1. Kerelaan untuk dimadu -nya Kartini : saya tidak punya referensinya,
mas. Saya hanya ambil kesimpulan dari tulisan yang mas Arcon posting
sebelumnya (yang dari tempo itu). Berikut saya kutip lagi :
..........................
Anehnya pula, kepada sahabat-sahabat Belanda-nya ia mengatakan hidupnya
bahagia di tengah tiga selir (yang bernasib seperti Ngasirah, ibunya
sendiri) dan tujuh anak mereka. Kebahagiaan, kalau benar, yang hanya
sebentar dikecapnya. Ia wafat 17 September 1904, empat hari setelah
melahirkan anak laki-laki.
(Kolom Majalah Tempo, 17 April 2006) 
.........................

Jadi, faktanya adalah beliau mengatakan hidupnya bahagia di tengah tiga
selir. Dari apa yang beliau katakan itu, saya berkesimpulan bahwa beliau
memang rela untuk dimadu.

2. Saya lebih suka mengatakan bahwa :"Kartini telah mengalami (r)evolusi
pemikiran yang luar biasa, setelah beliau mempelajari Islam (dari Kyai
Sholeh Darat)" ketimbang term yang mas Arcon gunakan di bawah. 
Begini sejarah (r)evolusi pemikiran beliau, yang saya pahami :
Di awal-awal tulisannya, beliau mengkritisi ketidak adilan yang terjadi
dengan membandingkan kehidupan orang Jawa dan kehidupan orang Barat.
Kesimpulan awal beliau : Orang Jawa terbelakang, sedangkan Orang Barat
Maju. Beliau ingin Orang Jawa sama Maju-nya seperti Orang Barat.
Karenanya beliau mengusahakan pendidikan bagi orang Jawa. 
DI sisi lain, awalnya beliau frustrasi dalam ber-Islam karena guru-guru
yang awal mengajari beliau tentang Islam bahkan tidak menceriterakan apa
isi AL Qur'an, karena AlQur'an hanya dibaca, tapi ia dianggap terlalu
suci dan tidak boleh diterjemahkan. Islam sampai kepada beliau sebagai
"agama nenek moyang". "Aku tidak paham, bagaimana aku bisa
mencintainya?", begitu kira-kira isi rasa frustrasi-nya. 
Pertemuan beliau dengan Kyai Sholeh Darat adalah momentum yang sangat
penting dalam (r)evolusi pemikiran beliau. Kyai tersebut menjelaskan
terjemahan Surat Al Fatihah, selain menjelaskan bahwa AlQur'an harus
dipahami, dan boleh diterjemahkan. Kartini terkagum-kagum setelah
memahami makna surat (Al Fatihah) tersebut, dan kemudian mengkaji
AlQur'an lebih lanjut. Sejak itu lah, pemikiran beliau yang semula penuh
pemberontakan untuk membebaskan diri dari adat istiadat Jawa serta
menjadikan pemikiran dan budaya barat sebagai acuan visi beliau pada
saat itu, mengalami "pelurusan". Kehidupan Jawa saat itu memang harus
diubah. Beliau tidak pernah memadamkan keinginannya tersebut. Tetapi
acuan dan arahnya bukan ke arah budaya barat, melainkan ke arah Islam.
Bisa disimpulkan di surat terakhir beliau kepada prof Anton yang saya
kutip sebelumnya, bahwa keinginan beliau sesungguhnya tidak pernah
padam.

Ya.. Singkatnya begitulah yang saya pahami. Kalau tidak salah beliau
wafat setelah mempelajari AlQur'an sampai 10 juz (CMIIW).

3. Saya pernah membaca sinopsisnya saja tulisan Pak Pram tentang Kartini
beberapa tahun yll, tapi lupa dari majalah apa 'gitu. Kesimpulan saya
sementara ini, beliau (Pram) pun tidak menceriterakan-nya menggunakan
basis waktu sampai tuntas, jadi tidak terlihat benar perjalanan
pemikiran Kartini sampai wafatnya beliau. Pak Pram lebih banyak
memasukan opini atau analisa beliau sendiri ke dalam tulisannya
tersebut. Ya wajar aja sih, kan itu prespective beliau ya.. Tapi coba
saya nanti baca bukunya ya mas. Mungkin pemahaman saya keliru juga.
Thanks atas inputnya.


Wallahua'lam bishowab.
Wassalaam,
-Ning


-----Original Message-----
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of masarcon
Sent: Thursday, February 21, 2008 10:36 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Istimewanya.........................


mbak Ning yang baik,

saya ingin bertanya, apakah kata kata dalam surat tersebut
menyebutkan:
1. kerelaan dan alasan kartini untuk di madu ?  sepertinya kok kartini
tidak menyinggung hal itu.
2. justru sejarah dominasi keluarga jawa - kartini - memperlihatkan pada
kita, kalau pemberontakan kartini telah dipadamkan dengan baik.
3. untuk melihat perspektif lain, mungkin bisa membaca tetraloginya
Pram, meskipun Pram membahas tentang R.M Tirtoadisuryo a.k.a Minke,
namun bagaimana berbagai macam pola pola sebuah kekuasaan merepresi
semangat muda, digambarkan dengan begitu detail.  Pram sendiri menulis
sebuah buku khusus ttg kartini.  sepertinya teman teman dakwah tidak
pernah membedah kartini yg ada dalamperspektif seorang Pram.

salam,
ari





--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih (Ning)"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Ini isi surat terakhir Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya (4 Oct
> 1902) :
> "...Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak 
> perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak 
> perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya.
Tapi
> karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita,
> agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang 
> diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya :menjadi ibu, pendidik 
> manusia yang pertama-tama ..."
> 
> Wallahua'lam
> Wassalaam,
> -Ning




=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
.... 
Yahoo! Groups Links



Kirim email ke