Saya rasa designer dari Jakarta ada dua. Yang satu yang resmi dibawah
DKI konkretnya a.l. dinas tata kota.
Yang kedua tidak resmi, negara bayangan - kalau di Turki istilahnya deep
state, kita belum punya istilah yang pas - yang merupakan koalisi dari
kekuatan2 yang benar2 berkuasa di Jakarta. Sebab itu proyek2 besar
muncul melompati administrasi resmi.
Dipihak lain masyarakat memperkuat aspek ini, karena terpaksa cari jalan
pintas dan membayar administrasi resmi dibawah meja.
Pada saat diperlukan ternyata apa yang namanya administrasi negara bisa
menghilang begitu saja dan baru muncul dengan iming2 yang mahal.

Kerusakan akibat banjir ditaksir saat ini Rp. 4 triliun. Apa tidak
terlalu rendah? Yang tinggal didaerah banjir setiap 5 tahun sekali punah
harta miliknya. Sistem ini melestarikan kemiskinan. Daerah yang kena
diduga sedikitnya 70% dari wilayah kota. Taksiran diatas apa tidak harus
dikali sepuluh? Berapa banyak barang2 budaya yang hancur?
Apa ada kota besar lain yang boros begitu? Politik banjir Jakarta, jelas
menggambarkan budaya tua yang siklis dan biasa membakar barang2 budaya
sesudah ritual selesai. Dengan kata lain sistem ini menghambat akumulasi
modal. Contoh tata kota yang berair sudah dikenal lama. Yang kurang cuma
kemauan untuk melaksanakannya, sebab dana DKI termasuk besar. Ini akan
terus begitu, kalau negara resmi belum berhasil menggusur negara gelap.

Salam
Hok An

irmec schrieb:

> Hayek, pernah nuli "made the idea of evolution a commonplace in the
> social sciences of the nineteenth century long before Darwin". Lama,
> aku baru "ngeh" kemudian interplay antara evolusinya Darwin dgn
> society.
>
> [Aku ngak masuk nih..ke hal agama lho], cuma evolusi rasanya bisa jauh
>
> lebih menerangkan fenomena sosial dan ekonomi, ketimbang hal-hal
> mekanistik yg ada.
>
> Gini, teori evolusi bilang. Awal mulanya ada sesuatu yang sederhana,
> dan karena ada mekanisme, maka yg sederhana itu bisa jd complex. Apa
> mekanismenya, yah itu "natural selection". Gimana terjadinya, by
> random mutation. Kejadian-kejadian kecil dalam sejarah membentuk
> sesuatu menjadi sedikit complex dalam kurun waktu yg lama. Sekali
> sampai pada momentumnya, nah dgn dgn kecepatan eksponensial hal itu
> tumbuh menjadi sesuatu yg sangat complex.
>
> By historical accidents, Jakarta jd ibukota. Apa yg terjadi kemudian
> ialah bisnis mulai tumbuh subur di daerah yg banyak duit (karena
> secara sejarah, proyek dulu banyak datang dari pemerintah). Itu
> kemudian menarik lagi lebih banyak pihak utnuk ngumpul di Jakarata.
> Perguruan tinggi jd marak di Jakarta. mahasiswa masuk kesini.
> Lulusannya kemudian bisnis & kerja disini, karena udah familiar dan
> tahu suasana (relatif dibanding tempat lain). Lihat juga pejabat,
> banyak cita2 akhirnya ke Jkt, karena disini lebih banyak lagi pejabat
> penentu yg bisa dilobi, sehingga bisa naik lagi. Pointku ialah: sukses
>
> jakartalah yang sebenarnya membuat jakarta sukses (dibanding kota2
> lain).
>
> Sekarang, kalau kita cabut. Bayangkan kayak satu sel yg dicabut dari
> jaringan, mereka pasti resist. Formasi diatur lagi, dlsb.
>
> Pointku. Filosofer Daniel Dennet bilang evolusi tuh algoritme yg
> membuat "design without designer". Jakarta yg sekarang ngak pernah
> merupakan produk design dari perencana pembangunan. Memang rasanya
> banyak rencana, cuma kalau tanya para perencana pembangunan, mereka
> pasti kaget dan ngebayangin jakarta bisa seperti ini. Society
> -dimanapun- merupakan produk dari evolusi dari individu yang terjadi
> sepanjang sejarah.
>
> Jd kali para perencana pembangunan & intelektual bilang harus begini
> atau begitu..mereka mungkin ngak cukup digging sejarah bhw ngak ada
> satupun society yg merupakan produk rasional. Semua percobaan kesana
> rasanya selalu gagal.
>
> Aku tutup lagi dgn 2 quotes dari Hayek. Yg pertama rasanya lebih
> bersifat mengingatkan "the economist can not claim special knowledge
> which qualifies him to co-ordinate the efforts of all the other
> specialists. What he may claim is that his professional occupation
> with the prevailing conflicts of aims has made him more aware then
> others of the fact that no human mind can comprehend all the knowledge
>
> which guides the actions of society and of the consequent need for an
> impersonal mechanism, not dependent on individual human judgments,
> which will co-ordinate the individual efforts"
>
> Yg kedua kali lebih merupakan tantangan yah. "The curious task of
> economics is to demonstrate to men how little they really know about
> what they image they can design"."
>
> Cheer
> Enda
> ... cut ...
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke