Melihat segala sesuatu sekedar dari satu sisi tentu hasilnya juga tidak utuh. 
Memang semua masalah tidak bisa didekati dari satu pendekatan saja. Ada makro, 
meso, dan mikro level, di manakah masalah terjadi. Soal privatisasi dalam hal 
tertentu akan baik, mendorong persaingan, dan ujungnya menekan biaya. Tapi 
privatisasi yang menjadi ideologi di level makro misalnya, hanya berhasrat 
menjual BUMN, bukan melihat persoalan BUMN ada di mana, toh nyatanya ada BUMN 
yang efisien, tapi banyak juga yang bobrok.

Subsidi misalnya, yg menjadi masalah tentu bukan karena kebijakan ini buruk 
dari sananya, melainkan karena tidak tepat sasaran dan kurang tepat 
identifikasi masalahnya.

Bicara soal kemenangan Obama soal  UU Kesehatan (Healthcare) misalnya, bisa 
didekati dari sisi ekonomi, politik, dan ideologi. Ada yang menuduhnya 
sosialis, tapi tak sedikit yang mengatakan begitulah seharusnya pemerintah 
turun tangan ketika market failure terjadi. Elinon Ostrom memenangkan Nobel  
Ekonomi justru karena penelitiannya yang bermanfaat, bahwa kinerja non-market, 
dalam hal ini ekonomi kelembagaan, juga berjalan dalam kasus tertentu.

Soal LSM, tentu saja yang sekedar beda dan memenuhi apa kata donornya patut 
kita kritik dan saya kira tidak akan laku. Tapi tak sedikit pula LSM yang total 
dalam mengabdi. Saya setuju dg hitung2an Bang Poltak soal PDAM, itu benar 
adanya. Tapi misalnya, bagaimana UU Privatisasi Air dalam skala lebih besar dan 
di petak lain ternyata bermasalah, melahirkan konflik petani dan warga dengan 
perusahaan air minum dalam kemasan yang nyata-nyata terjadi di Banten dan 
Klaten misalnya? kalkulasinya tak semata-mata ekonomi, tapi sekaligus 
sosiologis, kultural, dan apakah ini cermin dari ideologi tertentu?

Perlu pendalaman.

salam,


pras
-yg nggak tahu makan dari neolib atau bukan, yg jelas makan nasi dan tempe 
goreng -




________________________________
Dari: Jhon Veter <jhon_ve...@yahoo.com.sg>
Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 22 Maret, 2010 18:40:16
Judul: RE: [Millis AKI- stop smoking] Antara Neoliberalisme dan hasil 
Privatisasi Air di Jakarta sekarang

  


Kapitalisasi itu saya rasa berbeda dengan monopoli. Kalo monopoli kan tidak
ada persaingan, sementara kapitalisasi berbicara tentang memberikan
kesempatan kepada semua pihak. Sebagai contoh untuk kapitalisasi kita bisa
lihat pada kasus toko sembako. Misal di sebuah tempat hanya ada satu toko
sembako maka jelas ia dapat mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya karena
memang setiap orang butuh barang yang toko ini jual. 

Selanjutnya kemudian karena melihat keuntungan yang besar maka muncullah
toko sembako lain yang ingin ikut merasakan keuntungan besar tersebut.
Setelah toko-toko sembako lain muncul maka mau tidak mau akan ada persaingan
harga sampai di sebuah titik dimana para toko sembako seakan-akan "sepakat"
tidak akan menurunkan harga di bawah itu lagi. Harga kesepakatan inilah yang
membuat harga menjadi "efisien".

Apabila kemudian muncul pemain baru toko sembako di daerah tersebut dan
kemudian menurunkan harga secara gila maka itu biasanya hanya terjadi sesaat
saja ... pada akhirnya kebutuhan akan profit margin akan berbicara dan harga
kembali ke tingkat efisien tersebut. Sebaliknya jika pemain lama atau pemain
baru tidak dapat mengikuti harga "efisien" tersebut maka sudah pasti toko
tersebut akan gulung tikar karena ditinggal pembelinya.

Nah yang jad masalah itu kalo di daerah tersebut ada LSM ... dengan nama
"Kongsi Sembako Murah (KosemMur)". Di mata LSM harga di toko sembako
masiiiihhh mahal. Menurutnya pemerintah harus menurunkan harga karena rakyat
tidak bisa membeli sembako, bahkan sedengnya kadang mereka bilang
neoliberalisme hanya menguntungkan para pedagang toko sembako saja ...
wakakak. Apakah dia tidak tahu satu toko sembako minimum memperkerjakan 3
orang karyawan dan setidaknya ada 10 orang yang hidupnya bergantung dari
profit toko tersebut?

Kira-kira demikian pandangan saya untuk orang-orang yang anti neolib padahal
mereka kayanya dari neolib juga.

Salam

JV

-----Original Message-----
From: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com
[mailto:AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com] On Behalf Of Wong Cilik
Sent: 22 Maret 2010 14:44
To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com
Subject: Re: [Millis AKI- stop smoking] Antara Neoliberalisme dan hasil
Privatisasi Air di Jakarta sekarang

Setuju sih...

Walaupun kadang yang diajak jadi mitra swastanya kadang-kadang bisa

kelewatan juga. Di negara lain (entah kongo atau mana di afrika gitu

kale...) saya pernah lihat penduduknya malah kena kutuk...  Gara-garanya

kenapa? Waktu ngajak mitra asing bangun saluran air/kebersihan, ternyata

pemerintahnya malah kasi monopoli. Saking jahatnya mau nampung air ujan aja

gak bole sama itu swasta.

Sama lah dengan India jamannya Mahatma Gandhi. Seluruh hak pembuatan garam

dimiliki swasta (inggris), sampai-sampai penduduk pantai mau jemur air laut

buat garam sendiri juga gak boleh.

Yah yang macam di atas ini sih gara-gara pemerintahnya bodo dan tangan besi.

Kasus modern barangkali seperti studi kasusnya pak Palamu99...  soal stapled

securities itu. Kasusnya kan masalah perusahaan infrastruktur/ jalan tol

kalau gak salah. Di australia karena banyak jalan alternatif, banyak yang

lebih pilih jalan gratis walaupun akibatnya jalan alternatif tersebut jadi

macet. Sudah di bangun tapi jalan tolnya sepi pengunjung gara-gara mahal.

Yah yang macam begini kan jadi dilema juga...  ngundang investor bikin jalan

tapi malah investornya merugi.

2010/3/22 Jhon Veter <jhon_ve...@yahoo. com.sg>

> 

> 

> Dear pak Poltak,

> 

> 

> 

> Pandangan inilah yang harusnya diketahui publik, terkadang di Koran atau

> pun

> majalah kebanyakan pandangan dari LSM yang gak tahu juntrungannya,
pahlawan

> kesiangan lah. Padahal yang namanya kapitalisasi itu gak selamanya buruk
..

> Malah win-win solution.

> 

> 

> 

> Salam

> 

> 

> 

> JV

> 

> 

> 

>  _____

> 

> From: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

> [mailto:AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com] On Behalf Of Poltak

> Hotradero

> Sent: 22 Maret 2010 6:53

> To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

> Subject: Re: [Millis AKI- stop smoking] Antara Neoliberalisme dan hasil

> Privatisasi Air di Jakarta sekarang

> 

> 

> 

> 

> 

> At 11:36 PM 3/21/2010, you wrote:

> 

> Betul, masalah adalah lebih kompleks daripada yang terlihat.

> Coba kita analisa satu persatu:

> 

> PAM = Perusahaan Air Minum. Ini berarti output perusahaan tersebut

> adalah Air untuk Minum.

> Pertanyaannya: Apakah airnya bisa langsung diminum? Ternyata

> tidak. Masih perlu diolah dengan cara dimasak dulu. Berapa

> harganya? Untuk Jakarta rata-rata sekitar Rp. 6600 per meter

> kubik. Ini sama setara dengan Rp. 6,6 per liter.

> 

> Berapa yang kita bayar untuk beli air minum galonan? Rp. 5000 -

> 12000 per galonan (isi 19 liter). Ini berarti harganya Rp. 263

> hingga Rp. 630 per liter. Saya jadi heran, kalau ada orang yang

> ribut soal air PAM yang hampir 50-100 kali lebih murah -- tapi nggak

> ribut soal harga air minum galonan.

> 

> Ah iya, apakah di antara kita ada yang mandi pakai air galonan? atau

> siram WC? atau cuci mobil? Nggak ada. Air galonan cuma buat diminum.

> 

> Ini berarti mahalnya harga air berakibat kita semakin berhemat dalam

> mengkonsumsinya. Dan juga sebaliknya, bila air harganya murah --

> maka kita akan cenderung memboroskannya. Kita pakai untuk mandi,

> mencuci pakaian, menyiram WC, mencuci mobil, menyiram

> kebun. Sedemikian borosnya, sampai kalau pipa / keran bocor saja

> kita malas memperbaikinya. Dibiarkan saja bocor.

> 

> Ini namanya munafik. Mau harga murah, tapi malah dibuang-buang.
Diboroskan.

> 

> Air memang gratis - ada di mana-mana, tapi air bersih tidak pernah

> bisa gratis.

> Mengapa? Karena selalu ada biaya ekonomi yang diperlukan untuk

> membersihkan air. Menampungnya, Mengalirkannya.

> 

> Dulu PAM yang melakukannya. Tapi karena harga jual air-nya tidak

> pernah menutup biaya produksi jadinya tekor - akibatnya modal PAM

> terkuras. Dengan modal yang terkuras, PAM tidak bisa memperluas

> jaringan - karena tidak ada duit untuk mengusahakan air baku,

> menampung, membersihkan, dan mengalirkannya. Jangan kata beli pipa

> berpuluh atau beratus kilometer.

> 

> Alhasil, yang dari satu kota - yang bisa dilayani cuman

> 30-40%-nya. Sisanya tidak terlayani. Dan yang tidak terlayani ini

> terpaksa membeli air bersih pikulan. Atau menampung air hujan. Atau

> menyedot air tanah (sehingga permukaan air tanah jadi turun - air

> asin merembes masuk dan akhirnya merusak lingkungan). Air pikulan

> harganya berkali-kali lebih mahal daripada air PAM.

> 

> Privasisasi Air adalah untuk mencapai jalan tengah.

> 

> Dengan melibatkan sektor private/swasta, maka tersedia modal bagi

> perusahaan air untuk mengembangkan jaringan. Buat beli pipa dan

> memasangnya. Buat mengusahakan air baku.

> 

> Harga air jadi naik? Ya wajar saja, kan pipa harus dibeli dan

> dipasang. Air yang perlu dibersihkan dan dialirkan kan juga jadi

> lebih banyak.

> 

> Namun begitu, bagi ribuan rumah tangga dan jutaan orang yang

> sebelumnya harus beli air pikulan -- harga itu tetap JAUH lebih

> murah. Dan kualitasnya jauh lebih baik daripada air hujan yang

> ditampung - atau air tanah yang makin tercemar (JUTAAN orang yang

> tinggal di daerah Jakarta Utara - tahu persis seperti apa kualitas

> air tanah di sana seperti apa).

> 

> Harga yang lebih mahal juga akan membuat orang lebih menghargai

> air. Kalau punya pipa yang bocor atau keran yang rusak -- akan

> segera diperbaiki, karena membiarkannya akan sama dengan membuang-buang

> uang.

> 

> Wajarkah kalau perusahaan air bersih beroleh laba? Wajar-wajar

> saja. Toh dengan laba tersebut - maka akan diperoleh modal yang

> lebih kuat. Modal yang lebih kuat akan berkonsekuensi belanja modal

> (capex) yang lebih besar, yang berarti lebih banyak pipa yang bisa

> dibeli dan lebih banyak air yang bisa dibersihkan. Dan ini berarti

> lebih banyak lagi orang yang bisa beroleh akses terhadap air bersih

> lewat pipa. Nggak perlu dipikul atau nampung air hujan. Perusahaan

> air beroleh laba - sementara konsumen beroleh untung. Win-win situation.

> 

> Dengan air yang lebih mahal - maka orang akan cenderung mandi

> menggunakan shower. Mengapa? Karena mandi menggunakan bak dan

> gayung bisa 5-10 kali lebih boros air.

> 

> Selama orang masih mandi menggunakan bak dan gayung -- berarti air

> bersih masih dianggap murah.

> Selama orang membiarkan pipa dan kerannya rusak -- berarti air bersih

> masih dianggap murah.

> Air bocor yang menetes tiap 2 detik -- volumenya akan setara dengan

> 16,35 liter per hari - hampir sebanyak air galonan.

> 

> Sebesar itulah air yang terbuang. Per hari. Hanya dari satu titik

> kebocoran.

> 

> Dan selama masih ada air yang terbuang percuma... jangan ribut soal harga.

> 

> Kalau nggak mau dibilang munafik.

> 

> >Kalo soal air bersih perkotaan, saya kira baik model privat maupun bumd

> >sama-sama kurang berhasil. Contoh yang bumd: Lima belas tahun tinggal di

> >Bekasi, baru minggu lalu ada pengumuman BAKAL dipasang jaringan air

> >bersih. Dulu, 1980-an, ortu saya juga "talak-3" dengan PAM Bandung

> >karena airnya sering ga ngocor.

> >

> >Mungkin persoalannya bukan "privat-vs-bumd" . Soal tata-kota. Dengan

> >pertumbuhan kota-kota di Indonesia yang seenaknya sendiri tanpa arah,

> >bagaimana penyedia layanan publik (air bersih) bisa optimal? Dan tidak

> >hanya air bersih, semua urusan layanan publik bermasalah: jaringan air

> >kotor, transportasi masal, jalan raya, telekom kabel. Kalo telekom radio

> >/ seluler sih enak, karena menggunakan medium udara sebgaia

> >infrastruktur. Tapi kan air ga bisa dikirim lewat radio / udara?

> >

> >Salam

> >Hardi

> >

> >On 21/03/2010 22:49, dyahanggitasari wrote:

> > >

> > >

> > >

> > > Koran Tempo hari ini di halaman pertama atas dalam kutipan beritanya

> > > di halaman A5- A9 menyatakan:

> > >

> > > "Setelah lebih dari 10 tahun, semua target yang tertuang di kontrak

> > > kerja sama nyaris tak ada yang bisa dipenuhi pihak swasta"

> > >

> > > Lebih jauh lagi dari artikel di Tempo Interaktif pada Januari 2009

> > > tertulis :Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (Kruha),

> > > Hamong Santono menilai rencana kenaikan tarif layanan air Jakarta

> > > sebesar 22,7 persen tidak wajar. Privatisasi air dinilai gagal.

> > > "Pasalnya sejak privatisasi pada 1998, tidak ada perbaikan kualitas

> > > layanan air bersih dari dua operator swasta,"

> > >

> > > Jadi apa untungnya ekonomi model neo liberal diterapkan di negeri ini?

> 

> 

> 

> 

> 

> [Non-text portions of this message have been removed]

> 

> 

> 

> ------------ --------- --------- ------

> 

> ============ ========= ====

> Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"

> ============ ========= ====

> Alamat penting terkait millis AKI

> Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan- indonesia. com

> Facebook AKI: http://www.facebook .com/group. php?gid=62473030 45

> Arsip Milis AKI online:

> http://www.mail- archive.com/ ahlikeuangan- indonesia@ yahoogroups. com

> ============ ========= ====

> Perhatian :

> Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut:

> - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya

> - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada.
Anggota

> yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas

> - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke

> ahlikeuangan- indonesia- ow...@yahoogroup s.comYahoo! Groups Links

> 

> 

> 

> 

[Non-text portions of this message have been removed]

------------ --------- --------- ------

============ ========= ====

Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"

============ ========= ====

Alamat penting terkait millis AKI

Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan- indonesia. com 

Facebook AKI: http://www.facebook .com/group. php?gid=62473030 45

Arsip Milis AKI online:
http://www.mail- archive.com/ ahlikeuangan- indonesia@ yahoogroups. com

============ ========= ====

Perhatian : 

Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 

- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya

- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas

- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke
ahlikeuangan- indonesia- ow...@yahoogroup s.comYahoo! Groups Links

http://groups. yahoo.com/ group/AhliKeuang an-Indonesia/

Individual Email | Traditional

http://groups. yahoo.com/ group/AhliKeuang an-Indonesia/ join

(Yahoo! ID required)

AhliKeuangan- Indonesia- dig...@yahoogrou ps.com 

AhliKeuangan- Indonesia- fullfeatured@ yahoogroups. com

AhliKeuangan- Indonesia- unsubscribe@ yahoogroups. com

http://docs. yahoo.com/ info/terms/

[Non-text portions of this message have been removed]


 


      Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
Download Yahoo! Toolbar sekarang.
http://id.toolbar.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke