At 14:34 14/06/2005 +0700, Budi Rahardjo wrote:
> Sedangkan kita, wong cilik ini yang membayar pajak & menghidupi negara
> (karena gaji diterima sudah dipotong pajak), walaupun hidup sudah susah.

Ini BOHONG!

Saya mau tahu, berapa banyak member dari milis ini yang
punya NPWP? Berapa orang yang bayar pajak?

Pak Budi, pajak itu bukan hanya dikenakan kepada yang punya NPWP.

Contoh: di salah satu pekerjaan saya dulu, saya tidak punya NPWP. Tapi gaji saya sudah dipotong pajak. Pajak tersebut kemudian dibayarkan oleh perusahaan ke pemerintah. Saya rasa, saya layak disebut sebagai wong cilik pada saat itu karena gaji saya ketika itu hanya sekitar 250 ribu rupiah.

Contoh lainnya; saya punya saudara yang kebetulan punya warung. Suatu hari dia tunjukkan faktur pembelian barangnya dari salah satu supplier dia. Ternyata, semua barang itu dikenai PPN 10%. Tentu saja kemudian harga barang dia naikkan untuk meng-cover itu, sehingga secara efektif konsumennya dia yang membayar PPN itu.

Tidak itu saja, menurut penuturannya, PPN itu dikenakan sepanjang mata rantai distribusi. Jadi kalau dari pabrik sampai ke konsumen itu ada 3 pihak di antaranya, maka barang tsb dipajaki 3 kali.

Kalau mungkin kita pikir PPN 10% itu kecil, kita bandingkan dengan profit penjualan susu di warung dia tsb - dia hanya mengambil untung sekitar 1% - 3% untuk susu.

Jadi, susu yang harganya Rp 9500, maka setelah PPN menjadi lebih dari Rp 10.000

Kalau menurut kita ini masih kecil / tidak signifikan, mari kita dengar cerita supir saya: tetangga dia menghidupi 4 keluarga (keluarganya & 3 keluarga anaknya) dengan hanya Rp 500-ribu setiap bulannya.

While the rich can evade the taxes that costs them most, the poor can't.


Biasanya yang menghidupi negara adalah middle class.
Bukan wong cilik! (and juga bukan wong gedhe!)

Saya paling benci melihat orang yang mengatasnamakan wong
cilik dan kemudian minta dikasihani. Kemudian mereka membuat
dzalim kepada orang lain (middle class?).

Did I do that ? My apologies if I did.


Salam,
Harry

Kirim email ke