Setuju banget dengan komentar mba Lina. Bagi yang familiar dengan 
gaya Syiah, ko naga-naganya ada semacam deception, taqiyah, buat 
kalangan internal ngomong dan amal ini, tapi di luaran lain.
Sayang memang FPI belum bisa bermain cantik, tetap berada di koridor 
hukum. Tapi saya sih husnuzon saja, ini bagian dari agenda para owner 
media, entah apa, tapi tidak ada yang positif yang ditampilkan kalo 
bicara FPI, apa namanya 'flaming'? bahkan cenderung adhominem ... 
tapi bad news is good news kan?
salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sepertinya di Republika dari tgl 15 April, banyak dibahas soal 
> Ahmadiyah ini. Bahkan ada tulisan bersambung. Yang ada di tangan 
> saya ini sekarang tulisan ketiga, di Republika tgl 17/4/2008, dg 
> judul "Islam tak Butuh Mirza Ghulam AHmad". Disitu diceritakan 
> seorang yang dengan 'terpaksa' menjadi ahmadiers. Karena miskin, 
> trus diberi bantuan uang dgn syarat hrs menjadi ahmadiers. Tapi 
> setelahnya dia hrs menyetor uang pengorbanan 10% dari total 
> penghasilan, sholatnya harus di masjid Ahmadiyah. Di kuburnya juga 
> (kalo meninggal) harus di 'kapling surga'. 
> 
> Kadang apa yang diceritakan teman2 ahmadi disini, tidak sesuai 
> dengan berita2 yang ada. Terus terang, saya sendiri gak punya teman 
> ahmadi disekitar saya.
> 
> Sepertinya di Republika sudah dibahas abis soal Ahmadiyah ini, 
kalau 
> mbak Mia mau tau kenapa-kenapanya. Saya udah males ngomongin 
> Ahmadiyah. Tapi saya juga tidak setuju tindakan FPI.
> 
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> >


Kirim email ke