--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> > wrote: > rsa: > Saya kira yang bapak maksud adalah membaca buku 'dia' bukan 'mereka' > kan? Saya menulis buku2 Prof Ramadhan, dan tidak ada nama lain yang > saya tulis. Gpp ... slip-of-the-finger-tips ... hehehe > > eniwei, benar, saya kira sec umum gambaran dari pengamatan bapak > sejalan dengan apa yang ditulis oleh prof Ramadhan. Ada satu buku > beliau yang mungkin bisa bapak baca, To Be A European Muslim: A Study > of Islamic Resources in the European Context, terbitan The Islamic > Foundation, 1990/1420 H. Sangat membantu memahami fenomena Muslim di > Eropah dan Muslim Eropan, setidaknya dari sudut pandang prof Ramadhan.
DP: Sebenarnya tantangan muslim di Indonesia beda dg imigran di Eropah, tetapi mungkin ada hikmahnya dipelajari supaya lebih mengglobal wawasan kita. Tantangan kita yg terutama ialah pendidikan yg baik dan yg dapat bersaing di arena global. Di Eropah imigran muslim tinggal masuk sekolah demikian, di Indonesia sekolah spt itu masih privilege orang kaya. > > > rsa: > Pendekatan Rasional? Maksud bapak? Apakah tidak ada pendekatan > Rasional selama ini yang bapak amati? Setidaknya upaya individu atau > kelompok yang sempat bapak amati di dunia pd umumnya, dan di > Indonesia sec khusus? Selama ini tidak Rasional? DP: Contohnya ketidakrasional umat Islam di Indonesia itu kan banyak sekali. Misalnya tidak memecahkan permasalahan dg terstruktur dan logis, terlalu mengutamakan wahyu dari akal, lemahnya sistem pendidikan, rapuhnya sistem hukum, terlalu banyak mengandalkan doa utk memecahkan permasalahan, lekas naik darah atas ketersinggungan sentimen agama, tidak investment-minded, dsb, dsb. > > > rsa: > lho kalo yang namanya peninggalan kan berarti sudah tidak ada. > Artinya, kalopun ada tapi tidak berwujud. Spt peninggalan majapahit. > Yang ada ya yang pernah berpengaruh, spt candi, tapi tidak lagi > berpengaruh. Sedangkan di Irlandia, atau seteru (religious tribalism, > kalo istilah bapak) di manapun antara Kat-Prot itu masih ada. Apakah > seteru antar agama masuk religious tribalism? Kalo ya tentu masih > banyak fenomena ini sekarang ini, sehingga praktis bukan hanya > sebatas islam/muslim saja. DP: Peninggalan dalam arti kata prevailing, masih ada ... Tribalism itu kan kesukuan, suatu konsep kelompok yg sederhana. Kesukuan berdasarkan agama, kira2 begitulah religious tribalism. Kalau kita lihat masyarakat kesukuan spt di Papua kan sering perang suku tanpa adanya alasan yg jelas, sering demi membela kebanggaan kesukuan dsb. Biasanya juga sistem hukumnya masih basic, belum terstruktur, belum canggih. Sering saya lihat ada kecenderungan demikian dari beberapa kelompok umat Islam. Sebenarnya budaya Arab jaman RasuluLah itu masih kesukuan tetapi kemudian menjadi khilafah atau kerajaan. Pada saat jadi kerajaan ada sistem yg lebih teratur, contoh di Spanyol. > Coba bapak jelaskan yang bapak maksud dengan 'religious tribalism' > agar saya tidak salah paham/mengerti ... ;-] > > > > DP: Sekali lagi saya tidak menganut religious tribalism, bagi saya > yg > > terpenting ialah warganegara Republik Indonesia dulu. Baru yg > lain. > > Tanggung jawab saya yg pertama ialah kepada bangsa dan negara > sendiri > > baru orang lain. > > > > Perilaku aneh oleh muslim di Eropah itu enggak usah kita tiru. Kita > > tidak perlu mengucilkan diri, sebab Cina dan India yg mulai membuka > > diri mengalami kemajuan yg dahsyat. > > > rsa: > Masak sih ukhuwah bisa bapak samakan dengan religous tribalism > (sambil menunggu penjelasan bapak untuk istilah ini)? Kan hadis Rasul > itu tidak lain adalah ajakan untuk menjunjung ukhuwah, juga spt di QS > 48:29? Justru upaya musuh islam adalah memecah belah ummat ini > sehingga terkotak-kotak dalam batas negara dan makin mudah di devide- > et-impera, menurut saya. Bukan berarti HARAM konsep negara, tapi > ketika masuk unsur ashabiyah, mementingkan kelompok/suku/keturunan, > tentu hanya mengulang peristiwa hampir seterunya kaum anshar dan > muhajirin. Sayang saja upaya rasul memberangus perbedaan yang > insignifikan ini sekarang seolah sia-sia. Lebih membela bendara dan > negara dari aqidah dan ukhuwah. DP: Tantangan masa kini bukan hal ukhuwah saya rasa. Itu tantangan masa lampau. Tantangan sekarang lebih kepada kesejahteraan, pendidikan dan pemeliharaan lingkungan. Ukhuwah itu adalah konsep kebersatuan sebelum ada konsep nation-state. Konsep yg longgar karena tidak ada ikatan definitif, lain spt warganegara, ikatan hukumnya lebih definitif. > Soal membuka diri, tidak semua hal asing itu perlu disikapi terbuka. > Kita tetap harus selektif kan? Nah yang bapak maksud "mengalami > kemajuan yg dahsyat" itu bagaimana? Dalam islam, maju itu tidak mesti > identik dengan 'teknologi' tapi 'kosong ruhani'. Maaf, tapi di benak > saya, India dan Cina itu tidak melulu maju karena terbuka, mengingat > mereka adalah negeri2 yang mewarisi world's most ancient > civilisation, bahkan warisan mereka itu masih ada hingga sekarang. > Justru barat-lah yang karena 'terbuka' dan 'rakus' sekligus, maka > sekarang bisa "mengalami kemajuan yg dahsyat" ... DP: Sebenarnya India dan Cina itu pembuat polusi terbesar. Kemajuan peradaban Arab ialah karena mereka sangat membuka diri. Indonesia cenderung utk selalu menutup diri.