From: drhennyzai...@gmail.com
Sent: Saturday,  June 05,  2010 2: 21 AM 
Assalamu'alaikum,
Saya mendapatkan kabar seorang ibu meninggal dunia dg meninggalkan anak yg 
masih berusia 2 bulan. Adakah disini ummahat sholihah yg bersedia menjadi ibu 
susuannya? Bayi ini tinggal di wilayah Cimanggis, Depok.
Semoga Allah subhana wa ta'ala balas tiap tets ASI bunda dengan 
kebaikan.
Aminn..
dr Henny Zainal, CHt
Konselor Laktasi
===========

Alhamdulillah,
Saya salinkan dari almanhaj, artikel tentang persusuan Nabi Shallallahu 'alaihi 
wa sallam kepada selain ibunya. Semoga dapat diambil pelajaran dan faedahnya, 
terutama bagi mereka yang ingin mencari ibu susuan untuk anak-anaknya. Wallahu 
'alam

"Diantara kebiasaan para pemuka bangsa Arab yaitu mencarikan ibu susuan 
dari pedesaan bagi anak-anak mereka. Tujuannya agar badan anak-anak 
mereka lebih sehat dan kuat. Karena memandang pengasuh atau ibu susuan 
yang berada di daerah perkotaan memiliki fisik yang lemah. Disamping 
itu, agar anak-anak mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Oleh 
karenanya mereka mengirimkan bayi-bayi mereka ke pedesaan sampai usia 
delapan, kadang sepuluh tahun.Sebaliknya, orang-orang pedesaan itu 
sengaja pergi ke kota mencari bayi para pemuka Arab untuk disusui, 
dengan harapan agar namanya ikut terangkat".

PERSUSUAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DAN PERISTIWA PEMBELAHAN 
DADA
http://www.almanhaj.or.id/content/2177/slash/0

Setelah Aminah melahirkan bayinya dan diberi nama Muhammad oleh kakeknya
di depan Ka’bah, kemudian ia menyusuinya selama beberapa hari. 
Ibunyalah yang menyusui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pertama kali.
Mengenai lama beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyusu pada ibunya,
ada yang mengatakan tiga, tujuh dan ada yang mengatakan sembilan hari. 

TSUWAIBAH
Setelah itu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam disusui oleh budak Abu 
Lahab yang sudah dibebaskan. Dia bernama Tsuwaibah. Wanita ini juga 
menyusui pamannya, yaitu Hamzah dan menyusui anak bibi Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam yang bernama Abu Salamah al Mahzumi, sehingga mereka 
menjadi saudara sepersusuan. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits,
dari Zainab binti Abu Salamah :

أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ انْكِحْ أُخْتِي بِنْتَ 
أَبِي سُفْيَانَ ( ولمسلم : عِزَّةَ بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ) قَالَ 
أَوَتُحِبِّينَ ذَلِكِ قُلْتُ نَعَمْ لَسْتُ لَكَ بِمُخْلِيَةٍ وَأَحَبُّ 
مَنْ شَارَكَنِي فِي خَيْرٍ أُخْتِي فَقَالَ إِنَّ ذَلِكِ لَا يَحِلُّ لِي 
فَقُلْتُ إِنَّا نُحَدَّثُ أَنَّكَ تُرِيدُ أَنْ تَنْكِحَ بِنْتَ أَبِي 
سَلَمَةَ (وفي رواية :  دُرَّةَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ) فَقَالَ بِنْتَ 
أُمِّ سَلَمَةَ فَقُلْتُ نَعَمْ 
قَالَ لَوْ لَمْ تَكُنْ رَبِيبَتِي فِي حَجْرِي مَا حَلَّتْ لِي إِنَّهَا 
بِنْتُ أَخِي مِنْ الرَّضَاعَةِ أَرْضَعَتْنِي وَأَبَا سَلَمَةَ ثُوَيْبَةُ
فَلَا تَعْرِضْنَ عَلَيَّ بَنَاتِكُنَّ وَلَا أَخَوَاتِكُنَّ 

"Sesungguhnya Ummu Habibah istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
pernah mengatakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : 
“Wahai, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nikahilah saudariku 
putri Abu Sufyan (dalam riwayat Imam Muslim: ‘Izzah binti Abu Sufyan)”. 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,”Apakah engkau 
menginginkan itu?” Aku (Ummu Habibah) menjawab,”Ya. Aku tidak pernah 
menjadi istrimu seorang diri, dan orang yang paling aku sukai menemaniku
dalam kebaikan adalah saudariku.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam bersabda,”Itu tidak halal bagiku.” Ummu Habibah 
berkata,”Sesungguhnya kami diberitahu, bahwa engkau ingin menikahi anak 
Abu Salamah (dalam riwayat lain : Durrah binti Abu Salamah).” Rasulullah
bertanya,”Putri Abu Salamah?” Aku (Ummu Habibah) menjawab,”Ya.” 

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dia 
bukan anak asuhku, dia tetap tidak halal bagiku. Dia itu putri dari 
saudara sepersusuanku. Aku dan Abu Salamah pernah disusui oleh 
Tsuwaibah, maka jangankanlah kalian menawarkan anak-anak atau 
saudari-saudari kalian kepadaku". [HR Imam Bukhari dan Muslim].[1]

Kemudian Imam Bukhari membawakan perkataan ‘Urwah, bahwa Tsuwaibah 
adalah budak milik Abu Lahab yang telah dibebaskan dan menyusui 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tsuwaibah menyusui Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam selama beberapa hari, hingga kemudian 
datang Halimah as Sa’diyah, seorang wanita yang menyusui Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam berikutnya.

HALIMAH AS-SA'DIYAH.
Diantara kebiasaan para pemuka bangsa Arab yaitu mencarikan ibu susuan 
dari pedesaan bagi anak-anak mereka. Tujuannya agar badan anak-anak 
mereka lebih sehat dan kuat. Karena memandang pengasuh atau ibu susuan 
yang berada di daerah perkotaan memiliki fisik yang lemah. Disamping 
itu, agar anak-anak mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Oleh 
karenanya mereka mengirimkan bayi-bayi mereka ke pedesaan sampai usia 
delapan, kadang sepuluh tahun.Sebaliknya, orang-orang pedesaan itu 
sengaja pergi ke kota mencari bayi para pemuka Arab untuk disusui, 
dengan harapan agar namanya ikut terangkat.

Halimah binti Abu Dzuaib adalah wanita berikutnya yang ditakdirkan Allah
Azza wa Jalla untuk menyusui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia 
berasal dari kabilah Sa’diyah. Salah satu kabilah yang terkenal dengan 
wanita-wanita tukang menyusui, serta terkenal memiliki kemampuan 
berbahasa yang baik. Oleh karenanya, ketika Abu Bakr Radhiyallahu 'anhu 
mengomentari bahasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang fasih, ia 
berkata :

مَارَأَيْتُ مَنْ هُوَ أَفْصَحُ مِنْكَ يَارَسُوْلَ الله

"Aku tidak pernah melihat orang yang lebih fasih bahasanya dibandingkan 
engkau, wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab :

 مَا يَمْنَعُنْي وَأَنَا مِنْ قُرَيْشٍ وَأُرْضِعْتُ فِي بَنِي سَعْدٍ

"Kenapa tidak? Aku dari suku Quraisy, dan aku disusui di Bani Sa’d". [2]

Selama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disusui oleh Halimah binti Abu
Dzuaib as Sa’diyah, banyak kisah-kisah keajaiban yang masyhur dibawakan
oleh para ahli sejarah. Namun, kisah tentang Halimah yang panjang, 
mulai dari proses pencarian bayi susuan sampai barakah-barakah yang 
muncul di kemudian hari, menurut para ulama ahli hadits, kisah-kisah 
tersebut dinilai tidak shahih karena sebab sanadnya.[3]  

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tinggal bersama mereka selama empat 
tahun, sampai terjadi sebuah peristiwa yang membuat ibu asuhnya Halimah 
as Sa’diyah merasa cemas dan menghawatirkan anak asuhnya. Peristiwa 
pembelahan dada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dilakukan oleh
Malaikat membuat ibu asuhnya cemas, sehingga ia segera mengembalikan 
kepengasuhan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda 
Aminah.

PERISTIWA PEMBELAHAN DADA. 
Peristiwa pembelahan dada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, 
penyuciannya terjadi sebanyak dua kali, tetapi ada juga yang mengatakan 
tiga kali. Namun peristiwa pembelahan dada Nabi Shallallahu 'alaihi wa 
sallam (yang kedua), yaitu menjelang penobatan beliau Shallallahu 
'alaihi wa sallam sebagai nabi terjadi dalam mimpi, sebagaimana dua 
riwayat yang dibawakan oleh Imam Suyuthi rahimahullah.[4] 

Peristiwa pertama terjadi ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam 
berusia empat atau lebih, yaitu ketika beliau sedang menggembala di 
lembah Bani Sa’d. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Anas bin 
Malik Radhiyallahu 'anhu diceritakan : 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ 
جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ 
الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ 
الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ
مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ 
لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ 
إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ 
فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ 
قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي 
صَدْرِهِ

"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi Malaikat 
Jibril Alaihissallam ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang 
bermain dengan beberapa anak [5].  Jibril kemudian menangkapnya, 
menelentangkannya, lalu Jibril membelah dada. Jibril mengeluarkan 
hatinya, dan mengeluarkan dari hati beliau n segumpal darah beku sambil 
mengatakan “Ini adalah bagian setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya 
dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, 
kemudian dikembalikan ke tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai 
ibunya (maksudnya orang yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari 
mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka 
bersama-bersama menjumpainya, sedangkan dia dalam keadaan berubah rona 
kulitnya (pucat). 
Anas mengatakan: "Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya".

Setelah membawakan hadits ini, penyusun kitab As Siratun Nabawiyatush 
Shahihah mengatakan: "Tidak diragukan lagi, bahwa pembersihan hati dari 
bagian setan merupakan persiapan dini untuk kenabian, dan persiapan 
untuk bebas dari segala kejahatan dan peribadatan kepada selain Allah 
Azza wa Jalla. Maka tidak ada yang bersemayam di hatinya, kecuali 
tauhid. Peristiwa-peristiwa masa kecilnya menunjukkan, bahwa semua itu 
telah terbukti. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah 
melakukan dosa, serta tidak pernah sujud kepada berhala, meskipun hal 
itu sudah merata di tengah kaum beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam"

Demikianlah, peristiwa pembelahan dada beliau Shallallahu 'alaihi wa 
sallam yang pertama, terjadi di Bani Sa’d ketika Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam berusia empat tahun atau lebih. Kemudian peristwa ini 
terulang lagi pada malam Isra’ dan Mi’raj.

Peristiwa pembelahan dada ini, membuat Halimah merasa sangat khawatir 
atas keselamatan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh sebab itu,
Halimah segera menyerahkan kembali Muhammad Shallallahu 'alaihi wa 
sallam  ke pangkuan ibunda Aminah dan kakeknya Abdul Muththalib, 
meskipun sebenarnya Halimah sangat menyukainya. 

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun IX/1426H/2005M. 
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi
 Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnote      
[1].Lihat Shahihus Siratin Nabawiyah, karya Syaikh Al Albani, hlm. 15.
[2].Lihat As Siratun Nabawiyatu fi Dhauil Kitab was Sunnati, karya 
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, hlm. 192.
[3].Lihat As Siratun Nabawiyatush Shahihah, karya Dr. Akram Dhiya’ Al 
Umari (I/103).
[4].Ibid. 
[5].Dalam riwayat Ibnu Ishaq, Rasulullah n menceritakan: “Ketika aku 
dan saudaraku menggembala ternak di belakang rumah, tiba-tiba aku 
didatangi oleh dua orang …”. (Lihat Shahihus Siratin Nabawiyah, hlm. 
16).                    


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke