salam mbak Lina,

salam semuanya.
ikut nimbrung nih...

1. Sebetulnya dalam konteks tabayun, cek dan ricek, diskusi antara 
Anda dengan Bung Suryawan ini baik. Artinya mbak Lina ingin tahu apa 
itu Ahmadiyah dari orang pertama (bukan dari katanya orang ketiga) 
sedangkan Bung Suryawan bisa memperkuat keyakinannya dengan 
menerangkan ke orang lain ttg. Ahmadiyah.

2. Persoalannya, diskusinya berkembang menjadi tidak sehat karena 
mbak Lina ngotot ingin bilang Ahmadiyah itu ABSOLUT salah, bahkan 
sampai menghujat. Ini tidak sehat.

Jika mbak Lina hanya bilang TIDAK SETUJU, tentu saja itu hal biasa 
saja. Lha wong kalo setuju kan mbak Lina pasti jadi Ahmadiyah, bukan?
;-)

3. Inti dari diskusi ini kan sebetulnya kan agar semua saling 
memahami. mbak Lina jadi paham kenapa di Ahmadiyah, MGA dianggap Nabi 
(dengan segala macam attributnya), Bung Suryawan juga bisa melihat 
kenapa mbak Lina nggak setuju. Dan di situ sudah cukup sebetulnya, 
tidak perlu sampai harus menghujat segala macam.
 
4. Persoalan mbak Lina bilang "MGA sombong" itu sih berlebihan dan 
tidak perlu. Buya HAMKA, KH. Ahmad Dahlan dll. tidak mengaku Nabi 
kerena memang beliau tidak merasa jadi Nabi. 

Dan pengakuan itu bukan alasan untuk bilang beliau itu sombong. Bagi 
orang Nasrani, Rasulullah juga Nabi palsu. Bagi suku Quraisy, 
Rasulullah juga orang gila.

Masak sih kita ikut-ikutan orang-orang itu?
Ketidaksetujuan kita kan cukup ditampilkan dengan kita tidak ikut 
menganut kepercayaan itu bukan?
Bukankah kepada yang jelas-jelas berbeda, spt. temen-temen yang 
Nasrani saja kita diharuskan untuk tidak menghujat bukan?

-------------------

Problem akutnya, ada orang-orang yang memang HAUS DARAH yang 
makanannya adalah konflik sesama seperti ini. ;-(
Alih-alih mendinginkan suasana tapi malah "tumbak cucu'an", 
bagai musuh dalam selimut dalam komunitas muslim.
Semoga kita dijauhi dari yang demikian.
Na'udzubillah.

Diskusi ini seperti bensin bagi "orang-orang yang tambun dan rabun 
cara berfikirnya dan konon belum pernah belajar fikih (CMIIW)" itu 
untuk memuaskan hawa nafsu dalam dirinya. Bagi mereka menganiaya dan 
menzalimi Ahmadiyah, mengusir dan lain-lain itu biasa saja dan HALAL.

Bahkan sangking kalapnya, 
membedakan antara membela orang teraniaya dengan menyetujui 
kepercayaan orang yang teraniaya itu saja tidak sanggup.

"Poko'e gue yang paling bener...
nggak ikut gue...pasti salah"

Sungguh kesesatan yang nyata.

salam
Ary

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hal ini pula yang membuat saya berpendapat, orang semacam MGA itu 
> sombong. Untungnya KHA Dahlan, KH Hasyim Asyhari tidak sombong 
> mengklaim dirinya nabi, Sebab (1), kalau demikian mereka akan 
musnah 
> (nama baik mereka akan musnah)..begitu kata faham ahli sunnah. 
Sebab 
> (2). Kalau demikian saya bisa ngaku cucunya nabi ...:-)))
> 
> "Baru dapet pangsit kok ngaku dapet wangsit"..:-)
> 
> PENDAPAT KITA
> ^^^^^^^^^^^^^
>  
> Haruslah   kita   selidiki   bagaimana   besarnya   pengaruh
> kepercayaan  kaum  Syiah,  terutama  di  Iran  dan  juga  di
> Hidustan.  Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib,  Imam  Mahdi
> akan  datang  kembali  dan  Nabi Isa akan turun, dan Isa dan
> Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam  di
> kalangan   Syiah,   sehingga   menjadi   salah   satu  rukun
> kepercayaan yang tidak dapat  dipisahkan  lagi  dari  agama.
> Kadang-kadang    Ahli   Sunnah-pun   turut   juga   menerima
> kepercayaan ini, walupun tidak  menjadi  dasar  benar-benar.
> Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan
> kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi.  Maka tidaklah  kita  heran,
> kalu  dari  kedua  negeri  inilah  timbul  orang-orang  yang
> mendakwakan dirinya  nabi,  atau  rasul,  atau  Mahdi,  atau
> Al-Bab  (pintu),  atau  Imam  yang  Ghaib telah datang, atau
> didakwakan oleh muridnya.
>  
> Kita tetap memegang pendirian  Ahli  Sunnah,  bahwa  sesudah
> Muhammad  tidak  akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah
> habis.  kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah  yang
> akan kita  tetapkan?   Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza
> Ali Muhammad (Al-Bab),  atau  Bahaullah?    Atau  kita  akui
> semuanya,  padahal  diantara satu sama lain berlawanan pula.
> Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang  lain  yang
> akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti.
>  
> Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka
> dia membawa syariat  baru,  tidak  bolehkah  Mahatma  Gandhi
> dikatakan pula  nabi?  Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang
> juga menyerukan perdamaian dunia.
>  
> Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan  yang  sama  untuk
> menolak  pendirian  umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala
> Nabi," dengan ayat  "Khataman  Nabiyyin."    Menurut  qiraat
> (bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim."
> Tetapi artinya adalah "Khatim."  Khatam artinya cincin,  dan
> Khatim artinya penutup.
>  
> Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi.  Kalau
> sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi  Muhammad
> itu  tidak  nabi  lagi,  hanyalah  cincin  perhiasan  segala
> nabi-nabi.  Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin
> itu sendiri.
>  
> Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa
> tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata
> dengan hambanya.    Tidaklah  akan  putus sampai hari kiamat
> orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya.  Tidaklah
> akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat.
>  
> Tentang itu  Ahli  Sunnah-pun  mengakui  juga.   Di kalangan
> sahabat Nabi, ketika  Nabi  masih  hidup  terdapatlah  orang
> istimewa yang demikian.    Yaitu Umar bin Khattab.  Sehingga
> Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya  jika  ada  nabi
> sesudahku, niscaya Umarlah orang itu.  Tetapi tidak ada lagi
> nabi sesudahku.
>  
> Mengapa tidak?   Nabi  Muhammad  sendiri  menjelaskan  bahwa
> "Ulama-ulama  umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi
> Bani Israil."  Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas,
> maka  seluruh  ulama  yang berjasa membangun Islam, patutlah
> disebut nabi.   Imam  Al-Ghazali,  Imam  ul  Haramain,  Ibnu
> Taimiyah,  dan  muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu
> Abdil Wahhab,  dan  Said  Jamaluddin  Al-Afghani,  dan  Syeh
> Muhammad  Abduh  dan  Said  Rasyid  Ridha,  patutlah disebut
> sebagai nabi.    Karena  mereka  dalam  sifat   keulamaannya
> samalah jasanya  dengan  nabi-nabi  Bani  Israil.  Dan orang
> Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama  patutlah  menyebut
> kyai  besarnya  Hasyim  Ashari  sebagai  nabi, sebab jasanya
> besar pula.  Demikian pula  Muhammadiyah  dengan  Kyai  H.A.
> Dahlannya.
>  
> Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan
> wahyu Illahi.  Karena mereka berfaham Ahli Sunnah,  tidaklah
> mereka berani  mengatakan  dirinya  nabi.   Dan kalau mereka
> mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka.
>  
> Kalimat wahyu suci yang diberikan  Tuhan,  oleh  faham  Ahli
> Sunnah    telah    ditentukan    buat    rasul   dan   nabi.
> Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif
> atau ilham,  atau  mimpi  yang  benar, atau mahaddas.  Kalau
> wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu
> benar juga  dari  segi  lain.    Lebah  menurut  Sabda Tuhan
> didalam Quran, mendapat wahyu  untuk  membuat  sarangnya  di
> bukit dan  di bubungan rumah.  Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan
> supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil.   Dan
> lebah  bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus
> dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di  bukit
> dan di bubungan rumah.  Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi.
> 
> **** 
> ...
> 
> Oleh sebab itu, maka pendakwaan  orang-orang  seperti  Mirza
> Ghulam  Ahmad  dan  Bahaullah,  bahwa merekalah Isa Al-Masih
> yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai.  Kita memandang
> mereka  itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang
> lain juga.    Sebelum  merekapun  telah  ada  juga  pendakwa
> kenabian itu.    Menggelegak  menggejala  setahun dua tahun,
> taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi.    Dan
> kelak akan  begitu  pula.    Bukan saja yang seperti ini ada
> dalam Islam, juga ada dalam  agama  Kristen.    Bahkan  kaum
> theosofi  pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih
> yang ditunggu-tunggu itu.
>  
> Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan  atas  kebenaran
> seruan  mereka,  ialah  karena  kian  lama faham mereka kian
> tersiar, terutama di benua Eropa dan  Amerika.    Ini  bukan
> alasan!   Sebab  kehausan  manusia  di  kedua benua itu akan
> tuntunan  rohani,  setelah  terlalu  tenggelam  dalam  hidup
> kebendaan,  menyebabkan  ada diantara mereka yang lekas saja
> menerima suatu propaganda  baru.    Bukan  faham  Bahai  dan
> Ahmadi   saja  yang  mereka  terima,  gerakan  yang  lainpun
> mendapat pasaran subur juga disana.   Di  Jerman  telah  ada
> pula  penganut  faham  Buddha  dan  mempunyai biara sendiri.
> Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat  penganut  juga.
> Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai
> gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA,  telah
> mendapat pengikut  pula.   Demikian pula seorang kulit hitam
> di Pennsylvania (Philadelphia)  mengaku  dirinya  Tuhan  dan
> memakai  nama  Father Divine, tidak pula kurang penganut dan
> pengikutnya.
>  
> Di  Amerika  muncul  tidak   kurang   200   sekte   Kristen.
> Masing-masing  mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian
> besar dan melebihi yang lain.
>  
> ... 
> 
> Adapun  kaum  Ahmadi  dan usahanya melebarkan Islam ke benua
> Eropa dan Amerika, dengan  dasar  ajaran  mereka,  faedahnya
> bagi Islam  ada  juga.    Mereka  menafsirkan  Quran kedalam
> bahasa-bahasa yang ada di Eropa.  Padahal di jaman 100 tahun
> yang  lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan
> Quran.  Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah  itu
> membangkitkan   minat   bagi   golongan   yang  menginginkan
> kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk  memperdalam
> selidiknya tentang  Islam.    Orang  sekarang  telah  pandai
> menimbang.  Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga.    Yang
> baik   mereka   terima   dan  kepercayaan  tetang  kenabian,
> kerasulan,  kemahdian,  ke-Al-Masih-an  Mirza  Ghulam  Ahmad
> mereka singkirkan  ketepi.  Dan tafsir-tafsir karangan ulama
> Islam sendiripun telah muncul,  yang  isinya  jauh  melebihi
> tafsir Ahmadi.    Kelebihan  tafsir  Ahmadi  hanyalah karena
> ditulis dalam bahasa Barat,  menarik  hati  kaum  terpelajar
> cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab.
>  
> Di  Indonesia  sendiri,  ketika  gerakan-gerakan  ini  mulai
> masuk, agak ribut juga orang menerimanya.    Apalagi  mereka
> suka  berdebat-debat  sebagai  alat propaganda untuk menarik
> perhatian.   Dalam  pada  itu  maka  pengertian  kaum  Islam
> tentang  agama  bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah
> timbul lebih banyak daripada dahulu.  Kian  lama  kian  sepi
> gerakan mereka.    Yang  dapat tertarik hanyalah orang-orang
> yang belum ada pengertiannya tentang Islam.  Setinggi-tinggi
> usaha mereka  adalah  memelihara  pengikut-pengikutnya.   Di
> Tempat  yang  kuat  Islamnya,  seperti  di  Padang  Panjang,
> terpaksa   pengikut-pengikutnya   itu  meninggalkan  kampung
> halaman,  dan  pindah  ke  kota   Jakarta,   sebab   "bebas"
> mengerjakan kepercayaannya.   Sikap merekapun telah berubah!
> Jika semula pada waktu pertama  kali  mereka  suka  mengajak
> berdebat,  diakhir-akhir  ini  mereka  mengambil sikap hanya
> mempertahankan diri jika datang serangan.    Tandanya  bahwa
> pasaran mereka telah mulai sepi.
>  
> Adapun  kalau  ada  tambahan  pengikut  mereka, tidaklah hal
> demikian mengherankan kita di  Indonesia  ini.    Buka  saja
> Ahmadiyah, Bahai-pun  telah  ada  pengikutnya disini.  Bukan
> saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun  ada
> juga tambahan  penganutnya  disini.  Bahkan orang yang masuk
> komunis-pun ada.  Sebabnya adalah karena Islam di  Indonesia
> pada  jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan.
> Baik politik, atau ekonomi  atau  kejahilan  tentang  ajaran
> agama Islam sebenarnya.
>  
> Semuanya  ini  adalah  cemeti  untuk membangkitkan beransang
> kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya
> bangkit  dan  berusaha  menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih
> giat daripada yang sudah-sudah.
>  
> Alhasil, Muhammad adalah  penutup  dari  segala  rasul,  dan
> bukanlah dia  mata-cincin  dari  segala  rasul.  Sesudah dia
> tidak ada nabi lagi,  baik  nabi  yang  menasikhkan  syariat
> Muhammad,  ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad.
> Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam
> yang   telah   dibawa   berturut-turut  oleh  nabi-nabi  dan
> rasul-rasul sebelum dia.  Beliau bersabda:
>  
> "Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan  nabi-nabi  yang
> sebelum   aku,  adalah  seumpama  seseorang  yang  membangun
> bangunan-bangunan.  Diperindahnya dan  diperbagusnya  binaan
> itu,  kecuali  (ketinggalan)  suatu  batu  tembok pada sudut
> daripada sudut-sudutnya itu.  Maka manusiapun berkelilinglah
> dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah
> baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang  ini.'  Maka
> akulah   batu   tembok   itu,   dan  akulah  penutup  segala
> nabi-nabi."
>  
> Maka  kalau  ada  orang  mendakwakan  dirinya  nabi  sesudah
> Muhammad, niscaya  bohonglah  pendakwaannya itu.  Dan barang
> siapa   yang   mempercayai   akan   dakwaan    orang    itu,
> mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad.  Sebab itu maka
> tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad).
>  
> Sesungguhnya demikian,  sebagai  Ummat  Islam  yang  mengaku
> adanya  keluasan  dada  (tasamuh),  kita  akan  bergaul juga
> dengan  mereka  sebaik-baiknya,  sebagaimana  kita   bergaul
> dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi.
>  
> Apalagi  Nabi  Muhammad  saw. telah pula memeberi peringatan
> bagi kita bahwa  sesuadh  beliau  wafat  akan  datang  orang
> mendakwakan dirinya  nabi atau rasul.  Padahal mereka adalah
> pembohong.  Nabi bersabda:
>  
> "Akan ada pada akhir  kemudian  ummatku  orang-orang  dajjal
> pembohong.   Membicarakan  kepada  kamu perkara-perkara yang
> belum pernah kamu dengar, dan  tidak  pula  pernah  didengar
> oleh nenek-moyangmu.      Maka   berawas-awaslah   kamu  dan
> berawas-awaslah mereka.  Janganlah sampai mereka menyesatkan
> kamu dan jangan memfitnahi kamu."
>  
> Dan sabda beliau pula:
>  
> "Sesungguhnya   akan   ada   pada  ummatku  tigapuluh  orang
> pembohong!  Semuanya mengaku bahwa  dirinya  Nabi.    Akulah
> penutup segala nabi.   Tidak ada nabi sesudah aku.  Dan akan
> senantiasalah   segolongan   dari   ummatku   tegak   diatas
> kebenaran.   Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun
> yang menentang mereka, sehingga datanglah  ketentuan  Allah,
> dan mereka tetap saja demikian."
>  
> Cukuplah  wahyu  dengan  turunnya penutup segala kitab suci,
> yaitu Al-Quran.    Bereslah  risalat  dan  nubuwwat   dengan
> datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw.
>  
> Dengan  kepercayaan  yang  demikianlah  hidup  kita dan mati
> kita.
>  
>                         *    *    *
>  
> Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu  pengetahuan
> yang  didapat  oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia
> yang masih tersembunyi masih lebih  banyak.    Rahasia  yang
> menjadi   rahasia  dari  segala  rahasia  adalah  lingkungan
> "ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi  tak  dapat
> dicapai  oleh  pancaindera  atau  oleh akal sekalipun dimana
> letaknya.
>  
> Kita akui,  memang  kadang-kadang  kecerdasan  berfikir  dan
> berakal  mendapat  kesimpulan  tentang  adanya, tetapi hanya
> sebagian kecil dari rahasianya.  Sebagaimana Aristoteles dan
> beberapa  filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan
> filsafat, akhirnya  bertemu  dengan  keyakinan  akan  adanya
> Tuhan.  Tetapi  itu hanya sebagian kecil saja.  Lebih banyak
> yang tidak dapat kita ketahui.  Maka datanglah nabi-nabi dan
> rasul-rasul,   dan  penutup  dari  segala  nabi  dan  rasul,
> bercakap  dengan  wahyu,  menerima  "kalimat"   dari   Allah
> sendiri.   Maka  dengan  tuntunan  beliau hilanglah keraguan
> kita dan teranglah bagi kita  jalan  kesana,  sesudah  payah
> meraba-raba dan  mencari-cari.    Maka  pikiran  yang beliau
> berikan dan cita yang beliau  tanamkan  dihati  kita  adalah
> pikiran  dan  cita  yang  sempurna, yang diwaktu hidup dapat
> kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang.
>  
> Maka percayalah  kita  kepadanya  dan  kita  turutlah  garis
> langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk
> keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ...
> 
> ***
> 
> Demikian Hamka.
> 
> Wassalam,
>


Kirim email ke