At 07:14 AM 10/7/2009, you wrote: > > >Sangat bisa Bang Poltak. Ada buku yang bagus, berjudul 'The Rise of >China and the Demise of the World-capitalist Economy' ( Monthly >Review Press,2009). Li adalah seorang ekonom, mengajar di Utah. Ia >di era Tiananmen adalah seorang aktivis liberal, sangat anti >pemerintah, dan boleh dibilang didikan Barat. Ketika ia dipenjara >selama 3 tahun, ia membaca Das Kapital-nya Marx sampai khatam 3 >kali. Akhirnya ia melihat bahwa banyak hal perlu diluruskan, >termasuk buku ini adalah upaya pelurusan sejarah. Kita tidak bisa >melihat Mao lepas dari konstelasi politik Cina dan dunia.
Saya akan coba cari... (hmmm rasanya saya punya buku ini dalam format pdf, tersembunyi di berbagai buku lain di hard disk) Saya nggak ngerti apa gunanya baca Das Kapital sampai tiga kali. Saya cuma baca sekali. >Banyak fakta dipapar, nanti bisa saya berikan beberapa kutipan itu. >Data 'life-expectancy' itu benar adanya, termasuk bagaimana Barat >memanipulasi data soal korban jutaan jiwa, yang lebih banyak >disumbang bencana alam terbesar dlm sepanjang sejarah Cina. Ada satu >lagi buku yang baru saja saya baca, ditulis oleh Dongping Han, >berjudul "The Unknown Cultural Revolution", testimoni dia bagaimana >pergulatan revolusi kebudayaan terjadi. Saya nggak yakin itu semata hasil manipulasi. Kenapa? Karena data kependudukan China sendiri sudah menunjukkan adanya "bolong" besar atas hilangnya nyawa jutaan orang. Angka orang yang hilang ini bisa ditunjukkan lewat selisih pertumbuhan jumlah penduduk dan tabel input-output ekonomi. Dan itu dianalisa dengan menggunakan data pemerintah China sendiri. Dan kesalahan Mao sendiri bisa dijelaskan secara logis. Bahwa kesalahan teknis penanaman bibit - telah menghasilkan output yang lebih rendah (satu lubang dijejali 4-5 biji supaya hasil pertanian diharapkan naik 4-5 kali. Padahal yang terjadi adalah biji yang tumbuh berdesak-desakan malah kekurangan zat hara dan akhirnya mati. Jadi, bukannya produksi naik 4-5 lipat -- yang terjadi malah penurunan hasil pertanian. Ini yang saya bilang betapa arogannya Mao. Dia bukan petani tapi merasa ngerti cara bertanam...) Sementara peningkatan produksi baja ternyata dicapai dengan cara melebur baja-baja yang sudah ada (bahkan sampai ke peralatan dapur segala). Itu sebabnya angka "produksi" baja sempat naik tajam sekali tetapi habis itu anjlok sangat-sangat-sangat dalam. Masalah menjadi parah, karena ternyata banyak dari baja-baja yang dilebur tersebut adalah.... peralatan pertanian! Ditambah lagi dengan hilangnya sarana transportasi -- maka panen yang masih tersisa pun akhirnya membusuk di ladang dan tidak bisa disalurkan ke daerah yang mengalami kelaparan. Lengkap sudah kehancuran ekonomi, karena kesalahan bertumpuk mulai dari kesalahan menanam - sampai dengan tidak tersedianya peralatan pendukung panen dan distribusi pertanian. Bila di-ekstrapolasikan dengan jumlah petani dan penduduk China -- maka angka korban kelaparan di Great Leap Forward mencapai puluhan juta jiwa. Dan Mao pun akhirnya tahu masalah dan kesalahan ini. Itu sebabnya ia mundur dari jabatan sebagai Presiden, dan menyerahkannya pada Liu Shaoqi. Dan bersama dengan proses ini - ratusan pejabat di level bawah dieksekusi - karena dianggap telah "menipu" Mao dengan memberi instruksi yang "salah"... Kalau ini semua hanya karena bencana alam - sudah pasti Mao nggak akan mundur. >Tentu saja Mao sebagai seorang yang obsesif banyak kesalahan. Saya >hanya ingin mendudukkan secara lebih luas dalam sebuah perspektif >'non-positivistik', bahwa benarlah ungkapan 'sejarah adalah kisah >sang pemenang', dan karenanya objektivitas perlu digugat secara >kritis dan bertanggung jawab. Tentu saja dlm ilmu-ilmu sosial >hal-hal seperti ini sudah cukup jamak, bagaimana fakta itu dipahami, >tidak sekedar dijelaskan. Saya rasa obyektivitas juga bisa dicapai dengan analisa dan telaah tidak langsung - semisal seperti yang saya sebutkan di atas lewat data-data statistik dan analisa lebih dalam atas apa yang terjadi dan yang mungkin terjadi.