yang haibat-haibat... pertama: "jika semua muslim fasih berbahasa arab" ternyata tidak menjamin ketenteraman... lha apalagi jika tidak fasih berbahasa arab? kedua tentang belajar islam lho kan di Indonesia ini ada Universitas Islam Negeri yang dulu namanya Institut Agama Islam Negeri, satu-satunya mungkin di dunia ini lembaga pendidikan tentang agama yang bernaung dibawah departemen (satu satunya juga di dunia) agama. cuma kalau berlajar berislam itu yang perlu dipikirkan gimana caranya... ketiga, islam dianggap dien paling sempurna sehingga tidak usah dicocok-cocokkan dengan akal manusia... lho lha kalau gitu agama ini bukan untuk makhluk berakal, apa? gimana nih Ustadz Chodjm perlu dijelaskan dengan QS 10:100 gak? wah-wah wah manusia mengingkari kemanusiannya nih gimenong? dengan kesimpulan tetang bahasa adalah: Dalam Berislam ternyata BAHASA ARAB tidak MUTLAK karena memang tidak ada perintah: shlatlah kamu semuanya dengan bahasa ARAB tetapi lebih banyak 'ingatlah'.. dzikrullah (kalau tak salah juga, wong memang tak fasih bahasa Arab kok..;-)). satu satunya perintah melakukan shalat yang sangat menghunjam sanubari-ku adalah ayat ketiga surah Kautsar yang dirangkai dengan perintah ANHAR... keduanya menjadi perintah yang adalah konsekuensi manusia dalam memperoleh karunia Allah... lain itu tidak. nuhun ka sadayana... balasan-balasan anda semua semakin menguatkan pemahaman... tidak perlu pindah kuliah... hehehehehe... atau anda semua begitu karena terlalu jenuh, ya? jenuh mengikuti sistem pendidikan di negeri ini, yang sejak tahun 70an akhir mengubah mata pelajaran BERHITUNG (pasti, 1 + 1 = 2) menjadi MATEMATIKA (logika, 1 + 1 bisa 2 bisa 3-1, bisa 4/2 dst..). terlalu lama anda semua dilatih berlogika sehingga melupakan bahwa akal dan logika itu pasti diperlukan dalam beragama seperti ke- mantapan anda-anda semua memilih agama ISLAM... selamilah lebih dalam samudera hati... disana akan ketemu mutiara pengendali kesadaran dari pikiran anda yang lain... hehehehe... seperti datangnya wahyu... yang datang tidak pandang waktu dan kondisi... [mirip dengan selamatnya seorang gila berjalan di pinggir jalan tak pernah ketabrak mobil sebab kalau ketabrak yang aneh justru penabraknya itu nabrak kok ya orang gila... wong jalan saja otomatis milih di kanan kok] bnsmr [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
ah ente sih GR..merasa mewakili muslim jadi kalo ente dikritik, dikirain kritik thd muslim yang disimpulkan itu bukan muslim secara keseluruhan, tapi hanya muslim-muslim tertentu...model FPI... - Original Message - From: wawan wawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, April 29, 2008 1:11 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA ---> biasalah itu bu lina, sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu pencuri. satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. poligami ? cukup angkat topik agym. teroris? cukup tulis amrozi. padahal, gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, coba tanyakan ke mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20. On 4/29/08, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Wah. Mbak Aisha ini, kalo di jamannya Orba dulu, bisa dijadikan > Penatar dalam Penataran P4 neh?...:-) Pedoman Penghayatan dan > Pengamalan Pancasila. Pasti maknyus! > > Masalahnya memang tak ada manusia sempurna. Kita berharap kepada > orang yang berlatar pesantren, lalu kuliah di timteng sampai S3 > bidang agama, fasih berbhs arab, menulis disertasi..kemudian menjadi > seorang 'nabi'. Ketika harapan kita itu kandas oleh karena org tsb > menjadi terdakwa kasus korupsi, maka kecewalah kita. Katanya, orang > yang levelnya sudah S3 di bidang agama, setannya di level S4, > mbak...:-) > > Mungkin sebaiknya kita tidak berharap kepada siapapun selain Allah. > Jadi, gak perlu ada rasa kecewa. Kita menjadi nabi bagi diri sendiri > dulu aja, kali ya?. Weih sulitnya! > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu > jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak > ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal- > hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam > Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa > Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah > ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga > berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, > melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, > kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal > dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. > Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar > memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya > itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang > tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan > hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke > penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak > mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:) > > > > salam > > Aisha > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
Di milis memang ada keterbatasan untuk memahami karena pendapat anggota dituangkan dalam bentuk tulisan yang pendek dan kadang-kadang dibaca cepat juga sehingga rawan atau mudah disalah pahami. Mba Lina, saya bukan ingin menjelaskan bahwa saya kecewa terhadap ahli agama level S3 tapi koruptor, dan saya juga tidak mengharapkan semua muslim semulia nabi. Saya menjelaskan salah satu contoh doktor koruptor itu selain orang Arab yang akhlaknya buruk itu untuk membahas isi dari thread ini tentang "Seandainya seluruh orang Islam fasih berbahasa Arab, sehingga tidak perlu terjemahan dan penafsiran terhadap isi kitab suci kemungkinan besar masalah begini-begini tuh gak akan muncul menyesatkan kelompok lain, menon-muslimkan orang-orang yang ngaku islam... hehehehee" yang dimunculkan mba/pak Binasmara, maka saya menjelaskan tentang paham-hayati-terapkan prinsip-prinsip agama, bukan sekedar fasih bahasa Arab. Bagaimana mba Lina? Pak Wawan, saya juga tidak bermaksud untuk men-generalisir sesuatu, misalnya jika si Fulan seorang yang ahli agama dan fasih Arab itu koruptor, maka seluruh ahli agama yang fasih Arab itu koruptor. Kasus Aa Gym, dia dianggap ulama dan poligami dengan cara nikah sirri tanpa sepengetahuan istri sahnya, lalu setelah diberitakan, istri sahnya masuk RS, kemudian baru mengurus nikah sahnya setelah ketahuan masyarakat. Lewat kasus Aa Gym itu saya tidak menganggap semua ulama nikah sirri seperti itu, ada yang memang melakukan poligami dengan nikah lagi di depan petugas KUA, artinya ulama itu terang-terangan menikah resmi lebih dari satu kali, lalu ada lagi ulama seperti buya Hamka yang tidak menikah lagi karena menurut almarhum, ayahnya pelaku poligami dan dia merasakan tidak enaknya punya satu ayah dan punya ibu tiri selain bisa merasakan kesedihan dan penderitaan ibunya yang dimadu. Jadi, ulama juga berbeda-beda bukan? Yang perlu didiskusikan, apakah memang poligami itu memang satu keharusan yang wajib dilakukan semua muslim, atau satu pintu darurat untuk kasus-kasus tertentu saja? "Satu FPI, cukup untuk bilang islam agama perusak?" Maksudnya ini bagaimana? kembali lagi, ini bukan masalah 1 FPI atau 2 FPI atau 1000 FPI, tapi sorotannya kembali lagi, apakah masalah-masalah yang ada itu harus dengan penyelesaian kekerasan? saya melihat di keluarga besar saya, keluarga yang Muhammadiyah yang kebetulan dokter mencoba menyelesaikan masalah kesehatan dengan pelayanan di poliklinik secara gratis atau kalaupun ada biaya, hanya mengutip biaya kecil untuk pengganti biaya listrik dan OB di poliklinik. Sementara keluarga Muhammadiyah lainnya yang guru, menjadi guru di sekolah yang didirikan Muhammadiyah tanpa bayaran. Keluarga Muhammadiyah lainnya sibuk berkeliling mencari donatur untuk membiayai panti asuhan bagi anak-anak yatim piatu yang miskin. Sementara keluarga yang NU juga di rumahnya dipenuhi anak-anak yatim yang ortunya miskin, dia tidak mendirikan plang di depan rumahnya dengan tulisan panti asuhan, tapi dia menyisihkan rezeki yang diperolehnya untuk merawat, membimbing dan menyekolahkan anak-anak malang ini. Jadi saya lihat banyak jenis muslim untuk menanggulangi masalah umat Islam, apakah saya bisa mengatakan bahwa dokter, guru, donatur panti asuhan,dll di atas ini sebagai muslim perusak dan islam agama perusak? yang saya ingin tahu adalah bagaimana FPI menanggulangi masalah umat, apakah hanya dengan kekerasan saja seperti yang saya lihat di tv dan di koran? apakah FPI mempunyai panti rehabilitasi para pelacur, pecandu alkohol, dll jika mereka tertarik untuk membebaskan umat Islam dari pelacuran dan minuman keras? Atau mereka hanya menyelesaikan dengan menghancurkan tempat-tempat yang dianggap tempat maksiat saja? "teroris? cukup tulis amrozi." ini maksudnya apa pak Wawan? Apakah bapak setuju dengan cara Amrozi untuk menyelesaikan masalah umat Islam? Bagi saya pribadi, jika seseorang dinamakan teroris karena dia melakukan pemboman, tidak peduli apakah dia beragama Islam atau agama lainnya, itu bukan perbuatan baik dalam pemahaman agama Islam saya. Jika misalnya alasan membom itu karena benci AS yang dianggap kaum kafir, lalu kenapa misalnya membom kedubes dan korbannya juga satpam, orang yang sedang melintas mau pergi kuliah, dll yang ternyata muslim juga. Pemboman di Bali juga ada korban-korban yang sedang membeli tiket disuruh atasannya, orang itu juga muslim yang bekerja di Bali dan dia punya anak istri yang akhirnya kehilangan pencari nafkah. Masihkah kita menganggap mereka pahlawan yang memperjuangkan Islam? Jika mba/pak Binasmara berandai-andai orang-orang fasih Islam, pak Wawan menyatakan "gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, coba tanyakan ke mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20" Apakah pengetahuan tentang keislaman seseorang hanya diukur dari berhitung dan nulis Arab saja? Cobalah kita kembali lagi mencoba memahami tulisan/pendapat orang lain dalam milis itu substansinya dan beragama j
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
belajar ,yg ini sih setuju banget mas wikan ... On 4/29/08, Wikan Danar Sunindyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > berarti kesimpulan mas wawan yang keliru > keliatannya mas wawan perlu belajar tentang islam lebih banyak lagi > > salam, > -- > wikan > > 2008/4/29 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > biasalah itu bu lina, > > > > sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan > > islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu > > pencuri. > > > > satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. > > cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. > > > > poligami ? cukup angkat topik agym. > > teroris? cukup tulis amrozi. > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
berarti kesimpulan mas wawan yang keliru keliatannya mas wawan perlu belajar tentang islam lebih banyak lagi salam, -- wikan 2008/4/29 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > biasalah itu bu lina, > > sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan > islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu > pencuri. > > satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. > cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. > > poligami ? cukup angkat topik agym. > teroris? cukup tulis amrozi.
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
gak mudeng :) sy juga gak bisa ngitung 1-20 dlm arab ... cuman yg saya yakini, sbg dien yg sempurna, bukan agama yg disesuaikan dg akal kita. On 4/29/08, IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > No no no.. you gak boleh sombong gitu you.. > Nanti I jadi sebel nih sama you.. :-p > > Hehehe.. > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
No no no.. you gak boleh sombong gitu you.. Nanti I jadi sebel nih sama you.. :-p Hehehe.. Wassalam, Irwan.K 2008/4/29 wawan wawan <[EMAIL PROTECTED]>: > biasalah itu bu lina, > > sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan > islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu > pencuri. > > satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. > cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. > > poligami ? cukup angkat topik agym. > teroris? cukup tulis amrozi. > > padahal, gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, > coba tanyakan ke mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20. > > > On 4/29/08, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED] > > wrote: > > > > > > Wah. Mbak Aisha ini, kalo di jamannya Orba dulu, bisa dijadikan > > Penatar dalam Penataran P4 neh?...:-) Pedoman Penghayatan dan > > Pengamalan Pancasila. Pasti maknyus! > > > > Masalahnya memang tak ada manusia sempurna. Kita berharap kepada > > orang yang berlatar pesantren, lalu kuliah di timteng sampai S3 > > bidang agama, fasih berbhs arab, menulis disertasi..kemudian menjadi > > seorang 'nabi'. Ketika harapan kita itu kandas oleh karena org tsb > > menjadi terdakwa kasus korupsi, maka kecewalah kita. Katanya, orang > > yang levelnya sudah S3 di bidang agama, setannya di level S4, > > mbak...:-) > > > > Mungkin sebaiknya kita tidak berharap kepada siapapun selain Allah. > > Jadi, gak perlu ada rasa kecewa. Kita menjadi nabi bagi diri sendiri > > dulu aja, kali ya?. Weih sulitnya! > > > > wassalam, > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, > "Aisha" > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu > > jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak > > ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal- > > hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam > > Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa > > Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah > > ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga > > berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, > > melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, > > kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal > > dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. > > Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar > > memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya > > itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang > > tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan > > hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke > > penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak > > mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:) > > > > > > salam > > > Aisha > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
biasalah itu bu lina, sering sy post disini, cukup satu saja ada pencuri yg kebetulan islam, maka akan cukup untuk mengambil kesimpulan semua orang islam itu pencuri. satu fpi , cukup untuk bilang islam agama perusak. cukup bilang ada minoritas yg sesat, maka akan dicap sbg pembela fpi. poligami ? cukup angkat topik agym. teroris? cukup tulis amrozi. padahal, gak usah jauh2 seberapa mereka mengerti ttg islam, coba tanyakan ke mereka suruh berhitung dan nulis arab angka 1 - 20. On 4/29/08, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Wah. Mbak Aisha ini, kalo di jamannya Orba dulu, bisa dijadikan > Penatar dalam Penataran P4 neh?...:-) Pedoman Penghayatan dan > Pengamalan Pancasila. Pasti maknyus! > > Masalahnya memang tak ada manusia sempurna. Kita berharap kepada > orang yang berlatar pesantren, lalu kuliah di timteng sampai S3 > bidang agama, fasih berbhs arab, menulis disertasi..kemudian menjadi > seorang 'nabi'. Ketika harapan kita itu kandas oleh karena org tsb > menjadi terdakwa kasus korupsi, maka kecewalah kita. Katanya, orang > yang levelnya sudah S3 di bidang agama, setannya di level S4, > mbak...:-) > > Mungkin sebaiknya kita tidak berharap kepada siapapun selain Allah. > Jadi, gak perlu ada rasa kecewa. Kita menjadi nabi bagi diri sendiri > dulu aja, kali ya?. Weih sulitnya! > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Yang dinamakan fasih itu apa ya? Fasih membaca dan menulis lalu > jadi alat untuk komunikasi? Yang seperti itu di arab mungkin banyak > ya, tapi kenapa di Arab sana pun masih ada orang yang melakukan hal- > hal yang dilarang atau tidak melakukan hal-hal yang diharuskan dalam > Qur'an? Terus di Indonesia misalnya yang bahasa ibunya bukan bahasa > Arab, ada orang-orang yang berlatar belakang pesantren lalu sekolah > ke negara timteng sampai level S3 di bidang agama, mereka fasih juga > berbahasa Arab ya karena mereka sekian tahun hidup di sana, > melakukan penelitian dan menulis disertasi dalam bahasa Arab, > kenyataannya ada juga yang jadi terdakwa dalam kasus korupsi padahal > dalam Qur'an jelas sekali bahwa ngambil hak orang lain itu dilarang. > Jadi masalah utamanya adalah kemampuan + kemauan untuk belajar > memahami, menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Fasih tidaknya > itu salah satu syarat untuk bisa lebih paham, tapi ada juga yang > tidak belajar Arab sampai fasih, jika dia belajar dengan otak dan > hati, bisa saja dia memahami dan menghayati lalu berujung ke > penerapan Qur'an dalam kehidupannya sehingga dia mempunyai akhlak > mulia, bukan akhlak berangasan di milis..:) > > > > salam > > Aisha > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: SEANDAINYA --->
saya juga nggak yakin bahwa kalaupun semua orang di dunia fasih berbahasa arab, maka permasalahan sesat menyesatkan akan berakhir dengan sendirinya. lha wong orang kafir quraisy yang dihadapi oleh nabi muhammad juga orang arab, musailamah yang dibilang sebagai nabi palsu juga orang arab, abu lahab dan musuh2 nabi waktu itu juga orang arab. salam, -- wikan 2008/4/28 Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>: > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "binasmara" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > > Bapak Chodjim dan lain-lain > > > > Seandainya seluruh orang Islam fasih berbahasa > > Arab, sehingga tidak perlu terjemahan dan penafsiran > > terhadap isi kitab suci kemungkinan besar > > masalah begini-begini tuh gak akan muncul > > menyesatkan kelompok lain, menon-muslimkan > > orang-orang yang ngaku islam... hehehehee > > > > Seandainya seluruh orang Islam fasih berbahasa Arab, tetap saja perlu > tafsir terhadap Kitab Suci. Fasih or gak berbahasa Arab, masalah akan > terus ada karena itulah hidup. Hidup adalah bagaimana mencari solusi > terhadap masalah...:-). Lagi pula Islam itu toh agama universal yang > perlu di dakwah kan keseluruh dunia, yang non-arabi sekalipun.
Re: [wanita-muslimah] Re: Seandainya Amrik nekat ? - Abraham - The Lord Will Protect His House
Janoko : Masalahnya teman-teman di Amerika itu rational, selalu berfikir jernih, jadi tidak mungkin menyerang Mekah. -- Janoko : Ada berita manis, sesuai dengan analisa janoko dalam beberapa postingnya yang lalu bahwa Amerika saling "berpelukan" dengan Islam dan Muslim. Peranan Islam dan Umat Islam dalam Politik Luar Negeri, Negara Amerika. Kita berdoa, dalam waktu yang tidak lama umat Islam di Amerika akan menentukan politik Luar Negeri Amerika. InsyaAllah. -- MPAC Director to Discuss Findings of Report Examining Muslim Americans' Role in Foreign Policy June 25, 2007 On June 26, Muslim Public Affairs Council Executive Director Salam Al-Marayati will join a distinguished panel of experts to discuss the findings of a task force of the Chicago Council on Global Affairs that considered how to engage American Muslims more fully in the national discourse on foreign policy. Click here to view the live webcast of the panel discussion from 9:00 a.m. - 11:00 a.m. on Tuesday, June 26. SEE: Chicago Council on Global Affairs' Task Force Report on Muslim Americans in the U.S. Foreign Policy Discourse Hosted by the Woodrow Wilson Center's Division of U.S. Studies, the panel on "Muslim Americans in the U.S. Foreign Policy Discourse" will also include Lee H. Hamilton (President and Director, Woodrow Wilson Center), Farooq Kathwari (Co-chair of the Task Force, and Chairman, President and CEO, Ethan Allen, Inc.), Lynn Martin (Co-chair of the Task Force, and former U.S. congresswoman and U.S. Secretary of Labor), Peter Skerry (Professor of Political Science, Boston College), Ambassador Edward S. Walker, Jr. (Adjunct Scholar, Middle East Institute), and Daniel Benjamin (Director, Center on the United States and Europe, The Brookings Institution). The Task Force, convened by The Chicago Council to examine opportunities for engaging Muslim Americans more fully in the U.S. foreign policy discourse, will report on its recommendations for: Strengthening relations between Muslim Americans and government agencies Increasing Muslim American civic and political participation Educating the American public about Islam and the American Muslim community Trengthening the structure and capacity of existing Muslim American organizations Developing new institutions for serving these ends. -- dst -- Salam --oo0oo-- total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: -- > > Janoko : > > Masalahnya teman-teman di Amerika itu rational, selalu berfikir jernih, jadi tidak mungkin menyerang Mekah. > Kelihatannya panjenengan belum pernah membaca sejarah berdirinya Ka'bah ya ? > Ka'bah didirkan oleh Nabi Ibrahim.Nabi,bapak dari para Nabi yang dihormati oleh bangsa Yahudi, orang Nasrani dan Umat Islam. > itu sejarah hanya tinggal sejarah. di qur'an pun juga disebutkan undangan untuk berhaji ditujukan kepada seluruh ummat manusia, bukan hanya pada orang "islam". tapi kenyataannya sekarang? coba aja ada orang Kristen pake kalung salib datang ikutan thawaf.. kemungkinan besar ikut diseret untuk dilempar jumroh :) Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Seandainya Amrik nekat ? - Abraham - The Lord Will Protect His House
Mas sacri tapi kenyataannya sekarang? coba aja ada orang Kristen pake kalung salib datang ikutan thawaf.. kemungkinan besar ikut diseret untuk dilempar jumroh :) - Janoko Janoko menganjurkan, sebaiknya Mas Sacri membaca lebih banyak tentang hadis yang berkaitan dengan Nabi Isa dan Imam Mahdi, supaya anda tidak salah tafsir. Ditunggu belajarnya :) Kalau engga ketemu infonya, nanti janoko coba bantu anda. Salam --oo0oo-- total_sacrifice <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: -- > > Janoko : > > Masalahnya teman-teman di Amerika itu rational, selalu berfikir jernih, jadi tidak mungkin menyerang Mekah. > Kelihatannya panjenengan belum pernah membaca sejarah berdirinya Ka'bah ya ? > Ka'bah didirkan oleh Nabi Ibrahim.Nabi,bapak dari para Nabi yang dihormati oleh bangsa Yahudi, orang Nasrani dan Umat Islam. > itu sejarah hanya tinggal sejarah. di qur'an pun juga disebutkan undangan untuk berhaji ditujukan kepada seluruh ummat manusia, bukan hanya pada orang "islam". tapi kenyataannya sekarang? coba aja ada orang Kristen pake kalung salib datang ikutan thawaf.. kemungkinan besar ikut diseret untuk dilempar jumroh :) Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]