Kalau yang namanya membantu itu, bila kritiknya membangun. Kritik 
membangun itu ada cirinya. Pertama, dari segi bahasa, bisa dirasa 
ini mau membangun atau mau mengejek. Kedua, dari segi isi postingan, 
bisa dilihat ada gak jalan keluar or saran yang diberikan.

Silakan introspeksi ke postingan2 sampeyan.

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Lho saya kan membantu dengan mengkritik.
> 
> - mosok kartu kredit syarih beli daftar clien kartu kredit lain
> - mosok fatwa dewan syariah nggak konsisten, dulu kudu punya 
tabungan di sana, sekarang nggak
> - perhitungan management fee kartu kredit yg hitungannya malah 
seperti bunga berbunga
> 
> 
> 
> 
> 
> Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network
> 
> -----Original Message-----
> From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Tue, 03 Jun 2008 03:54:50 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Makna di Balik Syariah
> 
> 
> Nah. Kalo yang ngomentarinnya kaya bung Aman ini kan uenak. Kita 
> juga sadarlah, emang masih buanyak yang kurang tapi itu kan tugas 
> kita (yang ngaku Muslim) untuk membantu hingga sistem ini 
mendekati 
> sempurna. Memang harus dijalankan secara integral.
> 
> Herannya, yang diangkat selalu masalah perbankan. Ato hal pinjam 
> meminjam. Apa karena hal ini yang paling dibutuhkan masyarakat? 
Apa 
> karena bisnis ini paling rumit?
> 
> Bisa gak memulai bisnis tanpa minjam dari Bank dulu. Ntar kalo mo 
> ngembangin, baru pinjam ke Bank. Jadi, Bank jg bisa lebih percaya.
> Maksudku sih, otak kita jangan diajar dikit2 minjem Bank, dikit2 
> minjem...:-)). Buktiin dulu kita ade usahanye. Tapi emang enakan 
> minjem ke Bank juga drpd ame sodare. Ama Bank urusannya hukum, ama 
> sodare urusannya bisa jadi nyawa, bukannya 'nyariah' 
jadi 'ngeriah'. 
> 
> Hi..hi..baru satu orang yg terbaca olehku di milis ini yang 
optimis 
> ama Ekonomi Syariah. Ada juga yang bisa melihat makna di balik 
> syariah.
> 
> Hayuuuh  hayuuuh buat bisnis scr syariah.
> 
> wassalam,
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" 
> <aman.fatha@> wrote:
> >
> > Jumpa lagi, dan langsung ikut komentar tentang Bank Syariah ini 
> meskipun bukan ahlinya.
> > 
> > Hingga kini, menurut pandangan saya, persoalan di Bank Syariah 
> terletak pada paradigma awal yang sempit, yaitu soal riba dan non-
> riba. Memang tidak salah, karena ini adalah persoalan yang 
mendasar 
> dalam sistem Islam. Namun, gara-gara ini akhirnya sulit untuk 
> melakukan pengembangan pada tataran praktis. Padahal, banyak hal 
> yang harus dituntaskan mengingat persoalan bank tidak semata soal 
> pinjam-meminjam, kredit. Secara sederhana, kita bisa mulai 
bertanya 
> bagaimana manajemen perbankan Syariah, bagaimana pengelolaan modal 
> dan strateginya, apa saja jasa yang bisa ditawarkan, bagaimana 
> format yang ideal dalam pelaksanaannya, bagaimana mengelola 
risiko. 
> Ini baru dari sudut pandang intern perbankan itu sendiri. Masih 
> banyak unsur lain yang sangat terkait: nasabah (bagaimana agar 
bisa 
> dijaring untuk menggunakan jasa, pelayanan, kepuasaan, kelancaran 
> aktivitas, dll); pihak ketiga yang menjadi partner bisnis; 
regulasi; 
> lembaga penjaminan kredit; dan lain-lain.
> > 
> >  
> > 
> > Saya pribadi optimis dengan Sistem Ekonomi Syariah meskipun apa 
> yang berlangsung sekarang belum mencapai taraf yang diharapkan 
> (ideal). Barangkali ini adalah alasan di balik pelaksanaan sistem 
> Syariah yang belum menunjukkan hasil yang memuaskan, alasan kenapa 
> banyak orang mengatakan bahwa Syariah hanya label dan tidak ada 
beda 
> signifikan dengan BK. Pada sisi lain, para pendukung sistem 
Syariah 
> lebih memilihnya karena faktor non-riba sebagaimana ajaran agama, 
> terlepas dari bagaimana pelayanan dan sejauh mana manfaat yang 
> didapatkan dari produk, jasa, dan sistemnya dibandingkan dengan 
apa 
> yang ada pada BK.
> > 
> >  
> > 
> > Mungkin juga, alasan mereka yang mengatakan hanya label bahwa 
pada 
> kenyataannya sistem Syariah lebih fokus kepada bagaimana menjaring 
> konsumen, khususnya para pendukungnya yang di negara ini sangat 
> besar potensinya mengingat masyarakat muslim adalah mayoritas. 
> Sebagai ilustrasi, soal non-riba saja masih dipandang sebatas 
> layanan yang ditawarkan kepada konsumen dengan cara pendirian unit-
> unit Syariah oleh bank-bank konvensional. Bukankah modal yang 
> terhimpun dan tersalurkan pada unit ini akhirnya menjadi bagian 
yang 
> tidak terpisahkan dari sistem utama bank itu sendiri. 
Sederhananya, 
> uang halal secara syariah dan uang haram atau syubhat atau tidak 
> jelas juga akan bercampur baur. Jika demikian, apa artinya 
pelabelan 
> Syariah pada unit yang menawarkan produk-produk Syariah?
> > 
> >  
> > 
> > Pada sisi konsep sendiri, juga ada beberapa produk yang tidak 
ada 
> bedanya dengan produk bank konvensional dari segi keuntungan 
kecuali 
> pada bentuk pelaksanaannya. Sebagai contoh, produk murabahah. 
Kasus 
> yang disampaikan oleh Bung Donnie di sini, saya perhatikan, adalah 
> bentuk murabahah. Bisa dilihat perbedaannya pada contoh kasus 
> berikut ini.
> > 
> >  
> > 
> > Donnie ingin membeli rumah seharga 200 juta. Uang Donnie hanya 
50 
> juta. Kebutuhan modal pembelian ini adalah 150 juta. Agar bisa 
> membeli rumah, Donnie datang ke salah satu bank untuk mendapatkan 
> modal. 
> > 
> >  
> > 
> > (1)    Pada bank syariah, produk murabahah bisa diterapkan: bank 
> akan membeli kontan rumah tersebut seharga 150 juta dan 
> menyerahkannya kepada Donnie dalam bentuk jual beli lagi dengan 
> harga yang lebih besar dari 200 juta dan Donnie membayarkanya 
secara 
> cicilan sebesar nominal dan dalam periode waktu yang disepakati 
oleh 
> kedua belah pihak. Katakanlah harga yang ditawarkan oleh bank +12% 
> menjadi 224 juta untuk jangka waktu 5 tahun. Artinya, margin 
> keuntungan bank dari modal 200 juta yang dikeluarkan adalah 24 
juta 
> untuk jangka waktu 5 tahun. 224 juta / 60 = 3.735.000 ribu per 
> bulan. Jika Donnie setuju, dilaksanakanlah sistem ini. Bagaimana 
> bank menentukan margin ini sangat tergantung dengan kondisi 
ekonomi, 
> kelancaran keuangan, cost recovery, dan faktor-faktor lain yang 
> lebih mendalam dibahas dalam buku-buku operasional dan manajemen 
> Bank Syariah lengkap dengan ada rumusan dan strateginya.
> > 
> > (2)    Pada bank konvensional, katakanlah Donnie pinjam 200 juta 
> dengan bunga 12%, kira-kira apa bedanya dengan produk murabahah? 
> Bedanya hanya terletak pada sistem interaksi antara Donnie dan 
pihak 
> bank, yang pada bank syariah unsur riba tidak ada lagi karena 
> penawaran bank adalah harga jual rumah oleh pihak bank kepada 
Donnie 
> dengan menyebutkan harga asli pembelian yang akan dilakukan 
apabila 
> deal dan margin keuntungan bank sendiri. Ini pun masih menjadi 
> perdebatan ulama tentang kebolehan harga tinggi daripada harga 
asal 
> karena faktor waktu (pembayaran cicil dan tunda). Oleh Ulama 
> Kontemporer dinyatakan boleh dengan pertimbangan bahwa waktu juga 
> bernilai uang dari segi bisnis, beda dengan pandangan banyak ulama 
> fikih klasik.
> > 
> >  
> > 
> > Ini baru pada bentuk produk yang digunakan. Belum lagi soal 
> administrasi dan lain-lain memandang pelayanan dan kepuasaan juga 
> penting.  Dilihat dari contoh di atas, bisa dibayangkan bahwa 
untuk 
> satu proses saja memerlukan tahapan sistem yang tidak fleksibel. 
Ini 
> tantangan bagi pengembangan Ekonomi Syariah sebenarnya. 
> > 
> >  
> > 
> > Meskipun demikian, saya tidak ingin pesimis karena nyatannya 
> Ekonomi Syariah memang tergolong baru segi konsepsi keuangan 
modern 
> dan ketentuan-ketentuan hukum yang telah banyak dibahas oleh ulama 
> fikih klasik menjadi acuan untuk pengembangan pada sisi konsep dan 
> hukumnya. Untuk pengembangan produk, tentu saja masih sangat 
> diperlukan berbagai terobosan. 
> > 
> >  
> > 
> > Hal yang lebih penting, sistem ekonomi Syariah harus dilihat dan 
> dipraktikkan secara integral. Itu jauh dari mungkin dengan bentuk 
> bank konvensional hanya membuka unit syariah. Jadi, ini memang 
> tantangan besar bagi para penggiat, peneliti, para ahli, dan 
> mahasiswa yang berkecimpung dalam kajian ekonomi Syariah. Tidak 
> sebatas kepada persoalan konsep dan hukum, tetapi juga manajemen 
> keuangan, manajemen administrasi, manajemen risiko, manajemen 
> bisnis, dan seterusnya.
> > 
> >  
> > 
> > Demikian komentar saya, terimagajih hehehe
> > 
> >  
> > 
> > Wassalam
> > 
> > Aman
> > 
> >    
> > 
> >  
> > 
> > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:wanita-
> [EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Donnie
> > Sent: Friday, May 30, 2008 9:27 AM
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Makna di Balik Syariah
> > 
> >  
> > 
> > 
> > 
> > apa yang aku pahami dari paparan ini adalah:
> > Bank syariah didirikan oleh orang Islam, asal uang Bank dan 
kemana 
> > uang Bank diinvestasikan harus dalam bisnis yang halal, terus 
> apabila 
> > dapat keuntungan tidak boleh berpamer-pamer.
> > 
> > Dapat keuntungannya dari mana? kenapa banyak yang bilang kalo 
mau 
> > pinjam di Bank Syariah lebih berat daripada di Bank non Syariah. 
> > kemaren ada yang posting buat ngajuin kredit aja administrasinya 
> > harus dibayar dimuka...
> > 
> > Pengalaman saya pernah mau ngajuin kredit rumah. Kebetulan 
> > developernya punya koneksi di BNI syariah. Demi kelancaran 
> > pembayaran (kalo developer kenal baik dengan banknya) dan 
mencoba 
> > untuk berbisnis dalam bingkai keIslaman, meluncurlah saya kesana.
> > Hmm.. syaratnya book.. nggak fleksible sama sekali. Buat saya 
yang 
> > buruh tidak tetap dengan sumber penghasilan yang tidak tetap 
pula 
> > (meskipun kalo dipaksa-paksain bisa juga membayaran cicilan 
> kredit), 
> > mereka sama sekali tidak bisa memfasilitasi kebutuhan saya. 
Harus 
> > punya gaji tetap, cicilan harus bisa dipotong langsung dari 
> bendahara 
> > kantor.. dll
> > 
> > Lha pindah ke bank non syariah.. eh ternyata lancar jaya.. dan 
> > cicilan bisa juga lunas sebelum waktu jatuh tempo.
> > 
> > Moral of the story:
> > -Bank syariah (at least yang saya kunjungi waktu itu) kehilangan 
> > pasar potensial yang lebih cair kondisi finansialnya. Dan saya 
> rasa 
> > saat ini potensi pasar yang seperti ini sangat besar diantara 
> > profesional muda.
> > -Apakah dengan memilih2 nasabah seperti itu bisa dibilang 
sesuatu 
> > yang Islami? Nasabah yang bener2 terjamin tidak akan membuat 
rugi 
> > Bank. Lha padahal namanya bisnis kan ada risiko ruginya.. :)
> > 
> > Donnie
> > 
> > On May 29, 2008, at 12:01 PM, Lina Dahlan wrote:
> > > Makna di Balik Syariah
> > >
> > > Merek atau label bisnis mencerminkan nilai (value) yang ingin 
> kita
> > > tawarkan dari bisnis kita. Jadi, artinya ketika kita memberi
> > > label "syariah" pada bisnis kita berarti bisnis kita harus
> > > menjadikan nilai2 sayriah sbg penggeral dari seluruh proses 
> bisnis
> > > yang ada, baik dari segi system, produk, distribusi keuntungan,
> > > hingga berbagai aspek bisnis lainnya.
> > >
> > > Ibarat rumah, bisnis syariah terdiri dari struktur bangunan 
yang
> > > tidak boleh terpisah satu sama lainnya. Fondasinya harus 
syariah,
> > > tiang2nya harus syariah, dan atapnya pun harus syariah. Kalau
> > > struktur bangunan tidak selaras, rumah tsb tidak akan bertahan 
> lama.
> > > Pakar marketing, Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa bisnis 
> syariah
> > > tidak akan bertahan apabila hanya citra dan identitasnya saja 
> yang
> > > syariah tetapi tidak disertai dengan integritasnya
> > >
> > > Fondasi Tiang dan Atap.
> > >
> > > 1) Fondasi "Tauhid (Iman)"
> > >
> > > Menurut Imam Ghazali, kebanyakan manusia seperti keledai yang
> > > memutar mesin penggilingan. Agar si keledai mau memutar
> > > penggilingan, di lehernya diikatkan kayu dan diujung kayu itu 
ada
> > > makanan. Seolah-olah makanan itu siap untuk disantap. Akan 
> tetapi,
> > > si keledai tak mampu meraihnya. Setiapkali keledai itu 
bergerak,
> > > makananyapun ikut bergerak. Dorongan untuk makan makanan yang 
ada
> > > didepan mata yang memotivasi keledai bergerak. Dengan 
perumpamaan
> > > ini, Imam Gazhali ingin mengingatkan kita agar memiliki tujuan 
> utama
> > > sebagai misi aktivitas kita. Jangan seperti keledai yang hanya
> > > berputar-putar mengejar makanan.
> > >
> > > Artinya, dalam berbisnis, kita tidak boleh hanya sekedar
> > > mengumpulkan keuntungan. Ada misi pokok yang kita harus emban
> > > sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Selain itu, bisnis 
yang
> > > kita bangun harus berdimensi kerahmatan bagi seluruh alam 
> (rahmatan
> > > lil alamiin). Bisnis yang tidak merusak lingkungan. Bisnis kita
> > > harus menyumbangkan sesuatu kepada peradaban dunia. Di atas 
semua
> > > itu, apa yang kita lakukan bermuara pada satu titik: mencari 
> ridha
> > > Allah.
> > >
> > > Kalau fondasi ini telah kita tanamkan dalam langkah bisnis, 
insya
> > > Allah tidak akan pernah mengenal lelah untuk membesarkannya.
> > > Walaupun ada halangan atau badai, badai pasti berlalu. :"Dan 
> Ibrahim
> > > berkata,"Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku,d an Dia akan
> > > memberi petunjuk kepadaku." (QS37:99).
> > >
> > > Dari semua kerja keras yang kita lakukan untuk membesarkan 
bisnis
> > > kita, pada akhirnya adalah bekal untuk kembali menuju Allah 
Yang
> > > Maha Agung.
> > >
> > > 2) Tiang-Tiang Syariah
> > >
> > > Tiang2 inilah yang akan membentuk bangunan bisnis syariah kita.
> > > Artinya, seluruh proses bisnis dari awals ampai akhir,d ari 
> proses
> > > input sampai proses output, harus dilakukan berlandaskan syar'I
> > > (AlQur'an dan As-Sunah).
> > >
> > > Rasulullah SAW bersabda,"Perumpamaan orang beriman itu bagaikan
> > > lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih,
> > > hinggap di tempat yang bersih,d an tidak merusak atau 
mematahkan
> > > (yang dihinggapinya),: (HR Ahmad, Al-Hakim,d an Al-Bazzar). 
Lebah
> > > hanya hinggap ditempat pilihan. Lebah hanya mendatangi bunga,
> > > buah2an, atau tempat bersih lainnya yang mengandung nektar 
(bahan
> > > madu). Iapun mengeluarkan sesuatu yang bersih dan bermanfaat: 
> madu.
> > >
> > > Begitulah seharusnya bisnis syariah kita. Semua berasal dari 
yang
> > > bersih: tidak ada modal dari korupsi, suap, penipuan, 
pencurian 
> etc,
> > > Begitu juga outputnya mendatangkan manfaat bagi banyak 
manusia. 
> Juga
> > > tidak merusak lingkungan,
> > >
> > > 3) Atap Penghayatan (Ihsan).
> > >
> > > Tiang, dinding, pintu dan jendela serta segala asesori tak akan
> > > bertahan lama bila tak dilindungi dengan atap dari serangan 
panas
> > > dan hujan. Begitupun bisnis syariah, bila tidak didukung oleh
> > > penghayatan (merasa dekat, melihat dan dilihat Allah), niscaya 
> akan
> > > mudah rusak dan rapuh. Penghayaan disini akan menunjukkan 
kondisi
> > > kejiwaan kita yang merasa senantiasa diawasi oleh Allah. 
Perasaan
> > > ini akn melahirkan sikap hati-hati, waspada,d an terkendalinya
> > > suasana jiwa.
> > >
> > > Ketika seseorang berislam, beriman, tapi tidak berihsan, saat 
> itu ia
> > > belum sampai apda ruh ajaran Islam. Ketika seorang Muslim naik 
> haji
> > > tetapimasih saja korupsi, orang tsb belum sampai pada ruh 
ajaran
> > > Islam. Ketika kita sudahmenjalankan bisnis syariah dgn niat 
> karena
> > > Allah, menjalankan sesuai syariah, tapi tidak melakukan 
> pengharyatan
> > > ihsan dalam bisnis, kita belum sampai pada ruh bisnis Islam.
> > >
> > > Contoh sederhananya begini. Dari bisnis syariah kita mendapat
> > > keuntungan 2 Miliar. Untuk menunjukkan status , keuntungan 2 
> Miliar
> > > ini kita belikan mobil Jaguar versi terbaru. Padahal, kita 
sudah
> > > punya Avanza. Ini sah-sah saja bagi kita sesuai syariah. 
Namun, 
> kita
> > > tidak merasa risih memamerkan gaya hidup bermewah-mewahan 
dengan
> > > simbul status mobil berharga miliaran sementara di sisi lain 
> banyak
> > > masyarakat yang untuk makan saja sulit. Kalau bisnis syariah 
kita
> > > mampu kita hayati, kita tidak akan membeli mobil mewah 
> ini. "Maka,
> > > celakalah bagi orang-orang yang mengerjakan sholat, yaitu 
orang2
> > > yang lalai shalatnya, orang2 yang berbuat riya' ". (QS107:4-6)
> > >
> > > Wassalam,
> > > Lina
> > >
> > > Sebagai akhir episode akan dipaparkan Perbedaan Bisnis Syariah 
> dan
> > > Bisnis Konvensional, sbg kesimpulan.
> > >
> > >
> > > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> >  
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to