Saudari Mia berkata : namun proper name dalam pengertian nama tuhan maksudnya: nama 'Allah' itu merefer pada sesuatu, tapi sama sekali nggak menjabarkan apa-apa tentang sesuatu itu. ini pengertian salah satu definisi'proper name' dari wikipedia, yang mungkin bisa mendukung pengertian kita tentang 'proper name' Allah.
============================== Jano - ko : -- Surah 112 1 Say: He is Allah, the One! 2 Allah, the eternally Besought of all! 3 He begetteth not nor was begotten. 4 And there is none comparable unto Him. --- 112. Al Ikhlash 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." --- Wassalam --oo0oo-- Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: dalam bahasa Arab al-ilah melebur jadi allah, proses phonetic saja, seperti misalnya al-samawati dibacanya as samawati, gitu. laa ilaha illallah, terjemahan harafiahnya memang: tiada tuhan melainkan tuhan itu, there is no god but (the) god. tapi kalo diterjemahkan tiada tuhan melainkan Allah, pun boleh, karena Allah bisa disebut proper name. namun proper name dalam pengertian nama tuhan maksudnya: nama 'Allah' itu merefer pada sesuatu, tapi sama sekali nggak menjabarkan apa-apa tentang sesuatu itu. ini pengertian salah satu definisi'proper name' dari wikipedia, yang mungkin bisa mendukung pengertian kita tentang 'proper name' Allah. artinya kalau bicara soal nama atau panggilan saja, pastilah ketika kita bilang Allah itu merupakan sarana sebutan kepada 'sesuatu itu'. FULL STOP. dalam budaya suku-suku tua, termasuk Baduy Dalam, nama-nama tuhan jarang disebut dalam kehidupan sehari-hari, mungkin mereka takut kuwalat salah sebut proper name, karena fungsi simbol penting untuk kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu dalam sejarah tuhan disebutkan ketika masyarakat mengalami perubahan (i.e urbanisasi) nama tuhan tersebut dan konsepnya juga mengalami perubahan, seolah- olah 'ditinggalkan', namun sebenarnya berubah sesuai wawasan kita (Karen Armstrong). Yesus, anak Tuhan misalnya, menurut KA, Paul akan marah besar kalau dibilang Yesus anak tuhan secara harafiah badaniah. Tapi kan begitu kenyataannya kemudian, yaitu wawasan setelah jaman Paul berubah tentang 'Yesus anak Tuhan', yang lebih personal sifatnya. Dan sekarang sedang mengalami perubahan lagi. selanjutnya lailahaillallah adalah suatu kalimat action. bahwa setiap kali kita merasa mengedepankan ego kita, mempersonalisasikan tuhan, menggantungkan hidup pada kekayaan, status dll - kita harus mencairkan itu dan mencari keseimbangan lagi. proses yang terus menerus tak berakhir selama kita hidup, makanya selalu disebut begitu laa ilaha....illallah. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih \(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Kalau gitu bukankah mustinya "laa ilaha ila Al ilah" mas ? Apa terjadi > gejala bahasa atau budaya sehingga berubah dari Al ilah menjadi Allah ? > Anyway, saya bukan ahli bahasa atau antropolog. Jadi maaf gak bisa > kasih tanggapan, dan gak tau juga kebenaran atau kesalahan yang di atas. > > Meskipun demikian, ujung-ujung dari diskusi ini kan sama. Bahwa yang > kita sembah itu ya Allah yang itu, bukan yesus, bukan dewa air, bukan > dewa-dewa yang lain. Karena yang lain-lain itu mungkin saja (dianggap) > tuhan (god) tapi bukan Tuhan yang seharusnya (The God). Dan Allah juga > memerintahkan kita untuk memanggil dengan asmaul husna yang 99 itu, > bukan dengan yang lain (Al A'raaf:180), jadi ya kita panggil dengan > nama-nama itu saja kan ? Untuk apa membuat-buat nama lain, yang belum > tentu (atau sudah pasti tidak) disukai Allah. Ya kan ? > > Wallahu'alam bishowab. > Wassalaam, > -Ning > > > ________________________________ > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wikan Danar > Sunindyo > Sent: Tuesday, April 24, 2007 11:51 AM > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: The Name of Allah > > > > menurut saya sih gak aneh, > kebetulan dalam bahasa Indonesia tidak mengenal article seperti dalam > bahasa Inggris a, an atau the ... atau dalam bahasa Arab-nya al. > Maksudnya kan "there is no god but The God" kalau dibahasaindonesiakan > menjadi "tiada tuhan selain Tuhan (itu)". Kalau dalam bahasa inggris, > the itu menunjukkan article yang berarti satu-satunya, misal the > earth, the sun ... berarti bumi itu cuma satu, matahari cuma satu. > Kalau The God, berarti Tuhan yang cuma satu. > > salam, > -- > wikan > http://wikan.multiply.com <http://wikan.multiply.com> > > On 4/24/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) <[EMAIL PROTECTED] > <mailto:ninghdw%40chevron.com> > wrote: > > Saya yakin, tuhan yang sejati, yang patut disembah, ilah, itu ya > memang > > bernama Allah. Mas Janoko yang suka tiba-tiba muncul di sela-sela > > percakapan menuliskan sesuatu yang sangat logis untuk menjelaskan hal > > ini, menurut saya, yakni bunyi syahadat : "Laa ilaha ila Allah", yang > > artinya tidak ada tuhan selain ALLAH. Kalau Allah itu artinya sama > > dengan tuhan, maka arti syahadat itu jadi aneh kan ? Tiada tuhan > selain > > tuhan... Ato gimana ? > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]