----- Original Message ----- 
From: "Wikan Danar Sunindyo" <wikan.da...@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, July 10, 2010 16:57
Subject: Re: Khilafah dan Khalifah <=Re: Trik-trik Penyusupan Neo-Marxisme <= 
Re: mesttinya ranggas <= Re: [wanita-muslimah] FPI Akan Bongkar Patung Naga di 
Kota

padahal sejak konstantinopel dikuasai kekhalifahan turki utsmani,
pasar rempah-rempah yang ada di konstantinopel ditutup untuk orang2
kafir (spanyol, portugis, belanda, etc)
akibatnya mereka tidak bisa lagi membeli rempah2 di konstantinopel dan
terpaksa mencari sendiri sampai ke wilayah nusantara
dan akibatnya jelas, wilayah nusantara akhirnya dijajah oleh orang2
kafir (spanyol, portugis, dan belanda)
sementara pertolongan dari pihak kekhalifahan turki tidak jelas kapan datangnya
yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir
mungkin mereka sibuk sendiri dengan urusan di dalam negerinya
##################################################################################
HMNA:
Lho, ente potong artikel itu jadi ente tidak membaca seluruhnya, lalu secara 
impulsif ente bilang: "pertolongan dari pihak kekhalifahan turki tidak jelas 
kapan datangnya yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas 
kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir mungkin mereka sibuk 
sendiri dengan urusan di dalam negerinya," 

Mengapa Aceh bisa kuat? Mengapa Belanda tidak bisa menguasai seluruh Aceh 
hingga Perang Dunia kedua? Bealnda sudah menganggap menguasai Aceh secara resmi 
ketika Teuku Rajasabi anaknya Mujahidah Tjoet Meutiah(*) turun gunung tahun 
1937, padahal tidak seluruh Mujahidin pengikutnya ikut turun gunung. Para 
Mujahidin itu terus mengadakan perlawanan secara gerilya hingga Perang Dunia 
kedua. Bahkan Tjoet Gambang anak Mujahidah Tjoet Njak Dien, setelah Mujahidah  
Tjoet Njak Dien yang telah tua renta dan buta yang memimpin perang gerilya 
ditangkap Belanda(**), Tjoet Gambang meneruskan perang gerilya dan tidak pernah 
turun gunung, tidak diketahui di mana rimbanya.

Mengapa Aceh tidak bisa ditaklukkan seluruhnya oleh Belanda? Bacalah bagian 
copas dari artikel yang saya posting, yang ente telah potong itu !

Sulayman  Al-Qanuni  wafat  pada  tahun 974 H/1566 M tetapi permintaan Aceh 
mendapat sokongan Sultan Selim II (974-982 H/1566-1574 M), dengan mengeluarkan  
perintah  kesultanan  untuk  menghantar  sepasukan besar tentera  ke  Aceh.  
Sekitar September 975 H/1567 M, Laksamana Turki di Suez,  Kurtoglu  Hizir Reis, 
diperintahkan berlayar menuju Aceh dengan sejumlah  pakar senjata, tentera dan 
meriam. Pasukan ini diperintahkan berada  di  Aceh  selama mana yang diperlukan 
oleh Sultan. 
Seorang   sejarawan   Universiti  Kebangsaan  Malaysia,  Lukman  Taib, bahkan 
Khilafah mendirikan  akademi  tentera  di Aceh bernama "Askeri Beytul Mukaddes" 
yang  diubah  menjadi  "Askar  Baitul Maqdis" yang lebih sesuai dengan loghat  
Aceh.  Maktab  ketenteraan ini merupakan pusat yang melahirkan pahlawan  dalam 
sejarah Aceh dan Indonesia. 
-----------------------------
(*)
Tjoet Meutiah, boleh jadi masih banyak yang belum pernah mendengar namanya. 
Ironis memang, bahwa Exxon Mobil Corp. yang mengolah gas alam (dari sumur-sumur 
gas alam di daerah Arun) menjadi gas alam dicairkan (liquefied natural-gas, 
LNG) jauh lebih dikenal dari Tjoet Meutiah. Padahal daerah Arun ini menjadi 
medan tempur perlawanan gerilya Aceh terhadap Belanda pada permulaan abad 
ke-20. Di daerah Arun inilah Tjoet Meutiah syahid dalam perang bersosoh dengan 
tentera Belanda rencong versus pedang, disaksikan dari atas dahan pohon oleh 
Teuku Raja Sabi, putera  yang masih bocah. Teuku Raja Sabi di bawah bimbingan 
ayah tirinya, Pang Nanggroe, meneruskan perlawanan gerilya hingga tahun 1937. 
Di Arun inilah berdiri rumah panggung Cut Meutia yang menjadi obyek wisata 
sejarah. Mudah-mudahan rumah panggung itu masih berdiri hingga dewasa ini. 

(**)
President Sukarno decreed on Presidential Decree Number 106, on May 2nd 1964, 
that Tjoet Njak Dien was a National Heroine.
Tjoet Njak Dien did not die in her own land or amongst her own people. She died 
as "Ibu Perbu," which means "The Queen", a name given to her by the local 
people in Sumedang, West Java. The local people never knew that this gracious 
and religious prisoner, bought to them by Dutch Soldiers on December 11th 1906, 
was, in fact, the famous Jihad Heroine of Aceh Province. Dien had fought the 
Dutch from the jungle for 25 years.
We know from other modern studies, such as "The Rope of God" by Siegel (1969), 
how strong the spirit of Jihad is amongst the Acehnese. However, what that book 
does not reveal, is how the women are ready to join and lead in Jihad also. 
These are other heroine's names that we are familiar with and our apologies for 
any others who have not been mentioned.
1. Tjoet Meutiah 
2. Tjoet Gambang (Kambang) 
3. Keumala Malahajati 
(Keumala was an Acehnese admiral who Acehnese fleet to fight the Portuguese in 
Malacca).
***
Merenungi perjalanan, kehidupan dan perjuangannya, sudah sepantasnya Tjoet Nyak 
Dhien dijadikan model sosok pejuang kaum muslimah, khususnya di Indonesia. 
Menjelang akhir kehidupannya, di Sumedang, di daerah yang sangat asing baginya, 
Tjoet Njak Dien yang sudah buta (katarak?) nampak telah tua renta, masih juga 
berperang dalam pertempuran
yang lain, yakni perlawanan terhadap penjajahan kebodohan. Allahu Akbar. 
--Ida S. Widayanti-
###############################################################################################



yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir
mungkin mereka sibuk sendiri dengan urusan di dalam negerinya
yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir
mungkin mereka sibuk sendiri dengan urusan di dalam negerinya
yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir
mungkin mereka sibuk sendiri dengan urusan di dalam negerinya
yang jelas, selama masa penjajahan pihak barat tidak jelas kedatangan
pasukan turki untuk membela nusantara melawan orang kafir
mungkin mereka sibuk sendiri dengan urusan di dalam negerinya
ya, menurut saya, secara tidak langsung tindakan kekhalifahan turki
yang menutup pasar rempah2 di konstantinopel berdampak pada
terjajahnya nusantara sampai lebih dari 3 abad. bayangkan!

salam,
--
Wikan

2010/7/10 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
>
>
>
> <kmj...@indosat.net.id> wrote:
> Bagi penganut HTI, dan pendukungnya, impian adanya satu
> dunia di bawah satu khalifah sulit diubah. Mereka pun akan
> merelakan diri menyerahkan Indonesia sebagai jajahan
> kekhilafahan seperti itu. Jadi hamba sahaya pun rela.
>
> ##############################################################################
> HMNA:
> Tulisan di bawah tidak bersumber dari Hisbut Tahrir, melainkan hasil 
> penelitian Dr. Sallehuddin Ibrahim, seorang pakar sejarah. Semua kesultanan 
> di Nusantara seperti kesultanan Samudra Pasai, kesultanan Aceh, kesultanan 
> Pahang dan Pattani (sekarang bagian dari Thailand) yang menamakan wilayahnya 
> dengan Dar al-Islam atau Dar al-Salam adalah bagian (bukan jajahan) dari 
> Khilafah Islamiyah Utsmainyah. Selama ini umum menyangka Khilafah Islamiyah 
> hanya merupakan "sekeping" wilayah yang tidak terpisah, padahal dari hasil 
> penelitian Dr. Sallehuddin Ibrahim tersebut ada juga bahagian Khilafah 
> Islamiyah di rantau nun yang jauh, lebih jauh dari daerah Alaska dan Hawai 
> yang terpisah dari "keping " USA. Silakan disimak baik-baik hasil penelitian 
> pakar sejarah yang bukan dari Hizbut Tahrir tsb.
>
> *********************************************
> KHILAFAH ISLAMIYAH DAN ALAM MELAYU "SEJARAH YANG DISEMBUNYIKAN"
>
> Dr. Sallehuddin Ibrahim
> Ikatan Intelektual Nusantara, [IKIN]
>
> PENGAKUAN ALAM MELAYU TERHADAP KHILAFAH ISLAMIYAH
>
> Pengaruh Khalifah terhadap kehidupan politik alam Melayu sudah terasa sejak 
> masa-masa awal berdirinya Khilafah (Daulah Islamiyah). Kejayaan umat Islam 
> mengalahkan Kerajaan Parsi (Iran) dan menduduki sebahagian besar wilayah Rom 
> Timur, seperti Mesir, Syria, dan Palestin, di bawah kepemimpinan Umar bin 
> al-Khattab telah menempatkan Daulah Islamiyah sebagai kuasa besar dunia sejak 
> abad ke-7 M. Ketika Khilafah diperintah Bani Umayyah (660-749 M), pemerintah 
> di Nusantara -yang masih beragama Hindu sekalipun ? mengakui kebesaran 
> Khilafah.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke