Hemat saya, para profesional mesti mulai bergerak secara masif mengambil alih 
kepemimpinan politik negri ini. tentu bagi profesional yang sudah mapan. Tidak 
mungkin negri ini dibiarkan terus menerus diurus oleh orang2 yang tidak 
kompeten.


Teddy Alfonso Sikumbang

--- On Mon, 12/21/09, Poltak Hotradero <hotrad...@gmail.com> wrote:

From: Poltak Hotradero <hotrad...@gmail.com>
Subject: Re: [Keuangan] Re: Chatib Basri: Jangan Pertaruhkan  Perekonomian 
Indonesia
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, December 21, 2009, 11:48 AM







 



  


    
      
      
      At 11:31 AM 12/21/2009, you wrote:

>--- In 

><mailto:AhliKeuang an-Indonesia% 40yahoogroups. com>AhliKeuangan- Indonesia@ 
>yahoogroups. com, 

>Poltak Hotradero <hotrad...@. ..> wrote:

>

> > Alasannya sederhana: untuk menjadi seorang profesional sejati --

> > perlu waktu, tenaga, dan peningkatan keahlian. Konsekuensinya? 

> Hanya tersedia sedikit waktu untuk bisa "kongkow-kongkow" di partai 

> -- yang sepengamatan saya -- makan waktu ribuan jam. Waktu yang 

> tentu lebih berharga bila digunakan untuk meningkatkan profesionalisme.

>

>Jawab:

>Nah ini juga pemikiran yang perlu diluruskan. Memangnya kalau ikut 

>berpartai bisa berkurang keahliannya? . Dengan berpartai, para 

>professional tersebut akan makin diasah dengan realitas nyata yang 

>dihadapi masyarakat dan kesulitan kesulitan yang bisa ditemui jika 

>ingin mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh. Tanpa terjun 

>langsung maka yang terjadi para profesional tersebut hanya akan 

>tinggal di menara gading dan menelan mentah mentah teori kapitalis 

>yang bisa jadi tidak cocok diterapkan di Indonesia.



Pengamatan saya sudah bertahun-tahun Mbak meliputi beberapa orang 

teman yang "nekad" aktif ikut di partai.  Hasilnya?  Nggak 

kemana-mana tuh.  Nggak tambah pinter dan juga nggak tambah profesional.



Yang ada tambah sibuk, tambah frustrasi dan keluar duit 

banyak.  Siapa sih yang bisa jadi profesional kalau berhari-hari dan 

berbulan-bulan harus ikut rapat ke luar kota dan harus melek ikut 

rapat sampai lewat tengah malam?



Di dalam partai saja sikut-sikutan.  Nggak heran kalau sesudah jadi 

anggota parlemen - mereka jadi cenderung korup.



Idealnya, SELURUH anggota kabinet adalah kaum profesional - karena 

kaum demikian sudah mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk 

fokus pada bidang yang mereka pilih dalam kapasitas 

profesional.  Mereka akan bisa dinilai berdasarkan pemahaman dan 

keputusan profesional yang diambil.  Ini yang namanya meritocracy 

(pemerintahan oleh orang-orang yang mampu).



Kalau mau aktif di politik -- ya silahkan nangkring saja di parlemen.



Urusin tuh pembuatan undang-undang, supaya jangan cuman pemerintah 

saja yang bisa terbitin Undang-Undang - sementara parlemennya cuman 

bisa teriak-teriak (entah setuju atau nggak setuju) tanpa bisa 

memberi solusi.  Disuruh rapat saja malasnya minta ampun.



Parlemen kita masih seperti rombongan badut - itu masalah besar dalam 

demokrasi kita.





    
     

    
    


 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke