"Waluya"  wrote:
Dalam buku "Puncak Kekuasaan Mataram, Politik Ekspansi Sultan Agung", karangan 
Dr. H.J. Graaf, KITLV-Geafiti Pers, memang disebutkan bahwa pada taun 1638M, 
Pangeran Banten menerima "nama SULTAN dan sebuah bendera yang dikirim kepadanya 
oleh ulama besar dari Mekah". 
1. Tapi rupanya ini menimbulkan "iri hati" yang besar pada Raja Mataram yang 
menginginkan hal yang serupa. 
2. Diesbutkan dalam buku itu gelar sultan buat pangeran Banten itu didapat 
berkat jasa-jasa Inggris.
###########################################################
HMNA:
1. "iri hati" yang besar pada Raja Mataram ? Irihati itukan interpretasi Dr. 
H.J. Graaf saja.
2. pangeran Banten itu didapat berkat jasa-jasa Inggris? itukan interpretasi 
Dr. H.J. Graaf saja. Mataramakan tidak menyebutkan wilayah kerajaannya dengan 
Dar al-Islam atau Dar al-Salam, artinya Mataram tidak bergabung dalam Kesatuan 
Khilafah Islamiyah.


----- Original Message ----- 
From: "Waluya" <wal...@plasa.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, July 10, 2010 19:18
Subject: Khilafah dan Khalifah <=Re: Trik-trik Penyusupan Neo-Marxisme <= Re: 
mesttinya ranggas <= Re: [wanita-muslimah] FPI Akan Bongkar Patung Naga di Kota


> "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrah...@...> wrote:
> *********************************************
> KHILAFAH ISLAMIYAH DAN ALAM MELAYU    
> "SEJARAH YANG DISEMBUNYIKAN"
> 
> Dr. Sallehuddin Ibrahim
> Ikatan Intelektual Nusantara, [IKIN]
> ===cut====
> Banyak  institusi  politik  melayu  di  Nusantara  mendapatkan 
> gelaran sultan dari pemerintah tertentu di Timur Tengah. Pada tahun > 
> 1048H/1638 M,  pemimpin  Banten,  Abd  al-Qodir  (berkuasa  
> 1037-1063H/1626-1651) dianugerahkan gelaran sultan oleh Syarif 
> Mekah sebagai hasil dari misi khusus  yang dikirim olehnya untuk 
> tujuan itu ke Tanah Suci. 
> ====cut====

Dalam buku "Puncak Kekuasaan Mataram, Politik Ekspansi Sultan Agung", karangan 
Dr. H.J. Graaf, KITLV-Geafiti Pers, memang disebutkan bahwa pada taun 1638M, 
Pangeran Banten menerima "nama SULTAN dan sebuah bendera yang dikirim kepadanya 
oleh ulama besar dari Mekah". Tapi rupanya ini menimbulkan "iri hati" yang 
besar pada Raja Mataram yang menginginkan hal yang serupa. Diesbutkan dalam 
buku itu gelar sultan buat pangeran Banten itu didapat berkat jasa-jasa Inggris.

Raja Mataram (Sultan Agung), mendekati orang-orang Inggris  agar lewat 
merekalah dapat diperoleh pengangkutan ke Mekah. Bukankah Raja Banten juga 
memanfaatkan  jasa-jasa mereka?. Di Jepara ada beberapa orang Inggris yang 
hampir terus menerus bertempat tinggal semanjak tahun 1618.

Akhirnya ditahun 1642, Raja Mataram mengirim 18 orang Jawa terkemuka dan 
sejumlah uang untuk ziarah ke Mekkah atas nama Raja dengan menumpang kapal 
Inggris "Reformation". Ketika Kompeni (Batavia) mengetahui hal ini, kapal 
Reformation dicegat  dan diserang di perairan Pulau Onrust pada tanggal 11 Juli 
1642. Akibatna seorang Inggris terbunuh, menangkap dua ulama Jawa dan mengambil 
5740 real logam, 12 urang jawa lainnya terpaksa dibunuh karena mangamuk.

Dan sebagainya, silahkan saja baca bukunya, tapi yang jelas dalam buku itu 
tidak disebut-sebut  Kekhalifahan Turki Ustmani "menolong"  raja-raja Jawa ini 
(Banten dan Mataram) untuk berhubungan dengan tanah Suci, tapi malah 
memanfaatkan persaingan Inggris dan Belanda yang saling berebut pengaruh/ 
dagang di Nusantara .... 

Salam,
WALUYA   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke