Mohon pencerahannya Pak Wida,
bagian mana dari artikel mengenai Marjene yang membuat Anda
berkesimpulan bahwa Marjene bukan gadis baik-baik (karena bersekolah
seni? karena BERANI menyatakan keberatannya pada produk hukum yang
seksis, atau apakah?) dan seorang yang munafik ?

Ini karena saya membaca alinea pertama posting anda berikut itu yang
meletakkan Marjene pada konotasi munafik dan bahwa ia akan
mengorbankan gadis yang masih baik, artinya Marjene, menurut anda,
sudah tidak baik, bukan?. Nah, bisa tolong bantu saya untuk
memahaminya?

Terima kasih

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Fenomena semacam Marjene itu adalah minoritas di Iran, jadi tidak
usahlah
> dibesar-besarkan. Wajar sajalah jika gadis yang suka kebebasan itu
pasti
> akan munafik kalau disuruh pakai purdah sebagaimana di Iran itu.
Tetapi
> kan kita tidak bisa menurutkan segelintir gadis yang suka
kebebasan itu
> dengan mengorbankan sebagian besar gadis yang masih baik? Itu
namanya
> Tirani Minoritas!
>
> Sangat jauh sekali membandingkan kewajiban memakai purdah di Iran
dengan
> semangat RUU APP yang hendak memberantas pornografie. RUU APP kan
tidak
> hendak mewajibkan pemakaian purdah di Indonesia? Sekalipun
semangatnya
> tidak sama, tetapi kita juga tidak bisa menurutkan segelintir
kelompok
> masyarakat yang menyukai pornografie dengan mengorbankan sebagian
besar
> generasi muda kita yang masih baik.
>
> Maju terus RUU APP!
>
> Salam,
>
>
> "ritajkt" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 05/03/2006 04:29 AM
> Please respond to
> wanita-muslimah@yahoogroups.com
>
>
> To
> wanita-muslimah@yahoogroups.com
> cc
>
> Subject
> [wanita-muslimah] RE :Subject: Kesenjangan Perilaku Itu Munafik
>
>
>
>
>
>
> Kang He Man, siapakah penulis artikel ini? Saya tertarik dengan
> kisah si gadis Iran yang ia sebutkan disini, saya pikir tadinya
ini
> tulisan Kang HeMan (soalnya pakai Harry Potter segala euy..:) tapi
> kok lokasinya di ngamrik, bukan suroboyo ato mekasar..:)
>
> Kisah si Marjene si gadis Iran itu perlu kita baca lebih mendalam,
> mengingat ada kemungkinan SBY cari nama dnegan belain RUU APP..:(
>
> He-Man" <gorgious@>
> Date: Tue May 2, 2006  9:40 am
> Subject: Kesenjangan Perilaku Itu Munafik

>
> Kesenjangan Perilaku Itu Munafik
> www.socineer.com
>
> Waktu pertama kalinya Harry Potter dikirim ke sekolah Hogward, dia
> dipenuhi dengan kegundahan setelah mengetahui latar belakang
> orangtuanya yang terbunuh oleh Pangeran Kegelapan, Voldamort.
Dalam
> kegundahan itu, dia menemukan sebuah cermin, Mirror of Erised,
> dimana dia bisa melihat dirinya bersama orangtuanya disana. Dia
> menatap cermin itu terus menerus, duduk berjam-jam disana, sampai
> akhirnya kepala sekolah Hogward, Dumbledore, memberi tahu arti
> bayangan dalam cermin tersebut. Cermin itu memberikan gambaran
> kerinduan paling dalam dalam jiwa seseorang. Seseorang yang tidak
> puas dengan dirinya atau kondisinya saat itu, akan melihat
mimpinya
> disana. Seseorang yang berbahagia, akan melihat dirinya apa
adanya,
> karena dia sudah berbahagia dengan dirinya sendiri. Kebahagiaan
> muncul dengan sendirinya ketika seseorang memiliki integritas
diri,
> dan ada persesuaian antara impian dan kenyataan. Kita semua sedang
> berusaha menuju ke arah kondisi seperti itu.
>
> Integritas pribadi adalah salah satu faktor yang membahagiakan
> seseorang. Integritas itu dicapai dengan mengurangi kesenjangan
> antara apa yang kita pikirkan dan kita impikan, dengan apa yang
kita
> perbuat dan kita katakan. Seseorang tanpa integritas kita namakan
> munafik. Ada orang yang pada dasarnya memang munafik, tetapi
> umumnya, sikap munafik itu adalah sesuatu yang dipaksakan atas
diri
> seseorang oleh lingkungan.
>
> Mudah untuk mendeteksi seseorang yang pada dasarnya munafik. Ada
> kesenjangan besar antara yang dikatakan dengan yang dilakukan. Ada
> kesenjangan besar antara apa yang dia harapkan orang lain lakukan,
> dengan yang dia lakukan sendiri. Mereka itu cinta dengan
kekuasaan,
> berusaha mencapai kursi lebih tinggi untuk bisa memaksakan orang
> lain berperilaku seperti yang dia inginkan. Dia menggunakan semua
> jenis peralatan yang bisa dicapainya. Jika dia menguasai militer,
> dia akan menggunakan militer sebagai alat. Jika dia menguasai
> institusi agama, dia tidak segan-segan untuk menggunakannya. Dalam
> perjalanannya menuju tangga kekuasaan, dia menyodok banyak sekali
> yang lain. Dia melakukan pembenaran apa saja yang dilakukannya,
dan
> tidak segan-segan menggunakan alasan ideologis ataupun agama.
> Soeharto adalah contoh bagus dari kelompok ini, tanpa perlu
> penjelasan panjang. Dia dikenal sebagai The Smiling General,
jendral
> yang murah senyum, tetapi orang tahu kalau dia mampu melakukan
> pembunuhan massal untuk mencapai apa yang dia inginkan.
>
> Sebagian terbesar manusia adalah manusia yang baik, tetapi dalam
> suatu sistem yang munafik, mereka terpaksa munafik untuk bisa
> bertahan hidup. Ada orang tidak suka korupsi, tetapi dalam sistem
> korup, dia harus ikut arus melakukan korupsi. Tidak semua orang
bisa
> lahir sebagai pahlawan yang kuat yang mampu melawan arus. Mereka
> yang punya integritas diri yang kuat, dan terpaksa melakukan hal-
hal
> yang dia anggap sebagai hal kotor, akan menderita secara batin.
> Banyak yang tersingkir atau menyingkirkan diri sebelum masuk
> lebih dalam ke dalam lumpur. Kita bisa angkat topi kepada mereka-
> mereka ini. Massa terbesar, menjadi massa munafik bukan karena
> mereka percaya hal itu, tetapi karena sistem dan indoktrinasi yang
> membuat mereka munafik.
>
> Mereka yang punya integritas tinggi, akan sukar bertahan dalam
sistem
> munafik. Mereka hanya punya dua pilihan, menyingkir dari sistem
> menjadi bagian dari kaum marginal, atau melawan sistem secara
> frontal. Pilihan lain seperti masuk dalam sistem untuk mengubah
> sistem dari dalam cuma bisa dilakukan secara permanen oleh mereka
> yang memang bisa mengakomodasi kemunafikan. Bagi mereka yang
> berintegritas, untuk melindungi kewarasan diri, mereka harus
> menyingkir atau melawan. Kalau tidak mereka akan menjadi
> gila, mengidap schizophrenia.
>
> Masyarakat dalam negara maju punya kebebasan yang besar sehingga
> mereka tidak perlu menjadi massa munafik. Setiap orang boleh hidup
> menurut apa yang diyakini baik. Umumnya mereka akan menentang
dengan
> keras ancaman-ancaman terhadap kebebasan yang mereka nikmati,
karena
> itu adalah satu-satunya cara bagi warga untuk hidup lebih
> berbahagia. Tidak mengherankan, terjadi arus immigrasi besar kaum
> intelektual dari negara-negara represif ke negara-negara bebas.
> Manusia berupaya dan berjuang mencari kebebasan.
>
> Pengalaman Marjane Satrapi
>
>
> Marjane Satrapi, lahir tahun 1969 di Iran, dan mengikuti kuliah
dalam
> fakultas seni rupa di Tehran tahun 90-an, memperlihatkan
kesenjangan
> tingkah laku ini dengan baik dalam karyanya. Tentunya dia sudah
> pindah dari Iran, sekarang dia tinggal di Paris. Tanpa itu, dia
> sudah dipenjara dengan tuduhan penghujatan oleh para mullah
disana.
> Dia menjadi kartunis yang tersohor ke seluruh dunia pada waktu dia
> ada di Eropa. Karyanya muncul di New York Times dan The New
Yorker.
> Dia menulis cerita anak-anak, dan kemudian menulis buku
> memoir yang berjudul Persepolis, yang dibuat menjadi buku berseri.
>
> Pengalamannya di Iran, memperlihatkan keganjilan tingkah laku gara-
> gara pemberlakuan aturan aneh-aneh soal perilaku publik. Mereka
yang
> hidup dalam alam represi seperti itu mempunyai tingkah laku ganda.
> Gambar dari memoir Marjene ini memperlihatkan dua sisi wanita di
> Iran (dan juga di dunia Arab pada umumnya). Sisi publik dan privat
> mereka berlawanan secara dikotomis. Topeng yang dikenakan untuk
> publik adalah topeng wanita muslim dengan pakaian muslim yang
> menutup seluruh tubuh, sedangkan kepribadian asli muncul
> di pesta-pesta tertutup dengan pakaian yang lebih nyentrik
daripada
> pakaian wanita Barat pada umumnya. Pasukan pengawal moral Islami
> dengan ini membutuhkan banyak personil karena harus mencari rumah-
> rumah mana saja yang mengadakan pesta secara terus menerus. Mereka
> melakukan patroli terus menerus untuk dalam upaya mencegah
> pelanggaran "moral", yaitu berpesta. Setiap kali menemukan adanya
> pesta, mereka menangkap setiap hadirin, dan didenda dalam jumlah
> besar (sejumlah gaji pekerja selama sebulan), atau
> dihukum cambuk.
>
>
> Sewaktu kuliah di Tehran, Marjene sempat mengajukan protes pada
saat
> indoktrinasi yang dilakukan oleh para mullah ini berlangsung. Hal
ini
> membutuhkan keberanian tinggi, dan dia dikagumi oleh rekannya
karena
> protes ini. Sang mullah pengindoktrinasi menghendaki semua wanita
> untuk menggunakan tutup kepala lebih panjang, tetapi celana jangan
> terlalu lebar, jangan memakai kosmetik, dan jangan pernah
> memperlihatkan rambut. Marjene melakukan hal yang tak terduga,
yaitu
> mempertanyakan kebijakan tersebut. Dia mempertanyakan sebenarnya
> aturan itu ingin melindungi integritas tubuh atau
> hanya melarang wanita menggunakan pakaian fashion? Dia
> mempertanyakan para mahasiswa (pria) yang boleh berpakaian secara
> bebas, dan terkadang mereka berpakaian begitu ketat sehingga
bentuk
> badan bisa terlihat. Kenapa hal itu diasumsikan tidak merangsang
> birahi wanita, sedangkan pria diasumsikan bisa terangsang oleh
cara
> berpakaian wanita? Oleh kritikan ini, Marjene mendapat masalah
> dengan Komitte Islam yang bertugas menjaga "kesusilaan" mahasiswa.
>
>
> Ketidakadilan yang dilihat oleh Marjene ini sangat jelas sehingga
> menjadi
> lucu. Dia belajar di fakultas seni rupa, sehingga mereka selalu
> membutuhkan model untuk dilukis. Tetapi seorang model wanita harus
> berpakaian menutupi dari kepala sampai ke kaki, persis seperti
tenda
> yang dipergunakan untuk kamping. Lalu apa yang mau digambar dengan
> model seperti ini? Yang digambar yach, seonggok kain, itu saja.
> Kemudian mahasiswi disana mengusulkan supaya jangan dipakai model
> wanita, tapi menggunakan model pria (pria bebas berpakaian),
> sehingga masih bisa digambar bentuk tubuh model tersebut. Saran
> ini diterima, dan dengan demikian model yang digunakan selalu
> bergender pria. Ini bukannya tanpa masalah. Suatu waktu supervisor
> susila universitas melihat para mahasiswi melihat model pria waktu
> melukis, dia menyalahkan mereka, karena menurutnya tidak pantas
> wanita menatap pria. Waktu Marjene mempertanyakan soal itu, apakah
> dengan demikian mereka harus melukis model itu tanpa boleh melihat
> ke arah model tersebut. Supervisor tersebut mengiyakan, itulah
cara
> yang islami kelihatannya. Hahaha, Okay boss, whatever you said!
>
> Suatu hari Marjene meninggalkan universitas agak telat, dan dia
ada
> janji dengan dokter gigi. Karena takut ketinggalan bus, dia
berlari-
> lari sehingga bisa sampai ke halte bus lebih cepat. Waktu berlari,
> dia disumprit dan dikejar oleh pasukan pengawal moral revolusi,
> karena dia dianggap melakukan pelanggaran susila, walaupun sudah
> berpakaian seperti tenda hitam dari kepala ke kaki. Pasalnya,
waktu
> dia berlari, pengawal tersebut merasa terangsang oleh gerak pantat
> Marjene yang sedang berlari, dan itu salah Marjene.
>
> Kita boleh tertawa dengan kegilaan semacam ini, tetapi ketika
> seseorang ada dalam lingkungan itu bertahun-tahun, 24 jam sehari,
> tertawapun sudah menjadi  kegetiran hidup. Warga disana dipaksa
> untuk menjadi munafik. Seseorang yang terlahir normal bisa
> berkembang menjadi pribadi-pribadi yang aneh dalam sistem seperti
> itu. Banyak yang sudah tidak mengenal kepribadiannya lagi,
> tetapi apa yang ada di kepalanya adalah hafalan dari hasil
> indoktrinasi upaya penindasan yang dinamakan "susila" oleh para
> ulama.
>
> Masyarakat seperti itu menghancurkan integritas seseorang.
Seseorang
> tidak lagi bisa menyuarakan apa yang sedang dipikirkan, mereka
tidak
> lagi bisa mengekspresikan diri. Perilaku mereka berbeda pada
domain
> publik dan domain privat. Dalam domain publik, yang muncul adalah
> perilaku yang sesuai dengan slogan-slogan yang para ulama
> fundamentalis. Ada kesenjangan besar antara apa yang diucapkan dan
> perilaku dalam domain publik dengan apa yang sebenarnya dipikirkan
> dan diinginkan. Tentunya ini yang dinamakan dengan kata munafik.
> Sikap waktu yang dipertontonkan untuk publik adalah terpaksa
> dan dengan ini tidak mencerminkan kepribadian sebenarnya, hanya
> sepuhan belaka. Kemunafikan dalam masyarakat seperti ini adalah
> kemunafikan yang dipaksakan. Seseorang tidak punya pilihan lain
> selain menjadi munafik. Menurut Marjene, kepribadian yang bipolar
> semacam itu lama-lama membuat seseorang menjadi penderita
> schizophrenia. Karena itu dia harus pergi dari Iran untuk
> mempertahankan kewarasannya.
>
> Marjene juga memperhatikan, bahwa dalam masyarakat seperti itu,
> perilaku wanita tidak lagi begitu normal. Teman-teman wanitanya
> dengan bersembunyi-sembunyi jestru berpakaian yang lebih "wah"
> daripada wanita-wanita Barat pada umumnya. Tetapi dia mengerti
bahwa
> itu adalah salah satu bentuk resistansi emosional terhadap
kegilaan
> masyarakat munafik seperti itu. Menggunakan kosmetik yang di
negara
> lain adalah hal enteng sehari-hari, disana menjadi lambang
> pemberontakan wanita Iran terhadap sistem munafik tanpa mereka
> sadari.
>
> Kerancuan Persepsi Ulama Munafik
>
> Ketika kaum munafik di negara-negara represif membandingkan betapa
> rendahnya tingkat kesusilaan negara-negara bebas dan betapa
> bermoralnya mereka, massa mengangguk-angguk terindoktrinasi.
Ketika
> mereka menjadi turis dan berjalan-jalan di kota-kota besar di
> Amerika, mata mereka jelalatan melihat kaum wanita yang memakai
> celana pendek dan t-shirt waktu musim panas. Sebenarnya yang tidak
> bermoral yang mana, mata mereka yang merasa jijik tapi menatap
> terus, atau betis para wanita itu? Pikiran kotor mereka malah
> mengkriminalisasi pihak lain.
>
> Apakah dengan kebebasan di negara maju membuat masyarakat menjadi
> asusila? Sama sekali terbalik. Kebebasan membuat kita bertanya
pada
> diri sendiri, who am I. Kita hidup menurut prinsip yang kita anut,
> bukan menurut aturan semata, atau mode semata. Setiap orang bebas
> untuk memelihara integritas diri mereka.
>
> Di kota kediaman saya ada pantai nudis, yaitu pantai dimana wanita
> dan pria boleh berkeliaran tanpa satu helai benangpun. Apakah
> penduduk disini lantas ngantri untuk ke pantai tersebut untuk
> mengintip wanita atau pria telanjang? For your information, pantai
> itu sepi, dan umumnya hanya didatangi oleh yang memang mau
> telanjang. Ketika sesuatu dibebaskan, maka setiap orang juga
> bebas memilih, dan ternyata orang tidak serta merta suka mengintip
> orang lain yang telanjang. Jika Anda keberatan untuk melepas baju,
> ya jangan pergi ke tempat komunitas nudis. Yang pria tanpa pakaian
> berjalan santai di antara wanita telanjang tanpa mengakibatkan
> penisnya tegang. Banyak pengunjung yang kesana adalah wanita dan
> pria yang sudah berumur, yang memang sudah dewasa dan tidak lagi
> melihat seks sebagai faktor kebutuhan utama. Mereka ingin
> melepaskan diri dari ketergantungan dari anggapan orang dan merasa
> okay dengan tubuh sendiri. Jika di masyarakat wanita berusaha
> membuat dirinya langsing dan malu dengan perut gendut, maka mereka
> di pantai itu jestru ingin bisa berperut-gendut-ria tanpa merasa
> rendah diri. Semua ini saya rasa tidak bisa dimengerti oleh para
> ulama munafik. Kalau mereka yang katanya bersusila itu dilepas di
> pantai nudis, kemungkinan penis mereka akan tegang terus menerus
> sampai perlu diungsikan ke bagian gawat darurat di rumah
> sakit.
>
> Ada turis pria asal Indonesia yang kecewa ketika sampai ke Amerika
> Utara, dia mempertanyakan kenapa para wanita di Amerika ternyata
> kurang mengikuti mode dibanding dengan wanita di Indonesia? Ketika
> para wanita Amerika melihat gaya para wanita Indonesia berpakaian
di
> mall-mall, mereka tercengang, wooww.. modis sekali. Mungkin
> jawabannya sama seperti hasil observasi Marjene pada kasus Iran di
> atas, ketika wanita ditekan, maka ada aksi resistansi emosional
> sehingga mencoba untuk mengikuti "mode" yang diasumsikan berasal
> dari Amerika, padahal sebenarnya umumnya itu ciptaan benak orang
> Asia sendiri. Ketika wanita Asia merasa harus mengikuti pola
> wanita Barat, sebenarnya umumnya yang diikuti adalah persepsi dan
> imaginasi mereka sendiri. Itu disebabkan karena karakteristik yang
> sebenarnya tidak diperbolehkan dan dianggap tabu bagi wanita
Timur.
> Karakteristik itu adalah: sikap independen dan ber-emansipasi.
> Jestru karena wanita modern merasa independen dan tidak
> menggantungkan diri pada penilaian para pria, mereka
> memilih pakaian yang seadanya. Kualitas seorang wanita, seperti
juga
> pria, adalah pada kepribadian, otak, dan karyanya, bukan pada
> penilaian terhadap bentuk luarnya. Tetapi mereka juga bebas untuk
> menghias diri kalau mau, itu dilakukan atas pilihan bebas. Mereka
> bebas untuk berpakaian sederhana seperti celana pendek dan kaos,
> atau berpakaian ala haute-couture sewaktu-waktu. Dan apapun yang
> dikenakan, itu adalah urusan mereka. Wanita bukan objek seks pria.
> Ini juga tidak pernah bisa dimengerti kaum ulama munafik yang
selalu
> menganggap wanita itu objek seks, bahkan rambut kepalapun dianggap
> sebagai bagian aurat yang harus disembunyikan.
>
> Soal masalah kesusilaan, yang difokuskan oleh masyarakat bebas
> adalah, bukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang
dewasa.
> Soal perilaku itu sudah urusan masing-masing. Yang difokuskan
> adalah, bagaimana cara melindungi individu, baik pria maupun
wanita,
> terutama anak-anak terhadap tindak pelecehan seksual. Seseorang
bisa
> mendapat tuntutan melakukan pelecehan seksual hanya karena
mencolek
> pantat seorang wanita misalnya. Jika seseorang melakukan pelecehan
> seksual terhadap anak-anak, hancurlah karirnya untuk selanjutnya.
> Hukum memfokuskan untuk melindungi masyarakat dari para peleceh
dan
> pemerkosa, bukan untuk mengatur bagaimana orang berperilaku
> sampai ke detail urusan pribadi mereka. Dan karena wanita dan anak-
> anak sering menjadi korban, maka hukum terutama galak sekali
> melindungi mereka.
>
> Ini sangat berbeda dengan masyarakat yang melindungi peleceh
seksual
> dan menghukum korban. Jika misalnya ada ulama yang mudah sekali
> terangsang ketika melihat betis wanita dan terdorong untuk
> memperkosa wanita yang emperlihatkan betis. Bagaimana
pemecahannya?
> Ada dua kemungkinan pemecahan.  Pertama, ulama tersebut bisa
dihukum
> jika terbukti melakukan tindakan pelecehan seksual; atau Kedua,
> semua wanita harus menutup betis sehingga ulama yang bersangkutan
> tidak terangsang. Hanya orang yang pikirannya sudah
> keruh dan agak miring yang memilih pilihan kedua. Masyarakat waras
> akan menghukum pelaku pelecehan, dan melindungi korban, bukan
> sebaliknya.
>
> Jika korban yang harus dihukum, maka sekalian saja menyuruh semua
> orang memakai helm setiap saat hanya karena ada beberapa orang
aneh
> yang suka menjitak kepala orang. Bukankah seharusnya yang punya
> kelainan suka menjitak orang lain itu yang harus diamankan, bukan
> orang-orang satu negara yang harus memakai helm setiap saat?
>
> Kita mendapatkan suatu paradoks. Masyarakat yang menerapkan hukum
> represif dengan alasan untuk menegakkan kesusilaan dan melindungi
> wanita, jestru wanita menjadi korban utama. Sedangkan masyarakat
> yang terbuka melahirkan wanita-wanita independen dan tangguh.
Sistem
> represif melahirkan kemunafikan. Agama seharusnya membebaskan
> manusia, bukan malah mengikat dan menjadi beban kemanusiaan.





Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke