Ada berita :

Waktu untuk hidup ini kan terbatas dan lurus tidak
akan kembali lagi, tidak mungkin jika waktu yang ada
hanya dihabiskan untuk milisan, mana untuk kegiatan
lainnya? Bukankah Islam mengajarkan keseimbangan
antara kegiatan untuk duniawi dan akhirat, untuk
keluarga dan non keluarga, untuk beristirahat dan
bekerja, untuk melakukan berbagai ibadah dan tidak
untuk milisan saja? memangnya pak Satriyo lebih banyak
menghabiskan waktu untuk milisan dibanding untuk
bekerja, untuk mendidik anak, untuk membimbing istri,
dll?...:)

--------

Jano - ko :

Dulu jano-ko sering menulis "mencari pahala" dalam
setiap postingannya,dengan kata lain jano-ko"berniat"
menggunakan WM sebagai sarana untuk "Ibadah" ( tidak
bermaksud sombong dan rija', sekedar penjelasan ).

Sebaiknya kita berfikir positif saja kepada Mas
Satriyo, saya sangat yakin kalau Mas Satriyo tersebut
beribadah juga melalui milis WM, saya yakin mas
Satriyo tersebut level spiritualnya sudah matang,
dengan kata lain beliau yakin, sangat yakin dengan
janji Allah didalam Al Qur'an (22:40) Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. 

Untuk Aisha.
Sedikit penjelasan, bahwa Mas Satriyo bukan jano-ko.

Demikian.

Wassalam

--oo0oo--


--- Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Satriyo,
> Kok mba Rita disebut yang fokus ke anda? Dulu mba
> Rita banyak ngobrol dengan pak Jano, apa anda itu
> pak Jano yang punya nama Sutiyoso juga?
> 
> Yang jelas mba Rita ini anggota lamaaaa sekali dari
> WM ini, sebelum pak Satriyo masuk, dan sebelum saya
> masuk. Dulu sekitar 5-6 tahun yang lalu saya hanya
> membaca WM, saya mulai berani nulis di WM juga
> karena salah satunya saya tertarik dengan
> pendapat-pendapat mba Rita dan ternyata ngobrolnya
> mba Rita enak sekali selain saya tertarik dengan
> karya2 blio yang OK buangetsss. Memang beberapa
> bulan ini mba Rita jarang milisan, tapi blio yang
> lebih lama dari keanggotaan anda dulu sering kok
> nulis atau posting artikel bagus.
> 
> Yang saya tahu, media massa itu ada yang cetak
> selain yang elektronik. Yang cetak misalnya koran,
> tabloid, majalah, dll. Yang elektronik itu, yang di
> radio dan di internet. Hidayatullah itu bukannya
> majalah? Seperti Kompas, Media Indonesia, Republika,
> Pikiran Rakyat, Femina, Nova, dll ada yang cetak dan
> ada yang versi "cyber"nya, Hidayatullah juga
> bukannya ada yang cetak dan "cyber"nya? Jika iya,
> masuk media massa juga dwonksss...:) Saya pakai
> pertanyaan ini karena saya bukan pembaca
> Hidayatullah cetak ataupun di internetnya, kecuali
> mungkin sebagian yang diposting teman-teman disini.
> Jadi kalau pak Satriyo memfwd artikel Hidayatullah,
> maka anda tidak meragukan kredibilitas media massa,
> padahal anda kan katanya ragu dengan media massa,
> atau anda hanya percaya Hidayatullah dan tidak
> percaya media massa lainnya?
> 
> Pak, yang dimasalahkan mba Rita bukan apakah artikel
> yang anda kirim itu dari Hidayatullah atau bukan,
> tapi jika H itu media massa maka anda juga mengirim
> artikel dari media massa..:)
> 
> Yang namanya kemewahan itu bukan dari segi nilai
> uang saja, tapi jika kita sibuk maka kita sulit
> untuk milisan, atau jika pekerjaan kita ke tempat
> dimana tidak ada akses internet maka milisan itu
> sesuatu yang mewah. Misalnya saya masuk ke pedalaman
> untuk satu pekerjaan, tidak ada akses internet, yang
> ada hanya hutan dan orang-orang dari suku terasing,
> internet atau milisan itu satu kemewahan. Indonesia
> itu kan bukan hanya Jakarta tuh pak yang dimana-mana
> gampang ngakses internet...:)
> 
> Waktu untuk hidup ini kan terbatas dan lurus tidak
> akan kembali lagi, tidak mungkin jika waktu yang ada
> hanya dihabiskan untuk milisan, mana untuk kegiatan
> lainnya? Bukankah Islam mengajarkan keseimbangan
> antara kegiatan untuk duniawi dan akhirat, untuk
> keluarga dan non keluarga, untuk beristirahat dan
> bekerja, untuk melakukan berbagai ibadah dan tidak
> untuk milisan saja? memangnya pak Satriyo lebih
> banyak menghabiskan waktu untuk milisan dibanding
> untuk bekerja, untuk mendidik anak, untuk membimbing
> istri, dll?...:)
> 
> salam
> Aisha
> ------------ 
> From : Satriyo
> Rita saja dulu kan rita yang fokus nya ke conter
> untuk saya ... ya? Lho saya kan nurut apa yang rita
> bilang bahwa yang saya forward itu adalah media
> massa, padahal yang saya tahu media massa bukan spt
> itu. Gimana dong? Coba lihat kutipan dari postingan
> anda, "Kalo Anda meragukan kredibilitas media massa,
> maka gugur jugalah kredibilitas 
> semua posting Anda yang BERUPA forward artikel media
> massa". Padahal saya tidak mengambil dari media
> massa manapun, tapi dari situs online. Entah ya
> mungkin saya katro jadi ga tau kalo situs online
> juga masuk media massa.
> 
> Nah karena asumsi saya bahwa anda memasukkan sumber
> dunia maya sebagai bentuk media massa maka wajar
> saya katakan "Nah karena menurut anda, yang saya
> forward dari milis lain itu masuk kategori 'media
> massa' maka apa yang anda sampaikan karena juga
> menggunakan jalur 'media massa' ya bagi saya tidak
> kredibel dan tidak perlu saya tanggapi ... hehehe"
> 
> Nah kalo soal Hidayatullah, yang jelas saja jadi gak
> salah paham. Tentu yang saya kutip saya cantumkan
> sumbernya tapi apakah berarti itu MURNI hasil
> reportasi situs Hidayatullah.com atau dari media
> lain? Coba teliti. Dan yang saya tegaskan adalah
> bahwa saya memforward tidak hanya dari satu situs
> itu. Banyak atau sebagian besar, ya itu relatif,
> apalagi jika memang asal berita itu dari media lain
> yang diberitakan juga oleh Hidayatullah.com. So what
> kalo memang itu dari Hidayatullah.com? You have any
> problem with that? Or i'm missing something here?
> 
> Hehehe ... saya katakan salam kenal, karena memang
> kita belum kenal kan? Kalo pun dulu itu anda bilang
> 'sering' ya belum tentu secara quality accountable
> kan? Yang jelas saya hanya kenal dengan mba Mei di
> sini, yang lain ya maya gitu ... apalagi tidak
> sedikit yang (meminjam ungkapan mba Mei) nda pd pake
> nama asli. Gimana mau dianggap kenal. Alhamdulillah
> kita pake nama asleee ... kan?
> 
> Menuduh? Wah ini tuduhan juga? hehehe ... Oh are we
> really talking? Look carefully ... ;-]
> 
> Yup saya setuju dengan kyai anda, hindari suuzon,
> yang juga termasuk menganggap orang lain suuzon ya
> namanya suuzon juga ... ;-]
> 
> Maaf ya saya tidak nuduh, paling menduga atau
> asumsi, dan itu lain dari menuduh. Anda juga kan?
> 
> Kemewahan? Ah kayaknya internet bukan hal mewah
> sekarang ini. Masalah kesempatan saja.
> 
> Eniwei, terima kasih menyempatkan diri mengomentari
> saya dan jeli dengan dukungan arsip dan data akurat,
> ... still, better luck next time nonetheless ...
> halahhh ... ga mau kalah terus ni. hehehe
> 
> satriyo
> PS: rita apa rta siy?
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Reply via email to