At 04:43 PM 10/6/2009, you wrote:

>Di sini memang banyak yg buruk dan bobrok, tapi apa iya kita tidak 
>bisa memakai kacamata proporsional seperti melihat dan menilai Rockefeller?
>Sejelek-jeleknya Mao, di Cina ia berhasil meningkatkan 
>tingkat-harapan-hidup dari 36 menjadi 65 tahun, ia mereformasi 
>pendidikan, infrastruktur sudah disiapkan dg baik. Ini sekedar contoh.

Mao?  Itu monster.
Menurut saya pribadi, tidak ada pemimpin yang lebih jelek dari Mao.

Apa ukurannya?  Ia bereksperimen dengan nasib ratusan jutaan orang 
secara sembarangan.
Program "Great Leap Forward" yang terjadi tahun 1958-1961 -- telah 
membunuh setidaknya 60 JUTA orang warga Cina lewat terciptanya 
kelaparan terbesar hasil bikinan manusia.  Mao pegang rekor dunia 
dalam jumlah pembunuhan warga sendiri secara sistematis.   Orang yang 
dibunuh Mao lebih banyak daripada seluruh orang Indian yang pernah 
hidup di Benua Amerika sebelum kedatangan Columbus.
(Dalam perbandingan ini, Rockefeller mungkin masih bisa dianggap santo..)

Mao bukan ahli pertanian tapi berlagak ngerti soal pertanian.  Mao 
bukan ahli metalurgi tapi menganggap diri mengerti soal cara 
memproduksi baja secara efisien.  Ia buta oleh ketidakmampuannya.

Dan itu tanggung jawab Mao (hingga akhirnya ia mengundurkan diri dari 
peran secara aktif).

Apakah masalah selesai?  Ternyata tidak.  Ia mengulangi kembali 
bencana buatan - saat melancarkan Revolusi Kebudayaan di awal 1970-an.

NB: Dari mana anda dapat angka peluang hidup orang Cina naik dari 35 
menjadi 65 di masa Mao?  Boleh saya tahu sumber referensinya?


>Saya tidak mau mengusik Rockefeller, sekedar mau mengajak 
>menganalogkan dg bangsa kita. Putih-kelam adalah bagian dari sisi 
>hidup manusia. Si kapitalis dan si sosialis tak luput dari ini. 
>Secara apriori tidak ada yang bisa dikatakan "pasti baik" atau 
>"pasti buruk". Seobjektif-objektifnya suatu hal, ia tetaplah 
>"humanly objective".

Termasuk soal Mao?



Kirim email ke