Chae :

  Justru pertanyaan saya pada Pak Satriyo sebagai process tabayun..jadi
silahkan informasikan agar tidak salah paham mengenai..

1. Misi dan Visi FPI menurut Habib RIZIQ

2. Misi dan Visi FPI berdasarkan AD/ART.

Silahkan dijawab.

  -----------------------
   
  Jano - ko :
   
  Nah tuch chae mengajak saling terbuka, jadi mas Satriyo juga berhak bertanya 
tentang Misi dan Visinya Chae  :)
   
  Salam
   
  --oo0oo--
  

Chae <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Justru pertanyaan saya pada Pak Satriyo sebagai process tabayun..jadi
silahkan informasikan agar tidak salah paham mengenai..

1. Misi dan Visi FPI menurut Habib RIZIQ

2. Misi dan Visi FPI berdasarkan AD/ART.

Silahkan dijawab.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Aisha,
> 
> Terima kasih atas bantuan penjelasannya. Spt biasa saya lebih nyaman 
> untuk dapat tanggapan langsung dari yang bersangkutan dalam hal ini 
> Mia, untuk apa yang saya tujukan ke beliau. Sekali lagi, menyampaikan 
> maaf itu sudah kelaziman, karena tidak ada yang dirugikan dengan 
> meminta maaf. Jadi saya merasa tidak pada tempatnya saja ada larangan 
> meminta maaf.
> 
> Apa yang Aisha dan Chairunisa sampaikan seputar komentar saya tentang 
> ucapan Habib RIZIQ (hmm ... sebapa jauh ya tahu persis FPI misalnya 
> jika nama pimpinannya saja tidak tahu persis, atau bahkan tidak 
> tahu?) dan AD/ART FPI bisa saya pahami. Artinya bagi yang tidak tahu 
> FPI lebih jauh atau langsung dan hanya mengandalkan secondary sources 
> atau bahkan kurang dari itu, spt dari media massa atau dari kata si 
> anu, tidak aneh jika tidak bisa empati. Hal yang wajar buat manusia 
> tidak suka atau bahkan benci pada sesuatu yang tidak dikenal atau 
> yang dianggap dikenal tapi sebenarnya tidak. Justru ini yang kadang 
> tidak kita sadari. Ko merasa tahu padahal sebenarnya tidak, dan sudah 
> pula berani berkomentar. Bukankah ini sesuatu yang terlihat remeh 
> tapi penting, to know exactly what you think you know?
> 
> Soal komentar Habib, saya tahu langsung karena pernah satu majlis 
> dengan belaiu bersama ust Arifin Ilham dan para ulama dan habaib 
> lainnya. Bahkan yang saya tahu, habib Riziq dan Habib Jafar Umar 
> Thalib, doa sosok yang dianggap cerminan 'kebiadaban' 
> atau 'kepremanan' Islam, konon mau mengerti masukan dari pks dan 
> mereka sejak itu tidak lagi bergerak independen dan tanpa strategi. 
> Bahkan ayahanda Jafar menerima konsekuensinya yaitu ditinggal oleh 
> jamaahnya yang merasa beliau jadi lembek, dan bahkan ada 
> yang 'memecat' beliau dari 'blok' salafi di tanah air.
> 
> Kembali ke habib Riziq, saya kira apa yang beliau alami dengan FPI 
> tidak jauh berbeda dengan organisasi atau lembaga lain di manapun. 
> Polri misalnya. Kita tentu tahu bahwa stigma atau stereotip polisi 
> itu ini dan itu tentu bukan tanpa bukti dan fakta/data akurat. Tapi 
> apakah itu mencerminkan dan membuat semua orang di lembaga polisi 
> seperti itu? Tidak bukan? Padahal polisi konon adalah bagian dari 
> penegakan hukum dan pelindung masyarakat negara ini. Dengan jumlah 
> anggota atau simpatisan yang tidak sedikit, saya kira tidak 
> mengherankan jika FPI pun terkena fenomena serupa. Jadi intinya 
> bukanlah hitam putih semata, tapi secara pragmatis, praktek dan 
> idealisme tidak selalu bisa sejalan.
> 
> Saya percaya bahwa setiap pemimpin pasti sudah berusaha sebisa 
> mungkin mengatur dan bertanggung jawab atas mereka yang ia pimpin 
> tapi bukan berarti pasti tidak ada ekses. Dalam sejarah Islam pun 
> demikian. Rasul yang jelas punya segala kelebihan, tetap saja tidak 
> bisa serta merta membuat semua pengikutnya tunduk patuh. Satu 
> contohnya ketika beliau memutuskan untuk tidak meneruskan berhaji ke 
> Mekkah karena sudah sepakat dengan Quraisy untuk menundanya tahun 
> berikutnya. Para shahabat sangat kecewa dan menolak untuk tahalul, 
> mencukur rambut. Not until istri Nabi menyarankan agar Nabi yang 
> lebih dulu memulai, baru para shahabat menerima kenyataan itu.
> 
> Jadi pendirian saya adalah bukan membabi buta meng-hitamkan atau me-
> mutihkan sesuatu, tapi bukan juga menjadi abu-abu. Ada hal-hal yang 
> memang kasat mata dan itu adalah apa adanya tapi ada juga yang tidak 
> kasat mata dan kita tidak bisa memberi penilaian apapun. Bahkan ada 
> yang seolah buruk padahal tidak dan sebaliknya. Ini bisa kita lihat 
> di kasus Musa dan Khidir. Sekali lagi saya tidak membela FPI jika 
> memang jelas FPI melanggar hukum tapi saya juga tidak setuju mereka 
> yang belum tahu duduk perkaranya tapi sudah bisa dan berani 
> memberikan penilaian bahkan hujatan. Ini sudah saya sampaikan 
> beberapa kali.
> 
> salam,
> satriyo
> 
> PS: baidewei, dari mana Aisha bisa yakin saya tidak tenang? bukankah 
> ini menuduh? ;-]
> yang jelas-jelas sajalah, toh kita diminta juga untuk empati buat 
> sesama dalam skala diskusi maya sekalipun bukan? jadi komentar yang 
> seolah atau menganggap (tanpa kejelasan bukti/fakta) si anu kalap 
> atau emosi, sebaiknya hindarilah ... toh Aisha juga tidak lepas dari 
> hal itu. Tapi saya terima kasih telah 'mengingatkan' saya untuk 
> tenang ... ;-]
> ===
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" 
> <aishayasmina2002@> wrote:
> >
> > Pak Satriyo,
> > Betul memang bahwa minta maaf itu hak seseorang di milis ini, ini 
> sama dengan seorang anggota WM punya hak menulis apa saja di milis 
> ini, tapi kita kan hidup dalam satu komunitas yang terdiri dari 
> banyak orang, hak seseorang jangan mengganggu hak yang lainnya untuk 
> bisa nyaman berdiskusi. Seperti dalam kasus di bawah ini, mba Mia 
> mempertanyakan permintaan maaf pak Satriyo dan menjelaskan bahwa 
> dalam kasus di bawah ini bagi mba Mia tidak perlu minta maaf, yang 
> diharapkan adalah ketika kita mau menanggapi satu tulisan/ pendapat 
> yang lain, cobalah untuk tidak tergesa-gesa sehingga bisa memahami 
> apa yang ingin disampaikan orang lain. Berdiskusi di milis itu bukan 
> untuk menang-menangan atau memaksakan pendapat satu pihak ke pihak 
> lainnya, tapi proses untuk saling memahami pendapat masing-masing 
> anggota di milis ini, itu sebabnya di postingan sebelumnya saya 
> menuliskan bahwa di milis itu cobalah pak Satriyo untuk santai. Ini 
> milis pak, bukan sedang chatting yang butuh pendapat atau jawaban 
> seketika yang pendek-pendek kalimatnya, cobalah pahami dulu rangkaian 
> kalimat (kalimatnya lebih panjang dan lebih banyak daripada ngobrol 
> chatting), sebelum menanggapi.
> > 
> > Pak, itu sebabnya ada pepatah - nilai setitik, rusak susu sebelanga 
> (cmiiw, bahasa Indonesia saya jelek..:), artinya di tiap individu 
> atau kelompok tentunya ada segi baiknya selain segi buruknya, tapi 
> coba pak Satriyo pikirkan, jika benar di level Habib dan AD/ART FPI 
> tidak ada kekerasan, kenapa sering terjadi kekerasan? Apa iya semua 
> tv, semua koran, semua radio yang memberitakan kekerasan FPI itu 
> bohong semua? Atau jangan-jangan kalaupun ada kebaikan yang dilakukan 
> FPI, jumlahnya lebih sedikit daripada tindakan anarkisnya ya? itu 
> bisa jadi feedback untuk Habib dan jajaran "top management" FPI, apa 
> mereka mampu menertibkan anak buahnya atau memang tidak mampu 
> mengelola anak buah yang berlaku preman itu? Ini mengingatkan kasus 
> satu negara yang kepala negaranya teriak2 mau memberantas korupsi 
> tapi bawahannya dari tingkat menteri sampai pejabat di bawahnya, dari 
> pusat sampai daerah umumnya koruptor, di atas ribut dengan banyak 
> wacana tapi tidak ada imbasnya dalam pemberantasan korupsi, entah di 
> negara mana itu, di republik mimpi mungkin..:)
> > 
> > Tenang pak Satriyo - diskusi di milis ini tidak ada kaitannya 
> dengan ndeso, saya tidak mengerti arti katrok, tadi ndeso itu kan 
> berkaitan dengan desa maksudnya kampungan begitu? wong udik itu orang 
> kampung? tidak punya mata, telinga dan hati nurani? kalau begitu 
> artinya, kasihan banget orang desa, orang kampung ya, apa desa dan 
> kampung itu selalu identik dengan keburukan? Di tiap komunitas, 
> tentah di kota, entah di desa, selalu ada orang baik dan orang buruk -
> yang punya hati nurani, yang punya mata hati, yang punya telinga 
> fisik dan telinga untuk mendengar dan "mendengar" yang tidak terucap. 
> Tolong donk, disini kan anggotanya tidak semua orang Jawa, saya juga 
> berdarah Jawa tapi tidak bisa bahasa Jawa, dan disini juga tidak 
> semuanya anggota dari suku Jawa, ada suku-suku lainnya dan juga ras 
> lainnya. Supaya tidak salah mengerti saja.
> > 
> > salam
> > Aisha
> > --------------
> > From : Satriyo
> > Maaf, meminta maaf itu hak, jadi mohon jangan langgar HAM saya. 
> Terima kasih.
> > 
> > Apakah perbedaan bagi kita yang pluralis dan demokrat memang SUATU 
> MASALAH atau hanya keniscayaan? Mungkin yang jadi masalah adalah 
> ketika ada pihak yang memaksakan kehendak atau keyakinannya kepada 
> pihak yang berbeda, agar menjadi sama ...
> > 
> > Yang saya maksud hantam kromo atau generalisir adalah fenomena 
> bahwa FPI atau kelompok mana saja, termasuk yang lebih besar, spt 
> muslim, nasrani, hindu dll, yang oleh pihak tertentu disama-ratakan, 
> padahal elemen di dalam kelompok itu juga heterogen. Apalagi hantam 
> kromo itu tanpa lebih dulu kroscek atau tabayun ...
> > 
> > Silakan percaya dari sumber yang ibu tahu tapi dari Habib langsung -
> - dan ini artinya sumber primer -- beliau tidak pernah memerintahkan 
> tindak anarkis. Adapun ekses di grass root yang lalu dibesar2kan dan 
> malah dibuat menjadi trademark, itu yang saya anggap hantam kromo dan 
> tidak fair.
> > 
> > Jadi untuk menutup diskusi yang sudah melenceng dari judul thread, 
> saya tetap berpegang pada apa yang disampaikan oleh Habib dan apa 
> yang tertera pada ad/art FPI. Jika ada yagn telanjur punya stereotip 
> dan keukeuh berpegang padanya ya silakan ... krn sama saja dengan 
> mengambil sikap non-muslim yang melihat islam dari perilaku muslim, 
> bukan pada sumbernya, Al-Qur'an dan Hadis ...
> > 
> > Alasan saya jelas, bukti jg akurat dan konkrit. Jadi saya 
> kembalikan ke ibu dan yang lain yang sepaham/sependapat.
> > 
> > Soal prioritas saya kira sudah terjawab. Tambahan saja agar jelas, 
> bahwa semua penting, tapi dengan tidak berlaku proporsional, 
> menyamakan FPI dengan pelacur, FPI dianggap sarang preman atau bahkan 
> adalah kumpulan preman (memang di DPR atau MPR beda gitu?), FPI 
> selalu menjadi pihak yang bersalah dng fakta yang dipaksakan atau 
> > fakta parsial di lapangan, atau memabndingkan FPI dengan sudin 
> kebersihan atau aktifis lingkungan ... wah ko nda ingat betapa FPI 
> ikut tanpa pamrih membantu membersihkan mayat2 korban tsunami di Aceh 
> di awal-awal. Kemana fakta itu? 
> > 
> > Tapi memang sudah typical, yang bagus sebanyak apapun, ketika ada 
> yang jelek setitik ya itu yang paling dipegang ...
> > 
> > Saya cukupkan sekian, adapun yang ingin menanggapi yo monggo, mau 
> nanggapi message atau messenger nya ... ra menopo ... feel free ...
> > 
> > salam,
> > satriyo
> > PS: maaf kalo standar diskusi saya katrok dan ndeso ... maklum, 
> wong udik, ra duwe mata, telinga lan hati nurani ... ;-]
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> > >
> > > Minta maaf karena apa? Terburu2 itu bukan soal waktunya, karena 
> > > nggak ada yang ngeburu2in kita di alam maya, tapi terburu2 
> mencerna 
> > > tanpa mendengar (i.e membaca) dengan baik, itu bukan cara diskusi 
> > > yang adil. Nggak usah minta maaf lagi ya Pak.
> > > 
> > > Saya menawarkan energi yang semacam FPI (jadi bukan FPI saja), 
> > > disalurkan untuk prioritas bersama, yaitu memperbaiki lingkungan 
> > > kita yang sudah rusak dan nggak diperhatikan ini.
> > > 
> > > Tapi kalau Pak Satriyo meliat itu bukannya prioritas, bahkan 
> > > merangsek 'tempat maksiat' itu dianggap prioritas, ini perbedaan 
> > > kita memandang suatu persoalan, YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI 
> > PERSOALAN 
> > > ITU SENDIRI. Saya mengerti nafsu mau menang kita sendiri menutup 
> > > mata kita terhadap lingkungan yang merupakan sumber kehidupan 
> kita 
> > > sendiri dan anak2 di masa depan.
> > > 
> > > Jadi ini bukan hantam kromo, tapi menawarkan solusi. Bahkan jalan 
> > > yang benar (memelihara lingkungan), bukan jalan yang sesat 
> > > (anarkisme kekerasan). Apa ini bukan amar maruf nahyi munkar?
> > > 
> > > Apa yang disinyalir beberapa temen saya yang PKS maupun bukan, 
> > > ternyata sejalan dengan yang anda bilang (sumber saya bukan 
> > > koran/media). FPI mendapat beckingan dari aparat militer/polisi. 
> > > Dengan anarkisme seperti ini, plus atas nama Islam plus beckingan 
> > > miiter, ini namanya berbahaya, dan sesat. Tindakan FPI bukan amar 
> > > maruf nahyi munkar tapi premanism yang lagi diinstitusikan.
> > > 
> > > Empati untuk FPI sudah saya jelaskan, kita memahami 
> perasaan/emosi 
> > > para preman, tapi bukan artinya serta merta keberpihakan khusus 
> > > kepada mereka yang jelas anarkis, garis keras dan KKN.
> > > 
> > > Pak Satriyo mesti meninjau ulang persepsi/niat/konsep anda 
> tentang 
> > > kiprah FPI. Kenyataannya dari dulu anda yang bawa2 FPI, 
> mengatakan 
> > > persepsi temen2 lain salah tentang FPI dan itu lantaran media.
> > > 
> > > salam
> > > Mia
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>



         

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke