Menyelamatkan
Bakrie, SBY kelihatan Orde Baru sejati
oleh:
Wimar Witoelar


Pada saat tulisan ini dikirimkan, CNN
baru
mengeluarkan ringkasan hasil polling mengenai debat presiden
Amerika
Serikat. Sudah selesai semua debat calon presiden, tiga
semuanya.
Hasilnya dalam persentase. Untuk debat pertama, Obama-McCain
51-31.
Debat kedua, 54-30. Debat ketiga, 58-31. Menurut CNN
perkiraan
electoral vote adalah 277 untuk Obama dan 174 untuk
McCain dengan state
(negara bagian) yang tossup (bisa kesana bisa
kesini) sebanyak 87.

Amdaikata McCain menang semua tossup
states, dia tetap kalah.
Jadi dia harus menang semua tossup states
seperti Florida, Ohio dan
North Carolina. Tidak cukup itu, McCain
harus merebut state yang
diperkirakan mendukung Obama seperti
Pennsylvania dan Virginia. 
Sebaliknya Obama cukup mempertahankan
posisi. Karena itu McCain
agresif, Obama defensif. Ibarat
pertandingan sepakbola dimana Obama di
depan 2-0 dengan sisa waktu
10 menit. McCain harus tetap bersemangat
kampanye dan
orang-orangnya harus tetap percaya diri, supaya
pendukungnya tidak
patah semangat dan tetap mau mengikuti Pemilu. Obama
harus tetap
bersemangat dan tidak menunjukkan rasa menang,supaya
pendukungnya
tetap semangat sampai memberikan suara pada tanggal 4
November.
Kalau mereka merasa sudah menang, mungkin mereka malas
memilih,
karena merasa sudah pasti menang

Di kita, posisinya agak
terbalik. Yang diatas angin adalah pihak
elite, yang kalah adalah
orang biasa. Kalau ikut rumus tadi, elite
harusnya tenang dan
orang biasa bersikap galak. Tapi disini malah elite
makin berani
menjalankan kolusi dan orang biasa makin menerima.
Terbukti dalam
kolusi Bakrie dengan SBY untuk menyelamatkan
perusahaannya yang
ambruk. Dalam kasus Lapindo, Bakrie tidak mau
menunjukkan simpati
kepada korban luapan lumpur. Sekarang Bakrie kena
musibah pasar,
dia minta simpati SBY. Minta dibantu dengan uang negara
melalui
BUMN. Orang biasa yang merasa elite berkuasa, merasa tidak
punya
jalan keluar. Mereka merasa terpaksa menerima 
keserakahan
penguasa.

Padahal kita tidak harus menerima
ketidak adilan. Kita bisa
mengajak orang biasa  memberikan
pendapat. Kalau tidak, orang baik
makin sedikit, dan orang jahat
makin banyak. Apakah lupa munculnya Orde
Baru? Tokoh angkatan 66
ikut membenarkan Suharto. Sekarang tokoh
reformasi 98 ikut
membenaran  SBY.  Dengan menyelamatkan Bakrie,
SBY
kelihatan Orde Baru sejati. Tujuannya hanya mempertahankan
kekuasaan,
yang dipakai untuk melindungi pengusaha yang
mendukungnya. Segitiga
SBY-Bakrie-Kalla menggelinding menuju
Pilpres 2009.

Krisis ekonomi dunia saat ini timbul karena
terlalu banyak
andalan pada kelancaran kredit. Kredit murah
membuat orang berhutang
lebih besar dari kemampuan membayar.
Ketika timbul masalah dalam
pembayaran kredit, masalah itu diatasi
dengan meminjam lebih banyak
lagi, gali lubang tutup lubang. Makin
banyak kita punya kenalan di
Bank, makin mudah meminjam uang.
Kalau kita kenal penguasa, lebih mudah
lagi. Meminjam menjadi
sangat mudah kalau kita kenal Presiden yang
tidak jujur. Kreditor
mana akan menolak kasih kredit kalau Presiden
memberikan lampu
hijau?

Setelah 11 September 2001, Bush
menumbuhkan mesin
ekonomi dengan melancarkan kredit properti. Semua
berjalan mulus
sampai satu saat kredit perumahan yang terlalu lancar di
Amerika
Serikat menghasilkan kelebihan bangunan, Harga properti
jatuh.
Nasabah kredit tidak bisa bayar kredit. Bank tertimpa
kredit macet dan
terpaksa minta pinjaman dari lembaga keuangan
lain. Sekuritas yang
dibangun diatas jaminan kredit anjlok
nilainya. Perusahaan asuransi
jatuh nilai assetnya. Perusahaan
asuransi AIG jatuh dan diberi bailout
USD 770 Milyar. Dengan cepat
jepitan kredit merembes ke Eropah dan
Asia. 
Akhirnya kemacetan
kredit internasional menimpa perusahaan di
Indonesia yang punya
hutang besar pada pihak asing. Tidak mampu bayar
kredit, takut
disita jaminan berupa saham perusahaan, akhirnya Bakrie
bersembunyi
dari kenyataan pasar dan meminta pemerintah mengatur BUMN
ikut
bantu.

Menko Sri Mulyani tidak setuju, sebab ini
intervensi
pasar. Lebih baik Bakrie jatuh daripada orang biasa ikut
menderita.
Pada krismon 97, banyak perusahaan jatuh dan pimpinannya
dituntut.
Krismon 2008 menyangkut satu perusahaan, dan pimpinannya
adalah
pembantu terdekat Presiden. Pinjaman macet Bakrie adalah
untuk
menjadi makin kaya lagi, bukan untuk kesejahteraan
rakyat.

SBY
tetap merasa berhutang budi pada Bakrie dan
menolak keberatan Sri
Mulyani. Beliau tidak tahu, kekuatannya dari
suara rakyat, bukan dari
penguasa yang memanfaatkannya. Setelah
Sri Mulyani gagal mempertahankan
sikapnya untuk melepas Bakrie ke
pasar, Bakrie mulai menjual sahamnya
diam-diam. Kepada pihak asing
dilakukan dengan cepat dengan kerugian
besar, karena takut kena
sita jaminan. Penjualan saham kepada pihak
Indonesia yang
dikoordinasi Mentri BUMN dan Sekneg akan terjadi dengan
lebih
leluasa dan harga yang lebih manis untuk Bakrie.

Seorang
pengamat
cerdas mengeluhkan gagalnya reformasi 1998 dan
mengatakan:
"Tahun-tahun terbuang…"  Bakrie bantu
Kalla, Kalla bantu SBY, SBY balas
budi dengan mengangkat 
Kalla sebagai Wakil Presiden dan Bakrie sebagai
Menko Ekuin.
Ketika Bakrie gagal mengurus ekonomi, dia tetap
dipertahankan
sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat, walaupun tidak
memiliki jiwa
sosial sama sekali.

Balas budi SBY kini menggunakan dalih
"mendukung swasta
nasional". Ekonom dan politikus
nasionalis mengatakan, Bakrie sebagai
perusahaan nasional harus
dibantu melawan ancaman cengkeraman asing.
Orang lupa bahwa orang
Indonesia yang menjahati rakyat perlu dikenakan
sangsi 
sebelum kita mempersoalkan orang asing.
Bakrie adalah
pengusaha
nasional tapi bukan nasionalis. Kebesaran usahanya dan
statusnya
sebagai orang terkaya dicapai melalui kolusi politik dengan
SBY
dan kolusi pasar dengan perusahaan luar negeri. 
Ketika krisis
internasional menjatuhkan harga pasar Bakrie, dia lari
minta
perlindungan kepada Presiden. Sangat menyedihkan, bahwa
orang-orang
pandai di Indonesia membenarkan bantuan SBY kepada
perusahaan yang
antisosial ini. Sangat menyedihkan bahwa suara jernih
Menko Sri
Mulyani tidak didukung secara terbuka, hanya
melalui
bisik-bisik.

Pengamat cerdas itu melanjutkan dalam
email:  "Jelek-jelek, 
pemilihan Presiden di Amerika
Serikat memberi kesempatan calon Presiden
untuk berpendapat dan
untuk menunjukan kemampuan. Disini ? Apa yang
jadi penentu
seseorang jadi Presiden: Intrik dan uang"
Betul sekali. Tapi
kita tidak boleh berhenti dengan mengeluh dan
putus asa. Marilah
kita sebagai orang biasa belajar mengerti persoalan.
Kalau sudah
mengerti, marilah membentuk sikap. Kalau sudah punya sikap,
marilah
menyatakan sikap dan bersuara. "A bell is no bell until you
ring
it. A song is no song until you sing it."








__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke