Siiip, jadi ada tambahan data dan fakta baru nih. Banyak di forum lain yang 
anggotanya mayoritas ngga aware sama Silat, main langsung telan saja fakta ini.

Thanks Mas Oong

  ----- Original Message ----- 
  From: O'ong Maryono 
  To: silatindonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, April 26, 2007 3:13 PM
  Subject: Re: [silatindonesia] konflik SHT dan SHW


  Sahabat silat 

  Supaya kita tidak dipermalukan orang lain seperti
  tulisan yg sebelumnya , sebaiknya kita semuanya harus
  ditelaah dulu jangan "ojo kagetan"," ojo gumunan" "lan
  ojo waah".
  seperti tulisan ini.
  Tentang Iyang Suro sbb:
  di Madiun adalah
  > dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro).
  > Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini
  > adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki
  > Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro
  > kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke
  > Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat
  > sendiri.

  Kita bisa dapatkan bukti tertulis tentang sejarah
  Iyang Suro ini dan banyak pendekar Setia Hati yang
  tahu banyak tentang beliau.
  Pernyataan Iyang Suro bekas prajurit Diponogoro, itu
  tulisan berlebihan.
  Ngabei Surodiwirjo lebih bekennya dipanggil Iyang Suro
  pertama berguru di Jombang , Jawa Barat , Batavia,
  Sumatra Barat ,Bengkulu dan Aceh Utara sesudah
  merantau beliau kembali ke Soerabaja menjadi Politie
  Belanda berpangkat Mayor .Pada tahun 1903 merangkum
  semua permainan yg pernah dipelajarinya dan diberi
  nama Joyo Gendilo sesudah itu silatnya di ganti nama
  Sdulur Tunggal Kecer . sesudah beliau berhenti menjadi
  politie Belanda , pindah ke Madiun perguruannya diberi
  nama Joyo Gendilo Cipto Mulyo. Yang pada tahun 1917
  diganti dengan nama Praudaraan Setia Hati penerimaan
  murid pertama dari sekolah Belanda OSVIA(Opleiding
  School voor Inlandsche Ambtenaren) dan sekolah
  MULO(Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs)
  Ini saya dapatkan dari data arsip di Belanda.
  Sangat berlawan dengan ceritera diatas yg patriotic
  and nasionalis

  Ciao

  O'ong 


  seperti 
  --- "Selamet Syahril (Traincom - HO)"
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  > CMIIW-kalau ada data dan masukan baru (biar kita
  > tahu duduk perkara sebenarnya) dan gak ada fitnah,
  > ada yang putra madiun?
  >
  ----------------------------------------------------------
  > 
  >
  http://myquran.org/forum/index.php/topic,16073.0.html
  > 
  > SH Terate adalah perguruan silat legendaris yang
  > berperan menyebarkan pencak silat ke berbagai daerah
  > (bahkan manca negara). Di pusatnya, Madiun, terdapat
  > ribuan pendekar SH terate yang tersebar sampai
  > pelosok-pelosok kampung. Bagi pemuda-pemuda di
  > daerah Madiun, menjadi anggota SH terate adalah
  > tradisi yang mereka laksanakan secara turun temurun.
  > Bahkan banyak keluarga yang dari Kakek buyut sampe
  > cicit, semua adalah anggota PS SH Terate. Hal ini
  > membuat SH Terate sebagai organisasi, cukup disegani
  > di kawasan Madiun karena memiliki massa yang sangat
  > besar.
  > 
  > Sayang, di Madiun sering terjadi perkelahian massal
  > antara anggota SH Terate dan anggota SH Tunas Muda
  > (Winongo). Sebenarnya pendiri kedua perguruan silat
  > tersebut berasal dari perguruan yang sama. Menurut
  > hikayat, asal muasal pencak silat di Madiun adalah
  > dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro).
  > Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini
  > adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki
  > Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro
  > kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke
  > Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat
  > sendiri.
  > 
  > Perguruan silat ini kemudian berkembang cukup pesat.
  > Mbah Suro memiliki banyak sekali murid. Namun
  > diantara sekian ratus muridnya, ada dua yang paling
  > menonjol. Yang satu kemudian mendirikan perguruan
  > silat sendiri di daerah Winongo Madiun, dan kemudian
  > di kemudian hari menjelma menjadi SH Tunas Muda.
  > Sementara yang satunya meneruskan perguruan silat
  > mbah Suro dan kemudian menjelma menjadi SH Terate.
  > 
  > Awalnya, kedua perguruan tersebut saling
  > berdampingan dengan damai satu sama lain. SH Winongo
  > memiliki pengaruh di daerah madiun kota, sementara
  > SH Terate mengakar di daerah madiun
  > pinggir/pedesaan. Benih perpecahan dimulai ketika
  > antara tahun 1945-1965 an, banyak pendekar SH
  > Winongo yang berafiliasi dengan PKI. SH Terate yang
  > menganggap ilmu SH (Setia Hati) yang diturunkan oleh
  > mbah Suro merupakan ilmu yang berbasis ajaran Islam,
  > merasa SH Winongo mulai keluar dari jalur tersebut.
  > 
  > Perselisihan semakin menjadi-jadi antara tahun
  > 1963-1967, dimana banyak pendekar dari kedua
  > perguruan yang terlibat bentrok fisik dalam
  > peristiwa-peristiwa politik. Meski banyak anggotanya
  > yang berafiliasi kiri, namun secara organisasi SH
  > Winongo tidak terlibat dalam aktivitas kekirian
  > tersebut. Hal inilah yang kemudian menyelamatkan
  > perguruan silat ini dari pembubaran oleh pemerintah.
  > 
  > Setelah masa pembersihan anggota PKI yang
  > berlangsung antara tahun 1967-1971 di daerah Madiun,
  > SH Winongo sedikit demi sedikit mulai kehilangan
  > pamornya. Puncaknya, pada era 1980-an bisa dikatakan
  > perguruan silat ini dalam keadaan mati suri. Konon,
  > banyak pendekar SH Terate yang berperan sebagai
  > eksekutor para anggota PKI (termasuk beberapa
  > pendekar SH Winongo yang terlibat PKI) di kawasan
  > Madiun. Hal inilah yang kemungkinan memicu dendam
  > pendekar SH Winongo yang non-PKI tapi merasa
  > memiliki solidaritas pada kawan-kawannya yang
  > dieksekusi tersebut.
  > 
  > Entah kebetulan atau tidak, seiring dengan munculnya
  > PDI sebagai kekuatan politik yang cukup kuat pada
  > era 1990-an, pamor SH Winongo sedikit demi sedikit
  > mulai naik kembali. Banyak pemuda dari kawasan
  > perkotaan Madiun yang masuk menjadi anggota SH
  > Winongo. Madiun kota sendiri merupakan basis PDI
  > yang cukup kuat. Sementara Madiun kabupaten
  > merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Banyak yang
  > mengatakan bahwa situasi tersebut mirip dengan
  > situasi di zaman '60-an, dimana PKI berkuasa di
  > Madiun kota dan NU berkuasa di Madiun Kabupaten.
  > 
  > Seiring dengan perkembangan tersebut, mulai sering
  > terjadi perkelahian antar pendekar di berbagai
  > pelosok Madiun. Perkelahian yang juga melibatkan
  > senjata tajam tersebut tak jarang berakhir dengan
  > kematian salah satu pihak. Pada waktu itu, Madiun
  > bagaikan warzone para pendekar silat (termasuk
  > dengan senjata tajam dan senjata lainnya). Di
  > berbagai sudut kota dan kampung terdapat grafiti
  > yang menunjukkan identitas kelompok pendekar yang
  > menguasai kawasan tersebut. Pendekar SH Terate
  > menggunakan istilah SHT (Setia Hati Terate) atau TRD
  > (Terate Raja Duel) untuk menandai basisnya.
  > Sementara SH Winongo menggunakan istilah STK, yang
  > kemudian diplesetkan menjadi "Sisa Tentara Komunis",
  > untuk menandai kawasan mereka.
  > 
  > Pada kurun waktu 1990-2000, STK mengalami
  > perkembangan jumlah anggota yang sangat pesat. Desa
  > Winongo sebagai markas besar mereka, pada awalnya
  > masih mudah diserang oleh pendekar SHT dari wilayah
  > tetangga. Namun karena kekuatan mereka yang semakin
  > besar membuat Winongo menjadi untouchable area.
  > Hampir seluruh pemuda dan lelaki di desa ini menjadi
  > anggota STK yang militan, sehingga penyerbuan SHT ke
  > wilayah ini menjadi semakin sulit dilakukan.
  > 
  > STK menggunakan taktik populis dalam merekrut
  > anggota baru. Mereka masuk ke SMP dan SMU di kota
  > Madiun dan menawarkan status pendekar secara instan
  > kepada pemuda-pemuda yang mau bergabung. Sementara
  > untuk meraih status pendekar di SHT, persyaratannya
  > cukup berat dan memakan waktu cukup lama. Tawaran
  > menjadi pendekar instan tersebut tentu saja mendapat
  > sambutan yang besar dari para pemuda yang belum
  > mengetahui esensi sebenarnya sebuah panggilan
  > "pendekar". Di Madiun, menjadi pendekar adalah
  > sebuah kehormatan yang diimpi-impikan para pemuda.
  > Predikat pendekar menjadi sangat elit karena harus
  > dicapai dengan susah payah. Seorang Pendekar
  > dipastikan memiliki kemampuan silat dan fisik yang
  > prima, serta pemahaman agama yang dalam.
  > 
  > Akibat taktik populis yang dilakukan STK, kode etik
  > pertarungan antar pendekar yang selama ini terjaga,
  > sedikit demi sedikit mulai pudar. Anak-anak muda
  > yang naif (pendekar instan) mulai menggunakan
  > cara-cara yang kurang etis dalam berkelahi. Misalnya
  > mereka mengeroyok lawan, menculik lawan di rumah,
  > tawuran (lempar-lemparan batu), menyerang dari
  > belakang, dan cara-cara yang tidak terhormat
  > lainnya. Awalnya pendekar-pendekar SHT yang memegang
  > teguh kode etik pertarungan pencak silat, masih
  > berupaya sabar. Namun, akhirnya mereka kehilangan
  > kesabaran setelah korban di pihak mereka mulai
  > berjatuhan.
  > 
  > Tercatat, terjadi beberapa kali pertarungan yang
  > memakan korban jiwa akibat tindakan yang tidak
  > sportif. Pernah terjadi kasus dimana dua orang
  > pendekar yang sedang berboncengan sepeda ontel, di
  > tebas dari belakang oleh lawan bersepeda motor
  > dengan menggunakan clurit. Kemudian ada juga kasus
  > seorang pendekar yang sedang menggarap sawah,
  > ditebas dari belakang oleh lawannya dengan
  > menggunakan pacul.
  > 
  > Kejadian-kejadian tersebut merupakan gambaran betapa
  > etika pertarungan sportif satu lawan satu yang
  > selama ini dipegang erat oleh para pendekar, mulai
  > pudar.
  > 
  > Cikal bakal dua perguruan silat terbesar di Madiun,
  > SH Terate dan SH Winongo, adalah sebuah perguruan
  > pencak silat puritan bernama SH Putih. SH Putih
  > didirikan oleh seorang pendekar silat bernama Mbah
  > Suro pada tahun 1903. Mbah Suro adalah seorang
  > pengembara, dia telah melanglang buana sampai ke
  > Tiongkok dan India untuk mempelajari berbagai ilmu
  > bela diri. 
  > 
  > Setelah merasa cukup ilmu, Mbah Suro pulang ke tanah
  > kelahirannya, dan mendirikan sebuah perguruan pencak
  > silat tanpa nama. Berdasarkan ilmu yang
  > didapatkannya selama mengembara, ia mengembangkan
  > jurus-jurus silat baru yang kemudian membawa
  > pembaharuan dalam ilmu beladiri asli nusantara ini. 
  > 
  > Setelah Mbah Suro meninggal pada tahun 1923,
  > terdapat dua orang muridnya yang berebut pengaruh
  > untuk menjadi pimpinan perguruan silat tersebut.
  > Perebutan ini kemudian berakibat pada terpecahnya
  > mereka ke dalam dua kubu. Kubu pertama kemudian
  > mendirikan perguruan silat baru bernama Setia Hati
  > Winongo (Kenanga), dan kubu yang lain mendirikan
  > Setia Hati Terate (Teratai). Perebutan tersebut
  > akhirnya tereskalasi menjadi konflik terbuka, ketika
  > masing-masing perguruan tersebut sudah memiliki
  > banyak pengikut. Konflik masih terus terjadi sampai
  > hari ini, dengan dinamika yang berbeda, sesuai
  > dengan perkembangan jaman.
  > 
  > Sementara, SH Putih kemudian menutup diri karena
  > tidak mau terlibat dalam perseteruan antara
  > keduanya. Sampai saat ini SH Putih masih ada, dan
  > yang diperbolehkan menjadi murid di perguruan silat
  > ini hanyalah anggota keluarga dan keturunan Mbah
  > Suro saja. SH Putih menjadi semacam dewan guru
  > besar, untuk menentukan apakah seorang pendekar dari
  > SH Winongo dan SH Terate yang telah mencapai level
  > tertinggi bisa naik tingkat atau tidak (dalam karate
  > istilahnya DAN I, DAN II, dst, untuk sabuk hitam).
  > Saat ini pendekar dengan tingkat tertinggi (Tingkat
  > III) masih dipegang oleh pendekar dari SH Winongo.
  > Sementara dari SH Terate belum ada (Paling tinggi
  > Tingkat 
  === message truncated ===

  O'ong Maryono
  73 Soi Thonglor 19, Khlongtan-Nua, Wattana, 
  Bangkok 10110 
  Thailand.
  Mobile Phone: +6641058853 

  E-mail:[EMAIL PROTECTED]
  www.kpsnusantara.com


   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke