ralat: tertulis: "jelaskan dimana letak diskusi yang level, ketika anda nggak memandang lawan diskusi anda sesat dan menyesatkan"
seharusnya: "jelaskan dimana letak diskusi yang level, ketika anda nggak memandang lawan diskusi anda, dan menganggapnya sesat dan menyesatkan" --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mas satriyo, > > katanya anda mau diskusi yang level. > baru saja saya mau membuat tulisan tandingan ttg hermeneutika anda, > sebagai balasan niat baik anda yang sepertinya mulai memahami diskusi > yang 'level' itu. > > sekarang anda introspeksi diri, apa komentar-komentar > nggak 'congruent' kayak begini ini membuat diskusinya pada lapangan > yang datar? > > mana diskusinya? > jelaskan dimana letak diskusi yang level, > ketika anda nggak memandang lawan diskusi anda sesat dan menyesatkan > > yang ada kan cuman prejudice belaka. > > mana bacanya ngawur lagi... > > bertobatlah mas satriyo, > anda memang tersesat dan menyesatkan > ;-( > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <efikoe@> wrote: > > > > Ketika saya membaca ada pak Achmad Chodjim ikut memberikan > komentar, > > pasti ada sesuatu yang menarik hingga membuat pak Achmad Chodjim > > sedemikian terusik untuk berkomentar ... dan ternyata komentarnya > > tidak terlalu kuat mengingat tidak ada landasan yang kuat tentunya > > yang mendukung argumentasi dan klaim pak Achmad Chodjim. Walau > tentu > > sabda pak Achmad Chodjim akan sangat diperhatikan oleh pengikut > > pengajian beliau. > > > > Semua yang pak Achmad Chodjim sangat terasa beraroma 'menurut > logika > > saya' dan bernada 'memangnya Arab itu siapa sih? kok mereka > > diistimewakan begitu?' atau yang semisalnya, setidaknya menurut > saya > > yang dhaif ini. > > > > Tapi yang paling mengusik adalah pernyataan di akhir komentar pak > > Achmad Chodjim yang makin menambah kuat aroma dari asumsi saya di > > atas, (kutipannya) > > > Jika masih tidak percaya bahwa Allah itu aslinya tak bernama, > maka > > silakan bertanya sendiri secara langsung kepada DIA! Tidak perlu > > ngotot lagi, karena Dia maha hidup, maha mendengar, dan maha hadir. > > Pasti Dia bisa ditanyai! > > > > > Wah selamat ya, pak Achamd Chodjim, karena bisa punya direct > > connection dengan DIA (department of Internal Affairs?) sehingga > > yakin kalo yang lain pasti tidak sehebat njenengan dan pasti nda > > mampu seperti njenengan. Ah jadi teringat ada yang berkomentar > > serupa. Soooooo sure of himself. Tapi nda mengapa, krn itu HAM anda > > dan saya nda mungkin menyatakan anda salah atau sesat karena > > berkomentar yang salah dan sesat. hehehe ... > > > > Njenengan ga usah kalap lho nda baik. Konon menambah % kemungkinan > > kena penyempitan pembuluh darah atau sama dengan bunuh diri ... ehm. > > > > Saya setuju dengan komentar singkat abah, karena kalo ngotot pake > > Tuhan dengan T kapital bagaimana menerjemahkan Syahadat ya? ah tapi > > tentu mudah bagi njenengan atau siapa saja yang sepakat dengan > > njenengan, kan? Gitu aja ko repot. > > > > Mas Prihatmanto, Wikan, dll gimana ni komentar mbah Achmad Chodjim? > > Mba Aisha, Chairunisa? Self-claim nda? Truth claim nda? > > > > salam, > > satriyo > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" > > <chodjim@> wrote: > > > > > > Ketika saya membaca tulisan di milis ini, nama Allah sedang > > diributkan. Malah ada yang menyebut bahwa sebagian ulama memandang > > nama Allah sebagai nama pribadi Tuhan dan sebagian yang lain > > mengatakan itu panggilan Tuhan dalam bahasa Arab. > > > > > > Yang jelas: > > > (1) Nama atau sebutan Allah bagi Tuhan sudah ada jauh sebelum > agama > > Islam dibawa oleh Kanjeng Nabi Muhammad. > > > > > > (2) Dalam Alkitab yang berbahasa Arab, Tuhan disebut Allah. > > Artinya, Allah yang disebut oleh Nasrani Arab atau orang Islam ya > > sama saja. Rabb dalam bahasa Arab bukan hanya untuk Allah, tapi > juga > > untuk bos, majikan atau jeragan. Rabb dalam bahasa Inggris sama > > dengan "Lord", alias Tuan. Dalam bahasa Melayu lama, tak ada kosa > > kata "tuhan". Kosa kata ini muncul di masa pendudukan Belanda di > abad > > 17. Orang kita diperintah oleh Belanda menyebut dirinya "tuan". > Tapi, > > ketika Yesus juga dipanggil "Tuan Yesus", orang Belanda kurang > > berkenan, dan panggilan itu harus dibunyikan secara mantap dengan > > sisipan huruf "h", jadilah "tu...h....an" > > > > > > (3) Dalam QS 17:110 menyatakan bahwa DIA tidak memiliki nama > > khusus, maka kita diperintah menyebut Allah, atau al-Rahman, atau > > nama apa pun asalkan masih termasuk dalam "asma' al-husna". > Tentunya > > ada jutaan nama-nama baik Tuhan jika dikumpulkan dari berbagai > > bahasa. Dan, kita sah-sah saja menyebut dengan Gusti Kang Murbeng > > Dumadi, atau Sang Hyang Manon, atau Gusti Kang Paring Gesang dan > lain- > > lainnya. > > > > > > Kisah Musa dalam QS 20:14 menyebutkan bahwa Tuhan mengenalkan > > dengan "Innanii anallaah". Tapi ini kisah Musa dalam bahasa Arab > > Alquran. Sedangkan kisah Musa dalam Alkitab berbahasa Arab > > menyebut, "Fa ajabahullah (ilaa Musa): Ahyah alladzii Ahyah (I am > who > > I am). > > > > > > (4) Allah tidak pernah memperkenalkan dirinya bahwa nama-Nya itu > > ALLAH. Lantaran Allah bukanlah sosok makhluk yang berbangsa Arab. > > Nama "Allah" itu diberikan oleh manusia kepada-NYA. Jadi, > manusialah > > pencipta nama-nama bagi semuanya. Nama diberikan untuk membedakan > > antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Sedangkan Allah di QS > > 24:25 disebut "al-Haqq al-mubiin", Yang Maha Nyata sekali, atau > Yang > > Mahabenar sekaligus mahaterang/mahajelas. Oleh karena Dia itu > > mahajelas maka Dia niscaya tidak membutuhkan nama, karena nama > > hanyalah tanda untuk membedakan! > > > > > > Jika masih tidak percaya bahwa Allah itu aslinya tak bernama, > maka > > silakan bertanya sendiri secara langsung kepada DIA! Tidak perlu > > ngotot lagi, karena Dia maha hidup, maha mendengar, dan maha hadir. > > Pasti Dia bisa ditanyai! > > > > > > Wassalam, > > > chodjim > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > >