yahoo error neh, dari kmaren g posting mental mulu. 
Boss Akian, itu yang lagi kurang dana justeru bio nya deh 
kata blog tetangga :
11 January 2010
Kong Miao di TMII Jakarta 
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan segera dilengkapi dengan Kong Miao. 
Tempat ibadah Khonghucu ini diperkirakan rampung pertengahan tahun ini.

Oleh Lambertus Hurek

SELAMA Orde Baru (1966-1998) hanya ada lima agama yang diakui negara. Yakni, 
Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha. Karena itu, Kong Miao akan 
melengkapi lima rumah ibadah yang sudah berdiri di kompleks TMII di kawasan 
Jakarta Timur. 

Setelah reformasi, Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (alm) mencabut 
Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat-istiadat 
Tionghoa. Maka, sejak 17 Januari 2000 eksistensi agama Khonghucu diakui 
sebagaimana lima agama resmi sebelumnya.

Sejalan dengan itu, pengelola TMII akhirnya menyediakan sebidang tanah untuk 
Kong Miao alias klenteng Khonghucu. ¡§Pembangunan Khong Miao baru benar-benar 
intensif dikerjakan sejak tahun lalu. Mudah-mudahan tahun 2010 ini bisa 
rampung,¡¨ kata Budi S Tanuwibowo, ketua umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu 
Indonesia (Matakin), pekan lalu.

Saat ini bangunan fisik klenteng baru itu sudah mulai terlihat. Sejumlah tukang 
asal Bandung dan Solo pun sibuk mengerjakannya. Namun, menurut Budi, proses 
pembangunannya masih memerlukan waktu lama. Diperkirakan, Khong Miao ini baru 
selesai pertengahan atau akhir tahun ini.

¡§Bangunan utamanya sih bisa cepat selesai. Tapi detil-detil dan berbagai 
ornamen akan memakan waktu lama. Sebab, akan ada ukiran-ukiran baik di dalam 
maupun di luar,¡¨ ujar rohaniwan senior ini.

Bila dilihat dari arah selatan, bangunan pertama berbentuk lingkaran dengan 
diameter sembilan meter. Ini sebagai simbol Thian, Tuhan Yang Mahakuasa. Adapun 
dua bangunan lain sebagai simbol Ti (bumi) dan Ren (manusia). 

¡§Filosofi ini kita pegang teguh. Ada hubungan yang harmonis, tak bisa 
dipisahkan, antara Thian, bumi, dan manusia,¡¨ tegas Budi Tanuwibowo. 

Menurut dia, kehadiran Kong Miao di TMII sangat bermakna bagi jemaat Khonghucu 
di tanah air. Pertama, melengkapi lima rumah ibadah yang sudah ada sebagai 
miniatur kemajemukan di tanah air. Kedua, agama Khonghucu makin eksis sebagai 
salah satu dari enam agama resmi di tanah air.

Yang tak kalah penting, ¡§Kalau ada ritual-ritual kegamaan dan atraksi kesenian 
Tionghoa, bisa menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri,¡¨ katanya.

Sejak peletakan batu pertama di TMII, Februari 2009, banyak umat Khonghucu 
berharap Kong Miao itu sudah bisa digunakan pada perayaan tahun baru Imlek 2561 
yang jatuh ada 14 Februari mendatang. Ternyata, proses pengerjaannya tak bisa 
secepat yang dibayangkan. 

¡§Kami sih tergantung pasokan material dari bos aja. Kalau semuanya oke, ya, 
bisa cepat selesai. Wong bangunannya tidak seberapa besar,¡¨ ujar seorang 
tukang kepada saya. 
-------------------------------------

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <ardia...@...> wrote:
>
> iya iya tapi kok gak ada bio ya ? mestinya yg namanya pecinan mesti ada bio, 
> wong bio itu khan gak tjoema arsitekturnya doank kok.
> 
> apalage pake nama ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA, lha bio itu khan budaya tionghoa 
> abis hehehehehehehehehe
> 
> oh tanya kenapa hahahahahahahahahaha
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Azura-Mazda <Extrim_bluesky@> wrote:
> >
> > Menurut keterangan, Pa Harto menawarkan India & Arap, masing-masing
> > 1hektar. Tapi India & Arap merasa tidak perlu membangun anjungan di sana.
> > Reason aslinya, saya ndak tau. 
> > 
> > Karena para tokoh Tionghoa cenderung murah hati, ke 2 lahan itu dibeli.
> > Harganya saya ga tau. Lalu ada penambahan tanah yg juga dibeli dari
> > masyarakat setempat. Saya kira tidak ada paksaan. Yg ada negosiasi.
> > Buktinya tidak pernah ada kabar bentrok warga vs pihak TMII. 
> > 
> > Dari 4 hektar itu, ada danau & area parkir. Jadi bangunnnya sendiri
> > tidak luas-luas amat. 
> > 
> > Soal nama-nama donatur, kita ini menghargai setiap budi yg diberikan
> > oleh orang laen. Sekecil apa pun kemurahan hati ya harus dihargai.
> > Salah satunya mungkin dengan mengukir nama-nama donatur. 
> > 
> > Tapi kalo sbagian orang Tionghoa saja tidak senang dengan adanya
> > anjungan model begini, saya kira non-tionghoa mungkin juga ada
> > yg berpikiran sama. Bisa memicu konflik sosial. 
> > 
> > Soal arsitektur Tionghoa, menurut bbrp orang tua petinggi PSMTI
> > adalah semacam permintaan Pa Harto secara pribadi. Sebagai
> > masyarakat yg patuh sama orang tua ya dituruti maunya pak Harto.
> > Alasannya pun saya tidak tau. Entah berpikir ya identitas Tionghoa
> > memang seperti itu. Apa salahnya? Saya pribadi tidak sino-phobic. 
> > 
> > Lebi menarik, kenapa India & Arap menolak? Kalo analisanya konflik
> > sosial, maka keputusan langkah pimpinan India & Arap sudah tepat. 
> > 
> > Karena permintaan Pa Harto, maka pihak penyerang anjungan ini
> > ya mestinya jangan maki si Tionghoa. Tapi coba pertanyakan ke
> > Pa Harto sendiri donk....
> > 
> > 
> > Huangdi Bless U
> > 
> > --- Pada Sen, 1/2/10, dkhkwa <dkhkwa@> menulis:
> > 
> > Dari: dkhkwa <dkhkwa@>
> > Judul: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
> > Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Tanggal: Senin, 1 Februari, 2010, 2:51 AM
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > ?
> > 
> > 
> > 
> >   
> > 
> > 
> >     
> >       
> >       
> >       
> > 
> > 
> > 
> > Pa Tjandra,
> > 
> > 
> > 
> > Yang owe dengar dari ?œsumber yang bisa dipercaya?? tanah aslinya adalah 1 
> > ha, ?œHebatnya anjungan ini luasnya 4,5 ha padahal anjungan lain paling 
> > besar 2 ha.??Tapi, karena tanah selebihnya dibeli dari penduduk entah 
> > dengan sukarela atau paksa ?œbahkan serah terima juga tak lancar karena 
> > harus membebaskan lahan tsb dari penduduk ilegal yg suka main keras. Untung 
> > pa Tedy juga pensiunan petinggi ABRI dan dibantu oleh beberapa orang 
> > donatur maka lahan tsb sekarang terbebaskan.??Jadi, kalau sekarang luasnya 
> > 4,5 ha, apa anehnya? Orang boleh beli koq, bukan pengasih babe ato yang 
> > semasa berkuasanya menindas orang TIONGHOA, untuk ?œmenebus dosa???? 
> > Bukankah kata pepatah, ?œada uang, ada barang??
> > 
> > 
> > 
> > Luasnya yang jau melebihi anjungan dari daerah-daerah lain di Indonesia apa 
> > tidak dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial? Apalagi bangunan yang 
> > hendak dibuat adalah ?œmain building Taman Budaya Tionghoa yg megah (ada 
> > pagoda segala dan danau buatan di kelilingi pohon Liang Liu yg indah utk 
> > perayaan Peh Chun).??Yang dibangun bukanlah replika dari gedung bekas 
> > kediaman tokoh masyarakat Anu dari daerah Anu di Indonesia, yang tak asing 
> > bagi sebagian orang, tapi sesuatu yang benar-benar asing, karena tidak ada 
> > di Indonesia, yang tukang-tukangnya ?œdiimpor??langsung dari Tiongkok, 
> > sedangkan anjungan-anjungan lain toch mengambil contoh, misalnya, Keraton 
> > Yogyakarta yang memang aslinya benar-benar ada di Yogya. ?œDisain ini bukan 
> > replika dari rumah kuno para tuan tanah Tionghoa, tetapi sama sekali 
> > baru.??Kenapa bersikap ?œalergi??betul terhadap para tuan tanah atau 
> > pejabat TIONGHOA, sementara etnis LAIN biasa-biasa saja terhadap para 
> > pemimpin
> >  seperti para raja, sultan atau bupati mereka? 
> > 
> > 
> > 
> > Ataukah anjungan Tionghoa Indonesia isinya adalah replika Cikim-snia (Kota 
> > Terlarang) di Pakknia (Beijing), Danau Se?™ou (Xihu) di Hangciu (Hangzhou), 
> > lengkap dengan pohon Yangliu-nya segala, Taman-taman Souciu (Suzhou), 
> > Pailau (Gerbang) dari Emui (Xiamen), dsb. Kalau orang mau melihat bangunan 
> > Tionghoa asli di Tiongkok, kenapa mereka harus ke Taman Mini? Kenapa tidak 
> > terbang saja langsung ke Beijing, Shanghai, Hangzhou, Suzhou, Xiamen, 
> > Guangzhou, Shenzhen? Di sana malah lebih bagus, bukan tiruan seperti kita, 
> > tapi asli loh!!! Yang owe tahu, di Shenzhen juga dibikin miniatur seperti 
> > di kita, China Folk Cultures Village, tapi kan mereka menampilkan beragam 
> > bangunan berdasarkan kelompok etnik yang memang ADA di Tiongkok, bukan 
> > mendisain bangunan-bangunan baru yang ?œngga karuan juntrungannya??!! 
> > (PCMIIW) Lalu ke mana orang harus pergi bila ingin mencari dan mempelajari 
> > bangunan ala TIONGHOA INDONESIA, kalau bangunan asli yang ada sudah 
> > dihancurkan dan
> >  replikanya yang dibuat sesuai aslinya pun tidak ada? Apakah sejarah dan 
> > jatidiri Tionghoa Indonesia mau dihapuskan, digantikan dengan sejarah 
> > non-Tionghoa Indonesia versi Taman Mini yang?•lagi-lagi?•â€œngga karuan 
> > juntrungannya???? 
> > 
> > 
> > 
> > Owe harep itu perkara tida nanti sampe kajadian pada generatie muda kita 
> > sampe kapan juga. Muhun maaf seandeh owe punya kata-kata ada yang sala.
> > 
> > 
> > 
> > Kiongchiu,
> > 
> > DK
> > 
> > 
> > 
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli <ghozalli2002@ 
> > ...> wrote:
> > 
> > 
> > 
> > Bab. 1 
> > 
> > 
> > 
> > Dear members, 
> > 
> > 
> > 
> > Memang soal sumbangan bukan hal mudah. Historisnya dahulu pa Harto 
> > menyerahkan lahan TMII kepada pak Tedy hanya 1 ha untuk warga Tionghoa 
> > sedang 1 ha lagi utk warga India dan 1 ha lagi utk warga Arab. Tetapi dalam 
> > perjalanannya lahan untuk warga India dan Arab dikembalikan ke pa Harto, 
> > karena menurut mereka, sulit mendapatkan dana dari warga mereka yang 
> > umumnya tidak kompak. Lalu pa Harto serahkan semuanya kepada pa Teddy. 
> > Entah kenapa pa Tedy terlalu ?œPD??mungkin dianggapnya warga Tionghoa yg 
> > populasinya no.3 setelah warga Jawa dan Sunda serta terkenal dengan 
> > kekompakannya dan suka saling bantu (itu sebabnya ada legenda yg menyatakan 
> > orang Tionghoa cepat maju karena di antara mereka suka saling tolong), 
> > ditambah lagi banyak warga Tionghoa sudah berhasil dalam bidang usaha - 
> > masa sih dalam waktu 6 tahun anjungan tidak jadi? Maka diterima semuanya, 
> > bahkan serah terima juga tak lancar karena harus membebaskan lahan tsb dari 
> > penduduk ilegal yg suka main
> >  keras. Untung pa Tedy juga pensiunan petinggi ABRI dan dibantu oleh 
> > beberapa orang donatur maka lahan tsb sekarang terbebaskan. Tapi setelah 6 
> > tahun toh lahan tersebut belum terbangun main buildingnya. Padahal anjungan 
> > tetangganya (anjungan Kong Hu Cu) yg jauh lebih muda telah berdiri dgn 
> > megah (tentu anda tahu kenapa demikian). Nah sekarang ketua umum PSMTI yg 
> > baru yakni pa Rachmat (katanya orang terkaya no.140 di Asia) menyatakan 
> > dalam orasi di Munas PSMTI bulan Nopember silam, bahwa kalau dia terpilih 
> > jadi ketua umum maka dalam kurun 4 tahun dia akan bangun main building 
> > Taman Budaya Tionghoa yg megah (ada pagoda segala dan danau buatan di 
> > kelilingi pohon Liang Liu yg indah utk perayaan Peh Chun). Disain ini bukan 
> > replika dari rumah kuno para tuan tanah Tionghoa, tetapi sama sekali baru. 
> > Selain itu beliau juga minta partisipasi dari warga Tionghoa utk 
> > menyukseskannya, karena Taman Budaya Tionghoa Indonesia ini nantinya bukan 
> > milik PSMTI namun milik
> >  kita semua. Nah, sebaiknya kita lihat saja apakah janji pa Rachmat dapat 
> > dipenuhinya? (biasanya calon pemimpin suka lupa janjinya kalau sudah 
> > diangkat ��" mudah2an tidak demikian). Tapi bagi para sianseng yg 
> > kebetulan berjiwa sosial serta berkeinginan dan berkemampuan, dipersilahkan 
> > ikut menyumbang via Dompet Peduli di majalah POST Media. RGDS. Tjandra G 
> > 
> > 
> > 
> > Bab 2 
> > 
> > 
> > 
> > Saya adalah pengamat dari miliser Pecinta Kereta-api Indonesia. Karena hobi 
> > saya adalah model kereta api. Di milis Pecinta Kereta-api Indonesia ada 
> > kegiatan untuk menyelamatkan lokomotif tua. Pada tahun 2008 silam Pecinta 
> > Kereta-api Indonesia telah berhasil menyelamatkan lokomotif diesel BB-200 
> > dan lokomotif listrik ?œbon-bon??CC-300 yang tadinya sudah mau dikiloin 
> > oleh PJKA sebagai besi tua. Selain itu member milis ini juga telah berhasil 
> > menghidupkan kembali stasiun Tanjung Priok yg tadinya sudah mau dijual 
> > untuk dijadikan Plaza Tanjung Priok. Tetapi berkat perjuangan mereka yg 
> > gigih akhirnya wali kota Jakarta Utara setuju untuk memugar stasiun 
> > tersebut. Uniknya para member milis ini tak segan segan beli cat, amplas, 
> > dan peralatan lainnya dari kocek sendiri, lalu setiap Sabtu dan Minggu 
> > mereka pergi ke dipo lokomotif Jatinegara dan Manggarai untuk merenovasi 
> > lokomotif tua beramai ramai. Hanya bagian mesin yg dikerjakan oleh PJKA, 
> > selebihnya anggota
> >  milis Pecinta Kereta-api yang melakukannya. Setelah selesai renovasi 
> > (dengan cat baru dan bisa jalan) maka diadakan acara syukuran dan difoto 
> > untuk majalah komunitas mereka ?œKereta Api?? Saya juga setuju kalau di 
> > kalangan miliser Budaya Tionghua mau merenovasi bangunan tua seperti itu 
> > ��" mungkin ada member yang mau menjadi penggerak ?œswadaya renovasi 
> > bangunan tua Tionghoa Indonesia?? Di mana secara beramai ramai dan gotong 
> > royong merenovasi peninggalan sejarah tersebut ��" kami dari majalah 
> > POST Media sepenuhnya mendukung kegiatan ini dan kami akan meliputnya mulai 
> > dari A hingga Z. Mari kita segera ambil aksi nyata untuk membuktikan bahwa 
> > kita peduli terhadap bangunan sejarah warga Tionghoa, seperti halnya 
> > Pecinta Kereta-api Indonesia peduli dengan lokomotif tua dan bangunan 
> > (stasiun) tua. Sambil menunggu tanggapan dari para sianseng ��" saya 
> > mohon maaf bila ada kesalahan kata. RGDS. Tjandra G
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >     
> >      
> > 
> >     
> >     
> > 
> > 
> >  
> > 
> > 
> > 
> >   
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >       Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
> > cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
> > Dapatkan IE8 di sini! 
> > http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
> >
>


Kirim email ke