--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > DP: Saya belum membaca buku mereka, tetapi tantangan utama dari > beberapa gelintir muslim di Eropah menurut pengamatan pribadi saya > ialah ketidaksanggupan atau ketidakmauan mengadaptasikan diri dg > sistem hukum dan budaya yg berlaku di sana. Ada superiority complex > yg merasa bahwa status mereka berada di atas hukum sekuler. > > Akibatnya sering terjadi pelanggaran hukum tetapi mereka tidak sadar > atau tidak mau sadar itu pelanggaran hukum. Menurut mereka mereka > tidak melanggar hukum Allah, walaupun mereka melanggar HAM. Masa sih > HAM tidak sesuai dg hukum Allah yang maha besar? > rsa: Saya kira yang bapak maksud adalah membaca buku 'dia' bukan 'mereka' kan? Saya menulis buku2 Prof Ramadhan, dan tidak ada nama lain yang saya tulis. Gpp ... slip-of-the-finger-tips ... hehehe
eniwei, benar, saya kira sec umum gambaran dari pengamatan bapak sejalan dengan apa yang ditulis oleh prof Ramadhan. Ada satu buku beliau yang mungkin bisa bapak baca, To Be A European Muslim: A Study of Islamic Resources in the European Context, terbitan The Islamic Foundation, 1990/1420 H. Sangat membantu memahami fenomena Muslim di Eropah dan Muslim Eropan, setidaknya dari sudut pandang prof Ramadhan. > > DP: Ya tetapi pemahaman yg ada di masyarakat Islam masih terasa belum > tercerahkan. Inti pencerahan ialah pendekatan rasional dan > menempatkan manusia tidak lagi sebagai obyek tumbal agama. > > Ajaran Islam memang sering belum tercermin dalam perilaku muslim. > Jelas beda antara Islam dan muslim. Sebenarnya yg saya kritik itu > beberapa perilaku dari segelintir atau sekelompok muslim. Bukan suatu > tuduhan menyeluruh. Saya tidak terbiasa menuduh secara menyeluruh, > atau categorical accusation. > rsa: Pendekatan Rasional? Maksud bapak? Apakah tidak ada pendekatan Rasional selama ini yang bapak amati? Setidaknya upaya individu atau kelompok yang sempat bapak amati di dunia pd umumnya, dan di Indonesia sec khusus? Selama ini tidak Rasional? > > DP: Yg ada di Irlandia itu adalah peninggalan religious tribalism, > tapi ini kan diperangi secara formal oleh baik pemerintah Irlandia > maupun pemerintah Inggris karena melanggar hukum. Mayoritas warga > Eropah sudah tidak lagi menganut tribalisme ini. Yg ada football > tribalism... he he ... yg saya juga anut sbg penggemar Arsenal. > > Bedanya religious tribalism dalam Islam itu dianggap sesuai dg hukum > Islam sedangkan di Eropa dianggap melanggar hukum negara. > > Penyikapannya jelas berbeda. > rsa: lho kalo yang namanya peninggalan kan berarti sudah tidak ada. Artinya, kalopun ada tapi tidak berwujud. Spt peninggalan majapahit. Yang ada ya yang pernah berpengaruh, spt candi, tapi tidak lagi berpengaruh. Sedangkan di Irlandia, atau seteru (religious tribalism, kalo istilah bapak) di manapun antara Kat-Prot itu masih ada. Apakah seteru antar agama masuk religious tribalism? Kalo ya tentu masih banyak fenomena ini sekarang ini, sehingga praktis bukan hanya sebatas islam/muslim saja. Coba bapak jelaskan yang bapak maksud dengan 'religious tribalism' agar saya tidak salah paham/mengerti ... ;-] > > DP: Sekali lagi saya tidak menganut religious tribalism, bagi saya yg > terpenting ialah warganegara Republik Indonesia dulu. Baru yg lain. > Tanggung jawab saya yg pertama ialah kepada bangsa dan negara sendiri > baru orang lain. > > Perilaku aneh oleh muslim di Eropah itu enggak usah kita tiru. Kita > tidak perlu mengucilkan diri, sebab Cina dan India yg mulai membuka > diri mengalami kemajuan yg dahsyat. > rsa: Masak sih ukhuwah bisa bapak samakan dengan religous tribalism (sambil menunggu penjelasan bapak untuk istilah ini)? Kan hadis Rasul itu tidak lain adalah ajakan untuk menjunjung ukhuwah, juga spt di QS 48:29? Justru upaya musuh islam adalah memecah belah ummat ini sehingga terkotak-kotak dalam batas negara dan makin mudah di devide- et-impera, menurut saya. Bukan berarti HARAM konsep negara, tapi ketika masuk unsur ashabiyah, mementingkan kelompok/suku/keturunan, tentu hanya mengulang peristiwa hampir seterunya kaum anshar dan muhajirin. Sayang saja upaya rasul memberangus perbedaan yang insignifikan ini sekarang seolah sia-sia. Lebih membela bendara dan negara dari aqidah dan ukhuwah. Soal membuka diri, tidak semua hal asing itu perlu disikapi terbuka. Kita tetap harus selektif kan? Nah yang bapak maksud "mengalami kemajuan yg dahsyat" itu bagaimana? Dalam islam, maju itu tidak mesti identik dengan 'teknologi' tapi 'kosong ruhani'. Maaf, tapi di benak saya, India dan Cina itu tidak melulu maju karena terbuka, mengingat mereka adalah negeri2 yang mewarisi world's most ancient civilisation, bahkan warisan mereka itu masih ada hingga sekarang. Justru barat-lah yang karena 'terbuka' dan 'rakus' sekligus, maka sekarang bisa "mengalami kemajuan yg dahsyat" ... > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> > > wrote: > > > > > > Saya tinggal di Inggris. Dan saya menyaksikan PERILAKU dan > > PEMAHAMAN > > > saudara2 muslim sering menyedihkan di sana. > > > > > > Yg saya kritik ialah mereka yg zalim, bathil dan jahil (ignorant) > > > supaya kita jangan meniru mereka atau menjauhkan diri dari mereka. > > > > > > Saya juga lugas thd sesama muslim yg mengatasnamakan agama bagi > > > kepentingan pribadi diri dan kelompoknya. > > > > > > Mengenai varian2 dari agama saya sih tidak mempersoalkan namanya > > juga > > > manusia pasti mencari terus. Mengapa perbedaan itu memberi hak > > orang > > > utk menghakimi orang lain? > > > > > > Terasa sekali bahwa ISLAM masa kini belum tercerahkan > > (enlightened). > > > Religious tribalism spt ini pernah dialami oleh agama Kristen, > > > sehingga terjadi perang antara Katolik-Protestan. Kita berdiskusi > > ini > > > supaya segera keluar dari tribalisme yg tidak bermaslahat ini. > > > > > > Salah satu inti dari pencerahan ialah hak praduga tak bersalah dan > > hak > > > diadili dalam peradilan yg kompeten. Tampaknya konsep ini benar2 > > > absen dalam pemahaman Islam di Indonesia. > > > >