Kalau menurut gue, soal menikah itu sah sah aja orangtua yang atur. 
 
Gue lupa baca dimana, soal budaya tionghoa katanya kewajiban orangtua
itu sampai anak dewasa. 
Dewasa itu kapan? Kalau udah nikah.
Makanya dalam keluarga tionghoa yang ngasih angpao kalo imlek itu ya
mereka yang udah nikah. 
Dianggapnya dah dewasa, baru diakui bisa mandiri. (padahal belon tentu
juga udah nikah bisa mandiri, hihihi)
 
Dan itu pula sebabnya para mami blingsatan kalau anaknya udah kepala
tiga belum juga nikah, hahahaha.
 
Orangtua banyakan, menikahkan anak maunya ondang banyak orang. As if
menikahkan anak itu suatu prestige.
 
Jaman sekarang, menikahkan anak DIMANA itu jadi pertimbangan. 
Misalnya di Jakarta khan biasa pesta nikah standing party makan
prasmanan.
Biaya catering bisa lebih kecil, undangan bisa lebih banyak, 
budget bisa dialihkan ke acara atau dekor atau yang lain.
 
Di daerah, pesta nikah itu masih wajib "makan meja"
Alias  ciaciu. 
Nah orang makan ciaciu makan waktu lama, itu butuh tontonan, 
maka harus sewa "penghibur" minimal yang nyanyi.
 
Sebetulnya apa yang penting dari mempestakan nikah ini?Intinya apa?
 
1. kasih tahu kerabat sebanyak-banyaknya bahwa anak si anu dah nikah
sama anak saya
Jadi ga boleh sama yang lain, kalau ngincer anak lu,  jangan mau, gitu
kali, hahaha.
 
2. berbagi kebahagiaan. Buat orang tionghoa pernikahan itu khan
kebahagiaan ganda. 
jadi kudu bagi kebahagiaan sama kerabat donk. 
 
3. ajang pamer. Hehehe, kapan lagi kesempatan. 
Kalau bisa menikahkan secara mewah meriah, khan dianggap kesuksesan
orangtua gitu lhoh. Hehehehe.
Pengumuma, gue dan menjalankan kewajiban sampai anak dewasa, getoh.
 
Begitu nomer 3 dihilangkan, gue rasa biayanya nggak harus gede gede amat
laah.  
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke