mbak Mia ysh, hormat saya mbak atas jihad mbak Mia itu....
IMHO, konsep fiduciary duty itu baru bisa dipraktekkan oleh orang-orang yang sampai pada maqamnya... bukan masalah teknikal, legal scheme, dan tetek bengek lainnya...walaupun bisa jadi membantu... tapi pada kualitas etika dan profesional seseorang.. suatu batas yang halus... terus terang mbak. Selain dari orang tua saya dan lingkungan dekat, saya merasa tidak pernah mendapatkan teladan model begini dalam masyarakat khususnya dalam konteks kepemimpinan pada segala level. kasus model DAU ini kan hanyal salah satu contoh dari daftar kasus klasik ketika presiden sebagai administrator, executor maupun penjaga negara saja masih memikirkan profit dari perannya sebagai fiduciary dalam konteks gaji, dan ini sudah ditunjukkan berkali-kali oleh presiden-presiden sebelumnya juga, kita bisa bayangkan seperti apa sebetulnya kualitas masyarakat kita... padahal sistem nilai islam sangat dekat dengan hal ini dg. terminologi amanah... herannya konsep ini, dengan segala kekurangannya, malah lebih terasa diimplementasikan di negara yang dianggap kafir. Salam Ary ----- Original Message ----- From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, January 08, 2009 5:41 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Maftuh Tak Tahu Open House Dibiayai DAU Misalkan saja, bahwa pembentukan dana non-budget diperlukan dan ada basis kondisi maupun payung hukumnya. Tetep saja beberapa hal berikut sulit dimengerti banyak orang termasuk pejabat2 terkait: - dari dana tsb kepada siapa amanah itu harus disampaikan (konsep fiduciary duty), dan bagaimana? ini konsep yang sangat suliiiit dipahami, apalagi diamalkan. sebenarnya sih bisa dipahami, tapi kurang kemauan untuk itu. - warisan orde baru yaitu DANA TAKTIS, kecenderungan yang masih kental dipraktekkan oleh banyak pejabat, termasuk yang dianggap bersih. Kekentalan dana taktis ini mungkin erat hubungannya dengan kurangnya kemauan untuk memahami fiduciary duty, selain kepentingan2 yang berbeda termasuk kepentingan pribadi. pengalaman pribadi saya, mati2an menjaga fiduciary duty, sampe sebagian orang membenci dan sebagian diam2 memuja. hanya bisa berharap waktu akan membuktikan, dan sepertinya demikian, walaupun berurai air mata. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi Soegardi" <soega...@...> wrote: > > Lagi-lagi masalahnya adalah dana nonbudjeter, yang bisa digerayangi > oleh para pejabat tanpa perlu mempertanggungjawabkan. Ada dana > reboisasi, dana haji, dan macam-macam dana siluman lainnya di tiap > jajaran departemen dan instansi pemerintah lainnya. Maklum bangsa > Indonesia menganut falsafah "sedia payung sebelum hujan," jadi para > pejabat "menabung" dulu, jaga-jaga kalau anggaran dipangkas, fasilitas > dikurangi. Makanya ada dana darurat, pengeluaran tak terduga, dll. > > Mang Ambon kok belon demo menuntut pembubaran departemen kehutanan, > dept2 lain, dan RI sekalian? Sariawan ya? > [Non-text portions of this message have been removed]