[zamanku] E-Book Jerami dan Ilalang Kering di Pekarangan Istana (7 bag)
Detik-detik Proklamasi. Hormat Bendera Kenaikan Harga, Diiringi Dentuman Meriam Tabung Gas 17 Kali! Hiduplah Indonesia Raya.. Indonesia, Tanah Airku, Tanah Tumpas Rakyatku (ulangi!!) Indonesia, Tanah Airku, Rampas Tanah Rakyatnya (ulangi!!) Indonesia, Tanah Airku, Lumpur Hisap Rakyatnya lanjutkan... (Indonesia Raya Versi Istana Buto) kalian pikir mereka sekedar orang-orangan sawah, jerami dan ilalang kering sejatinya seperti batu yang menggenggam luka, seperti asa yang mendaku batu kulit legam rakyat pekerja, sesungguhnya padas batu karang itu “ dan di atas batu karang ini, ...keadilan sejati akan tegak” silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/07/dan-di-atas-batu-karang-ini-keadilan.html
[zamanku] Kekerasan di Priok : Bubarkan Satpol PP, Cabut Perda Tibum
FRONT OPOSISI RAKYAT INDONESIA Pernyataan Sikap Bubarkan Satpol PP dan Cabut Perda Tibum! Ganti Rejim Ganti Sistem! Satpol PP di usia 60 tahun tidak menunjukkan perubahan yang manusiawi. Keganasan Satpol PP kembali terulang di Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Ratusan warga luka-luka, sebagian terluka parah. Proses negosiasi warga yang sedang berjalan dengan menghadiri komisioner Komnas HAM tidak diindahkan. Proses negosiasi dan pengamanan kepolisian justru diciderai dengan tindakan provokatif dan represi Satpol PP terhadap warga sehingga membuat kekicruhan yang lebih besar. Saat itu juga, Satpol PP telah menciderai konstitusi dan dasar negara yang memuat nilai keadilan, hak asasi manusia, dan demokrasi. Tindak kekerasan Satpol PP di Koja bermuara pada urusan pengamanan kepentingan pemodal yang ingin menggusur tempat pemakaman warga untuk infrastruktur komersial. Seperti yang terjadi sebelumnya, Satpol PP memang dijadikan alat pemukul pemerintah daerah terhadap warga yang selama ini termajinalisasi. Tujuannya mengamankan kepentingan orang atau kelompok yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi. Untuk menjalankan itu, pemerintah bersama legislator membuat peraturan perundang-undangan (sampai ke perda-perda) yang menguntungkan pemodal dan elit birokrat. Akibatnya, warga kota yang termajinalisasi atas kota selalu digusur paksa tanpa mengindahkan hak ekonomi, sosial, dan budaya warga, termasuk keasrian lingkungan. Satpol PP sebagai alat pemukul semakin arogran karena mendapatkan dana operasional sebesar 250 milyar rupiah di wilayah DKI Jakarta. Dana sebesar itu digunakan hanya untuk mengusur puluhan ribu warga tiap bulannya dan membunuhi warga miskin satu per satu. Di bulan Maret 2010 saja, sudah tiga anak meninggal dunia akibat operasi penertiban Satpol PP. Begitu pun pada bulan-bulan sebelumnya. Sampai saat ini belum ada pertanggungjawaban hukum baik personal maupun institusional. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah, aparat keamanan, dan badan hukum merupakan bagian dari bentuk kekuasaan yang sewenang-wenang. Lebih dari itu, merupakan bentuk pengabaian hak-hak dasar rakyat yang selalu dihisap oleh rejim otoritarian, neoliberal, dan korup. Atas dasar itu, kami menuntut: 1. Bubarkan Satpol PP! 2. Cabut Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum DKI Jakarta! 3. Hentikan semua penggusuran! 4. Turunkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo! 5. Tangkap dan adili Harianto Bajoeri selaku Ketua Satpol PP DKI Jakarta! 6. Ganti rejim ganti sistem! Demikian pernyataan sikap ini. Di dalam tekad persatuan rakyat yang berlawan, kami menyerukan kepada semua elemen rakyat agar tetap melakukan perlawanan semaksimal mungkin terhadap Satpol PP yang dikendalikan oleh rejim dan sistem yang tidak pernah berpihak kepada rakyat. Hidup Rakyat! Bubarkan Satpol PP! Cabut Perda Tibum! Ganti Rejim Ganti Sistem! Jakarta 15 April 2010 [bersama Arus Pelangi, Bingkai Merah, FKW, IGJ, IKOHI Jakarta, Imparsial, JCSC, JRMK, Kasbi Jakarta, Komite Pembubaran Satpol PP, Kontras, KPI, LBH APIK, LBH Jakarta, LBH Masyarakat, PBHI Jakarta, Praxis, PRP Jakarta, Reides, Sebaja, Sebumi, Setara Institute, SKSN, UPC, Walhi Jakarta, Yayasan Anak Akar] baca juga MAKLUMAT FOR INDONESIA 15 APRIL 2010 MEI BULAN PERLAWANAN RAKYAT http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/04/mei-bulan-perlawanan-rakyat-maklumat.html
[zamanku] Menkominfo Berulah Lagi, SOS Kebebasan Berpendapat
Dukung Gerakan Melawan (TOLAK) Rancangan Peraturan Menteri Kominfo tentang Konten Multimedia karena berbahaya bagi kehidupan Internet Indonesia. Akankah paradigma represif dan total control seperti di jaman Soeharto bakal kembali terulang? Simak pandangan Enda Nasution (Presiden Blogger Indonesia), Onno Purbo, ICT Watch, Aliansi Jurnalis Independen hingga Ketua MK Mahfud MD. Tentunya juga sumber ancamannya (baca Siaran Pers No. 22/PIH/KOMINFO/2/2010 : Sikap Kementerian Kominfo Dalam Menyikapi Peningkatan Maraknya Penyalah-Gunaan Layanan Internet ) disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/02/sos-kebebasan-berpendapat-menteri.html
[zamanku] Refleksi 2009-Prediksi 2010 : Bidang HAM, Korupsi, Lingkungan Hidup dll
Outlook Pemberantasan Korupsi Bidang Penegakan Hukum Tahun 2010 : Macan Ompong Pemberantasan Korupsi.!. (ICW) Environment Outlook 2010 – Wahana Lingkungan Hidup INDONESIA Human Rights Outlook 2010: Menggunakan politik dan hukum untuk melemahkan keadilan dan merampas kesejahteraan. HRWG, KontraS, Federasi KontraS, YLBHI, Demos, INFID, Elsam, SP (Solidaritas Perempuan ) , JSKK ( Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan) Refleksi 2009 dan Prediksi Papua 2010 : PENEGAKAN HAM DI PAPUA MENURUN DRASTIS Catatan Akhir Tahun 2009 Kebebasan Pers dan Berekspresi - AJI Catatan Akhir Tahun Hak Asasi Manusia 2009 - Komnas HAM Laporan Akhir Tahun 2009 tentang Kondisi Agraria Nasional - Konsorsium Pembaruan Agraria Catatan Akhir Tahun YLBHI (2009) : Tahun Rawan Penegakan Hukum, Pemenuhan HAM dan Akses Keadilan Laporan Akhir Tahun 2009 - KOMPAS Silah kunjung link-linknya di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/2009-2010 *redaksi lentera akan berupaya terus mengupdate catatan/laporan dari berbagai institusi terpilih lainnya sepanjang akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010. semoga bermanfaat.
[zamanku] E-Book Membaca Lagi Jejak Gus Dur.
Kumpulan Puluhan Artikel/Opini. Semoga bermanfaat. Bola Demokrasi – Sindhunata; Dengan Mati, Gus Dur Abadi - Yudi Latif; KETOKOHAN. Gus Dur dalam Perspektif Keulamaan - Anwar Hudijono; PLURALISME : Penerus Gus Dur Akan Muncul - Ingki Rinaldi; Usulan Gus Dur Pahlawan Nasional - Asvi Warman Adam; Orang Besar, dari Mana Datangnya? - M Alfan Alfian; Feyerabend von Jombang - L WILARDJO; Indonesia dan Gus Dur - BENNY SUSETYO; Gus Dur Telah Pergi - Franz Magnis-Suseno; Pluralisme Pasca-Gus Dur - Zuhairi Misrawi; Menghargai dan Mencari Figur Pengganti Gus Dur - Laode Ida; "Gitu Aja Kok Repot"-nya Gus Dur - Abdul Munir Mulkhan; Warisan Gus Dur - Jaya Suprana; Politik Luar Negeri Gus Dur - Budiarto Shambazy; Dia adalah Jendela kepada Dunia -Moeslim Abdurrahman; Gus Dur, Sang Nomor Satu - Indra J. Piliang; Dua Tahun Bersama Gus Dur di Istana - Wahyu Muryadi; Kepergian Seorang Nahdliyin - Masdar F Mas'udi; Kehilangan Besar - Fachry Ali ; Pekerjaan Rumah dari Gus Dur - Garin Nugroho; Gus Dur Sebenarnya Sedang Tidur - Arswendo Atmowiloto; Mencoba Membumikan Langit – Obituari Tempo; Persahabatan Tak Biasa di Sungai Tigris – Obituari Tempo; Perginya Penakluk Hati Rakyat – Obituari Tempo dst dst Silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/kumpulan-opini-mengenang-jejak-gus-dur.html dan saya temukan puisi bagus karya bung Heri Latief ini Selamat Jalan seorang tokoh telah pergi ke langit gerakan akar rumput liar kehilangan guyonan politik bergaya ngekik tersimpan dalam hati pengikutnya nyanyian anak jalanan semakin parau debu kemerdekaan jadi bayangan dan orang makin yakin, perjuangan membela kepentingan orang miskin Heri Latief Amsterdam, 30/12/2009 narasi gambar untuk GUS dari lentera Marka Nama Jalan, Mengenang Gus Dur dari Sungailiat Bangka merayakan pluralisme, toleransi dan solidaritas marka nama jalan, jalan raya identitas raya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/mengenang-dengan-hormat-gus-dur-dari.html Anak-anak di Pantai. Mengenang Gus Dur dari Pasir Padi Bangka anak-anak menjejak pantai, bermain pada langit lapang, bermain pada laut luas tiada ada batas http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/anak-anak-dan-pantai-pasir-padi-bangka.html Menjala Ikan, Mengenang Gus Dur dari Pasir Padi Bangka belajar dengan menjalani nelayan cilik jala kecil dan ikan-ikan kecil http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/belajar-menjala-ikan-di-landai-pantai.html simak juga Catatan Akhir Tahun 2009, Menapak 2010 2009-2010. Rai Gedheg, Lanjutkan? Mari Tinggalkan Kontestasi Animal Farm Dalam Politik Indonesia! 2009-2010. Komedi Putar, Lanjutkan? Mari Melampaui Sistem Politik dan Ekonomi Yang Membusuk http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/catatan-akhir-tahun-2009-menapak-2010.html
[zamanku] E-Book Berjuang Dari Pinggiran : Narasi Pembela HAM Berbasis Korban
Bedjo Untung (Tragedi 1965/1966), Wanma Yetty (Peristiwa Tanjung Priok, 1984), Azwar Kaili (Peristiwa Talangsari 1989), Ruyati Darwin (Tragedi Mei 1998), Sumarsih (Tragedi Semanggi 1998), Mugiyanto (Penculikan Aktivis Prodemokrasi 1997/1998), Zafrullah Pontoh (Kekerasan terhadap Jamaat Ahmadiyah), Kiswoyo (PT. Istana Magnoliatama), Muhammad Mizar Al Amir (Sengketa TPST Bojong) dan Suciwati (Kasus Pembunuhan Aktivis HAM Munir 2004) menjadi narasi personal yang coba dihadirkan dalam buku ini. Narasi inilah yang kelak diharapkan bisa digunakan untuk menandingi narasi-narasi mayor yang terlanjur baku dan beku di banyak benak masyarakat Indonesia. Kesepuluh responden tersebut adalah korban pelanggaran HAM berdimensi sipil – politik maupun ekonomi, sosial dan budaya yang telah lama menjadi dampingan KontraS, LBH Jakarta dan Yayasan Pulih. Mereka ini kemudian bertransformasi menjadi pembela HAM di lingkungan mereka masing-masing dan memberi banyak inspirasi dalam gerakan advokasi HAM di Indonesia. dipetik dari kata pengantar buku Berjuang Dari Pinggiran : Narasi Pembela HAM Berbasis Korban silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/01/e-book-berjuang-dari-pinggiran-narasi.html HRSF(Human Rights Support) - Kontras - LBH Jakarta - HRWG (Human Rights Working Group) - Yayasan Pulih - Yayasan Tifa
[zamanku] E-Book Kelaparan di Negeri Yahukimo, Tanah Air Beta
LAPORAN INVESTIGASI JURNALISTIK 2009 BENCANA KELAPARAN & KEHIDUPAN DI YAHUKIMO : "KWANING KUME!" Wajah anak-anak itu tetap penuh keceriaan. Memanjat pohon, berlarian, mandi di kali, ke hutan, ke kebun hingga bersekolah. Siapa sangka anak-anak dari kampung Bomela itu nyatanya hanya makan 3 hari sekali Sementara orang-orang tua mereka yang sebenarnya punya kewajiban untuk berkebun atau berburu namun karena perut kosong, mereka tak mampu melakukan kewajiban itu. Sedang bagi yang masih memiliki sedikit kekuatan, akan mengikat perut mereka dengan semacam kulit kayu atau kain agar perut mereka tidak terasa mual saat menjalankan kewajibannya berkebun atau pun berburu.”Tali Poro Trada Isi” demikian mereka membahasakannya Kisah-kisah ini adalah bagian kecil saja dari laporan investigasi jurnalistik yang dilakukan Viktor Mambor dari Foker LSM Papua. Selengkapnya http://lenteradiata sbukit.blogspot. com/2009/ 12/kelaparan- di-negeri- yahukimo- tanah-air. html Menyuarakan Yang Tidak Bisa Bersuara dan Doa Anak Telanjang John Jonga, Penerima Anugerah Yap Thiam Hien Award 2009 Kau sudah tahu toooh Saya duduk, berdiri, berjalan, di atas lumuran darah dan serakan tulang belulang tete–nenek leluhur bangsa ini. Bapa telah meninggal, mama juga telah pergi untuk selama-lamanya setelah diperkosa oleh pasukan penyisir. Kakakku ditembak ketika anak–anak negeri mencari kebenaran dan keadilan. dipetik dari puisi Doa Anak Telanjang oleh John Jonga Dewan Juri akhirnya menganugerahkan Yap Thiem Hien Award 2009 kepada Pastor Yohanes Jonga seorang rohaniwan yang kini bertugas di Kabupaten Keerom, Papua. Pastor kelahiran Manggarai, sempat bertugas di Lembah Baliem dan Timika. Penugasan di Timika inilah yang membuka jalan perkenalan dan persahabatannya dengan Mama Yosepha penerima Yap Thiam Hien Award tahun 1999. Saat itu ia khusus menulis puisi Doa Anak Telanjang untuk Mama Yosepha yang baru saja menerima penghargaan. 10 tahun kemudian puisi ini dibacakan kembali oleh Yuliana Langwuyo di Hotel Borobudur, Jakarta, pada 10 Desember 2009 saat Pastor John juga menerima Yap Thiam Hien Award. (diceritakan oleh Andreas Harsono; John Jonga dan Mama Yosepha) ”Pastor Jonga adalah seorang rohaniawan yang bekerja melampaui pastoralnya dengan menjadi sahabat dan pembela bagi masyarakat Papua yang hingga kini masih mengalami pelanggaran hak-haknya," kata Todung saat menyampaikan hasil penilaian Yap Thiam Hien Award 2009 tanggal 7 Desember di Gedung Mahkamah Konstitusi . (liat Pastor Jonga Raih Yap Thiam Hien Award 2009, Jurnal Nasional). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muridan Widjoyo yang mengenalnya sejak 1994. Muridan menceritakan sebuah kejadian menarik tahun 1999, saat Pastor Jonga ditahan dan diinterogerasi di Kantor Polisi Mimika. “Karena mendengar itu, ibu-ibu suku Amungme dan Komoro turun ke jalan dan mengepung Polsek Mimika,” ujar Muridan. (liat Sebuah Peringatan tentang Papua, Sinar Harapan) Tidak hanya di Mimika, kemudian karena sikap dan komitmennya untuk Menyuarakan yang Tidak Bisa Bersuara, Pastor Jonga juga sempat mengalami intimidasi dari aparat keamanan di Keerom. Catatan ini secara terang berderang dapat dibaca dalam Laporan Situasi HAM di Kabupaten Keerom yang dikeluarkan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Papua Wilayah Keerom Arso Oktober (liat Kronologi Intimidasi yang Dialami Oleh Pastor John Jonga, Pr) selengkapnya (berikut link-link terkait) http://lenteradiata sbukit.blogspot. com/2009/ 12/johanes- jonga-menyuaraka n-yang-tidak. html
[zamanku] Made Wianta, Subcomandante Marcos, Romo Mangun
Spot Light - Riwayat Warna - Burung-burung Manyar saya gembira, lepas, nyaman, hiruk pikuk menikmati pameran karya-karya Made Wianta bertajuk SPOT LIGHT, hasil kerja bareng Galeri Nasional Indonesia dan O House Gallery. Berlarian, bolak-balik.. menjadi kanak-kanak kembali merayakan imajinasi merayakan warna merayakan kebebasan saya jadi ingin meneguk keceriaan kanak-kanak seperti puisi lawas Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata berikut ini Terbang melayang ke negeri impian dalam kepak sayap burung garuda Menyisir pelangi menyapu awan meniup api matahari mencicipi titik hujan pertama Mengetuk pintu surga, tok tok tok lalu sembunyi Sambil memecahkan teka-teki dari mana datangnya tawa. Lalu mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata Lucu ya kak Ayo cicipi keduanya oleh karenanya kali ini saya tidak hendak ingin menjelas-jelaskan kebesaran Made Wianta, menjelas-jelaskan aspek-aspek kualitas dan perjalanan kesenimanan Made Wianta yang menakjubkan (ia juga seorang penyair juga) sepenuhnya ingin lepas bebas sebagai penikmat yang seawam-awamnya dan kurang ajar juga barangkali ... lepas dari inginku menjadi kanak-kanak kembali, tetap saja ada gedoran palu ’apa pentingnya’, ’apa relevansinya’ apakah imajinasi, warna-warni, kebebasan, jiwa kanak-kanak ini punya relasi dengan atmosfir yang berlawan-lawan untuk mendorong perubahan sosial radikal dan revolusioner.. tuntutan kuat yang diteriakan di jalanan, dengan bacaan lugas ‘negara’ yang menembaki petani ogan ilir hukum yang kejam pada minah dan orang-orang kecil kelaparan di yahukimo warga sidoarjo yang dipaksa makan lumpur penghilangan paksa, pembunuhan yang tak kunjung menemukan keadilan korupsi dan penggadaian kedaulatan negeri sampe tandas saya katakan ya, ya, ya mari kita bertemu Romo Mangun yang lembut humanis (tapi rela membela sampai mati warga kali code yang dikasihinya) atau Subcomandante Marcos yang ... bersenjata pena dan bedil kurasa Marcos termasuk pemecah batu kebekuan gerakan sosial yang kehabisan gagasan dan kekeringan imajinasi. Juga baginya kata telah menjadi senjata yang ampuh dan mengetarkan dunia termasuk kata-kata imajinatif hingga dongeng dan anekdot Maka pada karya Spot Light saya temukan gaung Riwayat Warna Subcomandante Marcos Sejenak kemudian para dewa itu lelah dan ingin kembali tidur. Dewa-dewa ini, yang bukan dewa-dewa pertama yang melahirkan dunia, cuma ingin tidur. Maka, agar tidak lupa dan kehilangan warna-warna itu, mereka mencari cara menyimpannya. Dan saat mereka renungkan dalam hati bagaimana melakukannya, seketika itulah mereka lihat seekor kakaktua. Mereka renggut ia dan menaruh semua warna disana. Mereka buat bulu-bulunya lebih panjang agar semua warna bisa masuk. Begitulah mulanya kakatua mendapat warna dan seperti itulah ia jadinya... . agar orang-orang lelaki dan perempuan tidak lupa bahwa ada banyak warna dan banyak pikiran di dunia ini, agar dunia gembira saat semua warna dan semua pikiran punya tempatnya sendiri-sendiri. Sedang pada Romo Mangun kita bisa menemukan narasi makna kebermainan sebagai proses pembebasan dimana 'Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas dari kekangan atau kedukaan, berproses emansipatorik; dan itu hanya tercapai dalam alam dan suasana kemerdekaan. Manusia yang tidak merdeka tidak dapat bermain spontan, lepas, gembira, puas”. selengkapnya (plus link-link terkait dan puluhan karya spot light wianta) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/12/spot-light-riwayat-warna-burung-burung.html
[zamanku] Tokoh Muda Pilihan Kompas : Membaca Tanda-tanda Jaman?!
Bisa jadi anda tidak sepakat dengan pilihan Kompas ini, tapi menurut saya tetaplah sesuatu yang berharga untuk menyimak ‘profil’ mereka dan yang terpenting juga membaca apa pandangan-pandangan atas persoalan negeri ini (bagi saya kegentingan negeri ini) dan keperdulian mereka. (Format artikel-artikel adalah dalam bentuk wawancara oleh wartawan Kompas) Lebih jauh lagi kita pun bisa menilai sejauh mana pandangan-pandangan mereka adalah jawaban atas kegentingan negeri ini. Sekedar reformis atau transformatif serta evolutif/gradual atau revolusi. Down to the Earth (membumi) atau Up to the Sky (melangit)……. Atau mengambang antara langit dan bumi…. Silahkan kunjung untuk link-link artikel terkait http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/tokoh-muda-inspiratif-pilihan-kompas.html Siapa sajakah mereka? (nb. setiap harinya saya akan mengupdate tokoh-tokoh muda pilihan kompas ini, karena masih terus bergulir) TOKOH MUDA INSPIRATIF (1) Anies Baswedan Kesadaran "Melampaui Indonesia” TOKOH MUDA INSPIRATIF (2) Anas Urbaningrum Obsesi Perbaiki Sejarah DPR TOKOH MUDA INSPIRATIF (3) I Gusti Agung Putri Astrid Kartika Membangun Aspirasi dari Pedesaan TOKOH MUDA INSPIRATIF (4) Pramono Anung Wibowo Berpolitik Setelah Mapan Berbisnis TOKOH MUDA INSPIRATIF (5) Yudi Latif Menjaga Modal Demokrasi Indonesia TOKOH MUDA INSPIRATIF (6) Fadli Zon Demokrasi yang Perlu Dievaluasi TOKOH MUDA INSPIRATIF (7) Edy Prasetyono Menerobos Kebuntuan Penguatan Pertahanan TOKOH MUDA INSPIRATIF (8) Ester Indahyani Jusuf Penegakan HAM, Tak Mungkin Mundur Lagi TOKOH MUDA INSPIRATIF (9) Topo Santoso Membangun Pelindung Demokrasi TOKOH MUDA INSPIRATIF (10) – Eko Prasojo Bebaskan Birokrasi dari Kooptasi Politik TOKOH MUDA INSPIRATIF (11) Saldi Isra KPK Ambruk karena Didesain Ambruk TOKOH MUDA INSPIRATIF (12) Teten Masduki Perang Panjang Melawan Korupsi TOKOH MUDA INSPIRATIF (13) Zannuba Arifah Chafsoh Rahman Ujian Politik "Darah Biru" TOKOH MUDA INSPIRATIF (14) Zuly Qodir Mengelola Keberagaman Indonesia TOKOH MUDA INSPIRATIF (15) Budiman Sudjatmiko Optimisme untuk Indonesia yang Lebih Baik TOKOH MUDA INSPIRATIF (16) Yuddy Chrisnandi Indonesia Perlu Pemimpin Autentik TOKOH MUDA INSPIRATIF (17) Ifdal Kasim Generasi Baru Penegakan HAM TOKOH MUDA INSPIRATIF (18) Yusuf Chudlori Menjaga Benteng Terakhir TOKOH MUDA INSPIRATIF (19) Chalid Muhammad Perjuangan Kritis untuk Lingkungan Hidup TOKOH MUDA INSPIRATIF (20) Anis Matta Menjadi Penguasa Belum Tentu Memimpin TOKOH MUDA INSPIRATIF (21) Nurul Arifin DPR Jangan Pasang Badan bagi Penguasa TOKOH MUDA INSPIRATIF (22) Usman Hamid Mengalir Menuju Muara yang Sama TOKOH MUDA INSPIRATIF (23) Dradjad Wibowo Demi Pembangunan yang Berkeadilan TOKOH MUDA INSPIRATIF (24) M Fadjroel Rachman Mimpi Negeri Tanpa Korupsi TOKOH MUDA INSPIRATIF (25) Budhy Munawar Rachman Menyemai Kebebasan Beragama
[zamanku] E-Book Serial Kuliah Umum Filsafat dan Kota : Harta, Kata, Alam, Budaya
Kota dan Harta - B Herry Priyono, Kota dan Kata - F Budi Hardiman, Kota dan Alam - Karlina Supelli, Kota dan Budaya - Muji Sutrisno Lebih jauh memahami kota kita sampai ke akarnya, lebih jauh memikirkan perubahan sosial kearah kota yang lebih manusiawi dan beradab. Rangkaian Studium Generale "Philosophy in the City" ini, adalah kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta Silah kunjung disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-seri-kuliah-umum-filsafat-dan.html
[zamanku] Don Bosco, Tisna dan Umberto Eco : Kembali ke Komunitas Tatap Muka
Keluar dari Dehumanisasi (Alienasi) di Dunia Kerja dan Dunia Maya. “Kesepian adalah masalah besar.”. “. anda bisa menyebutkan banyak orang lain yang hidup dalam isolasi, dengan berbagai bentuk penyakit kejiwaan. Salah satu masalah besar dewasa ini adalah menurunnya, atau malah tidak adanya, komunitas-komunitas tatap-muka” “Yang saya kira buruk sekarang ini-baik di dunia Katolik maupun di dunia bekas Komunis atau Progresif adalah tidak adanya seorang don Bosco baru. Tak ada San Giovanni Bosco baru di abad ini yang mampu membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi terciptanya komunitas.” Lantas bagaimana dengan internet dengan komunitas mayanya... ”Bisakah komunitas maya baru seperti yang kita punya di internet melakukan hal yang sama? Tentu saja! Ia memberikan kesempatan kepada orang yang tinggal di Barat untuk berhubungan dengan orang lain, dengan tetap berada di tempat tinggalnya. Apakah ini adalah pengganti hubungan tatap muka dan komunitas? Tidak! Jadi fungsi sosial yang nyata dari, katakanlah, Internet, harus menjadi titik awal dalam menciptakan hubungan, dan kemudian menciptakan...” “Ya, komunitas-komunitas lokal. Manakala Internet melalui komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi alat perubahan sosial yang penting”. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/dehumanisasi-kita-alienasi-di-dunia.html (dalam tanda miring adalah petikan-petikan pernyataan Umberto Eco saat diwawancarai oleh Patrick Coppock ”A Conversation of Information”. Versi bahasa Indonesianya diterjemahkan dan disunting oleh Antariksa untuk buletin elektronik KUNCI Cultural Studies) Terbaru di lentera Transkrip Rekaman Bukti Rekayasa Kasus KPK Bisa di Akses Publik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/transkrip-rekaman-bukti-rekayasa-kasus.html Roadmap KADIN yang Diadopsi "Bulat-bulat" oleh Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Itu http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/roadmap-kadin-yang-diadopsi-bulat-bulat.html
[zamanku] Pak SBY-Boediono, Tahukah Anda Nasib Orang Miskin yg Sebenarnya?
Kenyataan (Bukan Seolah-olah Statistik Loh) Berapa jumlah orang miskin yang ditangkap dan diusir dari kota setiap bulannya, berapa rata-rata kasus pembakaran/kebakaran dalam satu tahun di Jakarta (71% pemukiman miskin) serta berapa orang miskin yang mengalami gangguan jiwa. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-sudah-tahukah.html Pak SBY-Boediono, 12.000 Orang Kelaparan di Pegunungan Tengah Papua! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-12-orang-kelaparan.html Pak SBY-Boediono, Ny Udin dan Bayinya "Tersandera" di Rumah Sakit http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-ny-udin-dan-bayinya.html Pak SBY -Boediono, Kusnan Sehari Hidup Hanya Dengan Rp 4.000 http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-boediono-mohon-perhatian-kusnan.html Pak SBY-Boediono, Kok Menyelamatkan Lingkungan Sambil Menjerat Leher Sendiri? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/pak-sby-kok-menyelamatkan-lingkungan.html Pak SBY-Boediono, Apakah Benar Proper KLH 2009 Akronim Program Perlindungan Kejahatan Lingkungan? http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/rezim-sby-dan-program-perlindungan.html mohon bantuan miliser untuk melanjutkan daftar pertanyaan dan gugatan ini dengan melampirkan sumber beritanya untuk saya publikasikan dalam tajuk ”Pak SBY-Boediono : Tahukah Anda?. Rakyat Bertanya, Rakyat Mengugat” kirimkan ke email saya berikut ini. kerja.pembeba...@gmail.com -
[zamanku] Dari Revolusi Industri Hingga Kiamat Perubahan Iklim?
Batu Bara, Nuklir atau Revolusi Energi Bersih! Serial E-Book dan Bacaan Online Popular untuk Anda. Berapa banyak kita dan bumi merugi akibat penggunaan bahan bakar terkotor di dunia? Dalam sejarah tercatat batu bara mendorong Revolusi Industri, Mengubah Inggris, Mengubah Dunia. Demikian pula minyak bumi yang kemudian menjadi primadona pacuan laju industri dan perekonomian dumia Apakah batu bara, minyak bumi dan mesin-mesin industri kotor, kita biarkan terus menyanyikan untuk kita kiamat perubahan iklim? Masih ada kesempatan untuk kehidupan dan bumi yang lestari walau harus bergegas [R]evolusi Energi Bersih! Revolusi Angin (bagi saya) = Spiritualitas Angin Revolusi Air (bagi saya) = Spiritualitas Angin Revolusi Panas Bumi (bagi saya) = Spritualitas Bumi Revolusi Matahari (bagi saya) = Spiritualitas Matahari NUKLIR? BUALAN ITU? NO WAY!!! Silah kunjung serial e-book dan onlinenya disini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/batu-bara-dari-revolusi-industri-hingga.html
[zamanku] Riwayat Njoto, Setelah DN Aidit dan Sjam Kamaruzaman
Setelah menggali profil, riwayat dan peran politik DN Aidit & Sjam Kamaruzaman, Tempo kembali menyajikan laporan/edisi khusus tentang Njoto (Majalah Tempo) dan Kol. Untung (Koran Tempo). Selain itu Majalah Tempo pernah pula menerbitkan edisi khusus Tan Malaka, Hatta, Natsir dan Sutan Sjahrir. Semoga liputan semacam ini menjadi pemicu proses pembelajaran kritis atas jejak sejarah bangsa ini, sekaligus pembongkaran manipulasi/monopoli tafsir (sejarah) rejim penguasa atau kelompok-kelompok dominan. Jangan ada tabu diantara kita, jangan ada tipu-tipu diantara kita. Jelas bahwa 'kebenaran sejarah" hampir pasti tidak pernah menjadi final. On going process, selalu?! link-link bacaan terkait liputan khusus ini silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/biografi
[zamanku] Semua Harus Siap Siaga : Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api (Ring of Fire)
Semua Harus Siap Siaga. Bencana Gempa Akan Terus Terjadi Senin, 5 Oktober 2009 | 03:40 WIB http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/05/03402132/semua.harus.siap.siaga (Simak juga 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/20-e-book-menuju-masyarakat-sadar.html Jakarta, Kompas - Semua harus siap siaga karena bencana gempa belum berakhir. Untuk itu, penyebarluasan informasi tentang ancaman bencana diperlukan sebagai upaya antisipasi agar jumlah korban dapat dieliminasi. Di sisi lain, masih banyak pemerintah daerah yang tidak tahu ancaman bencana dan kerawanan bencana di daerah masing-masing. Selain itu, saat ini perlu segera dilakukan evaluasi skala nasional menyangkut kondisi geologis dan kondisi bangunan-bangunan di setiap wilayah. Demikian antara lain yang terungkap dari sejumlah wawancara yang dilakukan Kompas, Sabtu dan Minggu (3-4/10), dengan Direktur Humanitarian Forum, yang juga anggota Presidium Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, Hening Suparlan, Ketua Tim Kajian Likuifaksi dan Tanah Longsor Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Adrin Tohari, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, dan Kepala Bidang Geodinamika Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cecep Subarya. ”Semua orang harus paham akan ancaman bencana yang ada di sekitarnya sehingga mampu hidup bersama situasi bencana tersebut,” ujar Hening menjelaskan. Individu harus paham Hening menegaskan, semua individu harus paham sehingga bisa mengantisipasi bagaimana saat terjadi gempa. Individu tersebut, pertama, harus mampu melindungi dirinya sendiri. Kedua, harus menginformasikan kepada keluarganya bagaimana melindungi diri mereka. Ketiga, harus mampu melindungi harta bendanya. ”Mengingatkan keluarga itu penting karena mungkin saat bencana datang, ia tidak bersama keluarganya. Mungkin istri atau suami di tempat lain, anak di sekolah, lalu mereka itu harus bagaimana. Ia harus memberi tahu bagaimana cara-cara penyelamatan diri. Soal harta benda, misalnya mereka lalu mengasuransikan harta bendanya, menyimpan barang-barang berharga dengan lebih aman, mengatur listrik agar tak mudah terjadi hubungan pendek, mengatur jalur evakuasi di rumah, dan lain-lain,” ujar Hening. Hal senada dikatakan Surono. ”Untuk itu, butuh kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemerintahan terkecil. Indonesia merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar,” katanya. Tugas memberikan informasi secara luas kepada publik ada di tangan pemerintah daerah. Masalahnya, kata Hening, ”Masih jarang pemerintah daerah yang mengerti ancaman bencana yang ada di daerahnya, termasuk bencana gempa.” Ia mencontohkan, setelah terjadi bencana gempa besar di Yogyakarta tahun 2006, ada bupati yang langsung mencari tahu tentang kondisi daerahnya, tentang ancaman bencana di daerahnya, ke ITB. ”Ia tak ingin kejadian serupa terjadi di wilayahnya,” ujarnya Kendala lain, kata Surono, adalah jarak kebijakan dengan dampak kepada masyarakat sering kali jauh karena saat penyusunannya belum tentu melibatkan masyarakat dengan baik. ”Kebijakan itu harus disusun bersama-sama masyarakat. Masukan dari para ahli sangat penting,” katanya. Evaluasi segera Adrin dan Surono menegaskan perlunya pemerintah daerah segera mengevaluasi kondisi wilayah masing-masing menyangkut kondisi geologis dan memeriksa struktur bangunan demi mengurangi risiko bencana. ”Demi keselamatan warga, evaluasi harus dilakukan segera. Kejadian di Padang dan Jambi patut menjadi pelajaran penting bagi daerah lain,” kata Adrin. Surono menekankan, ”Belum terlambat bagi setiap daerah untuk memeriksa kondisi wilayah, terutama bangunan seperti hotel atau kantor yang biasa menjadi tempat berkumpul banyak orang.” Ambruknya Hotel Ambacang di Kota Padang menjadi contoh penting perlunya analisis risiko segera dilakukan. Kewaspadaan ekstra patut dimiliki daerah ”langganan” gempa. Getaran yang datang rutin secara teknis melemahkan struktur bangunan yang dirancang kuat sekalipun. ”Kasus Hotel Ambacang bisa jadi terkait gempa-gempa kecil sebelumnya yang rutin terjadi di Kota Padang, terutama sejak tahun 2005,” kata Adrin. Oleh karena itu, evaluasi berkala penting dilakukan pengelola gedung atau bangunan. Untuk mengurangi risiko tersebut, tata ruang yang tepat disesuaikan dengan kerawanan bencana gempa juga dibutuhkan. Saat ini, menurut Cecep, Rancangan Undang-Undang Tata Informasi Geospatial Nasional yang di dalamnya mengatur antara lain tentang perencanaan tata ruang wilayah nasional masih digodok di DPR. ”Yang saya khawatirkan adalah pelaksanaannya nanti kalau sudah disahkan. Siapa yang akan mengecek apakah UU itu dilaksanakan. Apakah izin mendirikan bangunan itu juga sudah menyertakan syarat yang sesuai dengan standar bangunan tahan gempa?” kata Cecep yang terlibat aktif
[zamanku] 20 E-Book Menuju Masyarakat Sadar Bencana
Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api* Tanpa melupakan prioritas utama bagi penanganan korban/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di Sumbar, Jambi dan Bengkulu atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya, ada urgensi yang tidak bisa ditunda lagi untuk mempercepat tumbuhnya (atau revitalisasi) masyarakat sadar bencana dan masyarakat tanggap bencana. Berikut adalah kompilasi 20 E-book/Buku Online yang semoga relevan untuk mendorong tumbuhnya Masyarakat Sadar Bencana dan Masyarakat Tanggap Bencana. Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan bacaan-bacaan ini. Selain itu mohon bantuannya untuk memberikan referensi buku-buku online atau artikel yang relevan. salam solidaritas untuk saudara yang berduka dan berbeban berat serta doa untuk yang berpulang. amin E-Book Manual Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PPBM) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-manual-panduan-penanggulangan.html E-Book Serial Komik Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/e-book-komik-panduan-penanggulangan.html E-Book Publikasi Untuk Keadaan Darurat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book.html E-Book Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-rencana.html E-Book Upaya Organisasi Masyarakat Sipil dalam Pengurangan Resiko Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-upaya.html E-Book- Prinsip-prinsip Panduan Bagi Pengungsian Internal PBB http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-prinsip.html E-Book Partisipasi Anak-Anak Dalam Situasi Konflik dan Bencana http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book_02.html E-Book Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/10/masyarakat-sadar-bencana-e-book-pedoman.html Lain-lain : E-Book : Kapitalisme Bencana dan Bencana Kapitalisme http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/seri-lawan-neoliberalisme.html TAJUK RENCANA Jumat, 2 Oktober 2009 | 04:58 WIB http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/02/0458077/tajuk.rencana Urgensi Hidup di Cincin Api Masih segar ingatan kita pada kejadian siang 2 September lalu, ketika sejumlah tempat di Jawa, Bali, dan Sumatera diguncang gempa besar. Dampak gempa itu belum sepenuhnya selesai kita tangani, pada Rabu (30/9) petang gempa besar kembali mengguncang Indonesia. Kali ini guncangan besar berukuran 7,6 skala Richter melanda Sumatera Barat. Dari apa yang kita ikuti melalui berita, sungguh dahsyat gempa yang terjadi di Sumatera Barat ini, khususnya di Kota Padang yang porak poranda. Menjadi harapan kita, korban yang tertimbun dapat segera dievakuasi dan korban selamat dapat diberikan pertolongan sebaik-baiknya. Mari kita singsingkan lengan baju untuk menolong saudara kita yang kini menderita akibat bencana alam yang hebat ini. Solidaritas, satu perasaan, itulah yang kita yakini dapat meringankan hati para korban. Kita juga berharap program tanggap darurat pemerintah dapat diimplementasikan dengan efektif. Efektivitas itu antara lain diperlihatkan dengan kecepatan memberikan pertolongan. Memang, sekarang ini fokus dan prioritas sepenuh-penuhnya kita pusatkan untuk mengevakuasi korban yang terjepit dan tertimbun dalam reruntuhan, lalu selekas-lekasnya memberikan pertolongan medis kepada korban yang luka-luka. Kita tangani pula korban yang kehilangan tempat tinggal, yang mungkin harus tinggal dalam tenda yang dingin. Selanjutnya, manakala suasana sudah lebih baik, sebaiknya kita memikirkan langkah serius guna meminimalkan dampak dan jumlah korban gempa. Misalnya saja untuk bantuan, sudah waktunya kita menyiapkan sarana pengiriman selain materi bantuannya sendiri. Soal-soal ini sudah waktunya kita pikirkan serius agar kita ke depan tidak setiap kali kaget oleh bencana. Pada dasarnya, kita perlu menginventarisasi lebih cermat perlengkapan keselamatan bagi kita yang ditakdirkan hidup di Cincin Api, kawasan yang dikelilingi gunung berapi dan lempeng tektonik aktif. Ini kita angkat agar kita tidak lalai. Apa yang kiranya bisa disebut sebagai tanggung jawab dan kewajiban dalam kaitan ini? Antara lain, kita membutuhkan lebih banyak lagi ahli gempa, yang akan membuat peta lengkap kawasan bencana. Mereka juga bertugas melakukan riset dan pemantauan. Dengan demikian, kita akan bisa membuat persiapan lebih baik, seperti menyiagakan kawasan yang rawan bencana; kita latih penduduknya untuk menghadapi setiap kemungkinan bencana. Program mitigasi—upaya untuk meminimalkan dampak bencana—kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup warga; kita siagakan alat-alat ekskavasi berat di kawasan bencana karena satu hari nanti gempa akan terjadi lagi. Pekerjaan lain masih
[zamanku] Prosa Kota-kota Imajiner : Renungan dan Imaginasi Tentang Kota
Amati sepintas jalan-jalan yang kau lalui, mereka seolah halaman-halaman penuh tulisan : kota itu mengatakan segala yang seharusnya kau pikirkan, membuatmu mengulang wacana yang ia cetuskan, dan di saat kau percaya bahwa kau mengunjungi Tamara, kau hanya merekam nama-nama yang ia gunakan untuk mendefinisikan dirinya dan semua bagian-bagiannya. (Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 14) Para pelancong, yang datang, akan melihat dua buah kota: satu muncul di atas danau, dan yang lainnya dipantulkan, terbalik. Tiada satu pun kehidupan yang terjadi di Valdrada pertama yang tidak diulang di Valdrada yang kedua, karena kota itu memang dibangun agar segala sesuatunya terpantul di cermin, dan Valdrada yang ada di bawah air tak hanya berisi semua galur dan tonjolan muka gedung yang ada di atas danau, tapi juga interior ruangan dengan langit-langit dan lantai, perspektif bangsal-bangsal, cermin-cermin lemari pakaian. (Kota-kota Imajiner, Italo Calvino, Fresh Book 2006, hal 18) (baca juga 10 artikel renungan tentang kota, link terlampir) Kota-kota Imajiner adalah terjemahan karya Italo Calvino ”Invisible Cities” yang diterbitkan oleh Fresh Book. Buku ini adalah salah satu karya yang masuk dalam daftar bacaan prioritas penting saya saat ini. Pertama, karena proyek saya untuk mempelajari fenomena sosial perkotaan. Kedua, karena minat saya pada sejarah. Setting novel ini adalah penuturan Marco Polo kepada Kubilai Khan tentang kota-kota yang ia kunjungi dalam berbagai ekspedisi yang dilakukannya Novel ini dibagi dalam sembilan bagian, dimana pada tiap awal bagiannya dibuka dengan permenungan, percakapan dan dialog antara Marco Polo dan Kubilai Khan. Baru kemudian dilanjutkan dengan beberapa bab yang berisi penuturan Marco Polo tentang kota-kota yang ia kunjungi , juga kota-kota yang ditaklukan Khan Namun demikian jangan salah duga, novel Kota-kota Imajiner ini bukanlah novel sejarah atau memiliki pendasaran ilmiah. Walaupun saya menduga tentulah Italo Calvino memang terinspirasi oleh catatan-catatan petualangan Marco Polo. Paling tidak bagi saya buku ini dapat mengantar saya untuk masuk ke dalam jiwa sebuah kota, memahami roh kota. Kota sebagai fenomena fisik, psikis sekaligus sosial. Disisi lain buku menjadi padanan yang menarik dari 2 buku sejarah yang belum lama ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo yakni Marco Polo “Dari Venezia ke Xanadu” (karangan Laurence Bergreen) dan Jalur Sutera “Dua Ribu Tahun di Jantung Asia” (karangan Frances Wood). Adapun novel Kota-kota Imajiner sebenarnya menghadirkan gambaran kota-kota magis dan surealis. Saya tidak tahu benar apakah Italo Calvino memang mendasarkan kisah ini dari fakta-fakta, baru kemudian dari sana mengangkat jiwa kota ke dunia antah berantah, dunia magis sekaligus surealis. Yang pasti saya sepakat dengan satu kutipan Sunday Times yang menyebutkan karya Italo Calvino sebagai “sebuah meditasi yang indah dan subtil”. Untuk itu saya mengajak anda untuk menikmati sejumput suasana meditatif ini dari petikan-petikan karya ini sekaligus dari seri karya seni rupa fotografi Paula C "Magic Fly Paula's Photostream Invisible Cities" yang sengaja didedikasikan kepada Italo Calvino atas capaian cemerlang dari novel “Invisible Cities”. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/meditasi-kota-kota-imajiner-invisible.html e-book di lentera di atas bukit tentang kota. Imaginasi Kota Masa Depan : Ruang Tinggal Dalam Kota http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html Culture & Nature Kota yang Tunggang Langgang dan Linglung Menafsir Wastu dan Kota (bagian 1) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/culture-nature-kota-yang-tunggang.html Menemukan Wastu Kota, Warga Sebagai Masyarakat Politik Menafsir Wastu dan Kota (bag 2) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/menemukan-wastu-kota-warga-sebagai.html Keberadaban Kota, Kampung Hijau dan Romo Mangunwijaya Wastu Kota : BUKAN jalur hijau bebas rakyat, tetapi KAMPUNG HIJAU di bantaran sungai dengan rakyat yang damai dan bahagia. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-alam-keberadaban-kota-kampung.html Ruang Rupa dan Fenomena Sosial Perkotaan Menemukan Wajah Kita, Wajah Kota dalam Sinema, Humor, Komik, Hiruk Pikuk Transportasi Umum dan Pemukiman http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ruang-rupa-dan-fenomena-sosial.html Kota dan Alam http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/memahami-kota-sebagai-suatu-sistem.html Kota dan Budaya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html Komik Strip : Nasionalisme Put On dan Sumpah Setia Pak Tuntung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/komik-strip-nasionalisme-put-on-dan.html Realisme Syahrizal Pahlevi : Yang Melintas di Ring Road Ngebut di Jalan Ring Road dan Ketidakadaban Politik Kota
[zamanku] Fw: Kota dan Budaya : Dominasi Kuasa Modal Atas Ruang Publik?
..sejak pemaknaan ruang bersama digeser dari bingkai nilai kultural dan fungsi temu bersama merayakan kebersamaan menjadi hanya berbingkai lapangan tempat panggung pameran dagang dengan kepentingan ekonomis dan nilai ekonomis industri menggusurnya menjadi pasar dagang jual beli. Apakah itu fenomena modernitas, dalam arti, rasionalitas (pola pikir kalkulasi untung-rugi) dalam ekonomi modern mengganti bahkan menggusur ekonomi tradisional yang tukar-menukar kebutuhan hidup lewat bahan-bahan tanaman, buah yang disaling-tukarkan untuk kehidupan hari demi hari, sebelum uang dengan nilai tukarnya menggantikan ini semua? dipetik dari paper Muji Sutrisno selengkapnya "Kota dan Budaya : Ruang Publik, Titik Temunya?" sebagai Rangkaian Studium Generale "Philosophy in the City", kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/kota-dan-budaya-dominasi-kuasa-modal.html
[zamanku] [Kota] Imajinasi Ruang Tinggal Dalam Kota
Saya terkesan menyaksikan pameran yang digelar oleh Arsitek Muda Indonesia di Gallery Salihara (9-19 September 2009). Menurut saya ini adalah perayaan yang riuh yang dimulai dari kepedulian dan keprihatinan atas kegentingan persoalan-persoalan di kota baik sosial maupun ekologinya, utamanya juga pada nasib orang-orang biasa, orang-orang miskin diperkotaan, hingga keinginan untuk melakukan perubahan atau intepretasi ulang atas konsep-konsep yang usang, dan keberanian untuk mengolah mimpi dan imajinasi yang kaya. Kemudian bagi saya pameran ini kemudian bukan sekedar pekerjaan teknis tukang insinyur, tapi ini sekaligus kerja kebudayaan dan instalasi seni yang menarik Pameran dengan label Ruang Tinggal Dalam Kota ini adalah rangkaian acara workshop AMI yang diselenggarakan selama 3 bulan. Workshop ini sendiri menurut Danny Wicaksono dalam katalog pameran adalah ajang atau ruang berpikir dan berdiskusi untuk menyelami masalah-masalah hunian tinggal di dalam kota-kota di Indonesia, dengan harapan lahirnya pemahaman, yang akan membawa peserta kepada ketidakpuasan yang kemudian berujung kepada intepretasi ulang atas sebuah tipologi yang sudah terlalu mapan. Dari proses worshop ini kemudian terjaring 17 proposal dan melalui proses pematangan 14 proposal dipilih untuk disajikan kepada khalayak luas. Ke 14 proposal ini adalah didedikasikan untuk komuter, mobile house, metabolisme kota, linear city, ruang waktu tinggal, blackout architecture, ruang mimpi, kota skala kita, rumah ini tidak untuk dijual, tropical capsule bungalow, bandung fashion architecture, ruang kembali, nenek moyangku seorang pelaut, animal architecture Saya sepakat dengan Avianti Armand dalam catatannya di katalog pameran melalui artikel "Sebuah Bengkel Kerja", dimana ia mengatakan "Kita memiliki generasi arsitek muda yang berpikiran terbuka, penuh semangat, berani mendobrak peradigma lama dan mengeksplorasi ide-ide baru - yang radikal sekali pun. Antusiasme mereka menunjukkan kepedulian, bukan cuma untuk menguji diri, tapi untuk berbuat sesuatu bagi orang lain. Kota, bisa saja telah membuat kita menjadi sehimpunan orang yang skeptis. Tapi workshop ini, mudah-mudahan, adalah sebutir garam dunia". Saya memang tidak hadir dalam worskhop ini, tapi saya bisa merasakannya dari ruang pamer Ruang Tinggal Dalam Kota ini dan dari proses karya yang terbaca di website Worskhop AMI. Juga tidak semua masuk akal untuk di aplikasikan, tapi paling tidak ini dapat menjadi sumber inspirasi yang menyegarkan selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/pameran-workshop-ami-ruang-tinggal.html
[zamanku] Bunuh Munir! Mengenang 5 Tahun Kematian Munir
Sebuah Buku Putih : Bunuh Munir!; Pulanglah (Iwan Fals); Nyanyian Merah Mengenang Sobat Munir Merunduk hormat sedalam-dalamnya, Tegak Kepala Meneruskeraskan Juangmu, Menuntaskan kasih untuk yang tertindas.. Pulanglah (Iwan Fals untuk Munir) Padi menguning tinggal di panen Bening air dari gunung Ada juga yang kekeringan karena kemarau Semilir angin perubahan Langit mendung kemerahan Pulanglah kitari lembah persawahan Selamat jalan pahlawanku Pejuang yang dermawan Kau pergi saat dibutuhkan saat dibutuhkan Keberanianmu mengilhami jutaan hati Kecerdasan dan kesederhanaanmu Jadi impian Pergilah pergi dengan ceria Sebab kau tak sia sia Tak sia sia Tak sia sia Pergilah kawan Pendekar Satu hilang seribu terbilang Patah tumbuh hilang berganti Terimalah sekedar kembang Dan doa doa Suci sejati Suci sejati tabur bunga disiniMengenang 5 Tahun Kematian Munir. [E-Book] Sebuah Buku Putih : Bunuh Munir! http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/mengenang-5-tahun-kematian-munir-sebuah.html Mengenang 5 Tahun Kematian Munir. [E-Music] Pulanglah (Iwan Fals) dan Nyanyian Merah Mengenang Sobat Munir http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/09/mengenang-5-tahun-kematian-munir.html
[zamanku] Dalam Sajak Orang Kepanasan (Rendra) Saya Berjumpa Wiji Thukul
Untuk menghormati WS Rendra Kompas tidak saja memberikan porsi yang cukup besar untuk artikel seputar si Burung Merak ini tetapi juga menghilangkan tulisan TAJUK RENCANA (rubrik ‘keramat’ bagi sebuah media) pada hari Sabtu 8 Agustus 2009. Pada lajur kolom TAJUK RENCANA hari Sabtu itu diisi MENGENANG WS RENDRA dengan memuat 2 sajak pilihan harian Kompas yakni Sajak Orang Kepanasan dan Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Terlepas dari kekaguman saya pada Rendra dan pesan dari puisi ”Sajak Orang Kepanasan” yang sangat kuat menancap di benak. Ternyata puisi ini juga membuka jalan kembali untuk menjumpai Wiji Thukul. Sajak Orang Kepanasan ini segera mengingatkan saya pada puisi Wiji, Bunga dan Tembok, Sajak Suara dan Peringatan. Bila Rendra bilang TIDAK, TIDAK dan TIDAK maka dalam Peringatan Wiji Thukul lantang meneriakkan ’maka hanya satu kata : LAWAN! Karena kami dibungkam dan kamu nyerocos bicara Karena kami diancam dan kamu memaksakan kekuasaan maka kami bilang TIDAK kepadamu Karena kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana Karena kami semua bersandal dan kamu bebas memakai senapan Karena kami harus sopan dan kamu punya penjara maka TIDAK dan TIDAK kepadamu Maka dalam Peringatan Wiji Thukul menuliskan pula pendasarannya bila rakyat tak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya da satu kata: lawan! Dan sebelum sampai kepada klimaksnya TIDAK, TIDAK dan TIDAK Rendra dengan piawai membangun pukulan demi pukulan untuk menguatkan benturan atau kontradiksi antara si tertindas dan penindas atau antara siapa yang berlawan dan siapa musuh yang harus di lawan. selengkapnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/dalam-sajak-orang-kepanasan-ws-rendra.htm
[zamanku] E-Book Panduan ttg UU Keterbukaan Informasi Publik
Untuk memberikan pendidikan publik terkait isu-isu di seputar UU Keterbukaan Informasi (Undang-Undang No 14/2008) Yayasan SET telah menerbitkan Panduan Sederhana Penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dalam format file elektronik (on-line) yang dapat diunduh secara bebas. Modul ini meliputi 5 bab yang mencakup Tujuan dan Asas UU KIP, serta Hak dan Kewajiban dalam UU KIP, Tata Cara Memperoleh Informasi Publik, Sengketa Informasi dan Cara Penyelesaian, Jenis dan Klasifikasi Informasi dan Komisi Informasi silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/unduh-panduan-penerapan-uu-keterbukaan.html UU KIP memberikan jaminan kepada SETIAP WARGA NEGARA untuk memperoleh informasi yang dikuasai oleh BADAN PUBLIK. UU KIP memberikan acuan yang sangat jelas kepada warga negara tentang tata cara MEMPEROLEH INFORMASI dari badan publik. UU KIP juga mengatur tentang apa yang harus dilakukan oleh warga negara (pemohon informasi publik) jika niatnya untuk memperoleh informasi dari badan publik dihambat oleh pejabat di dalam publik tersebut. Penyelesaian sengketa permintaan informasi tersebut akan diselesaikan oleh KOMISI INFORMASI. Melalui UU KIP masyarakat dapat memantau setiap kebijakan,aktivitas maupun anggaran badan-badan public berkaitan dengan penyelenggaraan negara maupun yang berkaitan dengan kepentingan publik lainnya. INFORMASI adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non-elektronik. Dikutip dari pengantar modul (Yayasan SET) Semoga informasi ini masih relevan dan bermanfaat. salam hangat andreas iswinarto Simak juga Panduan Untuk Fasilitator Pendidikan Politik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/panduan-untuk-fasilitator-pendidikan.html Panduan Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-pendidikan-populer.html Pendidikan Untuk Membangun Kesadaran Kritis Anak-anak http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-gratis-anak-anak-membangun.html
[zamanku] Jurnal Karbon : Ruang Rupa dan Fenomena Sosial Perkotaan
Melalui Jurnal ipni kita diajak menemukan wajah kita dan kota di dalam ekpresi ruang rupa seperti komik, sinema, humor, transportasi umum dan rumah (pemukiman) Kota dalam komik Benny dan Mice, kartun Doyok, Busway, Lubang-lubang Jalan, Mengejar Matahari, Balada Becak, Cuaca hingga Seni & Air Seni Supir Taksi . Sebagai sesama warga kota, saya merekomendasikan anda membaca Jurnal Karbon ONLINE Edisi 1-6. Dasarnya sederhana saja, dengan mencermatinya seperti halnya saya, anda pun bisa menemukan wajah kita (warga) dan wajah kota sekaligus. Dalam kubangan kesibukan kerja, hiruk pikuk kota dengan kemacetannya, polusi dan ketidakadaban tingkah laku penghuninya, serta kuasa modal yang mengontrol penguasa serta memodarkan sebagian besar warganya, kita acapkali hanya punya jepretan kamera dengan fokus dan diafragma yang tidak tepat. Lantas yang kita lihat adalah refleksi wajah kota dan wajah kita yang kabur, buram dan bahkan tidak terbaca. Dengan membaca Jurnal Karbon walaupun kita temukan refleksi yang buruk rupa, berantakan, barangkali juga tidak beradab, tetapi bila itu dipotret dengan fokus dan diafragma yang tepat maka kita sudah beranjak maju. Karena ada jarak, permenungan, dan di titik ini lah kita telah membuka jalan untuk sebuah perubahan. Pemberadaban.?! Karbon adalah jurnal online yang membahas permasalahan urban dan budaya visual dalam ruang kota di Indonesia secara multidisiplin, serta menelaah berbagai praktek seni rupa kontemporer yang lahir di dalam dan mengenai ruang urban demi memetakan hubungannya dengan fenomena sosial. Jurnal ini diterbitkan oleh ruangrupa ruangrupa sendiri adalah sebuah artists’ initiative yang didirikan pada 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta . Organisasi nirlaba yang bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboratorium seni rupa, workshop, penelitian dan penerbitan jurnal. dalam huruf miring dikutip dari karbonjournal.org :Untuk link-link terkait silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/ruang-rupa-dan-fenomena-sosial.html Baca juga posting terbaru dari Lentera 3 E-Book Studi Kasus Keadilan Transisi (Transitional Justice) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/08/e-book-studi-kasus-keadilan-transisi.html -
[zamanku] Menafsir Wastu : Seonggok Binatang Ekonomi / Manusia Seutuhnya
Dari Ruang Pamer Keramik Aries BM, Menafsir Wastu (bagian 1) 16-23 Juni 2009 Bentara Budaya Jakarta semoga bermanfaat. salam Wastu : bangunan ruang hidup yang lengkap, menyeluruh, hakiki, sejati dan melingkupi. Manusia mengidentifikasikan dirinya berada dan menjadi ruang itu sendiri bersama dengan ideologi ruang, sejarah ruang, identitas ruang, rasa berkomunikasi , kesadaran wilayah, kemanusiawian, beserta unsur-unsur material yang lain. Dengan demikian konsep wastu menuntut kearifan manusia sebagai faktor penyebab dalam keberlangsungan ruang hidup. (Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, pegiat forum pinilih dan pengajar di program studi seni rupa murni ISI Surakarta) Bagi saya kembara, kelana, perjalanan adalah perbendaharaan kata yang tak pernah lekang mengeledakan hasrat dan hati. Perjalanan, pencarian, penemuan diri dalam ruang dan waktu. Biduk atau perahu barangkali analogi yang cocok menggambarkan hasrat hati ini. Biduk itu tidak saja membelah laut di samudera luas, tetapi juga di dunia dalam, dalam batin biduk terus bergerak dan bergulat. Perahu pada suku Bajo adalah rumah dan bagian integral ruang hidup, ruang laut yang diakrabinya. Maka analogi perahu dan sarang lebah, rumah adat hingga kota adalah kesatuan ruang dan waktu dimana kita mengolah kemanusiaan kita, mencari dan menemukan sebenar-benarnya manusia. Tentunya didalamnya mengandung pola relasi yang rumit, antara diri dan manusia lainnya, manusia dan makluk hidup lainnya, manusia dan alamnya dan pada akhirnya manusia dan penciptanya. Lebih jauh memperbincangkan ruang hidup, manusia dalam ruang dan waktu, kita dihadapkan pada dua pilihan. Apakah ruang hidup, ruang dan waktu yang kita jalani adalah ruang waktu yang bergegas dalam kontrol dan kendali modal, ruang waktu instumental untuk sekadar numpang ngombe (numpang minum/hidup) di dunia yang fana ini, pesona gaya hidup yang dekaden atau pola relasi transaksional, kasarnya ruang dan waktu yang memaksa kita menanggalkan kemanusian jadi onggokan angka statistik, binatang ekonomi atau mesin (produksi) ekonomi dan konsumen semata. Sapi perahan, domba korban ketamakan segelintir orang. Ataukah kita masuk menjalani, menghidupi dimensi ruang waktu yang lebih manusiawi dan juga transenden. Hidup berlawan atas penjara-penjara kesewenangan manusia lainnya. Bila yang kedua menjadi pilihan, maka marilah kita menjawab ajakan Aries B.M untuk menafsir wastu melalui puluhan karya-karya keramiknya dan kemudian menghidupinya. Untuk artikel dan dokumentasi foto selengkapnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/menafsir-wastu-seonggok-binantang.html simak juga Pemanasan Global : Melampaui Politik dan Ekonomi Yang Membusuk Dari Ruang Pamer Seni Rupa Gasing dan Yoyo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/komidi%20putar Defacement : Deformasi Atas Ekspresi Manusia Beradab Dari Ruang Pamer Teguh Ostenrik http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/defacement-teguh-ostenrik-deformasi.html Menunggu Aba-aba : Bayi Bertato, Kepompong dan Pisau Sangkur Dari Ruang Pamer Haris Purnomo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/menunggu-aba-aba-bayi-bertato-kepompong.html I See Indonesia : Kitab Rupa Untuk Kebangkitan IndonesiaDari Ruang Rupa Grafis Ayip http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/e-book-i-see-indonesia-karya-karya.html
[zamanku] Bom, Teror dan Kekerasan : Ancaman dan Kejahatan Terhadap Anak-anak Kita
kampanye u damai ibu pertiwi, selamatkan anak-anak kita! bumbum bm... ? Peradaban kita dipenjara kekerasan orang dewasa, kekerasan tatanan masyarakat, kekerasan negara Tidakkah ini adalah bumi air tanah tumbuh bayi-bayi mungil dengan tato sekujur tubuh, dalam bedong ber-pisau sangkur. Hangat kepompong dalam proses metamorfosis menjadi bentuk lain, kepribadian lain. Grek, gregek seperti dengkur pasukan perang, pasukan tero tentara pembunuh .. mutan, monster... bayi-bayi lelap dan jaga, anak-anak bermain, ditengah teror dan teror.. Harus kita lawan sekuat-kuatnya! Bunga bukan Bom! silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/07/bom-teror-dan-kekerasan-ancaman-dan.html baca juga Persembahan Bunga Untuk Perempuan Tercantik : Dulu Buyung dan Upik Tak Gendong Kemana-mana, Kini Buyung dan Upik Menggendong-gendong Bom, Teror, Kekerasan Kemana-mana?
[zamanku] Indonesia Di Bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Agama!
Bagi saya artikel Herry Priyono Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja adalah ajakan untuk merenungkan kembali sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sedasyat-dasyatnya makna menjadi Indonesia, bangsa, ‘nation’. Membaca kembali proses penemuan Indonesia sebagai sebuah bangsa, Indonesia sebagai sebuah negara oleh pendiri republik ini. Membaca kembali proses terus menerus menjadi Indonesia hingga zaman ini ketika kita diperhadapkan dua faktor besar yang menandai cuaca sejarah dewasa ini, dua ancaman besar, fundamentalisme agama dan fundamentalisme pasar (neoliberalisme yang menjijikan itu). Terpenting bagi saya kemudian adalah bertindak sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sedasyat-dasyatnya melawan fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama sebagai ancaman terbesar bangsa yang plural ini, rumah Indonesia. Patut dicatat kedua fundamentalisme ini mungkin saja bersekutu secara terbuka atau di bawah tangan. Dan kedua fundamentalisme ini untuk memaksakan absolutisme kebenaran yang diklaimnya, tidak saja bertumpu pada strategi hegemoni, tetapi juga dominasi. Menggunakan sarana kekerasan dan militer-paramiliter sebagai aparatusnya. salam pembebasan andreas iswinarto Peace, Justice and Love. Artikel B. Herry-Priyono** Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja ini disampaikan saat Kongres Pancasila 2009, yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, di Jogjakarta tanggal 30 Mei – 1 Juni 2009. ** Pengajar pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta, untuk matakuliah Filsafat Ekonomi, Ekonomi-Politik, Filsafat Ilmu-ilmu Sosial, Teori Sosial, dan masalah Globalisasi; PhD London School of Economics (LSE). Untuk link artikel Herry Priyono dan 30 serial artikel Neoliberalisme (Fundamentalisme Pasar) Sungguh Menjijikan, silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/search/label/lawan-neoliberalisme
[zamanku] Kumpulan Link Artikel Opini Terkait Pemilu dan Politik
Blog lenteradiatasbukit menghimpun kumpulan link-link artikel opini terkait Pemilu dan Politik (Paska Pemilu 9 April) dan mengupdatenya setiap hari (pagi dan malam). Artikel opini ini dihimpun dari media massa seperti Kompas, Seputar Indonesia, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Jawa Pos dll. semoga bermanfaat andreas iswinarto Kumpulan link artikel opini yang telah dipublikasikan meliputi Opini 10-11 April http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/opini-kritis-paska-pemilu-legislatif.html Opini 13 April http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kumpulan-artikel-opini-paska-pemilu.html Opini 14 April http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kumpulan-artikel-opini-pemilu-dan.html Opini 15 April http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kumpulan-artikel-opini-pemilu-dan_14.html Opini 16 April http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kumpulan-artikel-opini-pemilu-dan_15.html
[zamanku] E-JURNAL BERSATU : MEDIA GERAKAN, MEDIA PEMBEBASAN
Saat ini Jurnal Bersatu yang terbit sejak tengah tahun 2008 telah dapat di akses versi elektroniknya. Tema-tema yang telah diterbitkan meliputi 10 tahun reformasi, politik minyak hegemoni imperialisme amerika, serta pembebasan nasional atau nasionalisme (edisi depan : kapitalisme dalam krisis). semoga bermanfaat salam hangat andreas iswinarto (tim redaksi jurnal) Preambule Jurnal Bersatu…… Gerakan sosial kini menghadapi dunia yang semakin kompleks, dan cukup jelas bahwa dalam sepuluh tahun terakhir tidak ada kelompok yang bisa mengklaim bahwa jalan yang ditempuhnya adalah yang paling benar. Kegagalan, kekalahan dan pukulan balik membuat para pelaku gerakan semakin sadar pentingnya mendengar dan saling belajar. Jurnal ini berusaha merekam dan mengangkat berbagai pemikiran yang berkembang di dalam gerakan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan titik-titik perlawanan yang sudah mewujud tapi tersebar. Harapannya agar pertemuan dari sekian arus besar dan kecil bisa berkembang menjadi diskusi dan debat yang sehat untuk kemajuan gerakan. Jurnal ini tidak berpretensi menawarkan jalan keluar dan obat mujarab bagi setiap masalah. Jalan keluar terhadap kapitalisme yang selalu dilanda krisis ini tidak lahir dari teori atau konsep sakti, melainkan dari praktek sosial dan politik yang sangat nyata. Jurnal ini mengemban tugas untuk mengangkat praktek-praktek di bermacam sektor, daerah dan kalangan ke tingkat analisis dan teori. Edisi perdananya terbit bertepatan dengan sepuluh tahun jatuhnya Soeharto, yang dikenal juga dengan era reformasi. Sepuluh tahun sudah cukup untuk mengatakan reformasi – yang merupakan usaha menambal sistem yang sudah rombeng – gagal, dan kita perlu mencari alternatif lain sebagai gantinya. REDAKSI: Sastro, Khamid, Zely Ariane, Ruth Indiah Rahayu, Hilmar Farid, Agus, Alfa Julianto, Asep Salmin, Andreas Iswinarto, Berry Nahdian Forqan, Budi Wardoyo, Donny, Ilhamsyah, Irwansyah, Iwan, Kent Yufriansyah, M. Hamdani, M. R. Andri G. W., Paulus Suryanta, Pius Ginting, Samuel Gultom, Wilson, Yeri Wirawan, M. Zaki Hussein ALAMAT REDAKSI Jl. Kramat Sawah IV No. 26, Paseban, Senen, Jakarta Pusat 10440, Indonesia KONTAK: redaksibers...@gmail.com DITERBITKAN OLEH ABM, KASBI, KORBAN, PPRM, LMND-PRM, Praxis, PRP, SBTPI, SHI, SMI, WALHI Silahkan kunjung Jurnal Bersatu Edisi I : Reformasi Indonesia Sebagai Proyek Neoliberal http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/jurnal-bersatu-reformasi-indonesia.html Jurnal Bersatu Edisi II : Politik Minyak Hegemoni Imperialisme Amerika http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/jurnal-bersatu-politik-minyak-hegemoni.html Jurnal Bersatu Edisi III : Pembebasan Nasional atau Nasionalisme http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/jurnal-bersatu-pembebasan-nasional-atau.html
[zamanku] 5 Tahun Kematian Andini Lensun di Buyat
Solidaritas untuk perjuangan warga eks Buyat dan Sidoarjo melawan ketamakan pengusaha tambang dan penguasa. Perusahaan tambang emas Newmont AS telah dinobatkan sebagai "Perusahaan Terburuk" oleh penghargaan publik "Public Eye Award". Award ini digalang The Bern Declaration dan Green Peace setiap tahun. silah tengok Public Eye Award 1 di http://www.publiceye.ch/en/p63000203.html Public Eye Award 2 di http://www.youtube.com/watch?v=rHoius6IREE Untuk menguatkan gaung suara publik dunia ini dan juga sejarah berlawan survivor (warga) buyat yang akhirnya terpaksa bedol desa dari Buyat (tempat beroperasi Newmont Minahasa yang sudah berakhir operasinya) menuju desa Dumiaga, Bolang Mengondow, juga sebagai peringatan tentang kinerja buruk perusahaan tambang di Indonesia dan sikap pemerintah yang lembek (dalam tanda seru catat Lumpur Lapindo), kami sepanjang 3 bulan kedepan yakni sampai 3 Juli tanggal meninggalnya Andini Lensun (bayi 5 bulan warga buyat dan kini kematiannya akan genap 5 tahun) akan mempublikasikan kembali 31 puisi dalam Nyanyian Nurani Untuk Andini Lensun dan Warga Buyat (silah kunjung kisah Andini Lensun dalam Kami Generasi Benjol dihttp://apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=18572 Kami mengundang anda untuk menambahkan suara nurani anda langsung pada bagian komentar postingan 30 puisi ini sejak tanggal 26 Maret 2009 atau melalui email pribadi saya (terutama terkait daya rusak kuasa tambang dan perjuangan melawan keserakahan perusahaan-perusahaan tambang). Kiriman ini akan dipostingkan di blog utama lenteradiatasbukit selepas tanggal 3 Juli. salam hangat salam pembebasan andreas iswinarto pengumpul puisi 5 Tahun Andini Lensun di Buyat : Tolak Tambang Yang Menista Rakyat http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/5-tahun-kematian-andini-lensun-di-buyat.html untuk kumpulan 31 puisi Nyanyian Nurani Untuk Andini Lensun silah kunjung http://www.walhi.or.id/kampanye/tambang/buanglimbah/040806_andinipuisi_ev/
[zamanku] Fw: Survey Tapol : Mohon Partisipasi Anda
--- On Fri, 3/27/09, AdrianaSri Adhiati , TAPOL wrote: TAPOL menyebarkan berita dan komentar mengenai Pemilu Indonesia mendatang melalui jaringan informasi elektronik ini. Artikel dan sari berita dapat dilihat di http://tapol.gn.apc.org/elections.htm Jika Anda pembaca publikasi tentang Pemilu yang kami terbitkan, kami ingin mengajak Anda untuk berperan serta dalam survei singkat yang bertujuan untuk meningkatkan hasil kerja kami. Hanya dibutuhkan waktu 10 menit untuk mengisi survei ini. Semua pertanyaan bersifat pilihan yang tidak wajib diisi, tetapi kami akan sangat terbantu jika Anda dapat mengisinya selengkap mungkin. Kami sangat menghargai masukan Anda. Terima kasih. Survei pemilu http://www.surveymonkey.com/s.aspx?sm=f7YC_2bxLXSxlQqLbT3nSoqw_3d_3d salam hangat Adhiek
[zamanku] Sihir Konsumsi dan Infantilitas Masyarakat Kontemporer
Cengkeraman Kapitalisme Global dan Potensi Perlawanannya ……. kini etos infatilisme seperti kata Barber, menjadi semacam ideologi untuk memelihara kegairahan dunia konsumsi untuk keberlangsungan kapitalisme global masa kini. Dan masyarakat ‘konsumen’ Indonesia sadar atau tidak sadar telah dikendalikan dan dicekoki untuk mengkonsumsi komoditi-komoditi, gaya hidup, selera yang semakin memerosotkan kemanusiaan dan menghancurkan karakter. Sementara itu wilayah-wilayah inti yang membentuk kebudayaan kita telah pula secara dalam di obok-obok oleh Kapital. Joost Smiers melalui bukunya “Art Under Pressure” (Insist Press 2009) memaparkan bagaimana segelitir korporasi budaya (perusahan transnasional, konglomerasi budaya dan korporasi-korporasi raksasa lainnya) telah memaksa kita untuk hanya menyukai (mengkonsumsi) karya-karya seni tertentu, dari mulai film, buku, tari, kerajinan, patung hingga seni pertunjukkan. Sekali lagi semata-mata untuk memelihara kegairahan dunia konsumsi untuk keberlangsungan kapitalisme global. Selanjutnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/sihir-konsumsi-dan-masyarakat.html
[zamanku] Burung-burung Manyar, Mangunwijaya Dalam Ke-bermainan-nya.
(Luka-luka dan Bunga : Mengenang 80 Tahun YB Mangunwijaya dan 10 Tahun Wafatnya). Mangun Pada Wajah Kanak-kanak dan Perempuannya……….. Kedungombo, Penggusuran Becak, Girli (anak pinggir kali), Kali Code…… ia mendidik kita tentang panggilan hidup dan pemihakan kepada kaum yang termiskinkan, termajinalkan, tertindas, terabaikan….. Pastor, arsitek, novelis, akitivis NGO, pendidik………. ia mendidik kita tentang citra manusia, talenta, potensi diri , kemajemukan dan eksistensi kemanusiaan kita…… Dari banyak segi dan aneka warna manusia Mangunwijaya, kerjanya dan panggilan hidupnya, barangkali agak kurang tajam disoroti adalah Mangunwijaya dalam ‘Kebermainannya’, Sang Homo Ludens ini. Padahal sejatinya dari ‘kebermainan’ inilah kualitas dan citra kemanusiaan, kemerdekaan dan kesejatian dapat ditelusuri jejaknya. Romo Mangun menulis di Kedung Ombo 6 Mei 1990 sebagai berikut : “…. kebermainan manusia sangat erat hubungannya dengan spontanitas, autentisitas, aktualisasi dirinya secara asli menjadi manusia yang seutuh mungkin. Oleh karena itu ia menyangkut dunia dan iklim kemerdekaan manusia, pendewasaan dan penemuan sesuatu yang dihayati sebagai sejati. Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas dari kekangan atau kedukaan, berporses emansipatorik; dan itu hanya tercapai dalam alam dan suasana kemerdekaan. Manusia yang tidak merdeka tidak dapat bermain spontan, lepas, gembira, puas”. Menurut Mangunwijaya Nabi Isa telah memberi hikmah tentang manusia dan kebermainannya, dalam metafora anak-anak dan Kerajaan Surga…… “Bila orang tidak mau kembali seperti anak-anak (spontan, merdeka, tanpa pamrih, tanpa muslihat politik alias bermain dalam arti luas), dia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”. (dari pengantar Mangunwijaya untuk buku Johan Huizinga Homo Ludens : Fungsi dan Hakekat Permainan Dalam Budaya, LP3ES 1990) Mangun melalui Atik dalam novel Burung-burung Manyar mengungkapkan lebih jauh tentang penghayatan jati diri dan dimensi kualitas kemanusiaan ini yang menurut saya berangkat dari kebermainan sang homo ludens ini… “Pertanyaan terakhir saudari Promovenda, apakah yang akan anda sarankan dari segi biologi untuk manusia masa kini, khususnya bangsa ini?” “Semoga kita belajar menghayati dimensi kualitas. Sebab Bapak Prof Latumahina, segala innerlichkeit, jati diri kita, sebenarnya mendambakan arti, makna, mengapa dan demi apa kita saling bergandengan, namun juga berkreasi aktif dalam sendratari agung yang disebut kehidupan. Semoga dialog kita membahasakan diri, tidak hanya dalam niat mau pun itikad belaka yang terkurung, melainkan berekspresi dalam suatu tingkat kebudayaan yang tahu, ke mana Sang Pelita menuntun. Hadirin-hadirat yang saya muliakan, jika judul yang saya pilih untuk disertasi ini memanfaatkan kata-kata jati diri dan bahasa citra, maka memang itulah sebenarnya seluruh arti ungkapan kita, dari bermain kelereng yang kita pertaruhkan atau laying-layang yang kita gelorakan atau main boneka semasa kita kanak-kanak, sampai pada saat senja membelai dan menidurkan cucu yang mengntuk. Dari gerak badan sport sampai pementasan musi, dari dambaan dua kekasih yang saling mencari sampai rasa bakti kepada Tuhan Yang MahaEsa. Semogalah antara jati di dalam maupun bahasa citra ke luar selalu tekat kita menari dalam gerak harmoni. Dan jika toh ada sesuatu luka-luka dalam batin kita dalam batin kita, entah karena kesalahan diri kita sendiri mau pun kesalahan keadaan di luar kita, semoga kita juga mampu memahami bahasa citranya…. Misal saja citra wanita. Organ vital wanita dalam bentuk citra namun sekaligus pengejewantahan jatidiri kita manusia. Dan jika itu disebut kemaluan, hal itu karena kita tidak mengenal wanita. Bukan kemaluan, melainkan kemuliaan suci wanita dan pria sekaligus. Dalam situasi kejatidirian yang benar berarti, wanita tidak pernah malu, tetapi bangga dan bahagia mendialogkan organ kewanitaannya dengan tawaran partner hidupnya. Namun itu hanya dapat terlaksana dalam kebenaran jati diri, dalam kebenaran citra bahasa yang jujur. Luka-luka DAN bunga”. Selanjutnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/burung-burung-manyar-mangunwijaya-dalam.html
[zamanku] Biografi Sutan Sjahrir (Edisi Khusus Tempo - 100 Tahun Sjahrir)
Silah simak biografi Sutan Sjahrir juga Hatta, Natsir, Tan Malaka dan Aidit di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/biografi-sutan-sjahrir-edisi-khusus-100.html Semoga bermanfaat……. Sutan Sjahrir adalah satu dari tujuh ”Bapak Revolusi Indonesia ”. Dia mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan walau dia sendiri absen dari peristiwa besar itu. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah. Yakni melalui diplomasi: cara yang ditentang ”Bapak Revolusi” lain. Ideologinya, antifasis dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik. Maka dia dituduh elitis. Sejatinya, Sjahrir juga turun ke gubuk-gubuk, berkeliling Tanah Air menghimpun kader Partai Sosialis Indonesia . Sejarah telah menyingkirkan peran besar Bung Kecil—begitu Sjahrir biasa disebut. Meninggal dalam pengasingan, Sjahrir adalah revolusioner yang gugur dalam kesepian. TIM EDISI KHUSUS MAJALAH TEMPO Penanggung Jawab: Nugroho Dewanto dan Seno Joko Suyono Kepala Proyek: Bagja Hidayat dan Philipus Parera kunjung pula : http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/ekonomi-konstitusi-vs-ekonomi.html salam hangat, andreas
[zamanku] Humor Politik : Boom Bisnis 'Pemilu' di Tengah Krisis Ekonomi
mohon maaf untuk yang satu ini... Krisis Keuangan yang dipicu kolapsnya beberapa perusahaan keuangan global yang bermarkas di Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa telah menyeret perekonomian dunia kedalam krisis ekonomi. Di seluruh dunia terjadi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi hingga ancaman resesi dan depresi ekonomi berkepanjangan. Dalam sekejab indeks bursa saham di berbagai negara meluncur turun dengan cepat, perusahaan-perusahaan bangkrut dan terancam kebangkrutan, pengangguran meluas, hingga ledakan obral/jual murah asset-aset perusahaan dan perorangan. Bagi negara-negara berkembang yang sangat tergantung pertumbuhan ekonominya pada komoditi ekspor ke negara-negara maju (seperti Amerika Serikat, Eropa dll) akan paling merasakan dampak krisis ini. Pertumbuhan ekonomi yang melambat (resesi) di negara-negara utama tujuan ekspor ini secara drastis akan melemahkan daya beli atau menurunkan permintaan akan produk-produk ekspor ini. Seorang ekonom menyebutkan beruntung Indonesia walaupun terus menggenjot ekspor, porsi ekspor belumlah terlalu dominan sebagai sumber pendapatan negara sehingga dampak mematikan dari krisis ini tidak terjadi di Indonesia. Ditengah kelesuan ekonomi dunia dan Indonesia pada khususnya setahun terakhir ini ada fenomena menarik di dunia bisnis. Tumbuh dan berkembang dengan luar biasa satu sekto bisnis yang sangat menggiurkan. Dengan kecepatan yang luar biasa perusahaan-perusahaan di bisnis ini mampu memperluas dan mempertahankan jaringan bisnis dan pemasarannya atau cabang-cabangnya hingga seluruh Indonesia. Tidak hanya di ibukota propinsi, mereka pun telah merambah hingga kota-kota kabupaten, kecamatan hingga pedesaan. Tidak hanya itu bisnis ini nampak menggiurkan karena dengan cepat mengambil pangsa pasar besar di dunia promosi dan periklanan. Kita bisa melihat iklan jor-joran mereka di media massa dari TV, Radio, Surat Kabar, hingga media online seperti website, blog, hingga facebook. Juga media iklan kakilima pun mereka rambah, seperti marka-marka jalan, antena pemancar telpon selular, pohon-pohon, jembatan penyeberangan, kios-kios rokok hingga kendaraan pribadi dan angkot. Demikian pula mereka giat berpromosi melalui berbagai event seperti dari pertandingan sepakbola, lomba lukis, dan sekedar bagi-bagi souvenir di ruang-ruang publik (ps, jangan lupa huebatnya gelontoran dana untuk memenangkan komperisi di pasar gelap) Pertumbuhan yang luar biasa ini barangkali pula dipicu oleh pendekatan ‘franchising’ dan MLM (Multi Level Marketing) dalam operasi bisnis dan pemasarannya. Tetapi yang terutama adalah karena bisnis ini berorientasi kepada pasar dalam negeri.Geliat bisnis partikelir ini pada akhirnya juga mendapat dukungan anggaran negara/ anggaran pemerintah yang cukup besar. Patut diingat pula bahwa bisnis menggiurkan yang meledak dalam jangka waktu singkat juga adalah bisnis yang sangat keras dan beresiko. Bisa jadi dalam waktu yang tidak lam lagi banyak perusahaan di bisnis ini yang akan tumbang dan bangkrut, juga investor-investor dan pengusaha kecil yang berada dalam jaringan franchise dan MLMnya. Partai Politik = Perseroan, Caleg = Komoditi? Seribu maaf, bisnis menggiurkan ini adalah politik dan pemilu 2009. Unit usahanya adalah KPU (cc Pemerintah) dan Perseroan Partai Politik, komoditi sekaligus jaringan Franchise dan MLMnya adalah perseroan itu sendiri para caleg dan capres. Jelas bisnis ini berorientasinya pasar dalam negeri dimana jaringan bisnis perusahaan-perusahaannya tersebar ke seluruh Indonesia dengan jaringan operasi hingga desa-desa. Tidak mengherankan karena SIUPnya (Surat Ijin Usaha Partai) baru bisa dikeluarkan apabila partai memiliki jaringan usaha di 2/3 propinsi dengan kantor hingga tingkat desa. Tercatat dukungan Anggaran Pemerintah untuk bisnis ini nilainya mencapai Rp. 13.5 triliun rupiah. Lantas bagaimanakah saya harus mengakhiri cerita ini? Saya putuskan tidak akan menanyakan pada pakar kelirumologi (jaya suprana) atau ‘diva’ pelawak kita (mas tukul). Saya akan menemui seorang pakar business administration, seorang bergelar MBA sekaligus kandidat doktor ekonomi moneter dari perguruan tinggi ternama di negeri Euforia Obama itu (kalau tidak salah namanya barkeley, hehe jadi ingat mafia berkeley. berkeley, berkely atau ….., o iya ingat universitas brekele) . Kalau memang mereka benar-benar pengusaha dan pedagang (tentunya yang tamak) maka perseroan partai dan caleg-caleg yang menang akan berpikir tentang ROI. ROI adalah return on investment. Ya logis toh pengusaha dan pedagang berpikir tentang keuntungan sebesar-besarnya paling minim balik modal. Beberapa cara bisa dilakukan, pertama dengan melakukan tindakan tidak terpuji yang akan makin memusingkan KPK dan ICW. Ini namanya KORUPSI. Kedua, obral kekayaan alam/sumberdaya alam, memuluskan kebijakan yang di sponsori lembaga-lembaga keuangan neo-liberal, investor asing maupun kompradornya di dalam negeri. Yang berikutnya ya surat sakti dan akses sel
[zamanku] Kegagalan Sastra Dalam Pemberadaban (Agama? Iptek? Filsafat?
Catatan Lepas Dari Diskusi Sastra dan Pemberadaban yang diselenggarakan Bale Sastra Kecapi, Kompas dan Bentara Budaya (Sastra dan Peradaban 2) Baca juga artikel sebelumnya Sastra dan Peradaban (1) : Pada Awal Mula Segala Sastra adalah Religius. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/sastra-dan-peradaban-2.html Dalam diskusi di Bentara Budaya Thamrin Tamagola sempat berbagi kehadirannya pada satu seminar mengenai Pancasila, dimana ia mengusulkan untuk menjawab tantangan jaman dan menjadikannya lebih kontekstual maka bisa saja urutan sila-sila dirubah. Ia mengusulkan urutan sila-sila terkait sebagai berikut : kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, baru persatuan dan terakhir keTuhanan. Ia mengingatkan soal kekejaman di Aceh, Timor Leste, Papua yang berpangkal pada tafsir persatuan yang ngawur, juga tafsir agama yang menghasilkan kekerasan-kekerasan dan konflik-konflik keras bermotif agama. Bagi saya inilah penjelasan yang paling tepat tentang pilihan pada religiositas bukan agama. Sebagai gerak akal, budi, rasa, nurani untuk mewujudkan kemanusiaan dan sekaligus keadilan sosial. Persoalan religiositas sebagai gerak vertikal manusia dan Penciptanya bukan semata-mata atau bahkan tidak berarti apa-apa tanpa peluberan ke bumi, tanpa wujud sebagai kasih kepada sesama. Demikian esensi dari agama manapun, sebagai sebuah perjalanan sebuah misi menuju pembebasan, kemanusiaan dan keadilan. Karena itu saya masih melihat relevansi simpulan Pada Awal Mula Segala Sastra adalah Religius. Dengan demikian saya meyakini religiositas sebagai sebuah karya sastra yang baik atau dalam konteks diskusi ini sebagai jalan pemberadaban, Religiositas bisa bekerja tanpa keyakinan agama apapun, bahkan bisa jadi tanpa tuhan manapun, sepanjang manusia mewujudkan panggilan nuraninya untuk kemanusiaan dan keadilan. Adab Bukan "Adab" Bila diskusi ini membahas Sastra dan Peradaban maka pemberadaban yang dimaksud menyasar masyarakatt atau tatanan masyarakat dimana kemanusiaan dan keadilan menjadi wujud. Dalam diskusi ini Thamrin Tamagola menyoroti lebih jauh dan sekaligus melakukan klarifikasi pengertian adab dan perberadaban. Dengan meninjau asal-asul kata adab yang diambil dari bahasa Arab, dalam konteks tema sastra dan pemberadaban maka menurutnya kata yang lebih tepat sebenarnya adalah Tamadun. Adab pararel dengan konsep Civilized Society sedangkan Tamadun pararel dengan konsepsi Decent Society. Pembedanya adalah yang pertama memiliki bekerja dalam lingkup pribadi, hubungan antara individu, sedangkan yang kedua memiliki lingkup institusi atau sistim dan struktur kemasyarakatan. Secara khusus ini juga sebagai tanggapan atas presentasi Putu Wijaya -Kegagalan Sastra Dalam Pemberadaban-, terkait pernyataannya tentang ketidakadaban bangsa ini dengan contoh-contoh perilaku menyimpang seperti mutilasi, kekerasan, korupsi dll. Tanpa memberikan sorotan terhadap persoalan yang lebih bersifat struktural dan sistemik. Sementara Thamrin Tamagola tegas melihat misalnya sistim kapitalisme neoliberal (juga patriarkhi) sebagai ancaman kemanusiaan dan akar ketidakadilan. Secara khusus ia menyoroti tentang penindasan rangkap terhadap perempuan dan alam (lingkungan hidup). Menurut saya kalau kita kembali ke Pancasila diatas maka ketika kita bicara tentang pemberadaban adalah bicara pada tingkat perjuangan mewujudkan stuktur dan sistim kemasyarakatan yang mengacu kepada ke 5 nilai Pancasila tersebut. Sastra Bukan “Sastra” Lantas apa yang disebut dengan sastra itu sendiri, apakah semua karya-karya non fiksi dapat disebut sastra. Bagi Putu Wijaya sastra adalah semua bentuk ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya. Sehingga terangkum pulalah yang tidak tertulis (sastra lisan) yang memiliki bobot ekspresi lewat bahasa. Hanya memang menurutnya ada perbedaan kualifikasi sastra yang hanya menghibur sebagai klangenan ada sastra yang serius. Sastra serius inilah yang dapat berperan dalam pemberadaban. Sementara Jakob Sumarjo menganggap tidak semua karya non fiksi seperti novel dapat disebut karya sastra. Penilaian Jakob Sumarjo bahwa Laskar Pelangi dan Ayat-ayat Cinta tidak masuk dalam kategori sastra sempat dipertanyakan oleh beberapa orang peserta diskusi. Sementara Putu Wijaya menilai bahwa kedua novel ini adalah juga karya sastra, tetapi ujarnya karya-karya sejenis novel tersebut tidak akan pernah menembus kriteria nobel sastra. Menurutnya ada kualifikasi khusus yang disyaratkan untuk karya-karya sastra yang lebih serius ini. Jakob Sumarjo dan Putu Wijaya nampaknya tidak dapat dengan lugas dan sistimatis menjelaskan argumennya serta kualifikasi ‘sastra’ ini. Malahan Tamagola yang sosiolog itu lebih mampu merumuskan kriteria dan kualifikasi ini. Kriteria ini pada akhirnya juga menjelaskan tentang karya sastra macam apakah yang mampu memainkan peran perberadaban. Menurutnya ada 4 kriteria yakni karya yang kontekstual dengan keadaaan atau situasi masyarakatnya. Kedua, menjangkau persoalan kemanusiaan yang mendalam
[zamanku] Kembara : Melihat Keluar Mendengar Kedalam
Kembara 1 Sepintas Jumpa Centhini (Kekasih Yang Tersembunyi) dan Balthasar’s Odyessey (Nama Tuhan Yang Keseratus) “Istambul! Istambul! Bagi mereka yang bermata akan sulit mengatakan betapa dunia ini tak memiliki apa pun yang bisa dipertontonkan. Meski hal itu benar adanya, percayalah padaku. Jika kau ingin mengetahui dunia ini, yang kaubutuhkan hanyalah mendengarkan. Yang dilihat orang ketika mereka bepergian tak lebih dari sebuah ilusi. Bayangan mengejar bayangan lain. Jalan-jalan dan negeri-negeri tak mengajarkan apa pun yang tak kita ketahui sebelumnya, tiada yang tak bisa kita dengar dalam diri kita sendiri di kedamaian malam.” pesan Abdel-Bassit, lelaki saleh yang buta sejak lahir kepada Balthasar ketika telah memutuskan untuk memulai kembaranya ke Istambul untuk menemukan kembali kitab Nama Tuhan Yang Keseratus (Serambi 2006) Melihat, mendengar, mengecap, mencium, merasa.. sight, hearing, taste, smell, touch Lelaki saleh ini, berbicara tentang mendengar dan melihat…. Apakah soal ini bisa diperbandingkan, karena lelaki ini bicara tentang melihat keluar dan mendengar kedalam . Dua soal dengan jurusan yang tidak sama. Selain itu mendengar yang dimaksudkan lelaki saleh ini agaknya simbolis, dan melihat adalah gejala fisik sekaligus psikis. Tapi bukan itu soalnya….. Selanjutnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/kembara-1.html Kembara 2 Sepintas Menyusuri Perjalanan Spiritual (MAW Brouwer) dan Lorong-lorong Dunia (Sigit Susanto) Kubaca di pengantar yang ditulis st sularto, dalam kenangan myra, brouwer ini adalah sosok yang problematis. Kata-kata kunci filsuf jerman martin heidegger yang dikaguminya selain tokoh fenomemenologi lainnya Marleau Ponti ‘kematian sebagai tujuan hidup’ seolah-olah menghantuinya, begitu disebutkan. Kepada sahabat-sahabatnya ia sering mengatakan : “saya paling takut dengan kematian”. Aku kutip lagi dari st sularto ‘ternyata brouwer tidak mampu sendirian mengatasi persoalan dengan badannya yang didera sakit sejak kecil (asma) sampai akhir hidupnya. Pada beberapa tahun sebelum kematiannya, dia merasa dikejar-kejar oleh sakitnya, dia merasa ditinggalkan banyak orang.” Tentang ini saya teringat Pram pada Novelnya Bukan Pasar Malam "Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula kembali pulang seperti dunia dalam pasar malam...Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi" selanjutnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/kembara-2.html
[zamanku] Pada Awalnya Semua Sastra Adalah Religius
Catatan Lepas Dari Diskusi Sastra dan Pemberadaban (bag 1) Dalam diskusi ‘Sastra dan Pemberadaban’ yang diselenggarakan oleh Bale Satra Kecapi, Kompas dan Bentara Budaya, Putu Wijaya menyebutkan bahwa pemberadaban sangat potensial dimainkan oleh sastra tetapi juga agama, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Menurut saya Putu agak kurang tepat menempatkan pendidikan di dalamnya. Bukan karena pendidikan tidak pokok dan penting untuk pemberadaban, tetapi lebih karena pendidikan adalah salah satu proses atau sarana untuk menjadikan ketiganya sastra, agama, ilmu pengetahuan ‘bekerja’ untuk perberadaban. selanjutnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/02/catatan-lepas-dari-diskusi-sastra-dan.html
[zamanku] Kabar Pemilu dari TAPOL
Kawan-kawan, TAPOL dengan ‘Election Project’ nya setiap akhir bulan akan mempublikasikan update informasi (Kabar Pemilu) tentang pemilu dan pengaruhnya terhadap transisi demokrasi di Indonesia dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Tiap update akan terdiri dari satu artikel (dalam bahasa Inggris dan Indonesia) terkait isu-isu kunci di seputar pemilu. Beberapa isu akan terkait Aceh, Papua Barat, peran perempuan dalam pemilihan umum, kandidat dan parlemen termasuk pula laporan tentang pemilu dan implikasi terhadap transisi demokrasi di Indonesia. Tapol bekerja untuk mempromosikan perdamaian, hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia. Lembaga ini beralamat di 111 Northwood Road, Thornton Heath, Surrey, CR7 8HW. Kontak dapat dilakukan melalui Email: ta...@gn.apc.org. Semoga ini makin memperkaya informasi kita tentang hajatan politik ini salam a. iswinarto salah satu kontributor (relawan) foto untuk terbitan ini http://lenteradiatasbukit.blogspot.com silah kunjung KABAR PEMILU untuk link-link update informasi ini Kabar Pemilu yang sudah terbit meliputi : Kabar Pemilu No 4 Women in Parliament: Quotas and Beyond (segera edisi bahasa Indonesia) Kabar Pemilu III : Politik Uang di Tengah Krisis Keuangan Kabar Pemilu II : Pemilu Dengan Banyak Pilihan Kabar Pemilu I : Jatuh Bangunnya Calon-Calon Militer dalam Pemilu Indonesia
[zamanku] 99 wajahNya
garis tipis putih menapak hingga cakrawala di setiap bumi bisu di setiap langit sunyi hingga tiba gumam guru tari, silat dan agama setiap kata persis sama terpancang pada garis gumam bergetar pada baris menegang meninggi lalu meledak di cakrawala pecah berkeping dan kita kembali mengenali ke 99 wajahNya (hanya taman bermain kata-kata) 10.2.2009 awal perjamuan anak sungai budha salam hangat andreas http://lenteradiatasbukit.blogspot.com
[zamanku] Gaza: Enough is enough (Petition for Peace)
Enough is enough: these civilian deaths can't go on, and we can't let Bush and co block a fair, negotiated ceasefire. 250,000 of us have signed the petition, let's make it half a million -- we'll publish it in a hard-hitting ad in the Washington Post and deliver it in meetings with UN Security Council members -- follow the link below to see the ad, sign the petition, and forward this message to all your friends and family: http://www.avaaz.org/en/gaza_time_for_peace Dear friends, Israel's ground offensive has reached the cities of Gaza and more and more civilians are dying: it's way past time to end this war. With 270,000 signatures for a ceasefire already -- including yours -- our momentum is growing, we've contacted many international leaders and ceasefire initiatives are beginning. But there's still no end to the violence, and outrageously, the US is obstructing a fair ceasefire at the United Nations -- so we need to raise an even bigger outcry, seeking face-to-face meetings with Security Council powers to deliver our petition as well as taking out ads in influential US newspaper the Washington Post before Barack Obama takes office. The more of us come together to sign the campaign, the more powerful our voices will become. If you haven't already, please take a moment to forward the link and message below to ten people who might be interested in signing the petition. Delivering half a million signatures this week would really make an impact-- http://www.avaaz.org/en/gaza_time_for_peace --- The bloodshed in Gaza is escalating -- the death toll now stands at over 600 people and rising, almost half of them civilians and over 100 children dead.[1] As Israeli tanks, airplanes and artillery bombard thickly populated urban areas, hitting UN schools yesterday, thousands more have been injured and 1.5 million terrified civilians have no escape from this prison-like enclave -- the borders have been sealed. Hamas continues to fight and fire rockets deep into Israel: 11 Israelis have died, including from friendly fire. Our worldwide call for an internationally-guaranteed ceasefire to protect civilians on all sides has begun to ring out loud and clear, winning the support of leaders in Europe, the Middle East and beyond, with hopeful outlines of a deal emerging from Turkey, Egypt and others.[2] But Israel is rejecting a truce for now and escalating its offensive, while US President Bush is blocking a negotiated UN ceasefire, trying instead to impose a skewed alternative that could legitimize Israel's suffocating isolation of Gaza.[3] Enough is enough: these civilian deaths can't go on, and we can't let Bush and co block a fair, negotiated ceasefire. 250,000 of us have signed the petition, let's make it half a million -- we'll publish it in a hard-hitting ad in the Washington Post and deliver it in meetings with UN Security Council members -- follow the link below to see the ad, sign the petition, and forward this message to all your friends and family: http://www.avaaz.org/en/gaza_time_for_peace Our efforts really can make a difference -- Israel's own foreign minister admits that international pressure, if intense enough, could ensure a ceasefire. As the international community debates and delays, civilians are dying by the day. The top UN official in Gaza says, "There's nowhere safe in Gaza. Everyone here is terrorized and traumatized." Opposing a United Nations resolution, Bush reportedly proposes to exclude Hamas from any ceasefire deal and leave Israel a free hand, something that would guarantee that the violence continues. That's why we're targeting incoming President Obama and US decision-makers, as well as the European Union and other international leaders, to pursue a fair and stable resolution. To be lasting, a ceasefire must protect civilians and end all attacks -- Israeli bombings and incursions as well as the rockets Palestinian factions fire into southern Israel. International supervision is desperately needed at the borders, to reopen Gaza's borders and crossings for food, fuel, medicine and goods, to prevent weapon-smuggling which has only grown under the blockade, and to monitor and enforce the ceasefire on both sides.[4] Hamas, which won elections in 2006 and now runs Gaza, suggests it will agree to such a ceasefire.[5] It should be challenged to live up to its word just like Israel. There is no military solution for either side -- it's time for world powers to step in, advancing a fair deal to protect civilians on all sides and let them live their lives in peace and security. Sign the petition now at the link below and send this message to everyone you know -- we'll publish it in The Washington Post and elsewhere, and seek face-to-face meetings to deliver the petition with the Obama team, the UN Security Council and European leaders: http://www.avaaz.org/en/gaza_time_for_peace With hope and determination, Paul, Graziela, Rick
[zamanku] Cancer Sucks : Inspirasi Tentang Menjalani Kehidupan
Pagi ini saya mengunjungi blog T Sima Gunawan, seorang jurnalis. Saya tertegun, terbetik hormat, terinspirasi atas sebuah laku menjalani kehidupan. Seperti inilah Sima memperkenalkan dirinya…. "Hi, I have been living with cancer since 2004. After mastectomy and six-round chemotherapy, I thought I was free from cancer. Last year it came back. My doctor said it was stage four because it had spread to my bones, and... Hey, don't give me that look. I'm just fine.." lalu dengan cara inilah Sima lakoni kehidupannya…… Cancer sucks but it should not shut the light off. Many people with breast cancer, be it stage 2, 3 or 4 (like me), can still lead happy and productive lives. Life is not always fair, but it is still good. There are many good things in life to explore, to enjoy and to share. Silah kunjung blog T Sima Gunawan (dalam bahasa indonesia dan inggris) di http://ayomari.blogspot.com/ dan wartakan kepada sahabat-sahabat anda penyandang penyakit kanker ataupun tidak. Baca pula 15 posting Cancer Survivor diblog ini. dan inilah kado sederhana saya untuk Sima……. hikayat bulan adalah hikayat hati di keheningan diri di sebuah hati yang lapang di sebuah hati yang terbuka ketika wajah bulan sempurna di cermin danau yang diam jadilah keajaiban kasihNya beberapa malam lalu bulan mengada setengah hati esoknya setengah hati kurang sedikit tunggu saat bulan sawah jadi sabit, lalu padam apakah ini tentang kepenuhan hati yang berkurang? sesungguhnya tidak seperti hati kita sering dibiarkan berdebu bulan tetap dengan kepenuhan hatinya kita biarkan hati kita berdebu sehingga pudarkan cahaya hati bulan Salam hangat Andreas Iswinarto http://lenteradiatasbukitblogspot.com
[zamanku] 397 Free E-Book dari Buku-e LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Berikut adalah posting terbaru dari http://lenteradiatasbukit.blogspot.com, semoga bermanfaat. 397 Free e-Book Gratis dari BUKU-e LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), G 30 S dan Peran Sjam Kamaruzaman; Kandidat ‘Militer’ di Kancah Pemilu 2009 : Untung atau Buntung Untuk Demokratisasi di Indonesia?; Komunike Soal Krisis : Krisis Kapitalisme, SKB 4 Menteri dan Kebangkitan Buruh; Komunike Gerakan Soal Krisis : BUBARKAN G20!; Komunike Soal Krisis : Neoliberalisme Tutup Buku, Bangun Indonesia Baru, Hari Aksi Global untuk Keadilan Iklim; Ironi Pemanasan Global: Kambing (Hitam) dan (m)Bebek di Pesta Pora Para Serigala?; Protokol Rakyat Untuk Perubahan Iklim; Indonesia: Kemunduran Sebuah Rejim Karbon (Karbokrasi); Rakyat Baku Sapa Mengubah Indonesia
[zamanku] Kita, Sejarah dan Kebhinekaan : Merumuskan Kembali Keindonesiaan
Mohon maaf untuk yang satu ini. Berikut adalah 7 posting terbaru di lentera, semoga bermanfaat. salam pembebasan andreas lentera (pemulung bahan bacaan dan sesekali membuat artikel/puisi/karya grafis) Kita, Sejarah dan Kebhinekaan : Merumuskan Kembali Keindonesiaan Pidato Kebudayaan I Gusti Agung Ayu Ratih 10 Nopember 2008 TIM (plus link Pidato Kebudayaan Herry Priyono 2006) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/kita-sejarah-dan-kebhinekaan-merumuskan.html 180 Free E-Book untuk Transformasi Sosial http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/180-free-e-book-kritis-untuk.html 1,5 juta Buku Online (E-Book) Gratis Dari The Universal Digital Library http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/15-juta-buku-online-e-book-gratis-dari.html Standar Ganda Soal Bailout dan Krisis Keuangaan http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/standar-ganda-soal-bailout-dan-krisis.html Link Edisi 80 Tahun Sumpah Pemuda Majalah Tempo http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/80-tahun-sumpah-pemuda-membaca.html Link Edisi Biografi Majalah Tempo : Muhammad Hatta http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/edisi-biografi-majalah-tempo-tamasya.html Link Edisi Biografi Majalah Tempo : Muhammad Natsir http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/edisi-biografi-majalah-tempo-politik.html
[zamanku] Kado Dasyat : Trilogi Lekra dan Kronik Seabad Kebangkitan Nasional.
Kerja Gila Kaum Muda Untuk Kebangkitan Indonesia sebuah ikhtiar melawan lupa dari sebuah negeri yang disebut-sebut mengidap penyakit akut amnesia….. (I:BOEKOE) Tim kerja -Kronik Kebangkitan Indonesia- , yang bekerja di bawah naungan Indonesia Buku (I:BOEKOE) telah meluncurkan hasil kerja raksasanya bulan Mei lalu , Kerja keras belasan anak muda berusia di bawah 25 tahun selama 1,5 tahun kini telah berbuah 21 buku dengan ketebalan 1.7 meter. Tim Kerja I:BOEKOE juga menggarap riset dan penulisan intensif Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007), Tanah Air Bahasa : Seratus Jejak Pers Indonesia, Seabad Pers Perempuan (1908-2008). Hebatnya lagi 2 orang dari tim kerja ini yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan secara berbarengan juga menggarap proyek mereka berdua berupa 3 buku dasyat Trilogi Lekra Tidak Membakar Buku. Buku-buku itu adalah Lekra Tak Membakar Buku : Suara Senyap Lembar kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Gugur Merah : Sehimpunan Puisi Harian Rakjat-Lekra dan Laporan dari Bawah : Sehimpunan Cerita Pendek Harian Rakjat –Lekra. Coba simak di dalam Lekra Tidak Membakar Buku kedua anak muda ini melakukan liputan menyeluruh yang diriset dari sekitar 15 ribu artikel kebudayaan yang terserak. Bila saya sempat menulis 2008 : Tahun Emas Penemuan Sejarah Nusantara dan Sejarah Indonesia : Dasawarsa Emas Pembongkaran Pemalsuan Sejarah (2000-2010) maka untuk anak-anak muda inilah penghargaaan tertinggi saya berikan. Salute! dirgahayu kaum muda!! selanjutnya silah kunjung.. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/11/kado-raksasa-trilogi-lekra-dan-kronik.html
[zamanku] Pergulatan Demokrasi Liberal (membaca sejarah bersama tempo)
Demokrasi Liberal tahun 1950-an adalah era paling kontroversial dalam perjalanan Republik Indonesia. Ada yang bilang ini sistem impor dari Barat dan bukan keinginan mayoritas rakyat. Banyak pula yang mengenangnya sebagai masa paling demokratis. Mahkamah Agung masih berwibawa. Jaksa dan hakim amat dihormati. Atas dasar apa Soekarno membubarkannya? (Majalah Tempo, edisi Agustus 2007) Catatan sejarah masa demokrasi liberal 1950’an nampaknya masih sangat relevan untuk menjadi pelajaran perjalanan berbangsa dan bernegara. Dari multi partai, persaingan antar partai, remuknya supremasi hukum, gerakan anti korupsi, kuasa militer, hingga nasionalisasi, adalah beberapa aspek menarik yang bisa kita catat dan pelajari. Untuk meneruskan pembacaan kita, tentunya tetap dengan sikap kritis berikut dihimpun link-link laporan khusus Tempo plus kolom Taufik Abdullah, Rocky Gerung, Ignas Kleden, Nono Anwar Makarim, Sebastiaan Pompe, Andi Widjajanto, Thung Ju Land an Benedict R.O.G. Anderson. Semoga bemanfaat. Silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/pergulatan-demokrasi-liberal-sepenggal.html
[zamanku] 110 E-Book Gratis untuk Perubahan Sosial
Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan link bacaan-bacaan ini untuk tujuan penyadaran publik, pembelaan warga dan transformasi sosial. salam hangat, pembebasan andreas iswinarto silah tengok http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/110-e-book-bebas-untuk-transformasi.html Bagian Ketiga : Diskursus tentang Civil Society Mafia Barkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia Manifesto Ekonomi Rakyat Pekerja Gerakan Serikat Buruh : Dari Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru Pekalongan Dari 1830-1970 : Transformasi Petani Menjadi Buruh Perkebunan Mozaik Bacaan Kaoem Pergerakan Tempo Doeloe Istrumen Kajian Hak-Hak Kesehatan Perempuan Buku Panduan Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah Dari Desa Ke Desa - Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Perjuangan Perempuan Nelayan Morodemak untuk Keluarga dan Masyarakat Nelayan Pembangunan untuk Siapa? Dampak Reklamasi Pantai terhadap Perempuan Nelayan dan Anak di Pantai Utara Jakarta Warga Pesisir, Haruskah Tersingkir? Tokalekaju - Di Bawah Kaki Langit Jantung Sulawesi Raksasa Dasamuka: Kejahatan Kehutanan, Korupsi dan Ketidakadilan di Indonesia Tau Taa Wana Bulang : Bergerak Untuk Berdaya 3 Seri Buku : Global Warming Global Green Charter – Piagam Kaum Hijau Sedunia 3 E-Book Foum Desa (harus mendaftar dulu untuk login) Modul APBDes Partisipatif, Buku Pintar Alokasi Dana Desa, Studi Alokasi Dana Desa Buku-buku Prof Jimly Asshiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata negara jilid 1 Pengantar Hukum Tata Negara Jilid II Perihal Undang-Undang Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi Hukum Acara Pengujian Undang-undang Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara Teori Hans Kelsen Tentang Hukum Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Gagasan Amandemen UUD 1945 Dan Pemilihan Presiden Secara Langsung Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap Pembangunan Hukum Nasional Tengok pula……. Bagian Pertama http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/30-e-book-bebas-untuk-transformasi.html Bagian kedua http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/40-e-book-bebas-untuk-transformasi.html
[zamanku] 40 E-Book Untuk Mendorong Perubahan Sosial
Terima kasih, untuk lembaga-lembaga dan para penulis yang telah memungkinkan penyebaran buku-buku/bacaan secara online dan gratis. salam hangat, salam pembebasan andreas iswinarto [EMAIL PROTECTED] Untuk 40 E-Book Terbitan Kontras, ICW, PSHK, Tanah Merdeka, IRE, Elsam, JKPP Silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/40-e-book-bebas-untuk-transformasi.html untuk link-link 35 e-book lainnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/30-e-book-bebas-untuk-transformasi.html 17 Konvensi Ham Internasional Tawaran Model Penyelesaian Pelanggaran Berat HAM di Aceh HAM Belum Jadi Etika Politik Aceh Damai Dengan Keadilan Menolak Impunitas Serangkaian Prinsip perlindungan dan pemajuan HAK ASASI MANUSIA Melalui Upaya memerangi Impunitas Prinsip-prinsip hak korban Politik Militer Dalam Transisi Demokrasi Indonesia Laporan Penelitian Bisnis Militer di Perusahaan Minyak Bojonegoro-Jawa Timur Ketika Moncong Senjata Ikut Berniaga : "Laporan Penelitian Ketelibatan Bisnis Militer Dalam Bisnis Di Bojoneogro bouven Digoel dan Poso" MEREKA BILANG DI SINI TIDAK ADA TUHAN; SUARA KORBAN TRAGEDI PRIOK Agama dan Suku: Kepemilikan dan Penguasaan Usaha Pertanian Di Dataran Tinggi Sulawesi Tengah Marmer, Migas, dan Militer Di Ketiak Sulawesi Timur : Antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Investor KETIKA PETANI ANGKAT BICARA, DENGAN SUARA DAN MASSA: Belajar dari Sejarah Gerakan Petani di Indonesia dan Amerika Selatan PEREDARAN ILEGAL SENJATA API DI SULAWESI TENGAH INCO : RAHMAT ATAU PETAKA ? Buku Seri Panduan Pemetaan Partisipatif Pemetaan dengan Kompas : Terbitan JKPP NEOLIBERALISME MENGGOYANG AGAMA POLITIK PERLAWANAN KRISIS DEMOKRASI LIBERAL PRO POOR BUDGETING: Politik Baru Reformasi Anggaran Daerah untuk Pengurangan Kemiskinan DAERAH BUDIMAN: Prakarsa dan Inovasi Lokal Membangun Kesejahteraan BENIH PERUBAHAN DI ATAS FONDASI POLITIK YANG RAPUH (Studi tentang Politik Anggaran Daerah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara) Laporan Lengkap Komisi Kebenaran dan Penerimaan Timor Leste (CAVR) Roadmap KPK 2007-2011 : Menuju Pemberantasan Korupsi yang Lebih Efektif Utang yang Memiskinkan : Studi Kasus Proyek Bank Dunia di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah Berkah Proyek Hibah : Studi Kasus Proyek Dombo Sayung Floodway dan Punggur Irrigarion Project Eksaminasi Publik : Partisipasi Masyarakat Mengawasi Peradilan Bisnis Militer Mencari Legitimasi Mendagangkan Sekolah : Studi Kebijakan Manjemen Berbasis Sekolah (MBS) di DKI Jakarta Pengujian Undang-Undang dan Proses Legislasi Panduan Praktis Pemantauan Legislasi Bobot Kurang Janji Masih Terutang Panduan Hukum Di Indonesia 2006 Catatan Akhir tahun PSHK tentang Kinerja Legislasi tahun 2005 Panduan Praktis Pemantauan Legislasi __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[zamanku] 35 E-Book cuntuk Transformasi Sosial
Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskan link bacaan-bacaan ini untuk tujuan penyadaran publik, pembelaan warga dan transformasi sosial. Serta mohon informasinya bila kawan-kawan mengetahui atau bahkan organisasi tempatnya bekerja memiliki e-Book Free yang kritis dan baik lainnya. Terima kasih, untuk lembaga-lembaga dan para penulis yang telah memungkinkan penyebaran buku-buku/bacaan secara online dan gratis. salam hangat, salam pembebasan andreas iswinarto [EMAIL PROTECTED] Untuk mendapatkan 35 e-book dibawah silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/30-e-book-bebas-untuk-transformasi.html Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis Penyunting : Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo Kontributor : Russ Dilts Read Book 2000 Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis Judul Asli:Stepping Forward Penulis: Victoria Johnson, Edda Ivan-Smith, Gill Gordon, Pat Pridmore, Patta Scot Penerjemah:Harry Prabowo dan Nur Cholis, Insist Press Kampanye Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pendidikan yang Berperspektif HAM Kampanye Komnas HAM Modul Pelatihan Analisa Gender dan Anggaran Berkeadilan Gender OLEH Edriana Noerdin, Dkk. Pendidikan Pemberdayaan OLEH Information and Consultations Women's Centers Gelombang Baru Reforma Agraria Di Awal Abad ke-21 Noer Fauzi Sumber : Indoprogress Land Reform Desa Penulis: Irwan Nirwana, Boy Frido, Noer Fauzi, Dony Hendro Dusta Industri Pangan Judul Asli:Nourrir le Monde ou L'agrobusiness, Enquete Sur Monsanto Penulis: Isabelle Delforge Penerjemah:Sonya Sondakh Sumber : Insist Press Bisnis Kehidupan Disunting oleh: Tim REaD Book Ekologi, Kapitalisme, Sosialisasi Alam Walhi Politik Gerakan Buruh di Asia Tenggara Naskah ini pernah dipublikasikan di Jurnal SEDANE dan kemudian dimuat kembali untuk IndoProgress, atas ijin penulis Vedi R Hadiz Tahun yang Tak Berakhir: Memahami Pengalaman Korban 65 Institut Sejarah Sosial Indonesia bersama Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK) © John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid Cetakan Pertama: Januari 2004 ISBN 979-8981-26-X Hak Asasi Manusia Minim Dukungan Politik Penerbit : Elsam Pemberdayaan Hukum Bagi Masyarakat Miskin Sumber : YLBHI Editor: Restu Mahyuni HAK-HAK NORMATIF BURUH/PEKERJA DALAM TIGA PAKET UNDANG-UNDANG PERBURUHAN OLEH Divisi Buruh Lembaga Bantuan Hukum - Bali Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas James Petras (indoPROGRESS) SATU DEKADE REFORMASI: Maju dan Mundurnya Demokrasi di Indonesia Studi DEMOS DARI REPRESENTASI ELITIS MENUJU REPRESENTASI POPULAR Studi DEMOS Reason in Revolt Alan Woods dan Ted Grant Propaganda, Kuasa, Dan Pengetahuan Genealogi Ilmu Komunikasi di Indonesia, Suatu Penelusuran Awal Ignatius Haryanto Sumber : Indoprogress Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial Yanuar Nugroho Konflik dan Ide Jurnalisme Perdamaian OLEH Stanley Media untuk Pengembangan Komunitas OLEH Suranto, Hanif Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Radio Prima dan BMC OLEH Errol Jonathan dan Tracy Pasaribu BACAAn LIAR": BUDAYA DAN POLITIK PADA ZAMAN PERGERAKAN oleh Razif sumber : http://members.fortunecity.com/edicahy/ 14 Buku Tan Malaka\ Karya-Karya Che Guevara Kumpulan Catatan Pinggir Gunawan Muhamad Dunia Puisi Joko Pinurbo Kabar Berita-Kumpulan Tulisan tentang Pramoedya Ananta Tour Semua Bisa Seperti Jembrana: Kisah Sukses sebuah Kabupaten Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya Fund Raising ala Media OLEH Hamid Abidin, PIRAC Bukan Perempuan Biasa (Majalah Tempo) 100 Tahun Kebangkitan Nasional : Indonesia Yang Kuimpikan dalam 100 Teks (Majalah Tempo) G 30 S dan Peran Aidit (Majalah Tempo) Belajar dari Sejarah Sebuah Jalan : 200 Tahun Jalan Raya Pos Anjer-Panaroekan (Kompas) __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[zamanku] Pemerintah AS : Kaisar Telanjang Pesuruh Korporasi (bag 2)
Krisis Keuangan Global (Bag 2) It’s mentally sick, stupid! (adapatasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!) oleh : andreas iswinarto (lanjutan gumaman Krisis Ekonomi Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar. It’s the Capitalism, Stupid!) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/krisis-keuangan-global-karl-marx-di.html Di dalam perkara krisis keuangan global hari-hari ini…….. Tahukah anda dongeng tentang kaisar telanjang yang jadi ‘olok-olok’ anak-anak kecil yang polos dan lugu, “Kaisar telanjang, Kaisah telanjang, Kaisar kentir (gila)”. Sementara sebagian orang-orang dewasa sibuk memarahi dan membungkam anak-anak ini, sambil saling menipu diantara mereka dengan berlomba mengelu-elukan kaisar seolah berbusana sangat indah, mewah dan akan menciptakan trend mode adihulung. Sebagian lain tersenyum di dalam hati (kecian deh lu katanya) dan sebagian diam-diam mendukung anak-anak kecil itu. Konon orang-orang kepercayaan kaisar yang pandai menjilat sekaligus memanipulasi kaisar berseru-seru sambil mengancam, hanya orang-orang pintar dan bijaksana yang bisa melihat keindahan pakaian kaisar yang dirancang oleh desainer ternama yang lihai mengambil hati sekaligus menipu kaisar. Dan katanya hanya orang-orang bodoh saja yang tidak bisa melihat kehebatan pakaian kaisar. Dan meminjam Karl Marx dan Engel rupanya “ada hantu komunisme berkeliaran di batok kepala kaisar dan halaman rumah sendiri……” Seperti disampaikan oleh A Toni Prasetiantono dalam artikelnya Meletusnya Gelembung Hampa (Kompas Rabu, 8 Oktober 2008) salah satu sebab tarik ulurnya atau penentangan dana talangan pemerintah adalah soal momok sosialisme di sebuah negeri yang mengaku dedengkot liberalisme dan kapitalisme. Seperti dikatakan oleh Toni, “jika pemerintah menalangi semua bank yang bangkrut, bank-bank investasi itu akan menjadi milik pemerintah. Perekonomian yang serba pemerintah (etatisme) ini akan menimbulkan kesan, perekonomian AS sudah beralih ke sosialisme”. Dengan menggunakan logika berpikir yang sama kita bisa temukan fenomena ‘ada hantu komunisme di batok kepala dan halaman rumah sendiri’ ini didalam diri Bill Gates dari Microsoft dan banyak eksekutif, kapten korporasi lainnya. Dalam menghadapi fenomena lahirnya komunitas kolaboratif atau kolaborasi massal di (melalui) web 2 seperti jejaring sosial Flickr, MySpace, You Tube dan Wikipedia juga open sources seperti Linux sebagai ‘komunis’ jenis baru yang terselubung. Sementara banyak korporasi lain dengan perkembangan ini, mulai membayangkan, merancang, membangun dan mendistribusikan produk dan jasa dalam berbagai cara baru yang inovatif. Ini diungkapkan oleh Don Tapscott dan Anthony D. William dalam bukunya Wikinomic yang edisi Indonesianya baru saja diterbitkan Bhuana Ilmu Populer 2008. Dalam bahasa Hermawan Kertajaya di kompas.com melalui teknologi web 2 ini terjadi proses horisontalisasi baik di lapangan bisnis hingga lapangan politik. Hermawan memaparkan bahwa melalui Web 2 bukan pola hubungan dan komunikasi bukan “cuma bersifat One-to-Many atau One-to-One, tapi sudah bersifat Many-to-Many. Dalam lapangan bisnis tercermin dalam hubungan baru antara marketer dan customer, maupun di langan politik antara politisi dan pemilih. Hermawan misalnya bercerita tentang profil Perdana Menteri Cina Wen Jiabao yang muncul di Facebook pada 14 Mei 2008, yang segera mendapat kawan sekitar 14.000 orang dalam waktu cuma dua minggu serta fenomena pemilu AS yang mendapat darah segar melalui teknologi web 2 (silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/bag-1-uploading-searching-dan-wiki.html (Kok jadi melantur ya, tidak lain karena kebetulan nyambung dengan artikel saya bagian pertama soal dunia datarnya Thomas L Friedman yang diantaranya diakselerasi oleh perkembangan pesat teknologi komputer, informasi dan komunikasi. Friedman menyimpulkan up-loading sebagai factor pendatar diantara 10 faktor lainnya. Mari kita kembali ke kaisar telanjang sebelum kembali lagi ke perkara tak habis-habisnya Paman Sam menciptakan hantu-hantu dan musuh-musuh baru.) Soal Kaisar telanjang sebenarnya telah saya singgung pada bagian pertama tulisan saya “Krisis Ekonomi Global : Karl Marx Di Aspan Jalan Dunia Datar” menyangkut intervensi pemerintah mengeluarkan dana talangan (bailout) yang sekali lagi menegaskan tentang adanya mitos mekanisme pasar (pasar bebas dan swa koreksi pasar) disatu sisi, disisi lain ketelanjangan pemerintah Bush yang didukung parlemen untuk melindungi kepentingan korporasi dan pemodal besar (baca pula artikel Martin Manurung “Neoliberalisme Kena Batunya” juga tulisan Ahmad Erani Yustika Menelanjangi Neoliberalisme di Kompas). Dalam kurun waktu yang berabad kita temukan juga cerita tentang kebohongan soal ide dan gagasan pasar bebas, invisible hand juga pemalsuan sejarah berdasarkan penelusuran dan kajian yang diantaranya dilakukan oleh Noam Chomsky d
[zamanku] Pemerintah Amerika : Kaisar Telanjang Pesuruh Korporasi (Bag 2)
Krisis Keuangan Global (Bag 2) It’s mentally sick, stupid! (adapatasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!) oleh : andreas iswinarto (lanjutan gumaman Krisis Ekonomi Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar. It’s the Capitalism, Stupid!) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/krisis-keuangan-global-karl-marx-di.html Di dalam perkara krisis keuangan global hari-hari ini…….. Tahukah anda dongeng tentang kaisar telanjang yang jadi ‘olok-olok’ anak-anak kecil yang polos dan lugu, “Kaisar telanjang, Kaisah telanjang, Kaisar kentir (gila)”. Sementara sebagian orang-orang dewasa sibuk memarahi dan membungkam anak-anak ini, sambil saling menipu diantara mereka dengan berlomba mengelu-elukan kaisar seolah berbusana sangat indah, mewah dan akan menciptakan trend mode adihulung. Sebagian lain tersenyum di dalam hati (kecian deh lu katanya) dan sebagian diam-diam mendukung anak-anak kecil itu. Konon orang-orang kepercayaan kaisar yang pandai menjilat sekaligus memanipulasi kaisar berseru-seru sambil mengancam, hanya orang-orang pintar dan bijaksana yang bisa melihat keindahan pakaian kaisar yang dirancang oleh desainer ternama yang lihai mengambil hati sekaligus menipu kaisar. Dan katanya hanya orang-orang bodoh saja yang tidak bisa melihat kehebatan pakaian kaisar. Dan meminjam Karl Marx dan Engel rupanya “ada hantu komunisme berkeliaran di batok kepala kaisar dan halaman rumah sendiri……” Seperti disampaikan oleh A Toni Prasetiantono dalam artikelnya Meletusnya Gelembung Hampa (Kompas Rabu, 8 Oktober 2008) salah satu sebab tarik ulurnya atau penentangan dana talangan pemerintah adalah soal momok sosialisme di sebuah negeri yang mengaku dedengkot liberalisme dan kapitalisme. Seperti dikatakan oleh Toni, “jika pemerintah menalangi semua bank yang bangkrut, bank-bank investasi itu akan menjadi milik pemerintah. Perekonomian yang serba pemerintah (etatisme) ini akan menimbulkan kesan, perekonomian AS sudah beralih ke sosialisme”. Dengan menggunakan logika berpikir yang sama kita bisa temukan fenomena ‘ada hantu komunisme di batok kepala dan halaman rumah sendiri’ ini didalam diri Bill Gates dari Microsoft dan banyak eksekutif, kapten korporasi lainnya. Dalam menghadapi fenomena lahirnya komunitas kolaboratif atau kolaborasi massal di (melalui) web 2 seperti jejaring sosial Flickr, MySpace, You Tube dan Wikipedia juga open sources seperti Linux sebagai ‘komunis’ jenis baru yang terselubung. Sementara banyak korporasi lain dengan perkembangan ini, mulai membayangkan, merancang, membangun dan mendistribusikan produk dan jasa dalam berbagai cara baru yang inovatif. Ini diungkapkan oleh Don Tapscott dan Anthony D. William dalam bukunya Wikinomic yang edisi Indonesianya baru saja diterbitkan Bhuana Ilmu Populer 2008. Dalam bahasa Hermawan Kertajaya di kompas.com melalui teknologi web 2 ini terjadi proses horisontalisasi baik di lapangan bisnis hingga lapangan politik. Hermawan memaparkan bahwa melalui Web 2 bukan pola hubungan dan komunikasi bukan “cuma bersifat One-to-Many atau One-to-One, tapi sudah bersifat Many-to-Many. Dalam lapangan bisnis tercermin dalam hubungan baru antara marketer dan customer, maupun di langan politik antara politisi dan pemilih. Hermawan misalnya bercerita tentang profil Perdana Menteri Cina Wen Jiabao yang muncul di Facebook pada 14 Mei 2008, yang segera mendapat kawan sekitar 14.000 orang dalam waktu cuma dua minggu serta fenomena pemilu AS yang mendapat darah segar melalui teknologi web 2 (silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/bag-1-uploading-searching-dan-wiki.html (Kok jadi melantur ya, tidak lain karena kebetulan nyambung dengan artikel saya bagian pertama soal dunia datarnya Thomas L Friedman yang diantaranya diakselerasi oleh perkembangan pesat teknologi komputer, informasi dan komunikasi. Friedman menyimpulkan up-loading sebagai factor pendatar diantara 10 faktor lainnya. Mari kita kembali ke kaisar telanjang sebelum kembali lagi ke perkara tak habis-habisnya Paman Sam menciptakan hantu-hantu dan musuh-musuh baru.) Soal Kaisar telanjang sebenarnya telah saya singgung pada bagian pertama tulisan saya “Krisis Ekonomi Global : Karl Marx Di Aspan Jalan Dunia Datar” menyangkut intervensi pemerintah mengeluarkan dana talangan (bailout) yang sekali lagi menegaskan tentang adanya mitos mekanisme pasar (pasar bebas dan swa koreksi pasar) disatu sisi, disisi lain ketelanjangan pemerintah Bush yang didukung parlemen untuk melindungi kepentingan korporasi dan pemodal besar (baca pula artikel Martin Manurung “Neoliberalisme Kena Batunya” juga tulisan Ahmad Erani Yustika Menelanjangi Neoliberalisme di Kompas). Dalam kurun waktu yang berabad kita temukan juga cerita tentang kebohongan soal ide dan gagasan pasar bebas, invisible hand juga pemalsuan sejarah berdasarkan penelusuran dan kajian yang diantaranya dilakukan oleh Noam Ch
[zamanku] Mengagas Tahun Emas Penemuan Sejarah Nusantara dan Sejarah Indonesia
Mengagas Dasawarsa Emas Penemuan Sejarah Nusantara dan Sejarah Dasawarsa Emas Pembongkaran Rekayasa Sejarah (2000-2010) Adrian Vickers Guru Besar Sejarah Asia Tenggara dari Australia mencatat sejak 1998 telah terbit 1600 judul baru tentang sejarah. Ini momentumnya……… 100 Tahun Kebangkitan Nasional 10 Windu Sumpah Pemuda 1 Dasawarsa Reformasi Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,” -Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer- Berakhirnya Orde Baru sesungguhnya mengakhiri sekaligus membongkar periode panjang monopoli dan penggelapan sejarah Indonesia. Meminjam judul buku Katharine E McGregor (dosen sejarah Asia Tenggara), inilah berakhirnya monopoli “History in Uniform” (History in Uniform : Military and the Construction of Indonesia). Entah tepat atau tidak kemudian dalam edisi Indonesia yang diterbitkan oleh Syarikat bulan Mei tahun ini diterjemahkan menjadi Ketika Sejarah Berseragam (: Membongkar Ideologi Militer Dalam Menyusun Sejarah Indonesia). Militerisasi Sejarah Indonesia (meminjam Asvi Marwan Adam) memang belum bisa dibongkar sepenuhnya terutama dari mata ajaran di sekolah-sekolah. Tapi ‘sejarah berseragam’ terus menerus digerogoti legitimasinya dan ditelanjangi. Terkait dengan studi sejarah Indonesia, Jatuhnya Soeharto membukakan kontak Pandora rekayasa sejarah oleh Orde Baru sekaligus benih yang baik bagi berkembangnya tafsir kritis sejarah dan perspektif baru dan beragam dalam penulisan sejarah Indonesia. Buku Perspektif Baru : Penulisan Sejarah Indonesia yang disunting oleh Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto dan Ratna Saptari barangkali bisa menjadi gambaran tentang terbukanya kontak Pandora (kotak tempat menyimpan tokoh-tokoh atau peran-peran dalam dunia wayang). Di era inilah muncul ledakan tebitan artikel dan buku yang menyuarakan peristiwa sejarah yang digelapkan, juga kisah pelaku-pelaku sejarah dari sisi kiri maupun kanan dan nasional, yang digelapkan, juga kisah tentang orang-orang kecil dan rakyat yang dihilangkan. Termasuk suara-suara korban pembantaian 1965 dan tindak sewenang-wenang lainnya, juga misalnya tentang etnis Cina dll. selanjutnya http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/2008-tahun-emas-penemuan-sejarah.html
[zamanku] Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar (bag 1)
Di tingkat global setelah kisah krisis air, krisis iklim, krisis minyak, krisis pangan, kini krisis finansial naik panggung, Paradoksnya jalan krisis itu terus ditempuh. Masih saja mekanisme pasar dan korporasi dianggap solusi yang menjanjikan. Ironi abad ini, rasionalitas yang irasional. Rasionalitas yang paling tidak masuk akal. It’s the capitalism, stupid! (adapatasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!) Rudolf Mrazek di dalam bukunya yang sangat mengesankan dan ajaib, Enginerss of Happy Land : Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni (edisi Indonesia, Yayasan Obor Indonesia 2006) dan Thomas L Friedman “The World is Flat : Sejarah Ringkas Abad ke-21 (edisi Indonesia, Dian Rakyat 2006) bertemu dalam rujukan yang sama (dari banyak rujukan tentunya) untuk analisis dan argumentasinya. Rujukan itu adalah Manifesto Komunis yang ditulis oleh Karl Marx dan Engels. Uniknya keduanya merujuk pada bagian yang sama. Bila Friedman mengutip beberapa alinea dari Manifesto Komunis itu, Mrazek hanya mengutip satu alinea. Friedman mengutip Manifesto Komunis untuk menguatkan argumentasi soal gejala pendataran dunia. Ia menyebutkan bahwa Marx lah orang pertama yang melihat kemungkinan pendataran dunia untuk menjadi pasar global, yang tidak direpotkan oleh batasan negara. Menurutnya lagi meskipun Marx adalah pengkritik paling keras kapitalisme, Marx pula mengagumi kekuatan kapitalisme mendobrak segala identitas feodal, nasional, maupun agama. Sedangkan Mrazek mengutip Manifesto Komunis untuk memulai bab 1 yang berjudul Bahasa Sebagai Aspal, suatu kajian ajaib untuk melihat fenomena jalan raya bukan semata sebagai fenomena teknologi dan material tetapi juga sebagai fenomena penemuan bahasa dan pertarungan wacana. Pada pokoknya inilah pesan utama “Kebutuhan akan pasar yang terus meluas bagi produk-produknya mengejar kaum borjuis di seluruh permukaan bumi. Ia harus bersarang di semua tempat, bermukim dimana-mana, menjalin hubungan-hubungan di mana-mana”. Gagasan Pendataran Dunia disimpulkan oleh Friedman sepanjang dan selepas perjalanannya berkelana di India tepatnya ke kota Bangalore “Lembah Silikon” nya India bersama tim kerjanya dari saluran TV Discovery Times. Pemicunya adalah pernyataan Nilekani CEO Infosys Technology Limited (orang pintar dan pemimpin yang paling disegani di dunia usaha India), “Tom, lapangan permainan kini semakin didatarkan”. Friedman kemudian dengan gagah mengatakan perjalanan eksplorasinya ke Bangalore mirip dengan perjalanan Columbus setengah abad lalu dalam upayanya menemukan jalan yang lebih singkat menuju India. Perbedaannya bila Columbus walau akhirnya tidak sampai India dan tersasar ke Amerika mendapatkan kesimpulan bahwa dunia itu bulat, Friedman menyimpulkan sebaliknya Dunia itu Datar. Kita tahu kemudian keberhasilan Columbus memacu para pelaut tangguh dari Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran untuk mencari daerah-daerah yang eksotik dan kaya sumber daya alam. Kita tahu inilah cerita tentang kapitalis negara dalam wujud VOC (Kerajaan Belanda) dan EIC (kerajaan Inggris) dan kemudian juga dalam kata-kata Manifesto Komunis ‘mengejar kaum borjuasi (eropa, catatan saya)…….ia harus bersarang di semua tempat, bermukim dimana-mana, menjalin hubungan dimana-mana” Tidak saja untuk mengejar kebutuhan akan pasar yang terus meluas bagi produk-produknya, tetapi juga menguasai bahan baku (sumber daya alam), sekaligus mengejar barisan budak dan buruh yang murah. Ini adalah awal cerita tentang kolonialisme, dan imperialisme sebagai perkembangan lebih lanjut dari kebajikan ‘akumulasi modal sebesar-besarnya” (kapitalisme atau keserakahan sebagai iman) dan kemudian cerita tentang modal yang tidak kenal batas negara. Bahkan tentang modal yang kemudian mengatur negara dan negara yang mbebek saja melindungi korporasi dibalik mitos biarkan ‘mekanisme pasar bekerja’, ‘tangan-tangan ajaib’ (invisible hand) dan ‘efek menetes ke bawah” (trickle down effect) dari kesejahteraan segelintir orang ke tengah-tengah massa. Dan pagi ini saya kembali bertemu Marx dalam artikel Martin Manurung ‘Neoliberalisme Kena Batunya’ di Kompas, menyoal turun tangannya pemerintah AS dengan dana talangan untuk menyelamatkan korporasi yang mengalami kesulitan karena ulah dan ketololannya sendiri. Hmm dana publik dari pajak tanpa banyak persyaratan digelontorkan kepada korporasi . Lupakan jargon-jargon mekanisme pasar, tangan-tangan ajaib yang dimitoskan itu, negara dalam hal ini Bush mohon ijin terang-terangan (banyak yang tersembunyi tentunya) untuk melindungi pemilik modal. Martin kemudian menutup artikelnya “Tesis negara sebagai pelindung modal, sebagaimana pernah dikatakan Karl Marx, menjadi sungguh-sungguh hadir dan nyata dalam krisis AS”. (Disamping kontradiksi sistemik dan struktural kapitalisme yang akan terus menyimpan kerentanan krisis terus menerus, begitu
[zamanku] (Bag 1) Uploading, Searching dan Wiki Networking
Perkakas Pembelajaran dan Perubahan Sosial Hari-hari belakangan ini saya sedang memusatkan perhatian untuk membaca 3 buku menarik khususnya untuk mempelajari dan memahami pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dan implikasinya bagi kehidupan kita. Buku pertama adalah karangan Thomas L Friedman “The World is Flat : Sejarah Ringkas Abad ke 21, kedua buku karangan John Battelle “The Search : Bagaimana Google dan para pesaingnya Mengubah Aturan Bisnis dan Kebudayaan Kita” dan terakhir adalah “Wikinomics’ karangan Don Tapscott dan Anthony D. Williams”. Di dalam proses ‘pembelajaran’ ini saya menemukan seri tulisan seorang pakar marketing ternama Hermawann Kertajaya di kompas.com (pada tanggal 1 Oktober tulisan Hermawan telah mencapai bagian ke 33 dari rencana seratus artikel). Seri 100 artikel tersebut bertajuk New Wave Marketing. Artikel pertama Hermawan berjudul The World is still Round, the Market is already Flat”. Artikel selain sebagai pembuka seri tulisan New Wave Marketing juga merupakan respon penulis terhadap karya Thomas L. Friedman. Yang saya tangkap dari artikel-artikel Hermawan, New Wave Marketing adalah sebuah antisipasi terhadap fakta pendataran pasar (the market is already flat). Salah satu pendataran itu dilakukan oleh teknologi informasi dan komunikasi. Seperti yang dipaparkan dalam artikel kedua Hermawan kini adalah eranya web 2. Dimana “Internet menjadi bersifat interaktif dan dinamis. Orang jadi bisa lebih mudah mengekspresikan dirinya, melakukan networking, membentuk komunitas, berkolaborasi, berpartisipasi dalam sebuah kegiatan, dan banyak lagi. Teknologi yang ada memungkinkan setiap orang jadi punya kesempatan yang sama, bukan hanya milik sekelompok orang tertentu”. Web 2 ini kemudian membuka kemungkinan baru dalam hubungan marketer dan customer. Hermawan memaparkan bahwa melalui Web 2 bukan “cuma bersifat One-to-Many atau One-to-One, tapi sudah bersifat Many-to-Many. Karena itulah, pasar menjadi datar. Artinya, tidak ada perbedaan status antara Marketer dan Customer. Marketer dan Customer sama rata. Marketer sudah berbaur dengan Customer-nya”. Dan sesungguhnya juga punya potensi merubah pola hubungan hirarkis, bersekat-sekat, dikotomis, apapun itu atau dilapangan manapun, menjadi hubungan yang lebih horisontal, partisipatif dan kolektif. Sebenarnya concern saya yang utama bukanlah pada sisi bisnis, marketing atau komersial tetapi lebih kepada bagaimana era web 2 ini akan membuka kemungkinan perubahan sosial yang lebih luas di arena politik, sosial dan budaya. Atau bagaimana teknologi web 2 ini dapat menjadi perkakas bagi berbagai kelompok gerakan sosial untuk perubahan politik, sosial dan budaya, sekaligus juga sebagai perekat gerakan sosial itu sendiri. Walaupun hari ini kebanyakan
[zamanku] Inilah Momentumnya! Ibu Berkeranjang Belanja Sebagai Lokomotif Perubahan
Saat searching di internet saya temukan arsip Majalah Tempo Desember 2006 dengan liputan khusus yang simpatik dan menarik terkait Hari Perempuan (dan tentunya masih sangat relevan).. Dalam edisi ini Tempo mengambil tema Bukan Perempuan Biasa dengan menampilkan profil perempuan-perempuan yang berani meruntuhkan stereotip, perempuan-perempuan yang tak segan melintas batas. Selain menampilkan profil Laksamana Pertama TNI Angkatan Laut Christina Rantetana, Komisaris Besar Polisi Pengasihan Gaut, Dwi Astuti Soenardi, srikandi pemimpin Tim Ekspedisi Everest Putri Indonesia 2007 dan Rahayu Suhardjono, 56 tahun, peneliti gesit jagoan menelusuri gua karst (kapur), Tempo juga menyuguhkan kisah para perempuan yang berjuang di medan yang sungguh sulit. Seperti Suster Rabi’ah (Suster Apung) juga bidan Adeleda Seba, 53 tahun, yang dijuluki ”Ibu Para Suku”. Sosok yang setia menolong persalinan perempuan suku terpencil di labirin rimba Bangga. Tempo juga tak lupa menampilkan para pejuang di level bawah. Raida boru Tampubolon menjadi kuli panggul di Pelabuhan Tanjung Priok. Ada Ponirah, wanita pengayuh becak dari Yogyakarta, Suyanti yang sopir bus malam Wonogiri-Jakarta, juga Datin yang buruh gendong di Pasar Legi, Solo. Tempo mengatakan bagai lilin, para perempuan dari kelas bawah ini rela membakar diri memberikan terang bagi keluarga dan orang banyak. Dan itu mengingatkan pada sajak Hartojo Andangdjaja : Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa Saya memberikan apresiasi kepada Tempo dan hormat saya kepada para perempuan ini. Namun saya berterima kasih pula atas sudut pandang Dewi Lestari dalam kolomnya “Ibu Rumah Tangga, Lokomotif Perubahan” (http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/12/18/LU/mbm.20061218.LU122614.id.html) di liputan khusus ini yang menyoroti peran domestik perempuan sebagai ibu rumah tangga dan potensi dasyatnya sebagai lokomotif perubahan (peran perempuan-perempuan biasa berbeda dengan Tempo yang menampilkan bukan perempuan biasa, termasuk juga artikel khususnya tentang Para Perempuan di Puncak Zaman). Dengan merujuk seorang filsuf perempuan Simone de Beauvoir yang mengatakan “yang personal adalah politis” ia sampai pada simpul pendapat “lokomotif berkekuatan besar justru unit rumah tangga yang kecil. Ibu rumah tangga sebagai penentu mekanisme sehari-hari otomatis mendominasi kendali atas produk yang dikonsumsi, anggaran bulanan, jenis informasi yang beredar di rumah, tata cara pengolahan ini-itu, dan seterusnya. Jika kekuatan memilih itu disadari penuh, maka pemberdayaan akan kembali ke tangan masyarakat. Perubahan dapat terjadi dalam hitungan hari, tanpa birokrasi berbelit dengan kecepatan siput”. Dinyatakannya pula “kita (sebagai ibu rumah tangga) memiliki daftar protes terhadap kondisi dunia, tanpa selalu sadar bahwa kita punya kekuatan untuk mengubahnya. Inilah momentumnya, Dewi Lestari menyatakan saat masyarakat merasa kehilangan daya, sesungguhnya kekuatan menanti pada perspektif yang berganti, siapakah yang sesungguhnya punya potensi dahsyat untuk menjadi lokomotif perubahan: pemerintah berlembaga atau ibu berkeranjang belanja? Selamat kepada ibu berkeranjang belanja……. Dengan anggapan hanya sebagian kecil saja yang punya kesempatan membaca edisi cetak Tempo berikut saya himpun link-link ke 22 artikel tersebut. Selamat membaca http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/ibu-berkeranjang-belanja-lokomotif.html Salam hangat Salam pembebasan Andreas Iswinarto hikayat bulan adalah hikayat yang mengalir di arus waktu yang perlahan, tenang dan teduh seperti percakapan dan narasi kasih bunda jelang upik dan buyung tertidur percakapan dan narasi kasih yang tak henti bertumbuh dalam jiwa ketika harapan bermekaran atau patah abadi walau bunda telah mangkat dari ruang dan waktu
[zamanku] Jelang 30 September...
Membaca kembali bersama Tempo .. (Laporan Utama Majalah Tempo Setahun Lalu : G 30 S dan Peran Aidit) salam pembebasanandreas Dua Wajah Dipa Nusantara EMPAT puluh dua tahun berlalu dan kini kita mengenang lelaki itu dengan kebencian dan rasa kagum. Dipa Nusantara Aidit memimpin Partai Komunis Indonesia pada usia belia, 31 tahun. Ia hanya perlu setahun untuk melambungkan PKI ke dalam kategori empat partai besar di Indonesia. PKI mengklaim memiliki 3,5 juta pendukung dan menjadi partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Aidit memimpikan revolusi, ia berkhayal tentang Indonesia tanpa kelas. Tapi ia terempas dalam prahara 1965. Setelah itu, ia jadi mitos. Seperti juga peristiwa G-30-S, kisah tentangnya dipenuhi mitos dan pelbagai takhayul. Siapa Aidit ini sebenarnya? BERTAHUN-TAHUN orang mengenalnya sebagai ”si jahat”. Lelaki gugup berwajah dingin dengan bibir yang selalu berlumur asap rokok. Bertahun-tahun terdengar kalimat-kalimat ini meluncur dari mulutnya: ”Djawa adalah kunci...”; ”Djam D kita adalah pukul empat pagi...”; ”Kita tak boleh terlambat...!” Dipa Nusantara Aidit pada 1980-an adalah Syu’bah Asa. Seniman dan wartawan ini memerankan Ketua Umum Comite Central Partai Komunis Indonesia itu dalam film Pengkhianatan G-30-S/PKI. Setiap 30 September film itu diputar di TVRI. Lalu di depan layar kaca kita ngeri membayangkan sosoknya: lelaki penuh muslihat, dengan bibir bergetar memerintahkan pembunuhan itu. Aidit hanya butuh waktu setahun untuk membesarkan kembali PKI. Ia mengambil alih partai itu dari komunis tua—Alimin dan Tan Ling Djie—pada 1954, dalam Pemilu 1955 partai itu sudah masuk empat pengumpul suara terbesar di Indonesia. PKI mengklaim beranggota 3,5 juta orang. Inilah partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. .. Tak pernah ada jawaban tunggal atas prahara yang menewaskan ratusan ribu orang tersebut. Tidak buku putih Orde Baru, tidak juga keyakinan Ibarruri. Sejarah adalah sebuah proses menafsirkan. Apa yang disajikan dalam Liputan Khusus Tempo kali ini adalah upaya mengetengahkan versi-versi itu. Juga ikhtiar membongkar mitos tentang D.N. Aidit. Bahwa ia bukan sepenuhnya ”si brengsek”, sebagaimana ia bukan sepenuhnya tokoh yang patut jadi panutan. Selengkapnya dan link 20 artikel di laporan utama Tempo ini silah kunjung http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/09/g-30-s-dan-peran-aidit-laporan-utama.html
[zamanku] Iklan A-Mild Jawaranya Kritik Sosial? Belajar Dari Pekerja Iklan.....
Kini kritik sosial yang menyengat dan mengendap dalam ingatan publik barangkali tak lagi berasal dari kalangan intelektual, demonstrasi mahasiswa atau suara dari partai oposisi, melainkan dari iklan produk rokok. Tak terlampau sulit bagi penonton televisi mengingat kritik sosial, mulai bencana banjir, ruwetnya birokrasi, komersialisasi pendidikan hingga buruknya layanan PLN, dari seri iklan rokok A-Mild yang disertai taglines “Tanya Kenapa?” demikian saya petik dari artikel Budi Irawanto Imaji Konsumsi Kolonial: Iklan dan Media Cetak di Era Kolonialisme (http://budiirawanto.multiply.com/journal/item/4). Lanjut Budi ‘sebagaimana dituturkan Hendro Lesmono, mantan creative head Ogilvy Indonesia, yang menggarap iklan rokok A-Mild itu, “Kami tak ingin membuat bingung, tetapi ingin menunjukkan bangsa kita ini bangsa yang banyak masalah, berbelit-belit, terlalu mikir, dan bikin susah diri sendiri “ (Kompas, 6 Mei 2007). Setujukah anda bahwa iklan A-Mild jawaranya kritik sosial.. Bagaimana daya ‘magis’ kritik-kritik sosial sebagai taktik di iklan-iklan A-Mild, bagaimana reaksi anda ketika anda menemukan seri iklan A-Mild yang baru? Saya umumnya menikmati iklan-iklan nakal A-Mild. Reaksi saya spontan saja dan kemudian terus hilang dari ingatan sadar saya dalam lautan informasi lain (tapi pasti terekam dengan baik oleh bawah sadar kita). Bahkan saya tak ingat atau tidak sadar apakah iklan dengan kritik sosial masih dilakukan A-Mild. Acap kali komentar saya spontan hmmm….. cerdas, hmm….. nakal betul. Atau sialan bisa aja tuh A-Mild. Tidakkah, kawan-kawan yang perduli dengan pentingnya perubahan sosial dan berkepentingan mengkampanyekan gagasan-gagasan yang baik di negeri ini, tertarik untuk mempelajari ‘kecerdasan’ dan 'kreatifitas' pekerja iklan, public relations maupun marketer lainnya untuk mempengaruhi, merayu, membius publik. Tidakkah juga terpikir untuk mempelajari temuan-temuan paling gres tentang psikologi atau biologi manusia, bagaimana proses berpikir, cara bekerjanya otak, alam sadar alam bawah sadar, proses pengambilan keputusan dan penentuan pilihan, atau bahkan NLP, Appreciate Inquiry dan lain-lain yang dikuasai oleh pekerja iklan yang berada di titik depan bius konsumerisme, istana konsumsi termasuk konsumsi barang beracun seperti perusahaan rokok. Sambil tentunya menemukan strategi komunikasi khusus, jelas logistiknya tak bisa sekaliber gajah-gajah. Daud diantara goliath. selanjutnya mohon sudi kunjungi warung saya untuk memberikan tanggapan soal iklan A-Mild dan ilmu merayu pekerja iklan. jujur ini saya perlukan untuk studi kecil sebagai bahan penulisan. http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/iklan-mild-jawaranya-kritik-sosial.html Terima kasih. Salam hangat Andreas
[zamanku] Jejak Langkah dan Imaji Indonesia Pada 100 Teks
Kawan-kawan ini tulisan ringan saya, semoga bermanfaat…. Salam Andreas Iswinarto (hanya orang biasa yang menyukai sejarah dan studi sejarah) http://lenteradiatasbukit.blogspot.com [EMAIL PROTECTED] Jejak Langkah dan Imaji Indonesia Pada 100 Teks Jejak Langkah Siapa? Imaji Indonesia Yang Mana? (Tentang Edisi Khusus Tempo untuk Memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional) Dapatkan link ke 100 teks tersebut di : http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/imaji-indonesia-pada-100-teks.html Majalah Tempo memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional, menyajikan edisi khusus yang unik dan cerdas. Berbeda dengan model-model penyajian liputan dengan sejumlah artikel reflektif dan visioner, Tempo memilih 100 teks mulai 1908 yang dianggap berpengaruh atau memberikan kontribusi terhadap gagasan kebangsaan. Disebut teks karena tidak hanya memilih buku tapi juga pidato, laporan jurnalistik, polemik, renungan, catatan harian, roman dan puisi. Seratus teks yang dipilih Tempo adalah teks yang dianggap bergerak dan mencari jalan di antara dua kutub untuk mendapatkan gagasan Indonesia masa depan. Yakni Imaji Indonesia yang tercipta oleh tarik-menarik antara sesuatu yang eksotik seperti ditulis Raffles (History of Jawa) dan sesuatu yang tragik seperti dideskripsikan Multatuli dalam Max Havelaar sebagai contoh magnum opus pada abad ke 19. Demikian teks yang berisi gagasan penting belum tentu buku yang populer dan dibaca oleh banyak orang. Dalam diskusi internal Tempo disepakati bahwa kriteria pemilihan bukan berdasarkan pada banyaknya pembacanya, melainkan pada isi dan pengaruhnya. Untuk menguatkan kerja jurnalistik ini kemudian Tempo mengundang Taufik Abdullah dan Asvi Warman Adam (sejarawan), Goenawan Mohamad (esais), Parakitri Tahi Simbolon (penulis), Dr Ignas Kleden (sosiolog), dan Putut Widjanarko (pengamat dan penerbit buku) untuk mendiskusikannya Terlepas dari bisanya diperdebatkan 100 teks yang dipilih, Tempo telah menyumbang kepada kita sudut pandang pentingnya peranan gagasan dalam sebuah perubahan sosial, penemuan terus menerus sebuah nation, sebuah kebangsaan yang pada awalnya terbangun karena ketertindasan dan inspirasi kosa kata baru ‘modern’ yang kemudian meletikan kesadaran untuk bangkit, bersatu, berlawan dan berbangsa. Dalam hal ini gagasan-gagasan yang menggerakan kebangkitan nasional, proklamasi kemerdekaan hingga masa depan Indonesia. Terlepas pula dengan subyektifitas Tempo atau proses seleksi yang dasarnya adalah pandangan bahwa Indonesia yang diimpikan adalah Indonesia yang pluralis, kosmopolit dan modern. Mungkin kelompok-kelompok lain bisa punya mimpi yang berbeda yang bila mereka melakukan kerja seperti yang dilakukan Tempo akan menemukan 100 teks yang berbeda. Kedua saya pikir Tempo telah memberikan sumbangan kepada historiografi sejarah Indonesia. Memang setahu saya sudah cukup banyak kajian sejarah yang memeriksa dan menganalisis peranan gagasan/teks dalam sebuah momen atau peristiwa sejarah. Diantaranya yang paling saya suka adalah BACAAN LIAR : BUDAYA DAN POLITIK PADA ZAMAN PERGERAKAN yang ditulis oleh sejarawan Razif. Tulisan ini paling tidak merekam bacaan liar baik itu karya-karya jurnalistik, opini hingga novel dan puisi. Demikian pula membaca perlawanan bacaan kaum pergerakan radikal (kiri) terhadap hegemoni Balai Pustaka dalam sub tema bacaan liar vis a vis Balai Poetaka. Yang dilakukan Tempo walau bisa jadi belum memenuhi syarat keilmiahan studi sejarah, tetapi menyumbang kepada kita sebuah pemahaman tentang teks-teks yang berkontribusi kepada eksistensi kita hari ini dan masa depan. Ada tiga hal menggoda yang muncul dalam benak saya. Pertama terkait opini kritis Parakitri T Simbolon di dalam edisi kebangkitan nasional ini yang kedua terkait tulisan Bre Redana di Kompas 22 September 2008 Nasionalisme di Zaman Konsumsi. Terakhir terkait dengan sudut pandang Razif dalam bacaannya tentang perseteruan bacaan liar dan Balai Pustaka yang menerbitkan Siti Nurbaya, Layar Terkembang, Salah Asoehan, Tenggelamnya Kapal Van der Wyik (ke 4 nya adalah diantara 100 teks Tempo). Dalam Razif disebutkan Balai Pustaka sebagai benteng kolonial menyebut literatuur socialisme sebagai bacaan liar (selain karya-karya jurnalistik, pamplet-pamflet pergerakan di kaji juga novel Hikayat Kadiroen yang ditulis Semaoen dan syair-syair-puisi Mas Marco). Point terakhir ini sebenarnya masih terkait dengan opini kritis Parakitri. Pada bagian akhir tulisannya Negara Tanpa Rakyat, Parakitri menuliskan 'Pergerakan kebangsaan berhasil mencapai Indonesia merdeka, tapi gagal membangkitkan ”rakyat”. Dan mengikuti Van Niel tentang perubahan sosial golongan elite atau the leader group of Indonesian society sebagai landasan sosial Indonesia merdeka, maka sekarang dapat juga dikatakan bahwa negara tanpa rakyat jadi landasan Indonesia merdeka." Dalam artikel ini Parakitri menyoroti hilangnya atau dihilangkannya rakyat dalam historiografi Indonesia oleh
[zamanku] Online Buku Bermutu : Pendidikan Popular, Tanpa Tanda Seru, Dusta Industri Pangan, Bacaan Liar
Bila tertarik silah anda nge link saja. salam pembebasan Andreas Iswinarto PENDIDIKAN POPULAR http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-pendidikan-populer.html Buku ini pada awalnya dirancang berdasarkan pengalaman dalam rangka membantu para fasilitator maupun pelaku penyelenggaraan proses belajar bersama masyarakat. Seyogyanya buku ini tidak perlu dibaca dari awal sampai akhir, Anda bisa memulai dari lembar mana saja, sebab rancangan buku ini memang dimaksudkan hanya berperan sebagai alat bantu proses, mendorong sesuatu yang nyata. Di sisi lain buku ini juga dimaksudkan untuk digunakan sebagai panduan dalam rangka penyelenggaraan proses belajar terutama pada model-model partisipatif—dengan dibantu melalui: pemikiran dan konsep yang detail sesungguhnya buku ini dikhususkan untuk para fasilitator pendidikan rakyat, betapapun tidak menutup kemungkinan bahwa buku ini juga bisa dinikmati sebagaimana buku bacaan lainnya oleh siapa saja. Disunting Oleh : Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo sumber : www.insist.or.id DUSTA INDUSTRI PANGAN http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-dusta-industri-pangan.html Buku Dusta Industri Pangan secara rinci memuat sebuah temuan fakta dan membuktikan bahwa sesungguhnya para raksasa agroindustri sama sekali tidak memberi makan dunia. Walaupun buku ini mengulas sepak terjang Monsanto dalam industri pertanian, khususnya industri bio-teknologi, tetapi bukan maksudnya mengatakan bahwa hanya Monsanto-lah yang menyebabkan banyak kekacauan dan kerusakan dunia pertanian dan pangan. Permasalahannya tetap disebabkan oleh kapitalisme dan keserakahannya. Di sini, Monsanto hanya digunakan sebagai salah satu obyek studi kasus, dengan pertimbangan, Monsanto merupakan contoh yang paling ideal dari sepak terjang keserakahan kaum pemodal bidang agro-industri, karena Monsanto selain sebagai perusahaan agro-industri terbesar di dunia, juga sangat agresif dan secara telanjang menerapkan prinsip menghalalkan segala cara. Buku ini menitikberatkan pada perburuan dalam sektor agrokimia itu. Bagian pertama mengisahkan sejarah Monsanto dan praktek-prakteknya yang perlu dipertanyakan untuk naik ke tingkat raksasa agro-industri. Dalam bagian kedua, dipaparkan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan pembangunan pertanian yang melibatkan Monsanto di negara-negara Selatan. Pada bagian ini juga dipaparkan upaya-upaya perlawanan petani selatan untuk mempertahankan kedaulatannya atas pangan dan pertanian yang menjadi tumpuan hidupnya. Judul Asli:Nourrir le Monde ou L'agrobusiness, Enquete Sur Monsanto Penulis: Isabelle Delforge Penerjemah:Sonya Sondakh sumber : www.insist.or.id TANPA TANDA SERU http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-tanpa-tanda-seru-refleksi.html Hingga kami benar-benar tak bisa mengerti, mengapa ada bendera-bendera berkibar mengumbar janji akan penyelamatan. Hingga kami benar-benar tak bisa mengerti ketika kami mendengar suara-suara yang bersemangat berbicara tentang kesejahteraan ketika kursi mereka mengepung meja sidang. Apalagi jika kami mendengar teriakan bahwa suara kami bisa membuat kami selamat menuju surga. Ah, surga, itu sesuatu yang jauh di sana , sedang yang kami alami sehari-hari sudah sedemikian mencekik. Hingga kami benar-benar tak bisa mengerti mengapa kemudian di sebuah pagi, kami harus berbondong-bondong menuju tanah yang agak luas, mengantre untuk kemudian menghadapi sebuah kotak suara dan berbagai lembar kertas berisi foto orang-orang yang tidak kami kenal. Mereka membutuhkan suara kami. Alangkah luar biasanya hidup ini. Tak kenal, tak pernah bersua, tak ada percakapan apalagi kesepakatan, tiba-tiba langit seperti runtuh karena semburan panji-panji dan janji-janji. Kalian siapa? Kemana dan dimana saja kalian selama ini? Lamat-lamat kami teringat sebuah pelajaran mengaji ketika kami masih kecil dulu. Konon, kata pak Kiai kami, Tuhan membenci orang yang menyekutukannya, tetapi lebih benci lagi golongan orang munafik yang ciri-cirinya ada tiga; jika berkata ia berdusta, jika berjanji tidak pernah dipenuhi dan jika diberi amanat ia ingkar. Dulu, kami merasa belum pernah melihat orang yang berciri seperti itu. Tapi setiap kali kami mendengar janji-janji dan wajah-wajah di televisi, kami merasa.kami merasa..ah, tidak enak. BACAAN LIAR : BUDAYA DAN POLITIK PADA ZAMAN PERGERAKAN http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tembok-dan-bunga.html "... More and mores writers will be drawn because of their simpathy with the working people and ideas of socialism, and not because of consideration of gain or personal ambition. It will be a literatur freedom, for instead of serving a few spoiled ladies or the fat and bored "upper ten thousand," it will be written for the millions of working people who a represent country's pride, its strenght and its future."
[zamanku] “BACAAN LIAR” : BUDAYA DAN POLITIK PADA Z AMAN PERGERAKAN
100 Tahun Kebangkitan Nasional Mari merenungkan kembali sumbangan (dan menggali inspirasi dari sana) pers pergerakan yang dilakoni sang pemula (jurnalis sekaligus propagandis, guru, ideolog dan organisator) dalam perwujudan bangsa dan nation Indonesia….. lalu merefleksikan peran kita sebagai intelektual, jurnalis, guru, seniman, pengacara, organizer, kearah emansipasi dan proklamasi kemerdekaan kedua…. Mari kita baca (kembali) karya Razif seorang sejarawan muda, tentang sang pemula (pers pergerakan) pada zaman bergerak Salam Pembebasan Andreas Iswinarto ‘BACAAN LIAR’ : BUDAYA DAN POLITIK PADA ZAMAN PERGERAKAN oleh Razif sumber : http://members.fortunecity.com/edicahy/ "... More and mores writers will be drawn because of their simpathy with the working people and ideas of socialism, and not because of consideration of gain or personal ambition. It will be a literatur freedom, for instead of serving a few spoiled ladies or the fat and bored "upper ten thousand," it will be written for the millions of working people who a represent country's pride, its strenght and its future." Pengantar Tulisan ini akan menganalisa produksi bacaan kaum pergerakan yang sering disebut oleh negara kolonial sebagai "Bacaan Liar." Untuk itu akan dibahas bagaimana produksi "Bacaan Liar" tersebut tumbuh dan dikembangkan, disebarluaskan, sampai dengan kematiannya. Adalah sangat penting untuk melihat pergeseran dari bacaan yang belum dianggap 'liar' sampai pada tahap sebuah bacaan dianggap sebagai 'liar.' Sementara itu para pemimpin pergerakan sendiri memandang produksi bacaan mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari mesin pergerakan: untuk mengikat dan menggerakkan kaum kromo--kaum buruh dan kaum tani yang tak bertanah. Produksi bacaan dapat berbentuk surat kabar, novel, buku, syair sampai teks lagu. Bagi kaum pergerakan, bacaan merupakan alat penyampai pesan dari orang-orang atau organisasi-organisasi pergerakan kepada kaum kromo. Oleh spektrum revolusioner dan radikal dari kaum pergerakan, bacaan diisi pesan tentang jaman yang telah berubah dan penindasan kekuasaan kolonialisme. Tujuan dari pesan-pesan tersebut adalah agar dapat mengajak rakyat--kaum kromo--melawan penjajah, sebagaimana pernah dinyatakan Marco: "...kapitalist Europa, dia orang soedah sama bersepakat dengan bangsanya kapitalis alias membikin Maatschappij jang besar-besar, dan akalnja menggaroek oeang, jaitoe menghisap darahnja kromo, soedah amat pintar sekali." Penjelasan tersebut jelas berusaha agar kaum kromo sadar dan mengerti makna kolonialisme--karena mereka sadar bahwa pengetahuan tentang masyarakat koloni-negara kolonial merupakan persyaratan yang dimiliki bangsa pemenang atas bangsa yang dikalahkan. Selanjutnya silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tembok-dan-bunga.html
[zamanku] Fernando Lugo dan Corasom de Amerika
Kesaksian Martin Bishu Sahabat Lugo Asal Bejawa Flores Mohon maaf bila anda sudah membaca artikel ini Setelah Venezuela, Brazil, Bolivia, Argentina, Ekuador, Uruguay, Nikaragua dan Chili kebangkitan neososialisme atau kemenangan gerakan progresif kerakyatan kini bergemuruh pula di Paraguay dengan terpilihnya Fernando Lugo ‘Pastor Si Miskin” sebagai Presiden Paraguay. Siapakah Fernando Lugo dan atmosfir politik seperti apakah yang berlangsung disana? Martin Bishu asal Bajawa Flores yang bekerja selama belasan tahun di Paraguay melalui feature yang apik dari kawan Ahmad Yunus memberikan kesaksiannya tentang sahabatnya Fernando Lugo dan geliat perjuangan kaum miskin di Paraguay. Beruntung kita punya laporan dari tangan pertama yang terlibat intens dalam perjuangan untuk kaum miskin di Paraguay . Selain itu simak pula wawancara Kompas dengan Fernando Lugo dan laporan diskusi Kompas soal Amerika Latin oleh Rikard Bangun (Martin Bishu menjadi salah satu pembicaranya). Selanjutnya silah klik lenteradiatas bukit salam andreas
[zamanku] Jurnalisme Hiroshima, Silent Spring dan Watergate
Juga Jurnalisme Jalan Raya, Lampu dan Peci Mohon maaf untuk yang satu ini, semoga bermanfaat... Dalam tulisan Andreas Harsono soal Jurnalisme Sastrawi disebutkan tim bentukan Universitas New York di tahun 1990 yang terdiri 37 ahli sejarah, wartawan, penulis, dan akademisi memilih 100 karya jurnalistik terbaik di Amerika Serikat pada abad ke-20. Hasilnya, “Hiroshima” menduduki tempat nomor satu. Karya Rachel Carson soal DDT "Silent Spring" pada 1962 jadi juara kedua, sedang karya investigatif Bob Woodward dan Carl Bernstein soal Watergate untuk harian The Washington Post pada 1972-73 juara ketiga).* Saya ingin memberi penekanan khusus kepada Silent Spring sebagai karya kedua terbaik, karena soal Hiroshima dan Watergate sudah cukup diketahui dan populer. Silent Spring yang sudah diterbitkan edisi Indonesianya oleh Yayasan Obor ditulis oleh Rachel Carson, dimana ketika observasi dan penulisan buku ini dalam situasi sedang menjemput maut akibat kanker oleh pestisida (DDT) yang menjadi bahan observasinya ini. Buku ini memberi sumbangan sangat berarti dalam kebangkitan gerakan lingkungan hidup di Amerika Serikat bahkan di dunia. Silent Spring pada tahun terbitnya didaftar sebagai salah satu buku yang paling laris selama 31 minggu dan terjual lebih dari 500.000 eksemplar. Kirkpatrick Sale (Revolusi Hijau : Sebuah tinjauan historis-kritis gerakan Lingkungan Hidup di Amerika Serikat, YOI 1996) menyebutkan bahwa gerakan lingkungan - dalam arti yang aktif, vokal, merakyat dan berpengaruh - tidak ada sebelum Silent Spring terbit. Seorang Max Nicholson, kepala British Nature Conservancy dan seorang tokoh internasional menyebut Silent Spring “mungkin merupakan sumbangan paling besar dan paling efektif dalam membangkitkan opini umum dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ekologi”. Untuk membaca pasang naik gerakan lingkugan hidup di Amerika Serikat dan kontribusi Silent Spring di dalamnya silah akses tinjauan buku Revolusi Hijau ini. Saya sangat menikmati dan merasa diperkaya baik batin dan pikiran ketika membaca karya2 delapan orang jurnalis yang dihimpun dalam buku Jurnalisme Sastrawi : Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Pantau dengan editor Andreas Harsono dan Budi Setiyono. Apa itu jurnalisme sastrawi? Andreas Harsono menyebutkan “genre ini mulanya berkembang di Amerika Serikat 1960-an. Ia menggabungkan disiplin paling berat dalam jurnalisme serta kehalusan dan kenikmatan bercerita dalam karya fiksi. Wawancara biasa dilakukan dengan puluhan, bahkan sering ratusan, narasumber. Risetnya mendalam. Waktu bekerjanya lama. Ceritanya juga kebanyakan tentang orang biasa.” Wajarlah kemudian saya pikir ketika menikmati karya-karya ini disatu sisi kita bisa mengetahui sebuah berita/peristiwa sekaligus mengerti, memahami, menghayati peristiwa dengan kekayaan rasa, pikiran, emosi dan karakter seperti sebuah karya sastra. Mengerti, memahami, menghayati Manusia dan Peristiwa secara lebih utuh dan mendalam. Tetapi dengan menilik keterangan Andreas Harsono adalah sebuah kemewahan bagi orang awam (penulis amatir bukan jurnalis) untuk menuliskan narasi (jurnalisme sastrawi) dengan riset yang mendalam melalui wawancara puluhan hingga ratusan nara sumber atau studi literatur. Namun demikian saya berpendapat banyak inspirasi yang bisa diperoleh dengan mempelajari sambil menikmati karya-kaya jurnalisme sastrawi ini. Kita mungkin hanyalah penulis biasa-biasa saja untuk lingkungan teman-teman atau menulis di blog sendiri (catatan : dengan menulis diblog ini sebenarnya kita sudah menulis dan potensial dibaca oleh masyarakat luas). (Bagi saya mestinya NGO atau organisasi gerakan sosial lain harus mulai membekali diri dengan perkakas perang ini yakni kemampuan menulis sebaik kawan-kawan jurnalis!) Saya mengasumsikan bahwa dibalik kegiatan tulis menulis amatir ini bisa jadi tersimpan motivasi untuk mengekspresikan diri, membangun komunikasi, sharing bahkan memperkaya para pembacanya hingga mendorong perubahan di lingkungan dekat, masyarakat sekitar hingga negara. Walaupun barangkali kita juga tak pernah menginginkan tulisan-tulisan kita dianggap penting, berbobot atau sebagai karya jurnalistik. Ada satu catatan menarik yang saya dapat dari sebuah buku berjudul Engineers of Happy Land ; Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni terbitan Yayasan Obor Indonesia 2006. Buku yang ditulis oleh Rudolf Mrazek ini berhasil mengungkapkan kerjernihan analisis tentang gagasan-gagasan besar seperti kolonialisme, nasionalisme, modernisme hingga revolusi dengan menyoroti soal-soal kecil. Dari teropong, jalan raya, kereta api, tangki air, kamera foto, AC, peci, novel, lampu hingga guci. Melalui buku ini Mrazek menelusuri sejarah perkembangan teknologi dan akar historis nasionalisme di Indonesia. Catatan ini ingin memberikan penekanan bahwa di dalam setiap soal, bahkan soal yang dianggap seder
[zamanku] 'Anak Sungai Budha'
adalah porsea kali terakhir aku menangis kupikir itu menjadi tangis yang akan membawaku kesana ternyata aku tidak kesana tidak lagi disini pula kuingat rintik hujan menerpa gelombang nyanyi dan air mata dan melesat wajah-wajah perempuan bambu runcing dan merah putih sementara melintas anak-anak berseragam sd putih merah dengan nyanyi 'darah juang' barisan wajah-wajah keras yang rela berakhir sebagai bahan baku pabrik 'begitu mereka pernah berujar' aku tahu pula doa dilantunkan bahkan oleh Uskup yang mencinta dan rela mati disana dan truk-truk pabrik tetap melenggang di tengah keramaian hari bumi dan paskah tetap mengiris batin serpih demi serpih lantas lahirkah anak sungai baru? atau hanya tumpah dan mengalir kedalam selokan busuk atau kubangan kerbau atau mengisi anak-anak sungai mati atau sungai-sungai beracun atau jadi air yang mengalir ke pabrik untuk bahan pemrosesan pulp paper aku yakin sungai baru telah lahir di tanah porsea tapi anak sungai baru di dalam batinku? puih, bukan kematian itu sendiri yang kutakuti tapi kematian . sebelum cukup 'menjadi' sesungguhnya aku sering menggiring pikiran dan rasaku di jalan kepedihan dan kesedihan aku bahkan sering berpikir aku memiliki ketabahan dalam kepedihan tidak dalam kegembiraan dan aku harus berhenti disini karena kata-kata dapat membentuk hati hati tidak membentuk kata-kata atau sebenarnya aku tidak berkata apa-apa dan tidak berhati apa-apa sret hilang bentuk tiada bentuk 2003 andreas iswinarto email : [EMAIL PROTECTED] blog : http://lenteradiatasbukit.blogspot.com
[zamanku] Tan Malaka : Bapak Republik, Dia Yang Mahir Revolusi, Merdeka 100 Persen
34 artikel menarik seputar Tan Malaka http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/09/tan-malaka-bapak-republik-revolusi.html Majalah Tempo dalam edisi khusus Kemerdekaan mengangkat profil Tan Malaka : Bapak Republik Yang Dilupakan. Tidak tanggung-tanggung edisi Tan Malaka ini terdiri dari 26artikel yang ditulis oleh wartawan Tempo dan 8 kolom/opini yang ditulis oleh pengamat/pakar dari Asvi Warman Adam hingga Ignas Kleden. Beberapa petikan penting soal Tan Malaka, sehingga terlalu gegabah kalau kita mengabaikan edisi khusus tempo ini, mengabaikan Tan Malaka . ”Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh lebih dulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928), dan Bung Karno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka (1933)”. “Buku Naar de Republiek dan Massa Actie (1926) yang ditulis dari tanah pelarian itu telah menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. Tokoh pemuda radikal Sayuti Melik, misalnya, mengenang bagaimana Bung Karno dan Ir Anwari membawa dan mencoret-coret hal penting dari Massa Actie.” “Bagi Yamin-yang kemudian bergabung dengan Tan dalam kelompok Persatuan Perjuangan-Tan tak ubahnya Bapak Bangsa Amerika Serikat, Thomas Jefferson dan George Washington: merancangkan Republik sebelum kemerdekaannya tercapai” "W.R. Supratman sudah membaca seluruh buku Massa Actie itu," kata Hadidjojo. Muhammad Yaminlah yang memaksa Sugondo memberikan waktu bagi Supratman memainkan lagu ciptaannya di situ. Lalu bergemalah lagu Indonesia Raya, lagu yang terinspirasi dari bagian akhir Massa Actie: "Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu, dan tulangmu. Itulah tempat yang selayaknya bagimu, seorang putra tanah Indonesia tempat darahmu tertumpah” “Ia hidup dalam pelarian di 11 negara. Ia memiliki 23 nama palsu. Ia diburu polisi rahasia Belanda, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat”. “Ketika memperingati sewindu hilangnya Tan Malaka pada 19 Februari 1957, Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution mengatakan pikiran Tan dalam Kongres Persatuan Perjuangan dan pada buku Gerpolek (Gerilya Politik Ekonomi) menyuburkan ide perang rakyat semesta. Perang rakyat semesta ini, menurut Nasution, sukses ketika rakyat melawan dua kali agresi Belanda. Terlepas dari pandangan politik, ia berkata, Tan harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia. “ “jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka. (testamen Soekarno)” “Di seputar Proklamasi, Tan menorehkan perannya yang penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum bergema keras dan "masih sebatas catatan di atas kertas". Tan menulis aksi itu "uji kekuatan untuk memisahkan kawan dan lawan". Setelah rapat ini, perlawanan terhadap Jepang kian berani dan gencar”. Ketua Partai Komunis Indonesia, D.N. Aidit, mengatakan sumber kegagalan pemberontakan 1926 antara lain kurang persiapan dan minim koordinasi. "Tapi, selain itu, ada orang seperti Tan Malaka, yang tidak melakukan apa pun, hanya menyalahkan setelah perlawanan meletus," kata Aidit. Dia juga menyebut Tan sebagai Trotskyite, pengikut Leon Trotsky (lawan politik Stalin), "sang pemecah belah". ”Musso bersumpah menggantung Tan karena pertikaian internal partai”. "Kongres memberi tepuk tangan yang ramai pada Tan Malaka, seolah-olah telah memberi ovasi padanya," tulis Gerard Vanter untuk harian De Tribune. "Itu merupakan suatu pujian bagi kawan-kawan kita di Hindia yang harus melakukan perjuangan berat terhadap aksi kejam." (Konggres Komintern ke 4) Tan Malaka adalah Che Guevara Asia – Harry Poeze (penulis gigih Biografi Tan Malaka) Silah mengakses ke seluruh 34 artikel tersebut dibawah ini, klik http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/09/tan-malaka-bapak-republik-revolusi.html Semoga bermanfaat Salam hangat Andreas Iswinarto Artikel seputar Tan Malaka : DIA YANG MAHIR DALAM REVOLUSI , Jalan Sunyi Tamu dari Bayah, Kisruh Ahli Waris Obor Revolusi, Si Mata Nyalang di Balai Societeit, Gerilya Dua Sekawan, Kerani yang Baik Hati, Naskah dari Rawajati, Bolsyewik yang Terbuang, Peniup Suling bagi Anak Kuli, Bertemu Para Bolsyewik Tua, Dukungan untuk Pan-Islamisme, Gerilya di Tanah Sun Man, Penggagas Awal Republik Indonesia , No Le Toqueis, Jawa!, Tumpah Darahku dalam Sebuah Buku, Macan dari Lembah Suliki, Cita-cita Revolusi dari Tanah Haarlem, Sobatmu Selalu, Ibrahim, Trio Minang Bersimpang Jalan, Perempuan di Hati Macan, Wawancara Setelah Mati, Persinggahan Terakhir Lelaki dan Bukunya, Misteri Mayor Psikopat, Tan Malaka, Sejak Agustus Itu, Tan Malaka: Nasionalisme Seorang Marxis, Tan Vs Pemberontakan 1926-1927, Republi
[zamanku] Ekonomi-Ekologi Politik Jawa : Dari Daendels ke Susilo Bambang Yudhoyono
200 Tahun Anjer Panarukan (Kompilasi Final Artikel Kompas) Dari Jalan Raya Pos Ke Jalan Tol Trans-Jawa Laporan Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panarukan menurut saya sangat baik untuk membaca kembali perjalanan bangsa ini. Apakah watak kolonial masih melekat dalam perekonomian negeri ini? Apakah penghisapan dan kesenjangan masih menjadi karakter perekonomian negeri ini? Apakah Jalan Pemodal-Penguasa Anjer-Panarukan yang dibangun dengan darah ribuan orang, adalah watak politik kekuasaan atau jalan yang terus dipelihara dan dibangun hingga hari ini? Bagaimana motif dan implikasi ekonomi politik dan ekologi politiknya? Sebuah bacaan penting untuk kaum muda, akademisi, aktifis sosial, hingga politisi dan masyarakat luas umumny untuk merefleksikan kembali 100 tahun kebangkitan nasional, 63 tahun proklamasi dan 10 tahun 'reformasi' salam andreas iswinarto untuk mengikuti 40 artikel berupa berita terkait soal ini silah klik http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/08/ekonomi-dan-ekologi-politik-jawa-dari_29.html Ekspedisi Daendels, Belajar dari Sejarah Sebuah Jalan Kamis, 14 Agustus 2008 | 06:22 WIB Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain. -Pramoedya Ananta Toer, dalam Novel Jalan Raya Pos, Jalan Daendels- __ 5 Januari 1808. Maarschalk Herman Willem Daendels menjejakkan kakinya di Anyer, Banten. Ini adalah hari pertamanya di Pulau Jawa setelah perjalanan jauh melintas samudra dari negeri Belanda. Tidak ringan misi yang diembannya di negeri jajahan ini. Raja Belanda Louis (Lodewijk) Napoleon, saudara Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte, mengangkatnya menjadi Gubernur Jenderal di Jawa menggantikan Albertus Wiese. Tugas utama Gubernur Jenderal Daendels adalah menyelamatkan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah Isle de France dan Mauritius jatuh pada tahun 1807. Beberapa kali armada Inggris terlihat di perairan utara Laut Jawa, dekat Batavia. Delapan tahun lalu, tepatnya tahun 1800, armada Inggris berhasil memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust. Belum lama, dua tahun lalu, tahun 1806, armada Inggris muncul di Gresik. Kegentingan politik mewarnai kedatangan Daendels hari itu. Gubernur Jenderal baru ini bergerak cepat. Ia sadar betul, kekuatan Perancis-Belanda di Jawa tidak akan mampu menghadapi armada Inggris. Ia pun merestrukturisasi kekuatan militernya. Orang-orang pribumi direkrutnya menjadi tentara. Ia membangun sejumlah rumah sakit dan tangsi-tangsi militer baru. Di Surabaya ia mendirikan Benteng Lodewijk dan membangun sebuah pabrik senjata. Di Semarang ia membangun pabrik meriam. Sementara, sekolah militer ia dirikan di Batavia. Namun, lebih dari semua itu, proyek utamanya demi mempertahankan Jawa adalah membangun jalan raya sepanjang lebih kurang 1.000 kilometer yang menghubungkan ujung barat dan ujung timur Pulau Jawa, menghubungkan Anyer hingga Panarukan. Tujuannya satu agar mobilisasi perang dapat berjalan cepat. Hanya dengan jalur darat yang bagus mobilisasi pasukan untuk mempertahankan Jawa akan lebih mudah dilaksanakan. Inilah Jalan Raya Pos (Groote Postweg, The Great Post Road). *** Era kekuasaan Daendels di Pulau Jawa yang hanya tiga tahun (1808-1811) merupakan salah satu titik kelam sejarah bangsa ini. Pramoedya Ananta Toer, dalam novelnya Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, mengabadikan masa-masa pahit itu. Dengan getir ia menulis, ”Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain”. Sejarah mencatat, lebih dari 12.000 jiwa tewas akibat kerja paksa membangun jalan ini. Namun siapa nyana, di balik hitamnya sejarah masa lalu, Daendels sesungguhnya meletakkan dasar bagi perkembangan tata ruang kota dan hubungan antarkota di Jawa sejak awal abad XIX hingga kini. Jalan raya itu kini menjadi urat nadi transportasi di Jawa. Pembangunan Jalan Raya Pos juga telah mengubah wajah perkotaan di Jawa. Kehidupan ekonomi di kota-kota yang dilewati jalur Jalan Raya Pos berkembang pesat. Satu kota mati, kota lain tumbuh. Begitu terus sepanjang waktu. Selama 200 tahun (1808-2008) jalan raya itu menjadi saksi bisu hidup dan matinya kota-kota di Pulau Jawa. Mengenang 200 tahun Jalan Raya Pos, Kompas akan melakukan ekspedisi, menyusuri kembali jalan itu dari Anyer hingga Panarukan. Perjalanan akan berlangsung dari tanggal 16 hingga 25 Agustus nanti. Rute yang akan ditempuh adalah Anyer-Serang-Tangerang-Jakarta-Depok-Bogor-Cipanas-Cianjur-Bandung-Cileunyi-Sumedang-Palimanan-Cirebon-Losari-Brebes-Tegal-Pekalongan-Batang-Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Lasem-Tuban-Gresik-Surabaya-Waru-Sidoarjo-Pasuruan-Probolinggo-Panarukan. Napak tilas yang mengambil tema ”200 Tahun Anjer-Panaroekan: Jalan (untuk) Perubahan” ini ingin memotret perkembangan yang terjadi di sepanjang Jalan Raya Pos. Kompas juga ingin menggali pelajaran apa
[zamanku] Media Advisory FPR: FPR Mengecam Penyerangan Sekretariat GMKI oleh Satpol PP
MEDIA ADVISORY FRONT PERJUANGAN RAKYAT JUMAT, 28 AGUSTUS 2008 Pemerintah Provinsi DKI-Jakarta Melanggar HAM FPR Mengecam Penyerangan Sekretariat GMKI JAKARTA, JUMAT - Front Perjuangan Rakyat (FPR) mengecam keras tindakan perusakan dan penyerangan terhadap kantor kantor PGI dan Sekretariat GMKI oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan menuntut pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi DKI-Jakarta atas kejadian tersebut. "Tindakan Satpol PP sudah diluar batas kewajaran dan secara jelas telah melanggar HAM," tegas Rudi HB Daman. Gubernur DKI Jakarta sebagai pemangku kekuasaan pemerintah Jakarta sudah semestinya bertanggungjawab dengan menindak seluruh jajarannya yang terlibat dalam penyerangan tersebut, lanjut Rudi. "Untuk itu, bersama dengan kawan-kawan dari GMKI dan elemen-elemen mahasiswa lainnya, FPR akan melakukan tuntutan politik terhadap pemerintah provinsi DKI." kami meminta petugas yang mengeksekusi dengan alat berat itu menunjukkan perintah pengadilan untuk melakukan eksekusi. Mereka tidak bisa menunjukkan, kemudian kami menolak melakukan eksekusi. Kemudian, mereka bertindak represif dan secara tiba-tiba menyerang kantor kami dengan melempari batu. Padahal, mahasiswa saat itu hanya 10 orang," kata Kepala Bidang Aksi dan Pelayanan GMKI Rapen Sinaga, dalam jumpa pers di Sekretariat GMKI, Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. Sekretariat GMKI Posko Utama FPR Selama ini, Sekretariat GMKI di Jalan Salemba Raya 10 Jakarta Pusat adalah pusat konsolidasi Front Perjuangan Rakyat (FPR) dalam menggalang suara-suara protes rakyat atas kebijakan-kebijakan anti-rakyat rejim SBY-JK. Sekretariat GMKI juga merupakan pusat perlawanan rakyat pada saat menentang kebijakan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. "Oleh karenanya, penyerangan dan perusakan terhadap sekretariat GMKI yang berdampak pada kerusakan pada kantor PGI tidak hanya menyebabkan kerugian fisik, melainkan juga sudah merupakan bentuk intimidasi yang paling konkret terhadap upaya konsolidasi melawan kebijakan rejim anti-rakyat SBY-JK," tegas Sohib Ansori, Sekretaris Jenderal Front Mahasiswa Nasional, salah satu elemen yang tergabung dalam FPR. "Hari Jumat (29/8), FPR akan menggelar aksi untuk menyampaikan protes dan kecaman ini secara terbuka di kantor Komnas HAM," lanjut Anshori.*** - - - - - - - - - --- GMKI Tuntut Pemprov DKI Bertanggung Jawab Kamis, 28 Agustus 2008 | 16:13 WIB JAKARTA, KAMIS - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menuntut Pemerintah Provinsi bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di Sekretariat GMKI sekaligus Kantor Persekutuan Gereja-gereja Indonesia. Kerusakan itu akibat pelemparan batu yang dilakukan petugas Satpol PP saat terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan petugas. Bentrokan itu terjadi, setelah mahasiswa menolak eksekusi lahan yang dilakukan petugas Satpol PP. Penolakan itu didasarkan pada proses hukum yang belum memiliki kekuatan hukum tetap. Lahan itu menjadi sengketa antara PT Kencana Indotama Persada dengan lembaga-lembaga Kristen yang tergabung dalam Himpunan Sekolah Kristen. Sengketa lahan tersebut masih dalam proses banding yang putusannya belum dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat. "Awalnya, jam 09.30 kami meminta petugas yang mengeksekusi dengan alat berat itu menunjukkan perintah pengadilan untuk melakukan eksekusi. Mereka tidak bisa menunjukkan, kemudian kami menolak melakukan eksekusi. Kemudian, mereka bertindak represif dan secara tiba-tiba menyerang kantor kami dengan melempari batu. Padahal, mahasiswa saat itu hanya 10 orang," kata Kepala Bidang Aksi dan Pelayanan GMKI Rapen Sinaga, dalam jumpa pers di Sekretariat GMKI, Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. Organisasi-organisa si Kristen dan organisasi mahasiswa seperti GMNI dan PMII juga menyatakan hal yang sama. Pemprov DKI Jakarta diminta turut bertanggung jawab. Sebab, kejadian perusakan ini sudah kedua kalinya terjadi. Ketua Umum DPP Persekutuan Intelegensia Kristen Indonesia Cornelius Ronowijoyo mengatakan, setelah kejadian pertama hari Selasa (26/8) lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, H. Prijanto sudah menyampaikan permintaan maaf dan menyatakan akan mengganti rugi kerusakan. "Ini barusan saya telepon, dia (Prijanto) nggak percaya waktu saya bilang rusaknya kali ini lebih parah. Padahal Wagub sudah perintah tidak boleh ada perusakan, tapi tidak diindahkan oleh anak buahnya, bagaimana ini? Selama belum ada keputusan tetap, lahan itu dalam stattus quo dan tidak boleh ada kegiatan apapun diatas lahan tersebut," ujar Ronowijoyo.Untuk sementara, pihaknya akan berkoordinasi dengan simpul-simpul organisasi Kristen untuk mempertimbangkan, apakah akan melakukan langkah-langkah hukum terhadap apa yang terjadi. Inggried Dwi Wedhaswary Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 08/28/16135627/ gmki.tuntut. pempr
[zamanku] Dari Gubernur Jenderal Daendels ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Dari Jalan Raya Pos Ke Jalan Tol Trans-Jawa Laporan Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panarukan baik untuk pengantar pembacaan kembali perjalanan bangsa ini. Atau secara khusus untuk membaca pula keberlanjutan sosial-ekologi pulau jawa - meminjam sekelompok teman yang tergabung dalam tim Java Colapse yang sedang mengkaji persoalan tersebut. Yang satahu saya sampai kepada penelusuran historis ke jalan pos anjer-panarukan dan perannya dalam perubahan penting ekologi jawa. Apakah watak kolonial masih melekat dalam perekonomian negeri ini? Apakah penghisapan dan kesenjangan masih menjadi karakter perekonomian negeri ini? Apakah Jalan Pemodal-Penguasa Anjer-Panarukan yang dibangun dengan darah ribuan orang, adalah watak politik kekuasaan atau jalan yang terus dipelihara dan dibangun hingga hari ini? Tambahan suplemen untuk merefleksikan kembali 100 tahun kebangkitan nasional, 63 tahun proklamasi dan 10 tahun 'reformasi'... atau mau mengawetkan 200 tahun anjer-panarukannya bung Daendels? salam hangat andreas iswinarto untuk memudahkan kawan-kawan mengakses 15 artikel yang dimuat dalam seminggu pemberitaan kompas dan 5 artikel di rubrik khusus FOKUS tersebut silah saja akses http://ruangasadirumahkata.blogspot.com http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/2008/08/dari-gubernur-jenderal-daendels-ke.html