On 1/10/06, adi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

On Mon, Jan 09, 2006 at 08:36:45AM +0700, Budi Rahardjo wrote:

it doesn't work Sir :-) cuplikan di atas bukan bertujuan untuk
mempertajam dosen vs mahasiswa, tapi yang jelas sistem pendidikan yang
diterapkan tidak akuntabel blas. jangan harap menghasilkan hasil yang
optimal (memenuhi target/sasaran). di sisi yang lain, kalau si 'P'
bekerja keras sendiri sehingga berhasil mengg

Di beberapa kampus ada pihak ke-3 yang menengahi situasi seperti di atas (ndak perlu rektor atau dekan, iseng amat kalo kampus sampai ke sana).

 
Perbedaan kita sebenarnya ada pada cara pandang: Pak Budi menganggap
individu sebagai asset, sedangkan saya menganggap sistem pendidikan yang
baik sebagai asset. Barangkali kalau soal pendidikan ini kita kurang
bisa melihat dampaknya langsung (sehingga sementara orang ada yang bisa


Mirip dengan saya, istilahnya, kalau sistem pendidikan itu baik, yg masuk buruk minimal jadi lebih baik :-) jadi jangan fikirkan lagi kalau memang sudah baik, akan lebih baik.
 

cuman 'buying time'). Tapi coba kita analogikan dengan yang lebih jelas
dampaknya, yaitu sistem pelayanan kesehatan. Sekarang ini semakin
sedikit orang yang bisa mendapatkan akses ke unit pelayanan kesehatan
yang memadai, semakin sedikit orang yang mampu membeli obat. kalau saya,
ya sistemnya diperbaiki, supaya akses ke pelayanan kesehatan menjadi
meningkat, kan gitu ta'iye. tetapi kalau Pak Budi menganjurkan orang
berlatih tai-chi atau menjadi wong fei hung supaya orang bisa
menyembuhkan diri mereka sendiri :-)

Seperti yg ditulis Prof Tilaaar, dalam bukunya Manifesto Pendidikan, ttg kritiknya terhadap pendidikan tinggi di Indonesia.  yang terlalu menguber ke "persaingan" global tapi hingga akhirnya lupa, berapa prosen yang menikmati itu, dan siapa yang menikmati itu.

Kata beliau, persaingan dengan siapa ?

IMW

Kirim email ke