Mas Ase :

  Dan pengakuan itu bukan alasan untuk bilang beliau itu sombong. Bagi 
orang Nasrani, Rasulullah juga Nabi palsu. Bagi suku Quraisy, 
Rasulullah juga orang gila.
------------------------------------
   
  Janiki serba penasaran 
   
  Nah itu pendapatnya mas ase atau pendapat Nabi Isa ?, kalau itu merupakan 
pendapat mas Ase maka tolong dong sebutkan dasar ilmunya, ngono lho ?
  Jangan - jangan....
  Islam memuliakan Nabi Isa. Nabi Isa dan Nabi Muhammad saling mencintai, lha 
koq bisa mas Ase bisa menulis seperti itu?
   
  Wassalam
   
  --oo0oo--

asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          salam mbak Lina,

salam semuanya.
ikut nimbrung nih...

1. Sebetulnya dalam konteks tabayun, cek dan ricek, diskusi antara 
Anda dengan Bung Suryawan ini baik. Artinya mbak Lina ingin tahu apa 
itu Ahmadiyah dari orang pertama (bukan dari katanya orang ketiga) 
sedangkan Bung Suryawan bisa memperkuat keyakinannya dengan 
menerangkan ke orang lain ttg. Ahmadiyah.

2. Persoalannya, diskusinya berkembang menjadi tidak sehat karena 
mbak Lina ngotot ingin bilang Ahmadiyah itu ABSOLUT salah, bahkan 
sampai menghujat. Ini tidak sehat.

Jika mbak Lina hanya bilang TIDAK SETUJU, tentu saja itu hal biasa 
saja. Lha wong kalo setuju kan mbak Lina pasti jadi Ahmadiyah, bukan?
;-)

3. Inti dari diskusi ini kan sebetulnya kan agar semua saling 
memahami. mbak Lina jadi paham kenapa di Ahmadiyah, MGA dianggap Nabi 
(dengan segala macam attributnya), Bung Suryawan juga bisa melihat 
kenapa mbak Lina nggak setuju. Dan di situ sudah cukup sebetulnya, 
tidak perlu sampai harus menghujat segala macam.

4. Persoalan mbak Lina bilang "MGA sombong" itu sih berlebihan dan 
tidak perlu. Buya HAMKA, KH. Ahmad Dahlan dll. tidak mengaku Nabi 
kerena memang beliau tidak merasa jadi Nabi. 

Dan pengakuan itu bukan alasan untuk bilang beliau itu sombong. Bagi 
orang Nasrani, Rasulullah juga Nabi palsu. Bagi suku Quraisy, 
Rasulullah juga orang gila.

Masak sih kita ikut-ikutan orang-orang itu?
Ketidaksetujuan kita kan cukup ditampilkan dengan kita tidak ikut 
menganut kepercayaan itu bukan?
Bukankah kepada yang jelas-jelas berbeda, spt. temen-temen yang 
Nasrani saja kita diharuskan untuk tidak menghujat bukan?

-------------------

Problem akutnya, ada orang-orang yang memang HAUS DARAH yang 
makanannya adalah konflik sesama seperti ini. ;-(
Alih-alih mendinginkan suasana tapi malah "tumbak cucu'an", 
bagai musuh dalam selimut dalam komunitas muslim.
Semoga kita dijauhi dari yang demikian.
Na'udzubillah.

Diskusi ini seperti bensin bagi "orang-orang yang tambun dan rabun 
cara berfikirnya dan konon belum pernah belajar fikih (CMIIW)" itu 
untuk memuaskan hawa nafsu dalam dirinya. Bagi mereka menganiaya dan 
menzalimi Ahmadiyah, mengusir dan lain-lain itu biasa saja dan HALAL.

Bahkan sangking kalapnya, 
membedakan antara membela orang teraniaya dengan menyetujui 
kepercayaan orang yang teraniaya itu saja tidak sanggup.

"Poko'e gue yang paling bener...
nggak ikut gue...pasti salah"

Sungguh kesesatan yang nyata.

salam
Ary

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hal ini pula yang membuat saya berpendapat, orang semacam MGA itu 
> sombong. Untungnya KHA Dahlan, KH Hasyim Asyhari tidak sombong 
> mengklaim dirinya nabi, Sebab (1), kalau demikian mereka akan 
musnah 
> (nama baik mereka akan musnah)..begitu kata faham ahli sunnah. 
Sebab 
> (2). Kalau demikian saya bisa ngaku cucunya nabi ...:-)))
> 
> "Baru dapet pangsit kok ngaku dapet wangsit"..:-)
> 
> PENDAPAT KITA
> ^^^^^^^^^^^^^
> 
> Haruslah kita selidiki bagaimana besarnya pengaruh
> kepercayaan kaum Syiah, terutama di Iran dan juga di
> Hidustan. Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib, Imam Mahdi
> akan datang kembali dan Nabi Isa akan turun, dan Isa dan
> Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam di
> kalangan Syiah, sehingga menjadi salah satu rukun
> kepercayaan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari agama.
> Kadang-kadang Ahli Sunnah-pun turut juga menerima
> kepercayaan ini, walupun tidak menjadi dasar benar-benar.
> Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan
> kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi. Maka tidaklah kita heran,
> kalu dari kedua negeri inilah timbul orang-orang yang
> mendakwakan dirinya nabi, atau rasul, atau Mahdi, atau
> Al-Bab (pintu), atau Imam yang Ghaib telah datang, atau
> didakwakan oleh muridnya.
> 
> Kita tetap memegang pendirian Ahli Sunnah, bahwa sesudah
> Muhammad tidak akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah
> habis. kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah yang
> akan kita tetapkan? Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza
> Ali Muhammad (Al-Bab), atau Bahaullah? Atau kita akui
> semuanya, padahal diantara satu sama lain berlawanan pula.
> Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang lain yang
> akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti.
> 
> Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka
> dia membawa syariat baru, tidak bolehkah Mahatma Gandhi
> dikatakan pula nabi? Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang
> juga menyerukan perdamaian dunia.
> 
> Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan yang sama untuk
> menolak pendirian umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala
> Nabi," dengan ayat "Khataman Nabiyyin." Menurut qiraat
> (bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim."
> Tetapi artinya adalah "Khatim." Khatam artinya cincin, dan
> Khatim artinya penutup.
> 
> Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi. Kalau
> sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi Muhammad
> itu tidak nabi lagi, hanyalah cincin perhiasan segala
> nabi-nabi. Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin
> itu sendiri.
> 
> Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa
> tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata
> dengan hambanya. Tidaklah akan putus sampai hari kiamat
> orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya. Tidaklah
> akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat.
> 
> Tentang itu Ahli Sunnah-pun mengakui juga. Di kalangan
> sahabat Nabi, ketika Nabi masih hidup terdapatlah orang
> istimewa yang demikian. Yaitu Umar bin Khattab. Sehingga
> Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya jika ada nabi
> sesudahku, niscaya Umarlah orang itu. Tetapi tidak ada lagi
> nabi sesudahku.
> 
> Mengapa tidak? Nabi Muhammad sendiri menjelaskan bahwa
> "Ulama-ulama umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi
> Bani Israil." Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas,
> maka seluruh ulama yang berjasa membangun Islam, patutlah
> disebut nabi. Imam Al-Ghazali, Imam ul Haramain, Ibnu
> Taimiyah, dan muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu
> Abdil Wahhab, dan Said Jamaluddin Al-Afghani, dan Syeh
> Muhammad Abduh dan Said Rasyid Ridha, patutlah disebut
> sebagai nabi. Karena mereka dalam sifat keulamaannya
> samalah jasanya dengan nabi-nabi Bani Israil. Dan orang
> Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama patutlah menyebut
> kyai besarnya Hasyim Ashari sebagai nabi, sebab jasanya
> besar pula. Demikian pula Muhammadiyah dengan Kyai H.A.
> Dahlannya.
> 
> Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan
> wahyu Illahi. Karena mereka berfaham Ahli Sunnah, tidaklah
> mereka berani mengatakan dirinya nabi. Dan kalau mereka
> mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka.
> 
> Kalimat wahyu suci yang diberikan Tuhan, oleh faham Ahli
> Sunnah telah ditentukan buat rasul dan nabi.
> Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif
> atau ilham, atau mimpi yang benar, atau mahaddas. Kalau
> wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu
> benar juga dari segi lain. Lebah menurut Sabda Tuhan
> didalam Quran, mendapat wahyu untuk membuat sarangnya di
> bukit dan di bubungan rumah. Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan
> supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil. Dan
> lebah bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus
> dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di bukit
> dan di bubungan rumah. Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi.
> 
> **** 
> ...
> 
> Oleh sebab itu, maka pendakwaan orang-orang seperti Mirza
> Ghulam Ahmad dan Bahaullah, bahwa merekalah Isa Al-Masih
> yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai. Kita memandang
> mereka itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang
> lain juga. Sebelum merekapun telah ada juga pendakwa
> kenabian itu. Menggelegak menggejala setahun dua tahun,
> taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi. Dan
> kelak akan begitu pula. Bukan saja yang seperti ini ada
> dalam Islam, juga ada dalam agama Kristen. Bahkan kaum
> theosofi pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih
> yang ditunggu-tunggu itu.
> 
> Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan atas kebenaran
> seruan mereka, ialah karena kian lama faham mereka kian
> tersiar, terutama di benua Eropa dan Amerika. Ini bukan
> alasan! Sebab kehausan manusia di kedua benua itu akan
> tuntunan rohani, setelah terlalu tenggelam dalam hidup
> kebendaan, menyebabkan ada diantara mereka yang lekas saja
> menerima suatu propaganda baru. Bukan faham Bahai dan
> Ahmadi saja yang mereka terima, gerakan yang lainpun
> mendapat pasaran subur juga disana. Di Jerman telah ada
> pula penganut faham Buddha dan mempunyai biara sendiri.
> Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat penganut juga.
> Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai
> gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA, telah
> mendapat pengikut pula. Demikian pula seorang kulit hitam
> di Pennsylvania (Philadelphia) mengaku dirinya Tuhan dan
> memakai nama Father Divine, tidak pula kurang penganut dan
> pengikutnya.
> 
> Di Amerika muncul tidak kurang 200 sekte Kristen.
> Masing-masing mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian
> besar dan melebihi yang lain.
> 
> ... 
> 
> Adapun kaum Ahmadi dan usahanya melebarkan Islam ke benua
> Eropa dan Amerika, dengan dasar ajaran mereka, faedahnya
> bagi Islam ada juga. Mereka menafsirkan Quran kedalam
> bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Padahal di jaman 100 tahun
> yang lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan
> Quran. Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah itu
> membangkitkan minat bagi golongan yang menginginkan
> kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk memperdalam
> selidiknya tentang Islam. Orang sekarang telah pandai
> menimbang. Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga. Yang
> baik mereka terima dan kepercayaan tetang kenabian,
> kerasulan, kemahdian, ke-Al-Masih-an Mirza Ghulam Ahmad
> mereka singkirkan ketepi. Dan tafsir-tafsir karangan ulama
> Islam sendiripun telah muncul, yang isinya jauh melebihi
> tafsir Ahmadi. Kelebihan tafsir Ahmadi hanyalah karena
> ditulis dalam bahasa Barat, menarik hati kaum terpelajar
> cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab.
> 
> Di Indonesia sendiri, ketika gerakan-gerakan ini mulai
> masuk, agak ribut juga orang menerimanya. Apalagi mereka
> suka berdebat-debat sebagai alat propaganda untuk menarik
> perhatian. Dalam pada itu maka pengertian kaum Islam
> tentang agama bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah
> timbul lebih banyak daripada dahulu. Kian lama kian sepi
> gerakan mereka. Yang dapat tertarik hanyalah orang-orang
> yang belum ada pengertiannya tentang Islam. Setinggi-tinggi
> usaha mereka adalah memelihara pengikut-pengikutnya. Di
> Tempat yang kuat Islamnya, seperti di Padang Panjang,
> terpaksa pengikut-pengikutnya itu meninggalkan kampung
> halaman, dan pindah ke kota Jakarta, sebab "bebas"
> mengerjakan kepercayaannya. Sikap merekapun telah berubah!
> Jika semula pada waktu pertama kali mereka suka mengajak
> berdebat, diakhir-akhir ini mereka mengambil sikap hanya
> mempertahankan diri jika datang serangan. Tandanya bahwa
> pasaran mereka telah mulai sepi.
> 
> Adapun kalau ada tambahan pengikut mereka, tidaklah hal
> demikian mengherankan kita di Indonesia ini. Buka saja
> Ahmadiyah, Bahai-pun telah ada pengikutnya disini. Bukan
> saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun ada
> juga tambahan penganutnya disini. Bahkan orang yang masuk
> komunis-pun ada. Sebabnya adalah karena Islam di Indonesia
> pada jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan.
> Baik politik, atau ekonomi atau kejahilan tentang ajaran
> agama Islam sebenarnya.
> 
> Semuanya ini adalah cemeti untuk membangkitkan beransang
> kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya
> bangkit dan berusaha menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih
> giat daripada yang sudah-sudah.
> 
> Alhasil, Muhammad adalah penutup dari segala rasul, dan
> bukanlah dia mata-cincin dari segala rasul. Sesudah dia
> tidak ada nabi lagi, baik nabi yang menasikhkan syariat
> Muhammad, ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad.
> Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam
> yang telah dibawa berturut-turut oleh nabi-nabi dan
> rasul-rasul sebelum dia. Beliau bersabda:
> 
> "Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi yang
> sebelum aku, adalah seumpama seseorang yang membangun
> bangunan-bangunan. Diperindahnya dan diperbagusnya binaan
> itu, kecuali (ketinggalan) suatu batu tembok pada sudut
> daripada sudut-sudutnya itu. Maka manusiapun berkelilinglah
> dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah
> baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang ini.' Maka
> akulah batu tembok itu, dan akulah penutup segala
> nabi-nabi."
> 
> Maka kalau ada orang mendakwakan dirinya nabi sesudah
> Muhammad, niscaya bohonglah pendakwaannya itu. Dan barang
> siapa yang mempercayai akan dakwaan orang itu,
> mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad. Sebab itu maka
> tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad).
> 
> Sesungguhnya demikian, sebagai Ummat Islam yang mengaku
> adanya keluasan dada (tasamuh), kita akan bergaul juga
> dengan mereka sebaik-baiknya, sebagaimana kita bergaul
> dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi.
> 
> Apalagi Nabi Muhammad saw. telah pula memeberi peringatan
> bagi kita bahwa sesuadh beliau wafat akan datang orang
> mendakwakan dirinya nabi atau rasul. Padahal mereka adalah
> pembohong. Nabi bersabda:
> 
> "Akan ada pada akhir kemudian ummatku orang-orang dajjal
> pembohong. Membicarakan kepada kamu perkara-perkara yang
> belum pernah kamu dengar, dan tidak pula pernah didengar
> oleh nenek-moyangmu. Maka berawas-awaslah kamu dan
> berawas-awaslah mereka. Janganlah sampai mereka menyesatkan
> kamu dan jangan memfitnahi kamu."
> 
> Dan sabda beliau pula:
> 
> "Sesungguhnya akan ada pada ummatku tigapuluh orang
> pembohong! Semuanya mengaku bahwa dirinya Nabi. Akulah
> penutup segala nabi. Tidak ada nabi sesudah aku. Dan akan
> senantiasalah segolongan dari ummatku tegak diatas
> kebenaran. Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun
> yang menentang mereka, sehingga datanglah ketentuan Allah,
> dan mereka tetap saja demikian."
> 
> Cukuplah wahyu dengan turunnya penutup segala kitab suci,
> yaitu Al-Quran. Bereslah risalat dan nubuwwat dengan
> datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw.
> 
> Dengan kepercayaan yang demikianlah hidup kita dan mati
> kita.
> 
> * * *
> 
> Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu pengetahuan
> yang didapat oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia
> yang masih tersembunyi masih lebih banyak. Rahasia yang
> menjadi rahasia dari segala rahasia adalah lingkungan
> "ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi tak dapat
> dicapai oleh pancaindera atau oleh akal sekalipun dimana
> letaknya.
> 
> Kita akui, memang kadang-kadang kecerdasan berfikir dan
> berakal mendapat kesimpulan tentang adanya, tetapi hanya
> sebagian kecil dari rahasianya. Sebagaimana Aristoteles dan
> beberapa filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan
> filsafat, akhirnya bertemu dengan keyakinan akan adanya
> Tuhan. Tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Lebih banyak
> yang tidak dapat kita ketahui. Maka datanglah nabi-nabi dan
> rasul-rasul, dan penutup dari segala nabi dan rasul,
> bercakap dengan wahyu, menerima "kalimat" dari Allah
> sendiri. Maka dengan tuntunan beliau hilanglah keraguan
> kita dan teranglah bagi kita jalan kesana, sesudah payah
> meraba-raba dan mencari-cari. Maka pikiran yang beliau
> berikan dan cita yang beliau tanamkan dihati kita adalah
> pikiran dan cita yang sempurna, yang diwaktu hidup dapat
> kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang.
> 
> Maka percayalah kita kepadanya dan kita turutlah garis
> langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk
> keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ...
> 
> ***
> 
> Demikian Hamka.
> 
> Wassalam,
>



         

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke