Pak Arcon,
Bayangkan saja HMNA dan Muiz sama-sama di garis depan. Keduanya sama berilmu  
pengetahuan, sama-sama beriman dan berkeyakinan.  

Mungkin keduanya sama-sama skeptis (i.e meragukan).  Pak Muiz ingin bergerak ke 
depan karena "curiga, ingin tahu, mempertanyakan, dsb".  Dia akan terus2an 
gelisah kalau nggak bergerak ke depan.  Pak HMNA skeptikal tentang gerak ke 
depan.

Bedanya adalah Pak Muiz mengambil resiko, pak HMNA nggak mau.

Kurasa sebagian (besar) orang nggak mau mengambil resiko.  Para nabi, pemimpin, 
orang2 biasa berkualitas kenabian adalah risk taker. Kesuksesan/kegagalan 
mereka tergantung latar belakang, keahlian dan banyak faktor eksternal.  Contoh 
yang lagi diomongin di sini adalah nabi Ibrahim.  Kesuksesannya terletak pada 
keahliannya sebagai astronomer, mungkin juga sebagai tentara bayaran yang 
mondar-mandir antara jazirah arab dan daerah bulan sabit.  Contoh nabi "gagal" 
adalah nabi Yunus, itu pun diabadikan sebagai hikmah-ajar.

Kalo nggak ada orang2 kayak gini, kita masih tinggal di pohon.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, papabonbon <masar...@...> wrote:
>
> beda definisi skeptis antara pak muiz dan pak hmna.  btw, saya merasa lebih
> akrab dengan contoh contoh skeptis ala pak muiz.  boleh jadi saya setuju
> dengan pandangan pak muiz tentang masalah skeptis ini.
> 
> karena beragama dan percaya Tuhan buahnya adalah ketenangan.  dan ketenangan
> didapatkan setelah ada keyakinan.keyakinan hadir ketika kita gelisah,
> bertanya, skeptis, mendapatkan pencerahan.
> 
> salam,
> papabonbon.wordpress.com
> 


Kirim email ke