Ass wR wB.

Masalah hitung2an pahala, beberapa minggu lalu saya ikut pengajian di
suatu masjid. Ustadznya menjelaskan begini. Orang-orang itu, dalam cara
beramal/beribadahnya, bisa diibaratkan sbb :
(1) Seperti buruh - yang bekerja karena takut dimarahi majikannya-->Ada
yang beribadah karena takut hukuman bila tidak menjalankan ibadahnya
itu.
(2) Seperti pedagang - yang selalu menghitung untung rugi dari
perniagaannya-->Beribadah dengan mengitung-hitung pahala
(3) Seperti sufi - yang hanya berharap agar dicintai oleh Allah, selalu
berharap-harap cemas saat beribadah, berharap agar ibadahnya
meningkatkan cinta Allah pada diri-Nya, cemas jika cintanya tak
berbalas.

Menurut pak Ustadz, tidak ada yang salah dengan ketiganya. Dan Insya
Allah ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Mungkin maturity-nya saja yang
berbeda. 

Wallahua'lam bishowab.
Wassalaam,
-Ning




-----Original Message-----
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Aisha
Sent: Friday, November 09, 2007 9:32 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Cc: moslemalda
Subject: Re: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun

Pak Kinantaka,
Kondisinya saat itu, masih hujan deras+gludug+bledek, tetesan air hampir
membasahi seluruh kamar dan pak Kinantaka + istri sedang meminggirkan
barang-barang agar tidak kebasahan.

Jika proses memindahkan barang2 itu sudah selesai sehingga walaupun
hujan masih deras, barang-barang itu akan aman dari air hujan, saya
pikir bukan masalah besar jika pak Kinantaka pergi sholat berjamaah di
mushola.

Tapiiiii...dari cerita di bawah ini, saat itu anda dan istri masih belum
selesai mengurus kamar bocor itu dan hujan masih deras, masih ada
kemungkinan barang-barang basah lagi kena bocor, apalagi kan kondisinya
"tetesan air hampir membasahi SELURUH kamar", jika anda ke mesjid dan
hujan makin deras, kasihan kan istri kebingungan dengan bocor yang
banyak ini.

Lalu, tentang berhitung pahala atas ibadah yang kita lakukan, saya jadi
ingat kebiasaan orang tua yang menyarankan ke anak-anaknya untuk
memberikan zakat harta selain zakat fitrah di bulan puasa. Zakat fitrah
memang wajib di bulan puasa, tapi zakat harta itu kan bisa kapan saja
jika sudah tercapai jumlah dan waktunya. Alasan orang tua, "di bulan
puasa, segala kebaikan kita (termasuk memberi zakat, sedekah) juga akan
dilipatgandakan Allah nilainya". Saya selalu berfikir bahwa zakat harta
itu bisa kita berikan ke orang-orang yang layak menerimanya itu kapan
saja setelah kita menghitung dan sesuai dari segi jumlah+waktunya,
rasanya aneh jika kita menahan uang zakat - menunggu bulan puasa tiba.
Disamping itu, "iming-iming" penglipatgandaan segala kebaikan kita di
bulan puasa itu supaya kita memperbanyak kebaikan yang diteruskan di
bulan-bulan selanjutnya setelah bulan puasa. 

Nah, jika itu semua dikaitkan dengan sholat, urusan Allah lah yang mau
melipatgandakan pahala sekian derajat. Seperti anjuran jika kita sholat
Ied di lapang dan pulangnya kita melalui jalan yang berbeda dengan kita
pergi, maksudnya kan kita bisa ketemu lebih banyak orang untuk saling
menyapa dan bermaafan. Sholat berjamaah di mesjid atau mushola juga
salah satu nilai baiknya adalah bertemu banyak orang yang bagusnya itu
kalau proses bertemu itu membuahkan kebaikan, misal dengan ramah saling
menyapa atau berlanjut dengan kerjasama ekonomi atau saling menolong
jika kita bertemu seseorang di mesjid/mushola yang sedang kena musibah.
Jika kita sholat berjamaah tapi kita tidak saling menyapa karena tidak
saling kenal atau malah ke mesjid sambil nukerin sendal - ganti yang
lebih bagus, waaa... itu mah pahala 27 derajatnya ketutup dosa. Atau ke
mesjid tapi ketemu musuh lalu saling menyindir atau berkata kasar, lebih
jelek lagi. Yang lebih buruk lagi kalau pak Kinantaka ke mesjid dapat 27
derajat tapi hujan semakin deras, bocornya makin hebat dan akhirnya atap
kamar anaknya roboh menimpa istri yang sedang bersih2, lebih repot lagi
kan? Tanggung jawab utama seorang ayah/suami itu melindungi anggota
keluarganya, pastikan semuanya aman dulu di rumah baru sholat berjamaah.

Tentang "imbalan" untuk sholat, kabarnya ada keutamaan sholat di
masjidil haram - nilainya ribuan kali dibanding sholat biasa, jika
misalnya saya selama di Mekah rajin sholat wajib+sunat di masjidil
haram, saya jadi "kaya pahala", tidak berarti saat kembali ke Indonesia
lalu saya tidak perlu sholat beberapa bulan atau beberapa tahun karena
berhitung nilai sholat di masjidilharam, tapi sholat saya di manapun
seharusnya semakin baik kualitasnya, sehingga ada dampak sholat yang
membuat pelakunya menjadi orang yang lebih baik. Sholat kan bukan
sekedar melakukan gerakan tertentu dan membacakan sesuatu saja, bukan
sholat secara fisik saja. Lebih buruk lagi jika kita sholat berjamaah
dengan niatan atau keinginan supaya dikenal di sekeliling tempat kita
tinggal sebagai orang soleh, sudah gak ikhlas lagi kan? Karena sholatnya
bukan karena Allah tapi karena manusia lainnya.

salam
Aisha
------------
>From : Kinantaka
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih
berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar
anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian
saya dan istri "kerja bakti" untuk meminggirkan barang2 agar tidak
kebasahan.

Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla
sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air
wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya
menyeletuk: "Mau ke mana, mas?"
"Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?", jawab saya.
"Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah", sahut istri saya kembali.
"Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di
musholla", jawab saya.
"Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor
begini. Terserah ayah, deh", ketus istri saya.

Deg.... Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla
untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak
yang bocor.

Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai.
Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak.
Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat.

Apakah saya salah?
Kinantaka


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI :
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
.... 
Yahoo! Groups Links



Kirim email ke