--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
> <ary.setijadi@> wrote:
> >
> > salam mbak Lina,
> > 
> > salam semuanya.
> > ikut nimbrung nih...
> 
> Lina: Wa'alaikumussalam wr wb...
> > 
> > 1. Sebetulnya dalam konteks tabayun, cek dan ricek, diskusi 
antara 
> > Anda dengan Bung Suryawan ini baik. Artinya mbak Lina ingin tahu 
> apa 
> > itu Ahmadiyah dari orang pertama (bukan dari katanya orang 
ketiga) 
> > sedangkan Bung Suryawan bisa memperkuat keyakinannya dengan 
> > menerangkan ke orang lain ttg. Ahmadiyah.
> > 
> > 2. Persoalannya, diskusinya berkembang menjadi tidak sehat karena 
> > mbak Lina ngotot ingin bilang Ahmadiyah itu ABSOLUT salah, bahkan 
> > sampai menghujat. Ini tidak sehat.
> 
> Lina: Kalimat mana yang mengesankan saya mengABSOLUT salah kan 
> Ahmadiyah?
> 
> Saya ingin mengatakan bahwa pada "faham kemahdian Ahmadiyah" itu 
> yang "absolut salah" bukan "Ahmadiyah" dan "ABSOLUT salah". Jadi, 
> itu konteksnya. 
> 
> Saya bisa mengabsolut-salahkan faham kemahdian Ahmadiyah karena ada 
> hal pencetus yang memang harus dikatakan absolut salah. Sedang Mas 
> MS ini tidak bisa mengabsolut salahkan dan menghujat Muhammad SAW.
> > 
> > Jika mbak Lina hanya bilang TIDAK SETUJU, tentu saja itu hal 
biasa 
> > saja. Lha wong kalo setuju kan mbak Lina pasti jadi Ahmadiyah, 
> bukan?
> > ;-)
> 
> Lina: Salah satu hal yang membuat Syiah, Bahai dan juga terutama 
> Ahmadiyah (dalam hal ini) dengan Islam lainnya adalah pada hal 
faham 
> kemahdian.  Jadi, hal ini yang saya soroti. Buat saya, faham 
> kemahdian Ahmadiyah ini salah or "absolut salah" oleh karena itu 
> saya tidak setuju dan tidak menjadi Ahmadiers. 
> 

Ya itu.

Anda boleh saja "nggak setuju" tapi MEMAKSA orang lain supaya juga 
bilang "salah" alias "absolut salah" itu kan nggak bener, apalagi 
sampai menghujat.

Ini sih sudah jelas salah niat dari mbak Lina.
Emang mbak Lina merasa bisa meresolve apa-apa yang sudah terjadi 
puluhan dan ratusan tahun seperti dalam "perbedaan antara Syiah, 
Bahai dan Ahmadiyah dengan Islam yang lain"?

Lha wong tokoh-tokoh yang lebih kompeten dari mbak Lina saja nggak 
bisa "meunifikasi" Syiah, Bahai dan Ahmadiyah, kok mbak Lina bernafsu 
seperti itu?

Anda boleh nggak setuju, boleh bilang nggak setuju, tapi nggak perlu 
menghujat.

> > 
> > 3. Inti dari diskusi ini kan sebetulnya kan agar semua saling 
> > memahami. mbak Lina jadi paham kenapa di Ahmadiyah, MGA dianggap 
> Nabi > (dengan segala macam attributnya), Bung Suryawan juga bisa 
> melihat > kenapa mbak Lina nggak setuju. Dan di situ sudah cukup 
> sebetulnya,> tidak perlu sampai harus menghujat segala macam.
> >  
> > 4. Persoalan mbak Lina bilang "MGA sombong" itu sih berlebihan 
dan 
> > tidak perlu. Buya HAMKA, KH. Ahmad Dahlan dll. tidak mengaku Nabi 
> > kerena memang beliau tidak merasa jadi Nabi. 
> > 
> > Dan pengakuan itu bukan alasan untuk bilang beliau itu sombong. 
> Bagi > orang Nasrani, Rasulullah juga Nabi palsu. Bagi suku 
Quraisy, 
> > Rasulullah juga orang gila.
> 
> Lina: Habis, gimana dong kalo menurut saya memang MGA itu somse? 
> Buat MGA memang dia tidak merasa sombong. Menurutnya dia berhak 
> berbuat begitu. Buat saya, orang yang mengaku yang bukan pada 
> haknya, hakekatnya, dan tempatnya yak sombong. Misalnya juga 
seperti 
> Firaun mengatakan bhw dia tuhan, buat saya Firaun itu sombong. Juga 
> buat Ateis or mazhab lain yang tidak mengakui adanya Tuhan dan 
semua 
> rizki yang mereka dapatkan atas hasil usaha mereka sendiri saja, 
> saya mengatakan mereka itu sombong. Saya pernah juga sombong, ngaku 
> cakep padahal jelek...:-)
> 

Lha mbak Lina,
kalo mbak Lina termasuk orang nggak percaya kerasulan Muhammad saw, 
kan berarti Muhammad itu somse ;-) 
Apa bukti kerasulan Rasulullah yang definitif kecuali keimanan kita 
bukan?

Begitu juga "kenabian" MGA, bagi Ahmadiers...itu faith.


> Bagi orang Nasrani dan Kafir Quraisy itu pembahasan diluar jalur or 
> konteks Islam. Mereka berhak ngomong apa saja ttg orang Islam yang 
> mereka tidak seiman. Saya tidak marah Muhammad SAW dibilang apa 
> saja. Hanya kasihan saja kepada mereka yang mengucapkan hal tsb. 

Nah kalo mbak Lina bisa kasihan sama yang menghujat Rasul, 
kenapa mbak Lina harus marah sama orang yang me-nabikan orang lain?


> > 
> > Masak sih kita ikut-ikutan orang-orang itu?
> > Ketidaksetujuan kita kan cukup ditampilkan dengan kita tidak ikut 
> > menganut kepercayaan itu bukan?
> > Bukankah kepada yang jelas-jelas berbeda, spt. temen-temen yang 
> > Nasrani saja kita diharuskan untuk tidak menghujat bukan?
> 
> Lina: 
> Dalam diskusikan diperlukan alasan mengapa saya tidak menganut 
> kepercayaan faham kemahdian Ahmadiyah itu. Salah satunya 
kesombongan 
> pencetus Ahmadiyahnya. Andai saja, kesan saya kepada Muhammad SAW 
> adalah sombong (setelah membaca AlQur'an, Hadist, dan siroh 
> nabi)...boleh jadi, saya tidak akan menganut Islam. Skrg ini, Saya 
> menganut ajaran Muhammadiyah, saya menganut ajaran NU, dan ada juga 
> yang saya anut dari Ahmadiyah sbg gerakan keagamaan tapi bukan 
faham 
> kemahdiannya. 
>

Lha memang begitu, kita tidak setuju dengan klaim MGA TITIK.
Nggak ada hubungannya dengan dia sombong atau tidak menurut kita. 

Bandingkan klaim kenabian Muhammad dengan klaim kenabian MGA.
Selain dari mukjizat kenabian yang kita imani, 
sesungguhnya klaimnya sama dan mirip.

Semua Nabi itu mengklaim diri sebagai Nabi.
 
> Aaah ya...saya jadi teringat sesuatu hal yang saya mau katakan 
lagi. 
> Kita ini harus terbiasa dengan dihujat, dikafiri, .. karena 
akhirnya 
> kita sendiri akan membuat definisi apa 
> itu 'wahyu', 'kafir', 'nabi', 'sombong'. Karena MGApun menghujat 
> kafir bagi orang yang tidak sepaham dengan faham kemahdian beliau 
> karena tidak percaya AlQur'an dan Hadist tafsir mereka. BEgitu juga 
> Syiah dan yang lainnya. Jadi, biarkan saja...orang menghujat kafir 
> or apapun selama bukan Allah yang menghujat..:-) Jadi, gak usah 
> khawatirlah kalo dihujat manusia. Gak ada pengaruhnya, kok! bg 
> manusia. Ini kalo memandang dari faham materialis. Tapi kalau 
> memandang dari tasawuf, akan beda...:-))
> 
> Jadi, tempatkan saja menghujat itu dalam proses tabayyun...:-). Gak 
> usah menjadikan kata 'menghujat' 'mengkafirkan' suatu yang serem, 
> sehingga membuat kita emosional. Gak usah dimasukkan ke hati.
> 

;-))

Ya silahkan jika mbak Lina merasa itu lebih dekat kepada Kebenaran.
Tapi tolong berikan satu contoh dimana cara seperti itu menuju ke 
kebaikan. 

salam
Ary


Kirim email ke