Ya, semoga saja kesadaran itu muncul. Namun, sebaiknya kesadaran itu muncul 
dari dua belah pihak yaitu masyarakat dan industri nasional, baik skala kecil 
maupun skala besar. Agar berproduksi lebih efektif dan efisien. Karena walau 
pahit, tapi harus diakui bahwa kinerja industri nasional memang belum maksimal. 
Belum lagi munculnya sistim industri yang kepemilikannya tidak bersifat publik 
(bisnis keluarga dan golongan tertentu)dan serapan tenaga kerja yang cenderung 
rasis dan tertutup, persis seperti PNS itu. Pada kondisi ini, saya secara 
pribadi sulit untuk menentukan pilihan, siapa yang harus dibela? Sementara 
distribusi keadilan sosio ekonomi dan pemerintahan memang balum terdistribusi 
secara nasional yang merata dari sabang sampai merauke. Namun, menurut 
penilaian bisnis, siapa yang menawarkan harga murah, kualitas bagus dan 
pelayanan memuaskan maka dialah pemenangnya. Tidak sama dengan pergerakan 
politik praktis dan rekrutmen pns, dimana peran kekuasaan, interpensi dan 
taktik politik (yang negatif)bisa mempengaruhi pilihan masyarakat dan 
pencapaian kedudukan seseorang. 

Perdagangan bebas itu seperti perang terbuka, atau pertandingan yang 
betul-betul transfaran dan menuntut keahlian masing-masing produsen barang dan 
jasa. Dimana, selama barang/jasa itu tersedia di pasar dan daya beli ada, maka 
pilihan membeli atau tidak ditentukan oleh mutu, harga dan pelayanan. Ya, 
penilaian itu murni dari pertimbangan selektif konsumen. Bahkan perbedaan 
haraga Rp.100pun menjadi alasan yang diseleksi. Jadi pilihan untuk membeli 
sangat jauh berbeda dengan pilihan dan sikap politis/nasionalisme yang bisa di 
interpensi oleh kekuasaan. Sederhananya, pilihan untuk membeli adalah 
pertimbangan murni konsumen tentang mutu, manfaat, harga dan pelayanan yang 
tidak bisa/sulit untuk dipolitisir seperti yang terjadi pada pemilu dan seleksi 
cpns di negeri ini.


Note: Transfaransi bukan suatu kesalahan atau tindakan bodoh, tetapi 
transfaransi adalah kebutuhan setiap manusia untuk memperkuat kepercayaannya.

Salam
Nazar
On: Tbo-Jb



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Eko Prasetiyo <ekopraset...@...> 
wrote:
>
> sebenernya klo masyarakat kita lebih mengutamakan produk lokal si ga
> ada masalah dgn perdagangan bebas...
> 
> klo kita di tawari 2 produk yg sejenis, satu produk lokal dengan
> beberapa kekurangan & harga lebih mahal, satunya produk cina dengan
> tampilan bagus & harga lebih murah. maka konsumen "awam" akan memilih
> yg produk cina lebih murah. tp konsumen yg "sadar" akan memilih produk
> lokal.
> 
> klo kita beli produk lokal kan sedikit banyak perputaran uang akan
> mengalir ke saudara2 kita juga di dalam negeri. klo beli produk cina
> kan sudah pasti uang akan mengalir keluar negeri.
> 
> jd ini ada hubungannya juga dengan "nasionalisme"
> ga mungkin produk kita bisa tiba2 memiliki kualitas yg bagus kalau ga
> didukung di dalam negeri.
> 
> 
> 
> On 1/9/10, nazarjb <suratna...@...> wrote:
> > http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/09/10134596/Produk.China.Bombardir.Indonesia..Apa.Kabar.Produk.Lokal
> >
> > Produk China "Bombardir" Indonesia, Apa Kabar Produk Lokal?
> > Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
> > Sabtu, 9 Januari 2010 | 10:13 WIB
> >
> > JAKARTA, KOMPAS.com â€" Penerapan ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA) sudah
> > berlangsung sejak awal 2010. Diprediksi, "bombardir" produk China yang bebas
> > masuk ke Indonesia lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan.
> > Khususnya bagi para pelaku industri lokal. Benarkah?
> >
> > Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, mengatakan
> > bahwa pasar bebas ini tak sepenuhnya mendatangkan keuntungan. Untuk beberapa
> > sektor industri, kerja sama ini justru mengancam. Ia menekankan, angka
> > ekspor yang lebih rendah dibandingkan impor selama 5 tahun terakhir turut
> > menjadi faktor yang meresahkan.
> >
> > "Rendahnya nilai ekspor dibandingkan impor cukup mengkhawatirkan ketika kita
> > masuk ke area pasar bebas," ujar Nini, pada diskusi mingguan Trijaya
> > "ASEAN-China Free Trade Area" di Jakarta, Sabtu (9/1/2010).
> >
> > Industri manufaktur, menurut Nina, merupakan sektor industri yang paling
> > terancam. Mengapa? Industri seperti tekstil, garmen, dan alas kaki dikenal
> > sebagai sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.
> > Dengan gempuran produk China yang cenderung lebih murah, hal itu
> > dikhawatirkan justru mematikan produk lokal. Biaya produksi di Indonesia
> > tergolong tinggi sehingga harga pasar pun lebih tinggi dibandingkan harga
> > produk China.
> >
> > "Industri seperti tekstil, garmen, dan alas kaki selama ini merupakan sektor
> > industri yang ada substitusi impor," ujar Nina.
> >
> > Demikian pula industri otomotif. Minimnya produk otomotif lokal diprediksi
> > akan semakin memurukkan industri otomotif, seiring masuknya produk otomotif
> > China.
> >
> > Industri makanan dan minuman aman
> > Berbeda dengan sektor industri manufaktur, industri makanan dan minuman
> > justru terbilang aman. Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky
> > Sibarani mengatakan, angka perdagangan makanan dan minuman terbilang masih
> > cukup tinggi.
> >
> > "Ada beberapa sektor yang justru positif dan optimistis dengan pasar bebas
> > ini. Untuk industri makanan dan minuman, omzetnya lumayan," kata Franky
> > dalam kesempatan yang sama.
> >
> > Nina tak membantah hal tersebut. Menurutnya, produk yang sarat dengan muatan
> > lokal, seperti makanan dan minuman, akan bertahan. Akan tetapi, hal ini
> > justru akan kembali membawa "wajah" perekonomian Indonesia kembali ke agro
> > industri.
> >
> > "Industri Indonesia yang tadinya ingin dibawa ke negara industri akan
> > kembali ke agro industri. Seharusnya bisa diseimbangkan," kata Nina.
> >
> > Sementara itu, Deputi Bidang Pengkajian UKMK Kementerian Koperasi dan UKM, I
> > Wayan Dipta, mengakui bahwa daya saing produk lokal memang masih kalah jika
> > dibandingkan dengan produk China. Untuk itu, pemerintah melakukan penataan
> > peraturan untuk meningkatkan daya saing produk lokal.
> >
> > "Selama ini, banyak peraturan daerah yang menghambat UMKM, dan yang
> > terpenting, harus menumbuhkan cinta produk lokal," ujar Wayan.
> >
> > Di samping itu, pekerjaan rumah pemerintah adalah meningkatkan daya beli
> > konsumen Tanah Air.
> >
> > Salam
> >
> > "Nazar Mangkunegara Berat Banget Coy"
> >


Reply via email to