Saya perhatikan Mbak Aisya termasuk yang rajin memberikan kuliah materi
permilisan kepada mahasiswa abadinya, yah. Udah dari sananya kali...
kasih aja nilai bagus dan naik kelas karena pertimbangan.

Hahahahaha *ngakak sampai perut goyang.." Maaf ya.. habis udah sampai ke
ubun-ubun gemesnya. Tiap hari main petak umpet mulu sih, ngga
bosan-bosannya.

Sekali lagi, maaf. Mestinya sih falyaqul khairan aw liyashmut.

Wassalam

Aman

aishayasmina2002 wrote:
> Pak Jano,
> Dalam milis, seorang anggota bisa mengirim email yang berisi
> tulisannya sendiri dan/atau tulisan orang lain yang belum tentu jadi
> anggota milis.
>
> Contohnya di bawah ini, mba Rita memasukkan tulisan Ninuk & Redana
> yang mewawancarai KH Husein Muhammad dari Pesantren Dar Al Tauhid di
> Cirebon yang sudah berdiri sejak tahun 1930.
>
> Pak Jano mengomentari dengan panggilan pak lek (paman) ini maksudnya
> ke KH Husein?  sebab pengirim tulisan ini mba Rita tidak pantas
> diberi julukan pak lek, pewawancara tulisan ini juga mba Ninuk tidak
> pantas dipanggil pak lek.  Nah kalau KH Husein ini bukan anggota WM,
> pak Jano komunikasi dengan KH Husein sambil manggil-manggil pak lek,
> bukan seperti itu, bukan di milis ini tapi tlp atau datang ke
> Cirebon saja ...:)
>
> Di milis itu jika kita mau ngomentari atau memberi tanggapan
> terhadap tulisan orang lain yang bukan anggota, maka kita
> membicarakanya tidak seperti kita berhadapan dengan anggota disini
> yang menulis tulisannya sendiri, misalnya diawali dengan -> saya
> tidak sependapat dengan pak KH Husein ini tentang ini itu (karena
> yang dibahas di tulisan ini beberapa topik).
>
> Yang pak Jano bahas itu masalah apa? kok sampai copy paste tulisan
> tentang program satu institut untuk post graduate, ini disambungkan
> dengan topik apa dalam tulisan tentang wawancara seseorang di bawah
> ini? Yang jelas ya pak, supaya yang lain memahami dimana
> sambungannya dari artikel tersebut dengan pendapat pak Jano, supaya
> nyambung gitu loh ..:)
>
> salam
> Aisha
> ----------
> From: "jano ko" <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Pak lek,
>   Aku sedih, pak lek bisa engga ya meniru Dr.Ataullah Siddiqui untuk
> berpositif thinking ?
>   
>   'Markfield Institute of Higher Education (MIHE) is committed to
> promoting excellence in teaching, research and training. It offers
> post-graduate students the advantage of a friendly and attentive
> environment with opportunities to address multi-dimensional issues
> by exercising critical judgment and self-discipline.
>   MIHE also aims at developing the local community through training,
> vocational education and pioneering new courses. The Institute has a
> positive approach to dialogue between faiths and cultures and has
> been recognised for its interfaith endeavours. At MIHE, students
> have a unique opportunity within the British higher education system
> to learn about the challenges faced by the Muslim community in
> particular and humanity in general. It is an exciting time and MIHE
> is an exciting place to be in.'
>   
> Dr.Ataullah Siddiqui
> Director
> -----------------  
> ritajkt <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Tafsir Kontekstual KH Husein Muhammad
>
> Sumber : Kompas Minggu, 07 Mei 2006 
> Pewawancara : Ninuk M Pambudy & Bre Redana
>
> Dia kerap diminta menjadi narasumber dalam berbagai pertemuan yang
> mendialogkan isu keadilan, demokrasi, dan pemberdayaan komunitas.
> Bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Maret lalu,
> misalnya, KH Husein Muhammad diundang berbicara dalam konferensi
> internasional bertema "Trends in Family Law Reforms in Muslim
> Countries" di Kuala Lumpur, Malaysia. Sebelumnya, dia diundang ke
> Dhaka, Banglades, dalam konferensi internasional pula.
>
> Pandangannya banyak berbeda dari pandangan keagamaan arus utama,
> terutama ketika membahas fikih mengenai perempuan. Meskipun
> demikian, pengetahuannya yang luas dan mendalam mengenai kitab
> klasik Islam membuat cara dia membaca kitab-kitab yang berbeda itu
> tetap dapat diterima.
>
> Kami berbincang dengan KH Husein Muhammad pertengahan April di
> Jakarta mengenai pesantrennya Dar Al Tauhid di Arjawinangun,
> Cirebon, perjalanan keilmuannya, hingga menguatnya fundamentalisme
> agama di berbagai tempat.
>
> KH Husein Muhammad mengakui, pandangannya yang dia sebut progresif
> itu baru belakangan muncul meskipun sebetulnya sejak lama dia
> bertanya-tanya dan tidak dapat menerima mengapa agama melahirkan
> kenyataan seperti kemiskinan, kebodohan, kekerasan, dan
> tertinggalnya umat.
>
> Pergaulannya dengan aktivis perempuan, seperti Lies Marcoes, Masdar
> F Mas'udi, Wardah Hafidz, dan almarhum Mansour Fakih, dia
> sebut "mengacaukan" bangunan epistemologi keilmuannya yang relatif
> telah mapan. Apa yang selama ini dia yakini sebagai tetap dalam
> hubungan jender laki-laki dan perempuan ternyata dapat diubah dan
> direkayasa.
>
> "Tradisi pemikiran keagamaan saya terusik dan tergugat. Kenyataan
> ini kemudian mendesak saya menelusuri kembali kandungan keilmuan
> pesantren yang bertebaran di banyak teks klasik yang menjadi
> referensi otoritatif di lembaga tradisional itu," tulisnya dalam
> makalahnya untuk pertemuan di Dhaka.
>
> Pandangan Anda bukan hanya progresif dalam wacana mengenai
> perempuan?
>
> Betul, tetapi wacana mengenai perempuan menjadi pintu masuk bagi
> seluruh wacana mengenai demokrasi. Subordinasi itu dasarnya
> pembedaan terhadap salah satu identitas sosial yang ada, dalam hal
> ini perempuan. Demokrasi kan ingin menghilangkan pembedaan-pembedaan
> itu. Perbedaan tetap dihargai, tetapi tidak boleh membeda-bedakan.
> Dari situ, wacana kemudian masuk ke ruang lain, misalnya hak asasi
> manusia, etnis, pluralisme.
>
> Secara teologis, prinsip tauhid adalah tidak boleh membeda-bedakan,
> menyubordinasi, membeda-bedakan manusia dengan latar belakang sosial
> dan budaya apa pun.
>
> Bisa dijelaskan lebih jauh?
>
> Tauhid sering dimaknai hanya sebagai hubungan vertikal antara
> manusia dan Tuhan, tetapi sebetulnya ada hubungan horizontal
> antarmanusia. Epistemologinya, Tuhan seakan-akan tempat
> menjustifikasi semua masalah atas nama Tuhan.
>
> Dasar pemikirannya?
>
> Al Quran. Justru monoteisme Islam sangat membebaskan, tidak boleh
> ada pandangan yang menyatakan dirinya lebih besar dan lebih benar
> dari yang lain. Yang paling benar hanya Tuhan.
>
> Manusia yang memiliki keistimewaan, kelebihan, terhormat, yang dekat
> dengan Tuhan adalah siapa saja yang memiliki komitmen pada penegakan
> kemanusiaan, yang melihat manusia sebagai makhluk Tuhan yang harus
> dihormati sebab Tuhan juga menghormati manusia. Refleksi sosialnya
> harus begitu. Itu konsekuensi logis prinsip tauhid pada tataran
> sosial kemanusiaan.
>
> Lalu patahannya di mana sehingga kita seolah-olah mengadopsi kultur
> padang pasir yang sangat berbeda dengan kultur Indonesia, dalam hal
> perempuan misalnya?
>
> Kita harus memahami, Islam hadir dalam masyarakat Arab abad ke-6
> yang nomaden, badui. Penghargaan terhadap perempuan sangat rendah.
> Ini bukan khusus Arab. Ini proses kebudayaan yang terasimilasi dari
> berbagai kebudayaan sebelumnya seperti pengaruh Romawi, Yunani,
> Sumeria, Babilonia, yang tidak menghargai perempuan.
>
> Nabi Muhammad mencoba mentransformasi budaya itu, bahkan secara
> revolusioner. Mereka yang direndahkan, tidak dapat hak apa-apa,
> halal dibunuh bahkan (anak perempuan), diangkat begitu rupa bahkan
> disebut namanya, walaupun haknya baru separuh. Tetapi, dalam rentang
> waktu sangat pendek, 23 tahun proses kenabian, 13 tahun di Mekkah,
> dan 10 tahun di Madinah. Ini sangat revolusioner.
>
> Selama 13 tahun di Mekkah, Nabi memproklamirkan prinsip kemanusiaan
> universal, seperti ingatlah kepada Tuhanmu yang satu, kamu saling
> kenal-mengenal, tetapi yang paling terhormat adalah yang paling
> takwa, tidak ada kelebihan bangsa ini dari bangsa itu.
>
> Ketika di Madinah, Nabi mendirikan masyarakat baru yang dalam
> praksis, operasional, tetap harus mengakomodasi budaya yang sudah
> ada. Karenanya, saat itu ada persoalan budaya yang tidak bisa
> sekaligus disesuaikan dengan prinsip universal tersebut.
>
> Di sinilah sebetulnya tugas kita masa kini, yaitu melanjutkan cita-
> cita Nabi di Mekkah itu. Masyarakat di situ adalah masyarakat yang
> kecil, menerapkan hukum saat itu yang tepat untuk kondisi lokal di
> situ.
>
> Hanya setelah Nabi meninggal, tampaknya kebudayaan lama sebelum
> Islam muncul kembali dan otoritas tunggal seperti Nabi tidak ada
> sehingga orang bebas melakukan penafsiran, muncul tafsir-tafsir
> sesuai dengan tempat dan waktu.
>
> Yang menarik, penafsiran itu tidak selalu sama seperti yang
> dilakukan Nabi karena proses kebudayaan telah bergerak, berubah.
> Hanya para penafsir itu memahami tujuannya, nilai moral yang sudah
> diputuskan Nabi.
>
> Dengan tidak adanya otoritas tunggal, muncul tafsir yang berbeda-
> beda?
>
> Saya selalu mengatakan, apa yang diputuskan Nabi di Madinah adalah
> contoh menerapkan nilai universal dalam konteks sosial tertentu.
> Yang dihindari terjadi kekerasan, pemaksaan, agar selalu terjadi
> dialog antara ide universal dan tradisi lokal.
>
> Mengenai Perda Tangerang, saya sungguh merasa prihatin karena
> kehendak menerapkan syariah ternyata juga melanggar syariah. Menuduh
> orang baik-baik melakukan perzinahan itu harus dihukum. Al Quran
> menyebut harus ada pembuktian secara jelas, harus ada saksi empat
> orang. Jadi, kelewatan perda itu.
>
> KH Husein Muhammad dilahirkan dalam lingkungan Pesantren Dar Al
> Tauhid yang didirikan kakeknya pada tahun 1930-an. Dia adalah
> generasi ketiga dan kini menjadi wakil dari pamannya, KH Ibnu
> Ubaidillah yang memimpin pesantren itu. Menurut KH Husein, pamannya
> adalah murid KH Hasyim Ashari, kakek KH Abdurrahman Wahid, yang
> pendiri Nahdlatul Ulama.
>
> Pesantren itu memiliki 500 santri perempuan dan laki-laki dan lebih
> dari 1.000 siswa lainnya belajar dari taman kanak-kanak hingga
> pendidikan tinggi selulus SMA yang sepenuhnya menggunakan kitab
> kuning.
>
> "Kekuatan pesantren ada pada tokoh pengasuh pondok dan pada kajian
> kitab kuning. Istilah ini untuk kitab yang diproduksi ulama besar
> pada abad pertengahan, mulai abad ke-13, walaupun ada yang lebih
> awal lagi. Kebanyakan berasal dari Timur Tengah dan dari berbagai
> mazhab. Dalam praktiknya, kami akan mengajarkan mazhab tertentu. Di
> Indonesia konteksnya Syafiiyah," tutur KH Husein.
>
> Tafsir fikih itu menyubordinasi perempuan?
>
> Bila kita berbicara mengenai mazhab, hampir semua menempatkan
> perempuan pada posisi subordinat karena konstruksi masa lalu
> masyarakat sangat patriarkhis. Akses perempuan pada bidang sosial
> dan publik sangat terbatas sehingga kemampuan perempuan tidak banyak
> digali, bahkan cenderung tidak diungkap.
>
> Hal ini tidak banyak dilakukan yang lain?
>
> Wacana saya di pesantren memang berbeda dari wacana utama. Pandangan
> saya menggugat pemahaman konservatif dan mencoba melakukan kritik
> terhadap wacana keagamaan konservatif yang menyubordinasi perempuan
> seperti terdapat dalam kitab-kitab kuning.
>
> Tidakkah itu menimbulkan ketidaksetujuan kiai lain?
>
> Pada masyarakat kiai, pesantren, ketidaksetujuan mereka sangat
> banyak terhadap pemikiran saya. Hampir semua pendapat saya berbeda
> dengan mereka. Hanya kondisi kultural saya-saya kiai, punya
> pesantren, punya hubungan dengan pesantren-pesantren lain-yang
> menyebabkan tidak dilakukan kekerasan terhadap saya. Kiai-kiai lain
> juga hati-hati, paling-paling mereka mengatakan saya sedang main-
> main.
>
> Mereka terbuka menyatakan ketidaksetujuannya?
>
> Oh ya, terbuka karena saya juga terbuka dalam menyatakan pandangan
> saya. Tetapi, saya punya argumen yang sama. Sumber metodologinya
> sama, tetapi cara metodologinya berbeda. Sumber kitabnya sama,
> tetapi cara membacanya berbeda.
>
> Saya juga mendapat resistensi dari yang bukan dari kultur kiai. Nama
> saya disebut dalam buletin yang disebarkan di masjid-masjid, antara
> lain disebut orang yang merusak Islam dari dalam.
>
> Tahun 1993 KH Husein diperkenalkan pada pemahaman mengenai demokrasi
> dan jender-peran laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial-
> melalui sebuah pertemuan para kiai yang difasilitasi Masdar F
> Mas'udi, serta kemudian dialog dengan sejumlah aktivis perempuan.
>
> "Sejak belajar di Mesir (1980-1983) sebetulnya saya sudah tertarik
> pada pandangan modern seperti dari Muhammad Abduh," kata KH Husein.
> Abduh (1849-1905) menurut Leila Ahmed (Wanita & Gender dalam Islam,
> Lentera, 2000) berpandangan, perempuan juga harus mendapat
> pendidikan seperti laki-laki dan dia mendirikan berbagai yayasan
> muslim dan komite untuk membangun sekolah bagi murid laki-laki dan
> perempuan.
>
> Apa yang membuat tertarik pada pandangan modern?
>
> Saya kritis dengan realitas. Sampai hari ini saya prihatin dengan
> realitas kaum muslim seperti bodoh, tertinggal, banyak kekerasan.
> Saya tidak bisa menerima agama melahirkan kenyataan seperti itu:
> bodoh, miskin, kekerasan. Menurut saya ada kekeliruan, tetapi bukan
> dari orang lain, melainkan dari diri sendiri. Ternyata setelah
> membaca lebih rinci, pandangan masa lalu di sana dijadikan pedoman
> bagi hukum di sini sekarang. Banyak yang tidak cocok lagi dalam
> banyak hal.
>
> Contohnya?
>
> Dalam kitab-kitab tersebut gerak perempuan ditutup, hanya di wilayah
> domestik, sehingga ke mana-mana harus dikontrol. Tradisi di kita kan
> anak perempuan tidak usah sekolah karena akan segera dikawinkan.
> Akibatnya, aktualisasi perempuan terbatas sekali.
>
> Dampaknya banyak sekali pada perempuan dan masyarakat, itu
> melahirkan ketertindasan, kebodohan. Tentu saya tidak percaya agama
> menghasilkan yang seperti itu, menyusahkan umat.
>
> Ada pengalaman yang membawa Anda pada pandangan itu?
>
> Dulunya saya juga konservatif, hanya memercayai teks tanpa membuat
> interpretasi. Tetapi, kemudian saya mendapat pengetahuan mengenai
> relasi lelaki-perempuan bahwa ada kodrat dan ada peran jender. Dan
> saya disadarkan oleh fakta perempuan lemah, akalnya lebih rendah
> dari laki-laki, tidak semuanya.
>
> Kalau begitu, itu bukan kodrat, bisa diubah. Ada faktor sosial yang
> bisa mengubah. Ada relativitas. Buktinya ketika mereka bersekolah,
> perempuan juga pintar, lebih pintar dari laki-laki. Ketika mereka
> bekerja, pintar juga. Dan apa salahnya, kenapa perempuan harus
> disalahkan?
>
> Fundamentalisme yang menguat belakangan ini?
>
> Saya melihat fenomena ini dari dua sisi: pemahaman terhadap ajaran
> dan fenomena masyarakat yang tertindas.
>
> Pada yang pertama, mereka kembali pada teks dan teks diperjuangkan
> mati-matian. Mereka yang tidak tahu menahu masalah politik, ada di
> sini. Mereka melihat, karena tidak mengikuti perintah Tuhan inilah
> akibatnya.
>
> Pada yang kedua, ada refleksi dari masyarakat yang tertindas di mana-
> mana, kebodohan, marjinalisasi, ekonomi sulit, kemiskinan, tetapi
> kemudian memolitisasi teks. Dua-dua keadaan itu bisa terjadi.
>
> Karena semua masalah lalu ditarik ke agama?
>
> Ya. Dan paling efektif menyatukan solidaritas melalui jargon agama
> yang secara tekstual mudah dipahami. Sementara kajian saya adalah
> interpretasi, sedang mereka tidak melakukan interpretasi, konteks
> turunnya ayat.
>
> Ini pertentangan klasik antara skriptualisme dan substansialisme?
>
> Ya, dan itu tejadi karena pemahaman masyarakat yang beragam. Dan
> kelompok yang substansialisme itu elitis sebab harus memahami
> mendalam, sementara skriptualisme lebih banyak orang karena lebih
> mudah dipahami
>
>
>
>
>
>
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
> Yahoo! Groups Links
>
>
>

>
>
>
>
>
>


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah
Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke