Pak Wikan dan Mba Lestari,

Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul
kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita
memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai,
yang muncul karena hidayah...

Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang
 dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media
untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau
dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))
 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> makasih mbak lestarin,
> 1. setahu saya orang aceh itu kuat2 imannya, sehingga mereka gak
> gampang goyah berganti agama meskipun mendapat penderitaan atau
> kesengsaraan yang bertubi-tubi.
> 2. saya kadang heran dengan tanggapan orang islam terhadap
> kristenisasi. jika memang benar ajaran islam itu logis, kokoh dan
> kuat, tentu kita tidak perlu susah-susah buat meng-counter ajaran2
> kristenisasi. jelas2 doktrinnya beda kok. saya pernah coba dengar
> acara mimbar agama lain di teve-teve, kok gak nyambung dengan saya
> sebagai pemeluk islam. saya coba nyambung2-in, cari hikmahnya, tetep
> aja nggak nyambung. malah suka ketawa sendiri, kok bisa ya ... orang2
> ini pada ngedengerin penceramah yang kayak gini. tapi itu kan soal
> keimanan/kepercayaan ya ... kalau dari kecilnya udah didoktrin untuk
> percaya tuhan anu atau melaksanakan ajaran agama itu susah buat
> menerima ajaran dari agama lain. makanya orang yang pindah agama
> (apalagi bukan karena mau nikah sama orang agama lain) itu berat
> banget dan biasanya mengalami pergolakan batin.
> 3. kalau bantuan asing di aceh memang gila-gilaan. di jerman aja,
> selain mereka menyumbang duit, mereka juga nyumbang pembangunan
> infrastruktur. kalau gak ada insinyur, mereka kirimkan dari jerman
> buat mbangun infrastruktur di aceh. dosen-dosen di aceh pada
> meninggal, jerman ngasih beasiswa buat mahasiswa aceh yang mau
> melanjutkan sekolah di jerman. gak cuman duit thok. Ini yang saya
> pikir luar biasa komprehensifnya. Saya sendiri kebayang, kalau
> misalnya korban tsunami itu dikasih duit masing2 1 juta, terus bisa
> apa. Kan pasarnya juga musnah. Jalan hancur, jembatan hancur. Mau beli
> makanan di mana. Lha kalau ada infrastruktur, bikin jembatan dan jalan
> ke kota lain, bisa mempermudah penyaluran bantuan dari kota-kota lain
> yang terdekat, jadi duitnya juga bisa dipakai untuk membeli barang2
> kebutuhan sehari2.
> 
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com
> 
> On 5/3/07, lestarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Sebetulnya saya cuma mau melanjutkan bagian diskusi dari Pak Wikan
> >  dan Mba' Chae, tapi karena judulnya sudah tidak sinkron, maka saya
> >  buat judul baru:)
> >
> >  Isu kristenisasi kalau saya amati dari pengalaman di lapangan, di
> >  Aceh ini ya rata-rata berhubungan dengan pemberian bantuan/ekonomi.
> >  Meski memang belum ada laporan resmi berapa orang Aceh yang
> >  berpindah agama dari Islam ke agama lain dalam proses rehabilitasi
> >  dan rekonstruksi di Tanah Rencong ini, namun dari dulu banyak sekali
> >  kekhawatiran soal "Kristenisasi", sampai-sampai sempat beredar
> >  kecurigaan yang tinggi terhadap lembaga asing yang banyak berkarya
> >  di Aceh. Media di aceh pun sempat mem-blow up- isu ini, bahkan ada
> >  juga media dari luar aceh yang menerbitkan sebuah buku khusus
> >  membahas masalah ini. Saking semangatnya "menghajar" pihak lain yang
> >  dianggap melakukan Kristenisasi, maka relawan asing yang berkalung
> >  salib atau memakai kaos organisasinya dalam bekerja (kebetulan dari
> >  organisasi bergambar salib, atau mengandung kata-kata Christian),
> >  pun dianggap upaya Kristenisasi. Sepertinya jadi berlebihan dan
> >  menimbulkan upaya permusuhan antar agama.
> >
> >  Padahal seperti yang kita ketahui, saat bencana Tsunami melanda
> >  Aceh, justru orang-orang asing inilah (yang disebut oleh orang aceh
> >  dengan istilah Orang Kafir...), yang pertamakali turun tangan dan
> >  membantu dengan keihklasan luar biasa, dan ini diakui oleh
> >  masyarakat Aceh sendiri. Meski setelah itu memang tidak bisa
> >  dipungkiri, gelombang kedua bantuan (Pasca emergency), pasti ada
> >  juga organisasi asing yang memiliki niat untuk menyebarkan
> >  ajarannya,"Kristenisasi" - yang saya kira pun tidak jauh berbeda
> >  dengan upaya beberapa kaum muslim di Indonesia yang
> >  melakukan "Islamisasi" di berbagai pelosok Papua. Artinya dilakukan
> >  dengan cara damai, melalui kegiatan sehari-hari secara umum,
> >  termasuk dengan pemberian bantuan, namun tidak ada
> >  intimidasi/ancaman.
> >
> >  Soal kemiskinan mendekatkan diri pada kekhufuran, itu juga saya
> >  setuju. Ini yang justru menjadi concern saya pribadi sampai saat
> >  ini, betapa masih banyak pengungsi di barak-barak di Aceh yang
> >  sampai saat ini masih bergantung pada bantuan dari pihak lain, dan
> >  lembaga-lembaga non muslim pun masih "setia" memberikan dukungan dan
> >  bantuannya, sementara bantuan dari lembaga-lembaga Islam sangat
> >  sedikit. Kalau sudah begini, jangan salahkan orang non muslim bila
> >  suatu saat mereka "sukses" dalam menawarkan ajaran agamanya.
> >  Terlebih mereka juga terihat sangat santun dan beberapa perempuan
> >  non muslim itu malah ada yang berjilbab rapat. Beberapa partai
> >  politik (berserta underbow-nya)yang membawa bendera/label Islam
> >  memang ada beberapa yang memberi bantuan ke barak-barak tersebut,
> >  namun masyarakat barak sudah hapal, karena bantuan tersebut baru
> >  rajin datang menjelang pilkada lalu:(
>


Kirim email ke