Referensi KA ttg jilbab (dan hijab) ada di buku Muhammad, 
halaman...?  Dimana KA menulis bahwa asbabun nuzul jilbab (khususnya 
hijab) adalah untuk privacy para isteri nabi, yang kemudian segera 
ditiru oleh kalangan bawah, karena memang biasa yang bawah niru yang 
atas. Ditambah lagi setelah Arab jazirah kontak dengan kebudayaan 
Persia/Romawi setelah era nabi/khalifah empat, mereka tambah meniru 
pakaian dan kebiasaan perempuan kalangan atas dari negeri2 maju itu, 
termasuk juga harem, yang dari situ perempuan Islam tambah 
dimarjinalkan, demikian KA. Demikian juga dengan artikelnya baru-baru 
ini di Washington Post.

salam
Mia

"Dalam sebuah karnyanya, Karen Armstrong melukiskan betapa kebencian 
para kristen penakluk (tepatnya pembantai) muslim spanyol pada segala 
yang berbau islam dan muslim sehingga untuk beberapa waktu lamanya, 
setiap orang yang tertangkap basah membasuk tubuhnya di tempat umum, 
dari keran atau kolam air umum, akan ditangkap dan diganjar hukuman! 
Artinya mereka benar2 ingin membedakan diri mereka dari islam dan 
muslim yang mereka benci.
 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jilbab bukanlah budaya Arab, bukan pula bentuk penindasan terhadap 
> perempuan apalagi sekadar budaya buatan manusia yang bisa ada 
> musimnya, macam kebaya atau baju bodo.
> 
> Jilbab terkair erat dengan perintah Allah kepada para perempuan 
> mukmin untuk menutup aurat mereka, wa bil khusus kepala mereka, 
yaitu 
> rambut hingga leher, lalu juga bagian dada yang biasa terbuka, 
yaitu 
> bagian di atas belahan dada, yang umum terlihat ktk misalnya 
> perempuan memakai kebaya.
> 
> Bagi sebagaian perempuan muslim yang lahir dan besar di lingkungan 
> yang tidak menjalankan perintah Allah untuk menutup aurat, maka 
> jilbab bukanlah sesuatu yang WAJIB. Tapi tidak sedikit perempuan 
> muslim yang lahir dan hidup di lingkungan yang menjalankan perintah 
> Allah untuk menutup aurat ini juga, setelah melanjutkan studi di 
> perguruan tinggi yang sec sengaja menafikan hukum ini, atau akrab 
dan 
> bergaul dengan kalangan muslim yang sengaja menafikan hukum ini, 
> dengan merujuk pada karya intelektual muslim liberal dan sekular, 
> baik dari timur tengah atau eropah dan amerika, mereka lalu 
berbalik 
> menganggap jilbab bukan kewajiban dan dengan bangganya membuka 
> kerudung mereka.
> 
> Apapun kasusnya, faktor internal perempuan ybs tidak bisa kita 
> abaikan. sebagai manusia dewasa yang waras dan intelek, tentu 
> perempuan juga punya mekanisme berpikir logis untuk menentukan mana 
> yang haq dan mana yang bathil. di antara sumber logis dalam 
berpikir 
> soal aurat dan jilbab ini adalah riwayat yang mengabarkan bagaimana 
> kondisi perempuan muslim saat ayat jilbab ini diturunkan, dan juga 
> bagaimana di lain riwayat, Rasulullah mengingatkan kita untuk 
> memiliki kebanggaan dalam taat kepada Allah, atau memiliki gengsi 
> keimanan/tauhid.
> 
> Dalam sebuah karnyanya, Karen Armstrong melukiskan betapa kebencian 
> para kristen penakluk (tepatnya pembantai) muslim spanyol pada 
segala 
> yang berbau islam dan muslim sehingga untuk beberapa waktu lamanya, 
> setiap orang yang tertangkap basah membasuk tubuhnya di tempat 
umum, 
> dari keran atau kolam air umum, akan ditangkap dan diganjar 
hukuman! 
> Artinya mereka benar2 ingin membedakan diri mereka dari islam dan 
> muslim yang mereka benci.
> 
> Maka tidak aneh, misalnya Rasulullah mengingatkan para shahabat 
untuk 
> tidak berperilaku spt perilaku orang2 kafir non muslim, termasuk 
cara 
> berdandan/berbusana. jadi, sekalipun sudah menutup aurat, tetap 
saja 
> ada 'reminder' dr Rasul ini untuk tidak menyerupai kalangan kafir 
non-
> muslim.
> 
> Tapi apakah tidak berjilbab ini berarti kafir? Menurut saya 
> tergantung konteksnya. Jika perempuan muslim yang sudah diberi tahu 
> hukum menutup aurat, dan salah satu penutup aurat adalah jilbab, 
itu 
> tetap tidak peduli, tdk mau tahu, BISA saja ybs ini termasuk kafir, 
> tapi belum sampai murtad! Kafir tidak selamanya murtad. Jadi mirip 
> dengan fasik dan munafiq.
> 
> Lain halnya bila perempuan muslim ybs tidak tahu hukumnya atau 
> berpegang pada pendapat lain. Untuk hal ini saya kira itu kembali 
> pada ybs. Kan sekarang ini tidak sedikit bahkan dari kalangan ulama 
> yang berani 'membedah' hukum Allah yang jelas/qath'i dan mencari 
> pembenaran untuk menyatakan sebaliknya. Sayangnya, dari kalangan 
> ulama demikian ini, anggota keluarganya yang perempuan memang sama 
> sekali tidak menutup auratnya. Jadi memang jatuhnya menjadi semacam 
> pembenaran.
> 
> Jadi, bagi yang tidak menutup auratnya, dan punya dalil yang kuat 
> untuk mendukung itu ya silakan saja. Toh bagi mereka yang 
menyatakan 
> bahwa menutup aurat itu wajib, tidak ada ruginya mau menutup aurat 
> atau tidak. Tapi disayangkan jika mereka yang tidak menutup aurat 
ini 
> tidak punya argumen yang jelas dan valid, tapi sekadar mengikuti 
> emosi dan mencari rasionalisasi. Silakan saja. Di hari hisab, 
bahkan 
> di alam kubur, segala rasionalisasi dan dalih tidak akan berguna. 
> 
> Wahai perempuan muslim yang sadar akan kemolekan dan keindahan diri 
> anda, malulah pada Allah dan pada para malaikat dengan aurat kalian 
> yang kalian umbar! Kasihanlah pada calon suami atau suami kalian 
yang 
> lebih berhak kalian manja dan hibur dengan aurat kalian daripada 
> lelaki hidung belang atau lelaki lain yang bukan mahram kalian.
> 
> Percayalah, kemolekan dan kecantikan anda tidak perlu pengakuan 
> selain pengakuan diri sendiri bahwa ciptaan Allah pasti indah dan 
> sempurna.
> 
> salam,
> rsa
>


Reply via email to