Satu, perempuan dan anak-anak yang berdemo itu adalah korban kekerasan negara atas mereka. Sebagaimana anak-anak desa Porong, mereka ikut ibu-ibu mereka yang demo ke jakarta utk minta tanggungjawab bosnya Lapindo Brantas, sebagaimana anak-anak pegawai IPTN yang dibawa demo orangtuanya ke Jakarta pakai motor waktu mata pencaharian orangtuanya dibungkam. Nothing's so unusual about that. Ya, memang tak baik membawa anak-anak untuk demo, tapi itu bukan alasan untuk menyalahkan korban dan membenarkan FPI.
Dua, perempuan adalah warga negara Indonesia yang SETARA dengan lelaki warga negara Indonesia. Perempuan Indonesia BERHAK mengungkapkan sikap politiknya. Ingat, ini INDONESIA bukan negara taliban dimana perempuan hanya jadi mesin reproduksi yang ditutupi burka semata-mata untuk memuaskan ego pemiliknya yang disebut suami. Tiga, selamat makan siang, semoga sehat dan sejahtera, pada Anda dan Pak Irwan, semoga juga bisa tidur pulas pula nanti malam, sebagaimana tidurnya Munarwan, Riziq, dan para pengangguran yang diberi topi timur tengah dan tongkat bambu untuk mencabik-cabik sesamanya itu. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ncang Irwan, > Ane gak usah sekolah tinggi2 sekolah hukum kayak Rudi Satrio, juga > dah bisa baca. Ane cuma bilang EOnya AKKBB kurang pake 'hati' krn > nurunin pere dan anak disituasi kayak begini. > > Dah dulu ncang, Ncing mo lengser dulu. Mo nyarap. Laah, gini hari > nyarap. Mo lunch out dulu...:-) di Pancoran...he..he...deket kantor > ente. Dont worry, ane gak satronin minta traktir kok. Kecuali kalo > ikhlas di rampok...ha..ha.. > > wassalam, > Ncing Lina. > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, IrwanK <irwank2k6@> wrote: > > > > [Mudah"an diloloskan Bos Agus - Moderator FPK] > > > > Saya bukan anggota atau pembela FPI.. sekedar memberikan > perimbangan > > berita.. > > yang selama ini cenderung hanya menyalahkan FPI.. > > > > Mari berdiskusi secara sehat dan berimbang.. :-) > > CMIIW.. > > > > Wassalam, > > > > Irwan.K > > > > ------------ > > 02/06/2008 15:02 WIB > > Pengamat: AKK-BB Bermain Api! > > Maryadi - detikcom > > > > Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam > (FPI) dinilai > > > > tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Justru Aliansi Kebangsaan untuk > > Kebebasan > > Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) dinilai bermain api. > > > > "Seharusnya penyelenggara aksi di Monas sudah tahu, bahwa > situasi tengah > > panas. Mereka bermain api di depan minyak. Itu memancing masalah > namanya," > > > > kata Rudi Satrio, pengamat hukum dari Universitas Indonesia (UI) > saat > > dihubungi detikcom, Senin (2/6/2008). > > > > Rudi juga menyesalkan sikap AKK-BB yang melakukan aksi tanpa > melihat > > situasi > > yang ada sekarang ini. "Sangat disayangkan, mereka tidak membaca > situasi," > > > > ujar Rudi. > > > > Namun di sisi lain, Rudi menilai, dari sisi penegakan hukum > siapa yang > > bersalah harus ditindak. "Saya setuju penegakan hukum dilakukan. > Itu > > standarlah. Tapi lihat bisa lihat dulu kausalitasnya bagaimana," > kata Rudi > > . > > > > Sebab, tindakan FPI tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Dalam hal > ini AKK-BB > > > > juga ikut bersalah karena mengundang chaos sehingga menimbulkan > keonaran. > > "Mereka mengundang pihak lain untuk bereaksi," ujar Rudi. ( > mar / nrl ) > > > > 2008/6/1 Kartono Mohamad <kmjp47@>: > > > > > Saya membaca dari detik.com pernyataan Munarman yang > mengatakan: > > > 1. Gerakan FPI kemarin itu tidak perlu minta ijin polisi. Ini > melanggar > > > undang-undang tentang demonstrasi yang mewajibkan penyelenggara > demo > > > melapor/memberi tahu polisi minimal dua hari sebelumnya. (CMIIW). > > > 2. Perjataan "kalau tidak siap perang, jangan menantang". > Menunjukkan bahwa > > > FPI memang datang untuk menyerang peserta demo AKKBB. > > > Melihat itu semua, kalau Polisi tidak bertindak terhadap FPI dan > HTI, maka > > > berarti polisi memang memihak. Atau bahkan merestui gerakan dan > tindakan > > > FPI/HTI tersebut. Alangkah ganjilnya jika melihat gerakan > FPI/HTI sebelum > > > sampai ke lapangan Monas, polisi tidak tahu bahwa mereka belum > > > memberitahu/mendapat ijin demo. Juga alangkah naifnya jika > polisi tidak > > > mengantisipasi bentrokan antara demo AKKBB dengan FPI/HTI ketika > melihat > > > kedatangan FPI. > > > Maka dapat dipahami tuduhan Gus Dur bahwa FPI mendapat dukungan > Polri. > > > Polisi yang dibayar dengan pajak rakyat yang bersemboyan > melayani dan > > > melindungi. > > > > > > KM > > > > > > -------Original Message------- > > > > > > From: Eko Bambang Subiantoro > > > Date: 01/06/2008 21:49:58 > > > To: [EMAIL PROTECTED]<Forum-Pembaca-Kompas% > 40yahoogroups.com> > > > Cc: [EMAIL PROTECTED]<wartawanindonesia% > 40yahoogroups.com> > > > Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] [SIARAN PERS] Koalisi Perempuan > Indonesia > > > Mengutuk Cara-Cara Kekerasan Front Pembela Islam > > > > > > Pernyataan Sikap > > > Koalisi Perempuan Indonesia > > > Untuk Keadilan dan Demokrasi > > > > > > "Mengutuk Cara-cara dan Pelaku Kekerasan" > > > > > > Minggu 1 Juni 2008, merupakan hari kelabu bagi bangsa Indonesia. > Pasalnya, > > > sebanyak 500-an orang massa yang tergabung dalam Aliansi > Kebangsaan untuk > > > Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang tengah > mempersiapkan acara > > > Apel Akbar di lapangan Monas dalam rangka memperingati kelahiran > Pancasila, > > > tiba-tiba dikejutkan dengan serangan membabi-buta yang dilakukan > sekelompok > > > massa dari FPI (Front "Pembela" Islam). > > > > > > Seperti yang sudah sering terjadi, massa FPI menyerang massa > AKKBB�yang > > > saat > > > itu lebih banyak perempuan dan anak�dengan cara-cara kekerasan > sambil > > > meneriakkan kalimat "Allahu Akbar" yang bagi umat Islam sangat > disakralkan. > > > Ironisnya, massa FPI juga menyerang dan merusak tanpa tedeng > aling-aling. > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > >