--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kembali ke laptop, jadi minimal kita bersetuju dimana? > > Lina: Jelas, dalam dunia (materialis) ini, orang ini menggunakan > akal sehingga dia tidak "dihinakan" (sesuai dengan QS10:100). Lalu > apakah orang ini termasuk orang yang "tidak diselamatkan" karena > tidak mukmin? > > Herni: Sebenarnya, keputusan "diselamatkan atau tidak" ini masuk hak > eksklusifnya Allah bukan ya? > > Aku yakin, tanpa bertanya ini pun, kita semua setuju > bahwa 'keselamatan hanya Allah yang berkehendak insha allah'. > Tapi....bagaimana konsekuensi dari keyakinan atau kesetujuan kita > itu dalam prilaku kita sehari2, itu yang panjang ceritanya. > > Berdebatlah siang malam, mba Herni dan mba Lina akan mentok juga > dengan persepsi atau pentafsiran masing2 dengan Quran. Kita akan > menemukan pembenaran masing2. Agama Islamlah yang paling benar di > sisi Allah, tapi...orang Yahudi, Kristen para ahli kitab jangan > bersedih selama mengikuti kitab masing-masing...etc.. > > Jadi? What's beyond this? Bagaimana kita bisa berpikir outside the > box? Kan cocok tuh dengan judul di atas...seandainya.... > > salam > Mia >
Dear Mbak Mia, Kalau kita berusaha mengambil hikmah dari perdebatan/diskusi ini, bagaimana? Sebetulnya saya sedang bertanya (belajar) kepada Ki Bina yang konteksnya pada ayat2 yang sudah disebutkan saja. Seperti pertanyaan saya kepada pak Chodjim tentang definisi wahyu dan ilham (menurut pak Chodjim). Saya sadari bahwa saya tidak sepaham dengan makna yang diberikan pak Chodjim. Namun saya hanya ingin mengerti mengapa pak Chodjim berpendpat demikian (dimana saya merasa aneh)dalam hal2 tertentu. Oh akhirnya saya dapat mengerti mengapa pak Chodjim berpendapat demikian karena pak Chodjim punya definisi yang beda dgn yang saya pahami. Akhirnya, pendapat pak Chodjim itu tidak menjadi aneh lagi buat saya. Saya menjadi maklum dan saya mendapat hikmah dan pembelajaran. wassalam,