apa yang aku pahami dari paparan ini adalah:
Bank syariah didirikan oleh orang Islam, asal uang Bank dan kemana  
uang Bank diinvestasikan harus dalam bisnis yang halal, terus apabila  
dapat keuntungan tidak boleh berpamer-pamer.

Dapat keuntungannya dari mana? kenapa banyak yang bilang kalo mau  
pinjam di Bank Syariah lebih berat daripada di Bank non Syariah.   
kemaren ada yang posting buat ngajuin kredit aja administrasinya  
harus dibayar dimuka...

Pengalaman saya pernah mau ngajuin kredit rumah. Kebetulan  
developernya punya koneksi di BNI syariah.  Demi kelancaran  
pembayaran (kalo developer kenal baik dengan banknya) dan mencoba  
untuk berbisnis dalam bingkai keIslaman, meluncurlah saya kesana.
Hmm.. syaratnya book.. nggak fleksible sama sekali.  Buat saya yang  
buruh tidak tetap dengan sumber penghasilan yang tidak tetap pula  
(meskipun kalo dipaksa-paksain bisa juga membayaran cicilan kredit),  
mereka sama sekali tidak bisa memfasilitasi kebutuhan saya.  Harus  
punya gaji tetap, cicilan harus bisa dipotong langsung dari bendahara  
kantor.. dll

Lha pindah ke bank non syariah.. eh ternyata lancar jaya.. dan  
cicilan bisa juga lunas sebelum waktu jatuh tempo.

Moral of the story:
-Bank syariah (at least yang saya kunjungi waktu itu) kehilangan  
pasar potensial yang lebih cair kondisi finansialnya.  Dan saya rasa  
saat ini potensi pasar yang seperti ini sangat besar diantara  
profesional muda.
-Apakah dengan memilih2 nasabah seperti itu bisa dibilang sesuatu  
yang Islami? Nasabah yang bener2 terjamin tidak akan membuat rugi  
Bank.  Lha padahal namanya bisnis kan ada risiko ruginya.. :)

Donnie




On May 29, 2008, at 12:01 PM, Lina Dahlan wrote:

> Makna di Balik Syariah
>
> Merek atau label bisnis mencerminkan nilai (value) yang ingin kita
> tawarkan dari bisnis kita. Jadi, artinya ketika kita memberi
> label "syariah" pada bisnis kita berarti bisnis kita harus
> menjadikan nilai2 sayriah sbg penggeral dari seluruh proses bisnis
> yang ada, baik dari segi system, produk, distribusi keuntungan,
> hingga berbagai aspek bisnis lainnya.
>
> Ibarat rumah, bisnis syariah terdiri dari struktur bangunan yang
> tidak boleh terpisah satu sama lainnya. Fondasinya harus syariah,
> tiang2nya harus syariah, dan atapnya pun harus syariah. Kalau
> struktur bangunan tidak selaras, rumah tsb tidak akan bertahan lama.
> Pakar marketing, Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa bisnis syariah
> tidak akan bertahan apabila hanya citra dan identitasnya saja yang
> syariah tetapi tidak disertai dengan integritasnya
>
> Fondasi Tiang dan Atap.
>
> 1)    Fondasi "Tauhid (Iman)"
>
> Menurut Imam Ghazali, kebanyakan manusia seperti keledai yang
> memutar mesin penggilingan. Agar si keledai mau memutar
> penggilingan, di lehernya diikatkan kayu dan diujung kayu itu ada
> makanan. Seolah-olah makanan itu siap untuk disantap. Akan tetapi,
> si keledai tak mampu meraihnya. Setiapkali keledai itu bergerak,
> makananyapun ikut bergerak. Dorongan untuk makan makanan yang ada
> didepan mata yang memotivasi keledai bergerak. Dengan perumpamaan
> ini, Imam Gazhali ingin mengingatkan kita agar memiliki tujuan utama
> sebagai misi aktivitas kita. Jangan seperti keledai yang hanya
> berputar-putar mengejar makanan.
>
> Artinya, dalam berbisnis, kita tidak boleh hanya sekedar
> mengumpulkan keuntungan. Ada misi pokok yang kita harus emban
> sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Selain itu, bisnis yang
> kita bangun harus berdimensi kerahmatan bagi seluruh alam (rahmatan
> lil alamiin). Bisnis yang tidak merusak lingkungan. Bisnis kita
> harus menyumbangkan sesuatu kepada peradaban dunia. Di atas semua
> itu, apa yang kita lakukan bermuara pada satu titik: mencari ridha
> Allah.
>
> Kalau fondasi ini telah kita tanamkan dalam langkah bisnis, insya
> Allah tidak akan pernah mengenal lelah untuk membesarkannya.
> Walaupun ada halangan atau badai, badai pasti berlalu. :"Dan Ibrahim
> berkata,"Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku,d an Dia akan
> memberi petunjuk kepadaku." (QS37:99).
>
> Dari semua kerja keras yang kita lakukan untuk membesarkan bisnis
> kita, pada akhirnya adalah bekal untuk kembali menuju Allah Yang
> Maha Agung.
>
> 2)    Tiang-Tiang Syariah
>
> Tiang2 inilah yang akan membentuk bangunan bisnis syariah kita.
> Artinya, seluruh proses bisnis dari awals ampai akhir,d ari proses
> input sampai proses output, harus dilakukan berlandaskan syar'I
> (AlQur'an dan As-Sunah).
>
> Rasulullah SAW bersabda,"Perumpamaan orang beriman itu bagaikan
> lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih,
> hinggap di tempat yang bersih,d an tidak merusak atau mematahkan
> (yang dihinggapinya),: (HR Ahmad, Al-Hakim,d an Al-Bazzar). Lebah
> hanya hinggap ditempat pilihan. Lebah hanya mendatangi bunga,
> buah2an, atau tempat bersih lainnya yang mengandung nektar (bahan
> madu). Iapun mengeluarkan sesuatu yang bersih dan bermanfaat: madu.
>
> Begitulah seharusnya bisnis syariah kita. Semua berasal dari yang
> bersih: tidak ada modal dari korupsi, suap, penipuan, pencurian etc,
> Begitu juga outputnya mendatangkan manfaat bagi banyak manusia. Juga
> tidak merusak lingkungan,
>
> 3)    Atap Penghayatan (Ihsan).
>
> Tiang, dinding, pintu dan jendela serta segala asesori tak akan
> bertahan lama bila tak dilindungi dengan atap dari serangan panas
> dan hujan. Begitupun bisnis syariah, bila tidak didukung oleh
> penghayatan (merasa dekat, melihat dan dilihat Allah), niscaya akan
> mudah rusak dan rapuh. Penghayaan disini akan menunjukkan kondisi
> kejiwaan kita yang merasa senantiasa diawasi oleh Allah. Perasaan
> ini akn melahirkan sikap hati-hati, waspada,d an terkendalinya
> suasana jiwa.
>
> Ketika seseorang berislam, beriman, tapi tidak berihsan, saat itu ia
> belum sampai apda ruh ajaran Islam. Ketika seorang Muslim naik haji
> tetapimasih saja korupsi, orang tsb belum sampai pada ruh ajaran
> Islam. Ketika kita sudahmenjalankan bisnis syariah dgn niat karena
> Allah, menjalankan sesuai syariah, tapi tidak melakukan pengharyatan
> ihsan dalam bisnis, kita belum sampai pada ruh bisnis Islam.
>
> Contoh sederhananya begini. Dari bisnis syariah kita mendapat
> keuntungan 2 Miliar. Untuk menunjukkan status , keuntungan 2 Miliar
> ini kita belikan mobil Jaguar versi terbaru. Padahal, kita sudah
> punya Avanza. Ini sah-sah saja bagi kita sesuai syariah. Namun, kita
> tidak merasa risih memamerkan gaya hidup bermewah-mewahan dengan
> simbul status mobil berharga miliaran sementara di sisi lain banyak
> masyarakat yang untuk makan saja sulit. Kalau bisnis syariah kita
> mampu kita hayati, kita tidak akan membeli mobil mewah ini. "Maka,
> celakalah bagi orang-orang yang mengerjakan sholat, yaitu orang2
> yang lalai shalatnya, orang2 yang berbuat riya' ". (QS107:4-6)
>
> Wassalam,
> Lina
>
> Sebagai akhir episode akan dipaparkan Perbedaan Bisnis Syariah dan
> Bisnis Konvensional, sbg kesimpulan.
>
>
> 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke