Di Banten mbak Marissa Haq kalah tuuuuh mbak sama bu Ratu Atut yang kaya raya 
lagi ortunya jawara sana..di Jabar yang menang Dede Yusuf laki2 kan 
mbak...kayaknya mau pake jalur artis atau bukan pokoknya kalau ngga 
bermodal...kayak sulit deh mbak.
   
  Salam 30 % kuota.
  

prie tea <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          jalur artis kayanya cukup menjanjikan tuh..
minimal di daerah banten dan jawa barat dapet dukungan
deh...
kayanya kalo artis, perempuan, cakep, masih muda, waah
yg nyoblos juga ga pake ragu lagi... 
hahahaa... 
(semoga terjadi...)

kira2 u capres/cawapres ada artis yg naik ga yaa...
biar kaya ronald reagen..

mprie

--- sriwening herpribadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Akyuuu yakin mbak herni...SDM perempuan ngga kurang
> apalagi cuma memenuhi kuota 30%....cuma masalahnya
> terlalu sedikit kaum perempuan yang kaya...maklumlah
> harus bermodal kalau mau jadi anggota DPR/DPD iya
> kan mbak...coba lihat aja siapa anggota perempuan
> DPR/DPD mereka orang kaya2 kan...kecuali satu dua
> orang doank yang pas2an dari partai PKS....lantas
> gimana yach mbak seandainya kuota 30% tdak terpenuhi
> hanya karena jumlah kaum perempuannya yang mampu
> mendanai pencalonannya cuma sedikiiiit
> banget...masalah baru lagi ya mbak...hehehe.
> 
> 
> 
> Herni Sri Nurbayanti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Sebenarnya wajar perempuan minta 30%, wong
> setengah populasi kita
> isinya perempuan semua hehehe. Dan ini kan bagian
> dari affirmative
> action, sah-sah aja menurut saya. Emang politisi
> laki2 banyak yg
> berkualifikasi gitu? Please, deh :-)
> 
> Namun di sisi lain, kekhawatiran ini bisa dipahami,
> tapi kemudian
> pertanyaannya adalah apakah kita kekurangan sumber
> daya perempuan,
> dalam pengertian tidak ada atau sebenarnya ada tapi
> tidak mau?
> Hehehe... ini 2 permasalahan yg beda menurut saya.
> Asumsi bahwa
> resource kita gak ada, itu perlu ditelaah lebih
> lanjut lagi. Apakah
> benar, perempuan2 Indonesia tidak ada yq qualified?
> atau memang, ada
> tapi tidak mau? Saya curiga, yg terakhir tuh :-)
> 
> Coba dibalikin ke aktivis perempuan yg
> memperjuangkan ini deh, kalau
> ente bicara soal kuota 30%, ente mau gak jadi salah
> satu pengisinya?
> Biasa kan, orang pengennya berjuang di luar tapi
> tidak pernah mau
> masuk ke 'dalam' :-) padahal resources perempuan di
> lembaga2 NGO
> lumayan banyak, selain perlu liat di partainya
> sendiri dan resource
> lain di masyarakat yang belum dirambah oleh partai.
> Saya yakin, banyak
> jumlahnya. Toh ada waktu 1 thn untuk mempersiapkan
> ini.
> 
> Hehehe... sekedar pikiran usil.
> 
> wassalam,
> Herni
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Erwin
> Deguchi"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Inilah keanehan negara kita.
> > Masak harus di paksakan pemenuhan kuota perempuan
> di parlemen.
> > Memangnya ada peraturan yang melarang perempuan
> menjadi anggota
> > parlemen? Kalau ternyata laki laki calon anggota
> parlemen yang ada
> > lebih memenuhi syarat dan lebih kompeten dari
> calon perempuan anggota
> > parlemen, karena pemaksaan kuota ini akan
> menyebabkan orang yang akan
> > duduk di parlemen menjadi rendah kualitasnya. 
> > 
> > Peraturan ajaib yang di paksakan.
> > 
> > Ada ada saja.
> > 
> > 
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny"
> <ambon@> wrote:
> > >
> > > Refleksi: Sekalipun ketentuan 30% tetapi hematku
> pada pihak kaum
> > wanita terdapat perasaan ragu-ragu bersuara
> menyebabkan quota tsb
> > tidak dipenuhi. Benarkah pendapat demikian?
> > > 
> > > 
> > >
> >
>
http://www.kompas.com:80/index.php/read/xml/2008/04/15/20112597/peluang.30.persen.keterwakilan.politik.perempuan.cukup.besar
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Peluang 30 Persen Keterwakilan Politik Perempuan
> Cukup Besar
> > > Selasa, 15 April 2008 | 20:11 WIB
> > > JAKARTA, SELASA - Peluang 30 persen keterwakilan
> politik perempuan
> > di parlemen, sekarang ini dinilai cukup besar,
> yaitu dengan adanya
> > ketentuan di UU Pemilihan Umum. Namun, ancaman
> terhadap peluang
> > tersebut juga sangat besar akibat dominasi
> kekuasaan politik kaum
> > laki-laki selama ini.
> > > 
> > > Pengalaman pemilu 2004 lalu yang hanya
> menghasilkan 65 anggota DPR
> > perempuan dari sebanyak 550 anggota atau 11 persen
> keterwakilan
> > politik kaum perempuan di parlemen. Inilah harus
> menjadi pengalaman
> > berharga dan segera diantisipasi kaum perempuan
> dalam pemilu 2009
> > mendatang.
> > > 
> > > Oleh sebab itu, menurut Direktur Eksekutif Pusat
> Pemberdayaan
> > Perempuan dalam Politik, Titi Sumbung kepada
> Kompas, Selasa (15/4) di
> > Jakarta, selain diperlukan adanya dorongan yang
> kuat dari berbagai
> > elemen bangsa, termasuk pemerintah, untuk
> penguatan pemberdayaan
> > politik kaum perempuan, diperlukan juga pemetaan
> dan analisis dari
> > kaum perempuan sendiri atas potensinya tersebut.
> > > 
> > > "Memang ada kelemahan di sisi kaum perempuan
> sendiri, seperti
> > pengalaman dan juga jaringan atau networking.
> Untuk itulah, diperlukan
> > semacam pemetaan kekuatan di kalangan Lembaga
> Swadaya Masyarakat
> > (LSM), partai politik, perguruan tinggi,
> organisasi-organisasi
> > perempuan lainnya, sejauh mana 30 persen
> keterwakilan politik
> > perempuan itu bisa terpenuhi," ujar Titi.
> > > 
> > > Titi berharap adanya aliansi kekuatan masyarakat
> sipil untuk
> > mewujudkannya secara nyata kekuatan pemberdayaan
> politik perempuan di
> > antaranya dengan kekuatan dana untuk
> menyelenggarakan berbagai forum
> > untuk pengyatan politik perempuan.
> > > 
> > > UU Pemilu kali ini menyebutkan, daftar bakal
> calon legislatif harus
> > memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan
> permepuan. Pasal
> > berikutnya menetapkan, setiap tiga orang bakal
> calon terdapat
> > sekurang-kurangnya satu orang perempuan bakal
> calon.
> > > 
> > > Ibu Negara diminta bantu
> > > 
> > > Lebih jauh, Titi meminta Ibu Negara Ny Ani
> Bambang Yudhoyono juga
> > ikut memberikan dorongan dan perkuatan untuk
> mensosialisasikan 30
> > persen keterwakilan politik perempuan, melalui
> berbagai forum di
> > antaranya Solidaritas Istri Kabinet Indonesia
> Bersatu (Sikib) yang
> > dipimpinnya.
> > > 
> > > "Namun, jangan sampai kaum perempuan itu hanya
> sekadar diarahkan dan
> > dimobilisasi untuk kepentingan jangka pendek, akan
> tetapi ikut
> > diberdayakan untuk menentukan masa depan bangsa,"
> ujar Titi.
> > > 
> > > Sementara, Kelompok Pengajian Al' Hidayah yang
> dipimpin Ketua
> > Umum-nya Aisyyah Hamid Baidlowi, menemui Ketua
> Umum Dewan Pimpinan
> > Pusat Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla di Istana
> Wapres. Kelompok
> > pengajian ini merupakan organisasi perempuan
> terbesar onderbouw Partai
> > Golkar.
> > > 
> > > Kelompok ini disebut-sebut meminta 30 persen
> keterwakilan politik
> > perempuan tak hanya diberlakukan di DPR, akan
> tetapi juga di
> > kepengurusan DPP Partai Golkar. Pengurus DPP
> Partai Golkar tercatat
> > hanya 13 orang kaum perempuannya dari puluhan
> pengurusnya.
> > > 
> > > 
> > > 
> 
=== message truncated ===

__________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. 
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ


                           

       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke